Anda di halaman 1dari 4

KHOTBAH

MATA KULIAH : HOMILETIKA II


NAMA : ROY SOUNAWE
NPM : 12175201200122
KELAS A

Teks Khotbah : Matius 3:13-17

Konteks Homili : Kebaktian Minggu (Minggu Epifania) Jemaat GPM Benteng Karang

Ide Sentral : Ketaatan Yesus dan Yohanes dalam menggenapi Kehendak Allah

Tujuan Khotbah : Agar Pribadi Yesus dijadikan teladan bagi jemaat untuk hidup dalam
kehendak Allah dan tetap mengerjakan keselamatan yang telah Allah
anugerahkan.

Pendahuluan : Mengantar audiens untuk memahami tentang esensi dari epifania itu
sendiri

Isi :

 Menegaskan makna Matius 3:13-15 dan Matius 3:16-17.


 Respond Jemaat dalam memaknai Epifania.

Penutup : Kesimpulan yang merangkum tentang bagaimana Pribadi Yesus yang taat
menggenapi kehendak Allah

Selamat pagi Bapak/Ibu, Saudara/Saudari. Syaloom!!!

Saat ini, kita memasuki minggu-minggu yang disebut epifania (Yunani : Epifaneia


=  “penampakan diri” atau “manifestasi”). Minggu epifania merupakan kelanjutan dari peristiwa
natal.   Ada dua peristiwa yang dirayakan pada peringatan epifania, yakni kunjungan orang-
orang Majus ke bayi Yesus, dan baptisan Yesus oleh Yohanes di sungai Jordan. Esensi dari
Epifania ini adalah tentang bagaimana Allah eksis atau tampil dalam kehidupan manusia untuk
menjalankan maksud dan karya-Nya atas kita dan semesta ciptaan-Nya.

Bapak/Ibu saudara jemaat, Mari kita lihat bagaimana Epifania atau eksistensi Allah
nyata dalam pembacaan kita tadi yakni; Yesus dibaptis Yohanes (Matius 3:13-17). Saya
membagi teks bacaan ini menjadi 2 bagian yakni Matius 3:13-15 dan Matius 3:16-17.

Saudara Jemaat, Matius 3:13-15, pernyataan penulis kitab Matius yang menegaskan
tentang kisah Yesus, yang memulai perjalanan-Nya dari Galilea menuju sungai Yordan. Dengan
perkiraan jarak mencapai 38,7 Km. Tentu kemanusiaan Yesus terlihat dan pasti Ia merasa lelah
dalam perjalanan-Nya menuju sungai Yordan. Hanya satu tujuan-Nya yakni dibaptis. Baptisan
Yohanes adalah baptisan pertobatan yakni masyarakat yahudi pada konteks itu dibaptis supaya
terlepas dari dosa-dosa mereka. Pertanyaannya saudari jemaat, Mengapa Yesus harus di baptis
sedangkan Ia adalah manusia yang tidak berdosa? Dan mengapa harus Yohanes yang membaptis
Yesus sedangkan ia tidak setara dengan Yesus?

Sungguh, suatu sikap kerendahan hati yang harus kita tiru melalui yohanes dan Yesus.
Pada ayat 14, Yohanes hendak mencegah Yesus dan berkata: “Akulah yang perlu di baptis oleh-
Mu, dan engkau yang datang kepadaku?”.

Ada satu pertanyaan yang perlu kita renungkan bersama-sama. Dari mana Yohanes tahu,
kalau dihadapannya adalah Yesus yang diutus sehingga ia bisa berkata: “Akulah yang perlu di
baptis oleh-Mu, dan engkau yang datang kepadaku?”. Bagaimana Yohanes bisa mengenal
Yesus?

Kata mencegah merujuk pada usaha Yohanes yang mencoba menghentikan hal itu terjadi.
Yohanes tahu diri, siapa dia dengan Yesus. Yohanes mengakui betapa rendah dirinya dihadapan
Yesus. Bahkan ia menganggap dirinya tidak layak. Dalam Markus 1:7 yohanes juga berkata
"Sesudah aku akan datang Ia yang lebih berkuasa dari padaku; membungkuk dan membuka tali
kasut-Nya pun aku tidak layak.”. Mungkin yang ingin disampaikan yohanes seperti ini, “Beta
sapa sampe Tuhan datang par beta”. Dari sini kita tahu bahwa Yesus mengangkat derajat
manusia.
Pada ayat 15, Respond Yesus adalah Ia tahu apa yang dilakukan Yohanes adalah benar.
Namun, ia merendahkan diri-Nya untuk menggenapi apa yang telah dinubuatkan tentang-Nya.
Yesus setia dan taat melakukan apa yang seharusnya Ia lakukan. Maka jawaban dari 2
pertanyaan tadi adalah supaya Yohanes dan Yesus menggenapi apa yang telah dinubuatkan
tentang mereka. Hal ini kita tahu, bahwa peristiwa Epifany Yesus adalah untuk menggenapi
sebuah kebenaran Allah.

Bapak/Ibu saudari jemaat, Ketaatan bukan diukur ketika kita rajin pergi beribadah
(Ibadah Pelpri, Pelwata, Unit, Angkatan Muda, Ibadah Minggu, Sekolah Minggu, dan
sebagainya), taat melakukan pelayanan, taat melakukan kebaikan dan sebagainya. Esensi
sebenarnya dari sebuah ketaatan adalah pekerjaan apapun yang dikerjakan dilakukan bukan
semata untuk manusia melainkan untuk Tuhan.

Sebagai Orang Tua, ketaatan kita terlihat melalui tugas dan tanggung jawab sebagai
orangtua, sebagai anak ketaatan kita terlihat melalui tanggung jawab kita sebagai anak maupun
pelajar. Demikian hal pemuda, dewasa muda dan sebagainya.

Pada ayat 16-17, puncak dari ketaatan dan kesetiaan Yesus adalah Allah berkenan
kepada-Nya. Eksistensi Ke-Tritunggalan Allah nampak melalui kehadiran Roh Kudus dalam
bentuk burung merpati dan suara yang berbicara dari langit, ”Inilah Anak-Ku yang Kukasihi,
kepada-Nyalah Aku berkenan.” Kemuliaan Yesus terlihat dan Yohanes sampai pada puncak
pengenalan akan Allah karena Ia menyaksikan hal itu.

Bapak/Ibu saudari jemaat, dengan taat kita bisa melihat Allah eksis melalui pekerjaan-
Nya. Ketika kita ada dalam pergumulan hidup Allah bisa memakai siapapun untuk membantu
kita. Ia akan membuka jalan bagi kita sekaligus memberi hikmat bagi kita untuk mampu
mengatasi persoalan-persoalan hidup kita. Maka dari itu, taatlah melakukan setiap pekerjaan
yang kita lakukan bukan untuk manusia melainkan untuk kemuliaan nama Tuhan.

Hidup sebagaimana Yesus hidup dan taatlah kepada-Nya sebagaimana Ia taat kepada
Bapa. Semakin kita tekun dan taat melakukan kehendak Allah. Epifania Allah akan hadir bagi
kita ketika Allah berkenan kepada Kita. Aminnnn.

Anda mungkin juga menyukai