Anda di halaman 1dari 135

2022

LAPORAN ORIENTASI KHUSUS


KEPERAWATAN

Departemen Keperawatan
Orientasi Tahap XXI
RS. Bhina Bhakti Husada
LAPORAN KEGIATAN ORIENTASI KHUSUS TAHAP XXI
ORIENTASI KARYAWAN BARU
RS. BHINA BHAKTI HUSADA - PERIODE 2022

A. Pelaksanaan Orientasi
Pelaksanaan Orientasi khusus bagi karyawan baru RS. Bhina Bhakti Husada,
dilaksanakan pada :
Hari, Tanggal : Rabu s/d Jum’at, tgl 14 – 16September 2022
Waktu : 08.00 WIB sd 15.00 WIB
Tempat : Ruang Bhina Mart RS. Bhina Bhakti Husada
Pada pelaksanaan orientasi khusus tahap XXI, tidak ditemukan hambatan dan kendala.
Orientasi khusus bagi karyawan baru berjalan dengan tertib dan baik.

B. Peserta Orientasi
Jumah keseluruhan peserta yang harus mengikuti kegiatan orientasi khusus
karyawan baru tahap XXI ada 20 orang peserta, semua peserta hadir walaupun ada yang
izin saat pemberian materi karena dihari tersebut ada IHT PPI.
1. Daftar nama peserta orientasi khusus
a. Imadun Nisa
b. Restya Fornia
c. Martono
d. Rose Diana Ayu F
e. Galuh Adityani
f. Muhammad Ziyad Fahmi
g. Indayatus Muslikhah
h. Siti Roindahwati
i. Sri Ulfatul Fuada
j. Lukluk Nur Laila Zulfa
k. Kartika wulansari
l. Ahmad Imam N
m. Zaenal M.S
n. Yoga widya Ilham
o. Lusiana Gardiningtyas
p. Garnis Widorini
q. Istikomah
r. Indatul Nadhiroh
s. Sulis Ana

1
t. Della

2. Daftar nama narasumber


a. Novianti Cesar Kartika Sari., S.kep, Ners
b. Lirfana., Amd.Kep
c. Pipit Nurjanah, Amd.Kep
d. Ns. Sri Vevi Ari Aji Mulyono, S.Kep
e. Ns. Lathiful Anshori Zain., S.kep
f. Yusrotul Masnunah., Amd.Kep
g. Muhamad Hariyanto., Amd.kep
h. Yuliana., Amd.Keb
i. Dwi Wulaningsih., Amd. Kep
j. Ns.Indang PurwaningsihS.Kep
k. Ns. Windi Dian Pertiwi., S.Kep
l. Rizky Meylana., Amd.Kep
m. Ns.Dyon Punaki Prakoso, S.Kep

C. Fasilitas/Sarana Orientasi
Selama pelaksanaan orientasi berlangsung menggunakan beberapa fasilitas seperti
Ruang Bhina Mart, LCD, Laptop, serta Kabel Rol dan tidak menemukan hambatan dalam
penyediaanya.

D. Proses Orientasi
Orientasi Khusus Karyawan merupakan orientasi khusus karyawan baru tenaga
kesehatan(perawat dan bidan) yang diadakan di RS. Bhina Bhakti Husada. Peserta
kegiatan orientasi mendapatkan materi orientasi sesuai dengan jadwal yang telah
ditentukan, tidak ada hambatan dalam pelaksanaan orientasi khusus tahap XXI di RS.
Bhina Bhakti Husada.

E. Hasil Penilaian Peserta Pre dan Post Test


Penilaian peserta mencakup penilaian keseluruhan dari kompetensi (pre-test dan
post-test). Untuk penilaian (pre-test dan post-test), penilaian tersebut meliputi materi
Pelayanan anestesi dan bedah, Sasaran Keselamatan Pasien, Alur Sterilisasi (Instrumen
linen dan kasa BMHP), Perhitungan dosis obat, Hand Hygiene.

2
Hasil penilaian peserta yang mengikuti pre-test dan post-test:
1. Pelayanan anestesi dan bedah
Nilai Pre Nilai Post
No Nama
Test Test
1 Imadun Nisa 80 100
2 Restya Fornia 70 90

3 Martono 90 100
4 Rose Diana Ayu F 80 100

5 Galuh Adityani

6 Muhammad Ziyad Fahmi 70 90

7 Indayatus Muslikhah 80 100

8 Siti Roindahwati 60 90

9 Sri Ulfatul Fuada 60 90

10 Lukluk Nur Laila Zulfa 70 90

11 Kartika wulansari 70 90

12 Ahmad Imam N 70 90

13 Zaenal M.S

14 Yoga widya Ilham 70 90

15 Lusiana Gardiningtyas 70 90

16 Garnis Widorini 80 100

17 Istiqomah 70 90
18 Indatul Nadhiroh 70 90

19 Sulis ana 70 90
20 Dellavia 100 100

3
2. Sasaran Keselamatan Pasien
Nilai Pre Nilai Post
No Nama
Test Test
1 Imadun Nisa 70 100
2 Restya Fornia 70 100

3 Martono 80 100
4 Rose Diana Ayu F 80 100

5 Galuh Adityani

6 Muhammad Ziyad Fahmi 60 90

7 Indayatus Muslikhah

8 Siti Roindahwati 70 100

9 Sri Ulfatul Fuada 80 100

10 Lukluk Nur Laila Zulfa 70 90

11 Kartika wulansari 70 90

12 Ahmad Imam N 70 90

13 Zaenal M.S

14 Yoga widya Ilham 70 90

15 Lusiana Gardiningtyas 70 90

16 Garnis Widorini 80 100

17 Istiqomah 70 90
18 Indatul Nadhiroh 70 100

19 Sulis ana 70 100


20 Dellavia 80 100

3. Alur Sterilisasi (Instrumen linen dan kasa BMHP)


Nilai Pre Nilai Post
No Nama
Test Test
1 Imadun Nisa 50 80
2 Restya Fornia 60 90

3 Martono 60 90

4
4 Rose Diana Ayu F 70 90

5 Galuh Adityani

6 Muhammad Ziyad Fahmi 50 80

7 Indayatus Muslikhah

8 Siti Roindahwati 60 90

9 Sri Ulfatul Fuada 60 90

10 Lukluk Nur Laila Zulfa 60 90

11 Kartika wulansari 60 90

12 Ahmad Imam N 60 90

13 Zaenal M.S

14 Yoga widya Ilham 60 90

15 Lusiana Gardiningtyas 60 90

16 Garnis Widorini 80 100

17 Istiqomah 70 90
18 Indatul Nadhiroh 70 90

19 Sulis ana 70 90
20 Dellavia 70 90

4. Perhitungan dosis obat


Nilai Pre Nilai Post
No Nama
Test Test
1 Imadun Nisa 80 100
2 Restya Fornia 80 100

3 Martono 100 100


4 Rose Diana Ayu F 100 100

5 Galuh Adityani 70 100

6 Muhammad Ziyad Fahmi 70 90

7 Indayatus Muslikhah 70 100

5
8 Siti Roindahwati 70 90

9 Sri Ulfatul Fuada 70 90

10 Lukluk Nur Laila Zulfa 70 90

11 Kartika wulansari 70 90

12 Ahmad Imam N 70 90

13 Zaenal M.S

14 Yoga widya Ilham 70 90

15 Lusiana Gardiningtyas 70 90

16 Garnis Widorini 100 100

17 Istiqomah 70 90
18 Indatul Nadhiroh 70 90

19 Sulis ana 70 100


20 Dellavia 80 100

5. Hand Hygiene.
Nilai Pre Nilai Post
No Nama
Test Test
1 Imadun Nisa 70 100
2 Restya Fornia 70 100

3 Martono 80 100
4 Rose Diana Ayu F 80 100

5 Galuh Adityani

6 Muhammad Ziyad Fahmi 60 90

7 Indayatus Muslikhah

8 Siti Roindahwati 70 100

9 Sri Ulfatul Fuada 80 100

10 Lukluk Nur Laila Zulfa 70 90

6
11 Kartika wulansari 70 90

12 Ahmad Imam N 70 90

13 Zaenal M.S

14 Yoga widya Ilham 70 90

15 Lusiana Gardiningtyas 70 90

16 Garnis Widorini 80 100

17 Istiqomah 70 90
18 Indatul Nadhiroh 70 100

19 Sulis ana 70 100


20 Dellavia 80 100

7
F. Jadwal Kegiatan
No Hari Jam Materi Narasumber
Kebijakan keperawatan
Pedoman pelayanan keperawatan
08.00 – Novianti Cesar Kartika Sari.,
Pedoman pengorganisasian
10.00 S.kep, Ners
keperawatan
Uraian Tugas
Pedoman tindakan keperawatan
10.00 –
poliklinik Lirfana., Amd.Kep
11.00
Rabu, Alur pelayanan pasien poliklinik
14 SOP dan alur penerimaan pasien
1 Septem 11.00 – baru ranap
Pipit Nurjanah, Amd.Kep
ber 12.00 Alur penerimaan pasien rawat inap
2022 Standar pelayanan rawat gabung
Pelayanan anestesi dan bedah
Alur pelayanan kamar bedah
13.00 – Ns. Sri Vevi Ari Aji Mulyono,
Keamanan tindakan bedah
14.00 S.Kep
Kebijakan Skrining pasien di kamar
bedah
14.00 – Ns. Lathiful Anshori Zain.,
Sasaran Keselamatan Pasien
15.00 S.kep

Alur Sterilisasi (Instrumen linen dan


kasa BMHP
08.00 – Yusrotul Masnunah.,
Daftar instrument yang terdapat di
09.00 Amd.Kep
CSSD
Standar pembersihan almed di RS
09.00 – Muhamad Hariyanto.,
Triage IGD
09.30 Amd.kep
Kamis,
Kriteria pasien PONEK
15 09.30 –
Alur penerimaan pasien PONEK Yuliana., Amd.Keb
2 Septem 11.00
Standar pelayanan PONEK
ber
11.00 – Pemberian obat 7 benar
2022 Dwi Wulaningsih., Amd. Kep
12.00 Perhitungan dosis obat
13.00 – Ns.Indang
Prosedur Code Blue
13.30 PurwaningsihS.Kep
Alur pasien kamar bersalin
13.30 – Alur pelayanan transfer
Yuliana, Amd.Keb
15.00 Pasien kamar bersalin
patograf

Managemen komunikasi dan


08.00 –
Jum’at, edukasi Dwi Wulaningsih., Amd. Kep
09.00
16 Akses RS dan kontinuitas pelayanan
3 Septem Asessmen pasien Dwi Wulaningsih., Amd. Kep
10.00 –
ber Ns. Windi Dian Pertiwi.,
11.00 Pelayanan resiko tinggi
2022 S.Kep
11.00 – EWS Rizky Meylana., Amd.Kep

8
12.00 Alur penerimaan pasien NICU Perina
Hand Hygiene
13.00 – Pemilahan sampah medis dan non
Kuriyah., Amd.Kep
14.00 medis
Etika batuk
14.00 – Manajemen Nyeri Novianti Cesar Kartika Sari.,
15.00 Pelayanan terminal S.kep, Ners

9
10
Lampiran :

1. Undangan
2. Absensi Kehadiran Peserta
3. Absensi Kehadiran Narasumber
4. Dokumentasi
5. Materi orientasi

11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
ALUR PELAYANAN TRANFER PASIEN DI RAWAT INAP

Penerimaan pasien baru

mulai

Perawat Rawat inap


• Menerima Konfirmasi
pasien masuk
• Menyiapkan tempat dan
peralatan
• Melakukan serah terima
pasien dan berkas pasien
• Assesmen rawat inap
• Ferifikasi ulang
Tidak Ya
Berkas lengkap

Perawat Rawat Inap Perawat Rawat Inap


Meminta perawat yang • Memindahkan pasien
mengantar untuk ke bed sesuai dengan
melengkapi berkas kondisi dan atau
instruksi DPJP
• Pasang semua
perlengkapan pasien
yang dibutuhkan
• Konfirmasi dan laporan
K/U ulang ke DPJP
Terkait Advis
• Konfirmasi kepetugas
Gizi tentang Diit Pasien.

Tambahan Tidak

Advis DPJP

Perawat Rawat Inap Perawat Rawat Inap


Melaksanakan tindakan dan Memberikan asuhan
terapi sesuai dengan keperawatan sesuai dengan
Instruksi DPJP kondisi pasien

Perawat Rawat Inap


Mendokumentasikan asuhan
keperawatan ke dalam
system dan atau status
pasien

Selesai

24
Transfer pasienke ICU

Mulai

Pasien di anjurkan
masuk ICU oleh
DPJP

Perawat Rawat Inap

• Menghubungi perawat ICU dan dr.


ICU untuk menginformasikan
perpindahan pasien ICU
• Konfirmasi tindakan yang akan
dilakukan di ICU

TIDAK YA
Pasien
menyetujui
Perawat Rawat Inap Perawat Rawat Inap
• Meminta surat penolakan • Konfirmasi ke perawat ICU bahwa
• Memberikan tindakan asuhan pasien menyetujui masuk ICU
keperawatan • menyiapkan obat dan alat yang akan
digunakan selama di perjalanan dan
di ICU
Selesai • Konfirmasi kepada Petugas Gizi
bahwa pasien pindah ICU.

Pasien dikirim ke
ICU

Perawat ICU
• Menerima pasien dari rawat inap
• Memindahkan pasien ke bed ICU

Selesai

25
Transfer pasien ke kamar bedah

Mulai

Pasien dianjurkan
operasi oleh DPJP

Perawat Rawat Inap


Mempersiapkan pasien untuk
operasi

TIDAK YA
Setuju

Perawat Rawat Inap Perawat Rawat Inap


• Meminta surat penolakan • Menyiapkan pemeriksaan penunjang
tindakan sebelum operasi
• Melakukan tindakan • Menyiapkan persetujuan tindakan
asuhan keparawatan • Menyiapkan cek list operasi
• Memberikan Edukasi • Konfirmasi ke unit kamar bedah
bahwa pasien akan di lakukan
operasi dan menanyakan jadwal
Selesai • Mempersiapkan obat dan alat yang
akan digunakan jika perlu.
• Konfirmasi kepada petugas Gizi
bahwa pasien sedang operasi atau
sedang puas.

Serah terima dengan


perawat kamar bedah

Perawat Kamar Bedah

• Menerima pasien dan


memindahkan pasien ke bed
kamar bedah
• Mengecek pemberian tanda
operasi
• Ferifikasi kembali data pasien.

Selesai

26
ALUR PENERIMAAN PASIEN BARU DI KAMAR BERSALIN

mulai

Bidan Kamar Bersalin


• Menerima Konfirmasi
pasien masuk
• Menyiapkan tempat dan
peralatan
• Melakukan serah terima
pasien dan berkas pasien
• Assesmen rawat inap
• Ferifikasi ulang
Tidak Ya
Berkas lengkap

Bidan Kamar Bersalin Bidan Kamar Bersalin


Meminta bidan yang
mengantar untuk
melengkapi berkas • Memindahkan pasien ke bed
sesuai dengan kondisi dan atau
instruksi DPJP
• Pasang semua perlengkapan
pasien yang dibutuhkan
• Konfirmasi dan laporan K/U
ulang ke DPJP Terkait Advis

Tambahan Tidak

Advis DPJP

Bidan Kamar Bersalin Bidan Kamar Bersalin


Melaksanakan tindakan dan Memberikan asuhan
terapi sesuai dengan Kebidanan sesuai dengan
Instruksi DPJP kondisi pasien

Bidan Kamar Bersalin

Mendokumentasikan asuhan
Kebidanan ke dalam system
dan atau status pasien

Selesai

27
ALUR KAMAR BERSALIN

1. TRANSFER PASIEN KE ICU

Mulai

Pasien di anjurkan
masuk ICU oleh
DPJP

Bidan Kamar Bersalin

• Menghubungi perawat ICU dan dr.


ICU untuk menginformasikan
perpindahan pasien ICU
• Konfirmasi tindakan yang akan
dilakukan di ICU

TIDAK YA
Pasien
menyetujui
Bidan Kamar Bersalin Bidan Kamar Bersalin
• Meminta surat penolakan
• Memberikan tindakan asuhan • Konfirmasi ke perawat ICU bahwa
Kebidanan lanjutan pasien menyetujui masuk ICU
• menyiapkan obat dan alat yang akan
digunakan selama di perjalanan dan
Selesai di ICU

Pasien dikirim ke
ICU

Perawat ICU
• Menerima pasien dari Kamar Bersalin
• Memindahkan pasien ke bed ICU

Selesai

28
2. TRANSFER PASIEN KE KAMAR BEDAH

Mulai

Pasien dianjurkan
operasi oleh DPJP

Bidan Kamar Bersalin


Mempersiapkan pasien untuk
operasi

TIDAK YA
Setuju

Bidan Kamar Bersalin Bidan Kamar Bersalin


• Meminta surat penolakan • Menyiapkan pemeriksaan penunjang
tindakan sebelum operasi
• Melakukan tindakan • Menyiapkan persetujuan tindakan
asuhan keBidanan • Menyiapkan Berkas-berkas RM
lanjutan • Konfirmasi ke unit kamar bedah
• Memberikan Edukasi bahwa pasien akan di lakukan
operasi dan menanyakan jadwal
Selesai • Mempersiapkan obat dan alat yang
akan digunakan jika perlu.
• Konfirmasi kepada petugas Gizi
bahwa pasien sedang operasi atau
sedang puasa

Serah terima dengan


perawat kamar bedah

Perawat Kamar Bedah

• Menerima pasien dan


memindahkan pasien ke bed
kamar bedah
• Mengecek pemberian tanda
operasi
• Ferifikasi kembali data pasien.

Selesai

29
3. TRANSFER PASIEN KE RANAP MATERNITY

mu lai

Pasien dari kamar bersalin

DPJP melakukan pemeriksaan dan


obs ervasi keadaan umu m pasien

• Bidan kamar bers alin m elakukan


obs ervasi 2 jam post partu m, jika
tidak ada penyulit Bidan Kamar
Bersalin melaku kan tran sfer ke
rawat in ap Bima
• Kon sul DP JP
• Menyiap kan berkas-berkas R M

Bidan m engin formasikan kep ad a pasien


dan kelu arga pasien bahwa p asien akan
dipindah ke ruang p erawatan

Bidan kamar bers alin m engh ubungi dan


melakukan konf irm asi ke bidan Rawat Inap
Bim a

Bidan kamar bers alin m entransf er pasien


Bidan kamar bers alin m elakukan o peran
dan serah terima dengan bidan R an ap
Bim a

selesai

30
4. TRANSFER PASIEN KE NICU PERINA

Mulai

Pasien di anjurkan
masuk NICU-PERINA
oleh DPJP

Bidan Kamar Bersalin

• Menghubungi perawat NICU-PERINA


untuk menginformasikan
perpindahan pasien NICU-PERINA
• Konfirmasi tindakan yang akan
dilakukan di NICU-PERINA

TIDAK YA
Pasien
menyetujui
Bidan Kamar Bersalin Bidan Kamar Bersalin
• Meminta surat penolakan
• Memberikan tindakan asuhan • Konfirmasi ke perawat NICU-PERINA
Kebidanan lanjutan bahwa pasien menyetujui masuk
NICU-PERINA
• menyiapkan obat dan alat yang akan
Selesai digunakan selama di perjalanan dan
di NICU-PERINA

Pasien dikirim ke
NICU-PERINA

Perawat NICU-PERINA
• Menerima pasien dari Kamar Bersalin
• Memindahkan pasien ke bed NICU-
PERINA

Selesai

31
5. TRANSFER PASIEN RAWAT GABUNG

Mulai

Bay i b aru lahir dikamar


bersalin

DPJ P mengidentifikasi
kondisi BB L dan melaku kan
pem eriksaan pada B BL

Rawat Gabun g

Bidan kamar bers alin

• Melakukan
antropom etri
(BB ,PB,LK ,LD , dll),
pem berian salep mata
dan injek si v it K 1
• IMD
• obs erv asi KU dan TTV
bayi
• Memberikan inf orm
co ncent untuk rawat
gabung

Setelah bay i lahir, bidan kamar


bersalin memb eritahu k elu arga
untuk mend af tark an bayi k e
pend af taran rawat inap dengan
mem bawa f orm pendaf taran rawat
inap dan surat k eterangan lahir

Bidan k amar bers alin m elak uk an


obs erv asi 3 jam setelah lahir
k emudian melak uk an c ek GDS dan
melapork an ke dp jp .

J ik a hasil GDS normal Bidan k amar


bersalin menghub ungi p erawat/
Bidan R an ap A nak dan Maternity

Bidan k amar bers alin m entransf er


bay i d an serah terim a p as ien d engan
perawat /bidan di Ranap A nak dan
Maternity

Seles ai

32
6. TRANSFER PASIEN KE KAMAR BAYI SEHAT

Mulai

Bay i b aru lahir dikamar


bersalin

DPJ P mengident ifik asi


k ondisi BB L dan melaku kan
pem erik saan pada B BL

Bay i s ehat

Tidak R awat gabun g/


Kamar bayi sehat

Bidan Kam ar Bersalin


• Melak uk an
antropom etri
(BB ,PB,LK ,LD , dll),
pem berian salep mata
dan injek si v it K 1
• IMD
• Melak uk an observ as i
KU dan TTV bay i
• mem berikan inf orm
co ncent untuk
perawatan di kam ar
bay i seh at / t idak rawat
gabung

S etelah bay i lahir, bidan k amar


bersalin memb eritahu k elu arga
untuk mend af tark an bayi k e
pend af taran rawat inap dengan
mem bawa f orm pendaf taran rawat
inap dan surat k eterangan lahir

Bidan k amar bers alin m enyiapk an


berk as b erk as RM dan kam ar bay i
sehat

Bidan k amar bers alin m emindah BB L


k e k amar bayi sehat

S eles ai

33
TATA LAKSANA PELAYANAN

A. Pasien Umum
1. Pasien mengambil dan mengisi data diformulir pendaftaranPasien
2. Pasien melakukan pendaftaran di loket Pendaftaran Pasien setelah itu
Pasien menuju ke Nurse Station poli yang dituju
3. Perawat/bidanmelakukan identifikasi kepada pasien
4. Jika data tidak sesuai perawat/bidan menghubungi loket pendaftaran
dan pasien dipersilahkan kembali ke loket pendaftaran
5. Jika data sesuai perawat/bidan melakukan asesmen Awal
6. Perawat/bidan mempersilahkan pasien ke poli yang dituju
7. DPJP melakukan pemeriksaan kepada pasien
8. DPJP menentukan pemeriksaan penunjang untuk pasien apa bila di
perlukan
9. pasien dilakukan pemeriksaan penunjang sesuai permintaan DPJP.
10. Pasien kembali ke poli sebelumnya tanpa harus mengantri (dapat
menyela antrian)
11. DPJP menjelaskan hasil pemeriksaan
12. DPJP memberikan resep dan surat kontrol (bila diperlukan)
13. Pasien menuju kasir untuk melakukan pembayaran resep obat,
kemudian pasien menuju ke Farmasi untuk mendapatkan obat, pasien
bisa pulang.
14. Apabila pasien membutuhkan rawat inap DPJP melakukanKIE kepada
pasien dan keluarga bahwa perlu penanganan dengan rawat inap.
15. Apabila keluarga dan pasien setuju,pasien / keluarga pasien tanda
tangan informed consent dan apabila tidak setuju pasien tanda tangan
penolakan tindakan medis.
16. Apabila pasien / keluarga setuju rawat inap, perawat mengarahkan
keluarga untuk mendaftar di TempatPendaftaran Pasien Rawat Inap
(TPPRI).
17. Perawat/bidan mengambil BHP dan obat di Farmasi sesuai advis DPJP

34
18. Perawat/bidan melakukan tindakan pemasangan infus dan tindakan
lainnya sesuai advis DPJP di ruang tindakan poliklinik.
19. Perawat/bidan melakukan transfer pasien dari rawat jalan ke rawat
inap.

B. Pasien Asuransi
1. Pasien mengambil nomor antrian Pasien Asuransi
2. Pasien melakukan pendaftaran di loket Pendaftaran Pasien Asuransi
3. Pasien menuju ke Nurse Station poli yang dituju
4. Perawat/bidan mengecek data pasien
5. Jika data tidak sesuai perawat/bidan menghubungi loket Pendaftaran
Pasien Asuransi dan pasien dipersilahkan kembali ke loket Pendaftaran
Pasien Asuransi
6. Jika data sesuai perawat/bidan melakukan Kajian Awal
7. Perawat/bidan mempersilahkan pasien ke poli yang dituju
8. DPJP melakukan pemeriksaan kepada pasien
9. DPJP menentukan pemeriksaan penunjang untuk pasien apa bila di
perlukan
10. pasien dilakukan pemeriksaan penunjang sesuai permintaan DPJP.
11. Pasien kembali ke poli sebelumnya tanpa harus mengantri (dapat
menyela antrian)
12. DPJP menjelaskan hasil pemeriksaan
13. DPJP memberikan resep dan surat kontrol (bila diperlukan)
14. Pasien menuju kasir dengan memberikan lembar resep obat Pasien
Asuransi, kemudian pasien menuju ke Farmasi untuk mendapatkan
obat, pasien bisa pulang.
15. Apabila pasien membutuhkan rawat inap DPJP melakukanKIE kepada
pasien dan keluarga bahwa perlu penanganan dengan rawat inap.
16. Apabila keluarga dan pasien setuju,pasien / keluarga pasien tanda
tangan informed consent dan apabila tidak setuju pasien tanda tangan
penolakan tindakan medis.

35
17. Apabila pasien / keluarga setuju rawat inap, perawat mengarahkan
keluarga untuk mendaftar di TempatPendaftaran Pasien Rawat Inap
(TPPRI).
18. Perawat/bidan mengambil BHP dan obat di Farmasi sesuai advis DPJP
19. Perawat/bidan melakukan tindakan pemasangan infus dan tindakan
lainnya sesuai advis DPJP di ruang tindakan poliklinik.
20. Perawat/bidan melakukan transfer pasien dari rawat jalan ke rawat
inap.

C. Pasien bpjs
1. Sebelum datang ke RS , pasien meminta surat rujukan dahulu ke
faskes pertama dokter keluarga atau puskesmas ke dokter spesialias
yg akan di tuju
2. Pasien mengambil nomor antrian Pasien Asuransi
3. Pasien melakukan pendaftaran di loket Pendaftaran dengan
menunjukkan surat rujukan
4. Pasien menuju ke Nurse Station poli yang dituju
5. Perawat/bidan mengecek data pasien
6. Jika data tidak sesuai perawat/bidan menghubungi loket Pendaftaran
Pasien Asuransi dan pasien dipersilahkan kembali ke loket
Pendaftaran Pasien Asuransi
7. Jika data sesuai perawat/bidan melakukan Kajian Awal
8. Perawat/bidan mempersilahkan pasien ke poli yang dituju
9. DPJP melakukan pemeriksaan kepada pasien
10. DPJP menentukan pemeriksaan penunjang untuk pasien apa bila di
perlukan
11. pasien dilakukan pemeriksaan penunjang sesuai permintaan DPJP.
12. Pasien kembali ke poli sebelumnya tanpa harus mengantri (dapat
menyela antrian)
13. DPJP menjelaskan hasil pemeriksaan
14. DPJP memberikan resep dan surat kontrol (bila diperlukan)
15. Pasien menuju kasir dengan memberikan lembar resep obat Pasien

36
Asuransi, kemudian pasien menuju ke Farmasi untuk mendapatkan
obat, pasien bisa pulang.
16. Apabila pasien membutuhkan rawat inap DPJP melakukanKIE
kepada pasien dan keluarga bahwa perlu penanganan dengan rawat
inap.
17. Apabila keluarga dan pasien setuju,pasien / keluarga pasien tanda
tangan informed consent dan apabila tidak setuju pasien tanda
tangan penolakan tindakan medis.
18. Apabila pasien / keluarga setuju rawat inap, perawat mengarahkan
keluarga untuk mendaftar di TempatPendaftaran Pasien Rawat Inap
(TPPRI).
19. Perawat/bidan mengambil BHP dan obat di Farmasi sesuai advis
DPJP
20. Perawat/bidan melakukan tindakan pemasangan infus dan tindakan
lainnya sesuai advis DPJP di ruang tindakan poliklinik.
21. Perawat/bidan melakukan transfer pasien dari rawat jalan ke rawat
inap.
D. Asessmen Resiko Jatuh
1. Asessmen Resiko Jatuh Dewasa
Asessmen resiko jatuh dewasa menggunakan metode Morse Fall Scale
(MFS).MSF merupakan salah satu instrument yang dapat digunakan
untuk mengidentifikasi pasien yang beresiko jatuh pada pasien
dewasa.Dengan menghitung skor MFS pada pasien dapat ditentuka
resiko jatuh dari pasien tersebut, sehingga dengan demikian dapat
diupayakan langkah-langkah pencegahan jatuh yang perlu dilakukan.
Tata laksana asessmen resiko jatuh pasien dewasa dengan
menggunakan Morse Fall Scale :
a. Riwayat jatuh
1) Skor 25 jika pasien mempunyai riwayat jatuh dalam 3 bulan
terakhir atau pasien jatuh pertama kali saat ini.
2) Skor 0 jika pasien tidak mempunyai riwayat jatuh.
b. Diagnosa sekunder

37
1) Skor 15 jika diagnose sekunder pasien >2
2) Skor 0 jika tidak.
c. Penggunaan alat bantu jalan
1) Skor 30 jika pasien menggunakan perabot/ furniture untuk
berjalan.
2) Skor 15 jika pasien menggunakan tongkat penyangga
(kruk/walker) untuk berjalan.
3) Skor 0 jika pasien berjalan tanpa alat bantu/ dibantu
menggunakan kursi roda, atau tirah baring dan tidak dapat
bangkit dari tempat tidur sama sekali.
d. Peralatan medis yang terpasang
1) Skor20 jika pasien terpasang infus.
2) Skor 0 jika pasien tidak terpasang infus.
e. Gya berjalan
1) Skor 20 jika gaya berjalanm terganggu, pasien mengalami
kesulitan bangkit dari kursi, berupaya bangun dengan
mendorong lengan kursi atau dengan melambung
(menggunakan beberapa kali upaya untuk bangkit). Kepala
tertunduk, melihat kebawah.Karena keseimbangan pasien
buruk, menggenggam furniture, orang, atau alat bantu jalan
dan tidak dapat berjalan tanpa bantuan.
2) Skor 10 jika gaya berjalan lemah, membungkuk taapi dapat
mengangkat kepala saat berjalan tanpa kehilangan
keseimbangan. Langkah pendek-pendek dan mungkin diseret.
3) Skor 0 jika gaya berjalan normal dengan ciri berjalan dengan
kepala tegak, lengan terayun bebas disamping tubuh, dan
melangkah tanpa ragu-ragu.
f. Status mental
1) Skor 15 jika respon pasien tidak sesuai dengan kemampuan
ambulasi atau jika respon pasien tidak realistis serta tidak
mampu menilai kemampuan dirinya dan lupa
keterbatasannya.

38
2) Skor 0 jika penilaian diri terhadap kemampuan berjalannya
normal.
g. Tingkat resiko ditentukan sebagai berikut :
1) Skor 0-24 resiko rendah
2) Skor 25-44 resiko sedang
3) Skor ≥ 45 resiko tinggi
h. Jika resiko sedang dan tinggi maka perawat atau bidan
memasangkan kancing warna kuning dan signage di pasang di bed
pasien.
2. Asessmen Resiko Jatuh Pasien Anak
Asessmen resiko jatuh pasien anak dengan menggunakan Humpty
Dumpty Scale .Pasien anak adalah pasien yang berumur 0-18 tahun.
Tata laksana skoring asessmen resiko jatuh pasien anak dengan
Humpty Dumpty Scale :
a. Umur
1) Skor 4 bila umur pasien < 3 tahun.
2) Skor 3 bila umur pasien 3-7 tahun.
3) Skor 2 bila umur pasien 7-13 tahun.
4) Skor 1 bila umur pasien
b. Jenis Kelamin
1) Skor 2 bila pasien berjenis kelamin laki-laki.
2) Skor 1 bila pasien berjenis kelamin perempuan.
c. Diagnosa
1) Skor 4 jika pasien didiagnosis kelainan neurologi (kejang,
infeksi SSP, cidera kepala).
2) Skor 3 jika pasien mengalami gangguan saluran nafas,
dehidrasi, anemia, sinkop dan pusing.
3) Skor 2 jika pasien tidak disertai gangguan perilaku dan psikis
(Autis, Sindrom down, dll).
4) Skor 1 jika pasien memiliki lebih dari 1 diagnosa.
d. Gangguan Kognitif
1) Skor 3 jika pasien tidak sadar/ over estimet terhadap

39
kemampuan dirinya.
2) Skor 2 jika pasien lupa keterbatasan dirinya.
3) Skor 1 jika pasien mengetahui dan menyadari kemampuan
sebenarnya dirinya.
e. Faktor lingkungan
1) Skor 4 jika pasien mempunyai riwayat jatuh dari tempat tidur
saat bayi dan anak.
2) Skor 3 jika pasien menggunakan alat penopang saat berjalan/
diletakkan di box pasien.
3) Skor 2 jika pasien hanya dapat berada di tempat tidur saat
perawatan.
4) Skor 1 jika pasien dapat melakukan aktivitas di luar ruang
rawat.
f. Pembedahan/ sedasi/ anestesi
1) Skor 3 jika pasien respon terhadap operasi dan efek obat
anestesi dalam waktu 24 jam.
2) Skor 2 jika pasien respon terhadap operasi dan efek obat
anestesi dalam waktu 48 jam.
3) Skor 1 jika pasien respon terhadap operasi dan efek obat
anaestesi dalam waktu < 48 jam / tidak menjalani
pembedahan.
g. Medikametosa
1) Skor 3 jika pasien menggunakan lebih dari 1 obat sedative (
barbiturate, fenatiasin, antidepresan, pencahar, narkotik).
2) Skor 2 jika pasien menggunakan salah satu obat sedative.
3) Skor 1 jika pasien menggunakan obat lain selain obat diatas.
h. Tingkat resiko ditentukan sebagai berikut :
1) Resiko rendah (7-11).
2) Resiko tinggi ≥ 12.
i. Jika resiko jatuh tinggi maka perawat atau bidan memasangkan
kancing warna kuning dan signage dipasang di bed pasien.
3. Asessmen Resiko Jatuh Lanjut Usia

40
Asessmen resiko jatuh pada pasien lanjut usia ≥ 60 tahun
menggunakan Ontario Modified Stratify – Sydney Scale. Tata laksana
skoring asessmen resiko jatuh pada lanjut usia :
a. Riwayat jatuh
1) Skor 6 jika pasien mempunyai riwayat jatuh dalam 2 bulan
terakhir atau pasien jatuh pertama kali saat ini.
2) Skor 0 jika pasien tidak mempunyai riwayat jatuh.
b. Status mental
1) Skor 14 jika pasien mengalami delirium/ disorientasi/
agitasi.
2) Skor 0 jika pasien tidak ada gangguan status mental.
c. Penglihatan
1) Skor 1 jika pasien memakai kacamata/ penglihatan
buram/ glaucoma/ katarak/ degenerasi macula.
2) Skor 0 jika pasien tidak ada ganmgguan penglihatan.
d. Kebiasaan berkemih
1) Skor 2 jika pasien mengalam I perubahan perilaku
berkemih (frekuensi, urgensi, inkontinensia, nokturia).
2) Skor 0 jika pasien tidak ada gangguan kebiasaan berkemih.
e. Transfer
1) Skor 3 jika perlu bantuan total/ tidak dapat duduk
seimbang.
2) Skor 2 jika perlu bantuan 2 orang.
3) Skor 1 jika perlu bantuan 1 orang/ dalam pengawasan.
4) Skor 0 jika pasien mandiri/ atau dengan alat bantu.
f. Mobilitas
1) Skor 3 jika pasien imobilisasi.
2) Skor 2 jika pasien menggunakan kursi roda.
3) Skor 1 jika pasien dengan bantuan 1 orang (verbal/ fisik).
4) Skor 0 jika pasien mandiri/ atau dengan alat bantu, Untuk
transfer dan mobilitas hasil skoring di jumlahkan.
g. Jumlah nilai transfer dan mobilitas jika nilai total 0-3 maka skor

41
0, jika nilai total 4-6 maka skor 7.
h. Tingkat resiko di tentukan sebagai berikut :
1) Resiko rendah (0-5)
2) Resiko sedang (6-16)
3) Resiko tinggi (17-30)
i. Jika resiko jatuh sedang atau tinggi perawat atau bidan
memasangkan kancing warna kuning dan signage di pasang di
bed pasien.
4. Asessmen Resiko Jatuh Up And Go
Setiap pasien di Instalasi Rawat Jalan akan dilakukan skrining awal
dengan menggunakan get up and go setiap kali kunjungan.
Tools Resiko Jatuh Up And Go
a. Pengkajian
No Penilaian/ Pengkajian Ya Tidak

Cara berjalan pasien ( salah satu atau lebih)


a. Tidak seimbang/ sempoyongan
1 b. Jalan dengan menggunakan alat bantu ( kruk,
tripot, kursi roda, orang lain )
Menopang saat duduk : tampak memegang
pinggiran kursi/ meja/ benda lain sebagai
2
penopang saat duduk.

b. Hasil
No Hasil Penilaian

Tidak ditemukan 1 dan 2


Tidak Beresiko
1
Ditemukan salah satu dari 1 atau 2
Resiko Rendah
2
Ditemukan 1 dan 2
Resiko Tinggi
3

42
c. Tindakan
Jika pasien beresiko jatuh rendah maka cukup di berikan
edukasi, sedangkan jika pasien beresiko jatuh tinggi maka
dilakukan edukasi serta pemasangan pita kuning.

43
ASUHAN BAYI
BARU LAHIR

DEFINISI:

Bayi Baru Lahir normal adalah


bayi yang lahir dalam presentasi
belakang kepala melalui vagina
tanpa memakai alat, pada usia
kehamilan aterm (37 mgg-41mgg)
dengan berat badan lahir 2500-
4000 gr, nilai APGAR skore > 7
dan tanpa cacat bawaan

TANDA-TANDA BAHAYA BAYI BARU


LAHIR NORMAL:

1. Appereance Color (warna kulit)


seluruh tubuh kemerah-merahan
2. Pulse (Heart Rate) atau frekuensi
jantung > 100 x/menit
3. Grimace (reaksi terhadasp
rangsangan) mennagis, batuk, bersin
4. Activity (tonus otot) gerakan aktif
5. respiration (usaha nafas)

44
PENAMPILAN PADA BAYI BARU
LAHIR

1. kesadraan dan reaski terhadap


sekeliling
2. keaktifan, bayi normal melakukan
gerakan-gerakan tangan yang sistematis
pada waktu bangun
3. simetris keaktifan
4. muka/wajah bayi tampak ekspresi
5. mulut
6. leher, dada, abdomen : melihat adanya
cedera akibat persalinan
7. punggung

8. Kulit dan kuku


9. Kelancaran menghisap dan
pencernaan
10. reflek rooting, bayi
menoleh ke arah benda yang
menyentuh pipi
11. berat badan sebaiknya
tiap hari dipantau
penurunannya

MANAJEMEN BAYI BARU LAHIR


1. pengaturan suhu
2. resusitasi bayi baru lahir
3. inisiasi menyusui dini (IMD)
4. pengikatan dan pemotongan tali pusat
5. perawatan tali pusat
6. pemberian salep mata
7. pemberian vitamin K di paha kiri bayi segera
setelah bayi lahir
8. pengukuran berat, panjang, lingkar kepala,
lingkar perut dan panjang badan bayi
9. pemberian imunisasi Hepatitis B di paha kanan
bayi

45
MANFAAT
A. STANDARISASI TEKNIK
DETEKSI PERBURUKAN PASIEN
B. STANDARISASI TINGKAT
PERBURUKAN KONDISI PASIEN
C. MEMBANTU PENGAMBILAN
KEPUTUSAN DENGAN CEPAT
DAN TEPAT

JENIS INSTRUMEN
1. MEWS ( MODIFIED EARLY WARNING
SYSTEM )
2. NEWS ( NATIONAL EARLY WARNING
SYSTEM )
3. PEWS ( PEDIATRIC EARLY WARNING
SYSTEM )
4. MEOS ( MODIFIED EARLY OBSTETRIC
SYSTEM )

46
47
48
LATIHAN PEWS USIA NEWBORN

RR : 70 X / MNT,
MENGGUNAKAN PUCAT TIDUR
CPAP FI02 35 %

SUHU 37,8 C SKOR ????

49
50
Rumah Sakit PONEK 24 jam merupakan
bagian dari system rujukan dalam pelayanan
kedaruratan dalam maternal dan neonatal, yang
sangat berperan dalam menurunkan angka
kematian ibu dan bayi baru lahir

RUANG LINGKUP PELAYANAN


 Upaya Pelayanan PONEK :
 Stabilisasi di IGD dan persiapan untuk pengobatan
definitif.
 Penanganan kasus gawat darurat oleh tim PONEK
RS di ruang tindakan.
 Penanganan operatif cepat dan tepat meliputi sectio
caesaria, Laparatomi
 Perawatan intensif ibu dan bayi.
 Pelayanan Asuhan Ante Natal Risiko Tinggi.

KRITERIA PASIEN PONEK

 PONEK Rumah Sakit Tipe C


 Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal
Fisiologis.
➢ Pelayanan Kehamilan.
➢ Pelayanan Persalinan.
➢ Pelayanan Nifas.
➢ Asuhan Bayi Baru Lahir (Level 1).
➢ Immunisasi dan Stimulasi, Deteksi, Intervensi Dini Tumbuh
Kembang (SDIDTK)

51
Pelayanan kesehatan Maternal dan Neonatal
dengan risiko tinggi :
Masa antenatal

❑ Perdarahan pada kehamilan muda ( abortus dan


molahidatidosa)
❑ Nyeri perut dalam kehamilan muda dan lanjut
❑ Gerak janin menurun tidak dirasakan
❑ Demam dalam kehamilan dan persalinan
❑ Kehamilan ektopik (KE) & Kehamilan Ektopik Terganggu
(KET)

❑ Kehamilan dengan tekanan darah tinggi dan pre eklamsi


❑ Kehamilan dengan kelainan letak ( sungsang, lintang )
❑ Kehamilan dengan penyulit ( TB ibu kurang dari 150
cm, Riwayat SC, Riwayat miomektomi, dan gemeli )
❑ Kehamilan dengan penyakit penyerta ( asma, DM )
❑ Kehamilan dengan pertumbuhan janin terhambat

Masa intranatal
❖ Persalinan dengan parut uterus
❖ Persalinan dengan distensi uterus
❖ Gawat janin dalam persalinan
❖ Pelayanan terhadap syok maternal
❖ Ketuban pecah dini
❖ Persalinan lama
❖ Induksi dan akselerasi persalinan
❖ Aspirasi vakum manual
❖ Seksio sesarea
❖ Episiotomi
❖ Malpresentasi dan malposisi
❖ Distosia bahu

52
❖ Prolapsus tali pusat
❖ Plasenta manual
❖ Perbaikan robekan serviks
❖ Perbaikan robekan vagina dan perineum
❖ Perbaikan robekan dinding uterus
❖ Histerektomi
❖ Kompresi bimanual dan aorta
❖ Dilatasi dan kuretase
❖ Ligase arteri uterina
❖ Bayi baru lahir dengan asfiksia
❖ BBLR
❖ Resusitasi bayi baru lahir
❖ Anestesia umum dan regional anestesi untuk seksio sesaria
❖ Anestesia spinal

Masa Post Natal


Masa nifas

✓ Demam pasca persalinan


✓ Perdarahan pasca persalinan
✓ Nyeri perut pasca persalinan
✓ Keluarga Berencana

Pelayanan Kesehatan Neonatal

➢ hiperbilirubinemi
➢ Asfiksia
➢ trauma kelahiran
➢ Hipoglikemi
➢ Kejang
➢ sepsis neonatal
➢ gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit
➢ gangguan pernapasan
➢ gangguan pendarahan
➢ renjatan (shock)
➢ aspirasi mekonium
➢ Koma
➢ Inisiasi dini ASI (Breast Feeding)
➢ Kangaroo Mother Care
➢ Resusitasi Neonatus
➢ Pemberian minum pada bayi risiko tinggi

53
Pelayanan Ginekologis

❖ Kehamilan ektopik
❖ Perdarahan uterus disfungsional
❖ Perdarahan menoragia
❖ Kista ovarium ( torri kista )
❖ Penyulit radang panggul
❖ Abses Pelvik
❖ Infeksi Saluran Genitalia

Pelayanan Penunjang Medis

Pelayanan Darah
Meliputi :
➢ Merencanakan kebutuhan darah di RS
➢ Menerima darah dari Unit Tranfusi Darah ( UTD ) yang telah
memenuhi syarat uji saring (non reaktif) dan telah
dikonfirmasi golongan darah.
➢ Menyimpan darah dan memantau suhu simpan darah.
➢ Memantau persediaan darah harian / mingguan.
➢ Melakukan pemeriksaan golongan darah ABO dan Rhesus
pada darah donor dan darah recipient
➢ Melakukan uji silang serasi antara darah donor dan darah
recipient.
➢ Melakukan rujukan kesulitan uji silang serasi dan
golongan darah ABO / rhesus ke Unit Tranfusi darah
(UTD) secara berjenjang.

54
SASARAN IV : KEPASTIAN TEPAT-LOKASI, TEPAT-PROSEDUR,
TEPAT-PASIEN OPERASI

• Rumah sakit
mengembangkan
suatu pendekatan
untuk memastikan
tepat-lokasi, tepat-
prosedur, dan
tepat- pasien.

REGINA
TURNER (52)
“LEFT SIDED
CRANIOTOMY
BYPASS”
DIOPERASI SISI
KANAN,
KARENA TIM
OPERASI TAK
MELAKUKAN
TIME OUT

OPERASI SALAH KAKI

KARS

55
OPERASI SALAH SISI

KARS

Maksud dan Tujuan SKP IV

Penyebab Salah-lokasi, Salah-prosedur, Salah


Pasien Pada Operasi
1. Komunikasi Yang Tidak Efektif/Tidak Adekuat Antara
Anggota Tim Bedah
2. Kurang/Tidak Melibatkan Pasien Di Dalam Penandaan
Lokasi (Site Marking)
3. Tidak Ada Prosedur Untuk Verifikasi Lokasi Operasi
4. Asesmen Pasien Yang Tidak Adekuat
5. Penelaahan Ulang Catatan Medis Tidak Adekuat
6. Budaya Yang Tidak Mendukung Komunikasi Terbuka
Antar Anggota Tim Bedah
7. Tulisan perintah/Resep Yang Tidak Terbaca (Illegible
Handwriting)tah
8. Pemakaian Singkatan yang dilarang

KEBIJAKAN PENANDAAN LOKASI OPERASI

1. Penandaan dilakukan pada semua kasus termasuk sisi


(laterality), multipel struktur (jari tangan, jari kaki, lesi), atau
multipel level (tulang belakang)
2. Perlu melibatkan pasien
3. Tak mudah luntur terkena air/alkohol / betadine
4. Mudah dikenali
5. Digunakan secara konsisten di RS
6. dibuat oleh operator /orang yang akan melakukan tindakan,
7. Dilaksanakan saat pasien terjaga dan sadar jika memungkinkan,
dan harus terlihat sampai saat akan disayat

56
BEBERAPA PROSEDUR YANG TIDAK
MEMERLUKAN PENANDAAN:

• Kasus organ tunggal (misalnya operasi


jantung, operasi caesar)
• Kasus intervensi seperti kateter jantung
• Kasus yang melibatkan gigi
• Prosedur yang melibatkan bayi prematur di
mana penandaan akan menyebabkan tato
permanen

CONTOH PENANDAAN

KARS

KEBIJAKAN VERIFIKASI PRAOPERATIF :

1. Verifikasi lokasi, prosedur, dan pasien yang benar


2. Pastikan bahwa semua dokumen, foto, hasil pemeriksaan
yang relevan tersedia, diberi label dan dipampang dg baik
3. Verifikasi ketersediaan peralatan khusus dan/atau implant
2 implant yg dibutuhkan
4. Tahap Time out :
1. memungkinkan semua pertanyaan/kekeliruan diselesaikan
2. dilakukan di tempat tindakan, tepat sebelum dimulai,
3. melibatkan seluruh tim operasi
5. Pakai surgical safety check-list (WHO . 2009)

57
TIME OUT

KARS

PANDUAN/SPO
Sebelum Induksi Anestesi:

1. Identifikasi pasien, prosedur, informed concent


sudah dicek ?
2. Sisi operasi sudah ditandai ?
3. Mesin anestesi dan obat-obatan lengkap ?
4. pulse oxymeter terpasang dan berfungsi ?
5. Allergi ?
6. Kemungkinan kesulitan jalan nafas atau aspirasi
7. Risiko kehilangandarah >= 500ml (IV Line harus
sudah terpasang dan Informed Consent untuk
transfusi darah sudah di tandatangani
Catatan. Sebelum melanjutkan ke tahap berikutnya
harus sudah ditandatangani oleh Anestesi

PANDUAN
Sebelum Insisi Kulit (Time-out):Apakah …….
1. Konfirmasi anggota tim (nama dan peran)
2. Konfirmasi nama pasien , prosedur dan lokasi incisi
3. Antibiotik propillaksi sdh diberikan dalam 60 menit
sebelumnya
4. Antisipasi kejadian kritis:
1. Dr Bedah: apa langkah, berapa lama, kmk blood lost ?
2. Dr anestesi: apa ada patients spesific corcern ?
3. Perawat : Sterilitas , instrumen ?
5. Imaging yg diperlukan sdh dipasang ?
Catatan. Sebelum melanjutkan ke tahap berikutnya
harus sudah ditandatangani oleh Perawat Sirkuler

58
PANDUAN/SPO
SEBELUM PASIEN MENINGGALKAN KAMAR OPERASI
1. Perawat melakukan konfirmasi secara verbal,
bersama dokter operator dan anestesi
a) Nama prosedur,
b) Instrumen, gas verband, jarum dihitung harus lengkap
c) Speciment telah di beri label dengan PID tepat
d) Apa ada masalah peralatan yang harus ditangani
2. Dokter kpd perawat dan anestesi, apa yang harus
diperhatikan dalam recovery dan manajemen
pasien
Catatan. Sebelum melanjutkan ke tahap berikutnya
harus sudah ditandatangani oleh Operator

59
MATERI ORIENTASI CSSD
(ALUR PROSES STERILISASI ALAT)

Konsep Area CSSD

AREA KOTOR AREA BERSIH AREA STERIL

o Penerimaan o Kontrol dan o Penyimpanan


barang kotor perakitan alat produk steril
o Pembersihan o Pelipatan linen o Penyerahan /
(dekontaminasi o Pengemasan distribusi
pencucian)dan alat/linen produk steril
pengeringan o Proses sterilisasi

Aktifitas Fungsional CSSD


Instrumen Pembersihan Penerimaan
Penerimaan
bedah / barang kotor
dan barang
AMHP kotor Pengeringan bersih

Penyimpanan Proses Pemberian


Pengemasan
barang steril Sterilisasi Label

Pendistribusian
barang steril

60
Penatalaksanaan instrumen
Pemakaian

Desinfeksi/ pembersihan

Visual inspection/ care and function test

Setting/ pengepakan

Sterilisasi

Penyimpanan

Distribusi

KLASIFIKASI INSTRUMENT

1. Peralatan Kritikal : Peralatan yang menembus vascular atau


mengenai jaringan, contoh : implant
2. Peralatan Non kritikal : Peralatan yang menyentuh kulit, contoh :
tourniquet, tensi, termometer
3. Peralatan semi-kritikal : Peralatan yang menembus membrane
mukosa, contoh : Laringoskop, USG

PENGENALAN ALAT/MESIN DI RUANGAN


1 2
1. Steri-Vac with ETO (Low-Temp)
2. Drying Cabinet
3. Autoclave Steam (High-Temp)
4. Attest Autorapid-Reader (Steam, ETO)
3
5. Steri-lock Rotary Sealer 4
6. Gun labeller applicator
7. Ultrasonic Washer

7 5
6

61
JENIS-JENIS INDIKATOR STERILISASI
1. Indikator Biologi (Steam dan ETO)
=> suatu indikator dari mikroorganisme
yang ada dalam media (tabung)

2. Indikator Kimia (Steam dan ETO)(strip)


=> suatu indikator yang diamati karena
adanya reaksi2 senyawa yang terjadi pada
media (dalam hal ini indikator pada pouches)
3. Indikator Kimia (Steam dan ETO)(roll tape)
4. Bowie-Dick Test (Steam)
=> termasuk indikator kimia untuk menguji
proses pemvakuman chamber autoclave
berjalan normal atau tidak

 Alur pengiriman Linen Kotor

Dikirim ke
Linen kotor infeksius
laundry
yang
dipakai
pasien Non
infeksius
Dikeringk Dipisah-
an- ditimbang-
disetrika dicuci

Linen steril Linen non steril

Gudang CSSD
penyimpanan

Distribusi

62
BEBERAPA KEBIJAKAN CSSD
1. Untuk instrument kotor dari tiap unit perawatan,dilakukan desinfektan dan
dibersihkan sampai darah bersih, untuk pengambilan dilakukan oleh petugas CSSD
ke masing-masing ruangan.Pengambilan pagi jam 07.15 Siang jam 13 s/d 15.30
lebih dari jam itu diantar sendiri oleh unit masing2/di ambil besok pagi.
2. Khusus untuk kamar bedah, instrument kotor diserahkan melalui akses pintu koridor
kotor untuk selanjutnya di dekontaminasi oleh petugas CSSD
3. Pengambilan instrument steril/kasa dan linen steril dilakukan serah terima di ruang
gudang steril tiap unit perawatan mengambil sendiri termasuk Kamar Bedah (akses
serah terima berbeda antara Kamar Bedah dan Unit lain)

63
STANDAR RAWAT
GABUNG
Ruang Bima

Apa itu rawat gabung ??

Rawat gabung adalah membiarkan ibu


dan bayinya bersama terus menerus. Pada rawat gabung /
rooming-in bayi diletakkan di box bayi yang berada di dekat
ranjang ibu sehingga mudah terjangkau.

Manfaat rawat gabung

1. Mempercepat mantapnya dan terus terlaksananya proses menyusui


2. Rawat gabung akan meningkatkan ikatan batin antara ibu dan
bayinya.
3. Menurunkan infeksi
Adanya kontak kulit dengan kulit antara bayi dan ibunya
memungkinkan bayi terpapar pada bakteri-bakteri normal pada
kulit ibu, yang dapat melindungi bayi terhadap kumankuman
berbahaya.

64
4. Bayi yang dirawat gabung akan lebih jarang menangis, lebih
mudah ditenangkan, lebih banyak tidur. Mereka minum lebih
banyak dan berat badannya lebih cepat naik.
5. Melatih ketrampilan ibu merawat bayinya sendiri
Tindakan perawatan bayi yang dilakukan di dekat ibunya akan
membantu ibu untuk melatih ketrampilan merawat bayinya
sendiri, sehingga pada saat pulang ibu sudah tidak canggung lagi
merawat bayinya.

Kriteria Rawat Gabung


Tidak semua bayi baru lahir dapat menjalani rawat gabung.
Perlu dibuat suatu kriteria/syarat untuk menentukan bayi
mana saja yang dapat menjalani rawat gabung. Kriteria
yang dapat dipakai adalah sebagai berikut:

1. Bayi normal, tidak mempunyai cacat bawaan berat


2. Nilai APGAR menit ke 5 lebih dari 7
3. Keadaan stabil
4. Berat badan lahir >2500-4000 gram
5. Umur kehamilan 37-42 minggu
6. Tak ada faktor risiko
7. Ibu sehat

Kesimpulan
Rawat gabung merupakan pilihan terbaik untuk merawat
bayi dan ibu yang sehat karena dapat meningkatkan
pemberian ASI, mengurangi risiko infeksi, meningkatkan
ikatan antara ibu dan bayi

65
IGD RS BHINA BHAKTI HUSADA

R.Dekontaminasi

Triase Primer

66
R.Observasi

67
TRIAGE
Kenapa diadopsi di IGD ?

68
Triage

 Triage Adalah proses memilah dan memilih pasien


berdasarkan beban penyakit serta memprorietaskan
penanganan

FORM TRIASE

69
PRINSIP TRIAGE
1. Segera & Tepat waktu
2. Penilaian yang memadai dan akurat
3. Penilaian berdasarkan penilaian
4. Intervensi sesuai dengan kondisi ketajaman
5. Kepuasan pasien
6. Dokumentasi lengkap

Tujuan
• Untuk menguraikan perbedaan sistem klasifikasi pre-
hospital & hospital

Kode warna Triage (Internasional)


• Hitam – priority 0
• Merah – priority 1
• Kuning – priority 2
• Hijau – priority 3

70
Kasus pasien yang tidak bisa berjalan
Kategori Pernapasan Nadi Radialis Penurunan
Kesadaran
Kritis/Segera > 30/mnt Tidak Teraba Tidak
sadar/perubahan
status mental
Bisa < 30/ mnt Teraba Normal
ditunda/Dilayed
Meninggal/tidak Tidak Bernapas Tidak Teraba Tidak sadar
dapat
diselamatkan

Skala Kategori Keakutan Pasien


➢Prioritas 1(Emergency)
• Pasien dengfan kondisi mengancam nyawa,kolaps
kardiovaskuler,memerlukan evaluasi dan intervensi
segera
• Ruang resusitasi dengan alokasi tenaga dan peralatan
maksimal
• Waktu tunggu NOL

71
➢Prioritas 2 ( Urgent)
• Pasien dengan penyakit yang akut,tidak dalam ancaman
kolaps
• Perlu perhatian awal
• Mungkin membutuhkan trolly

➢Prioritas 3 (non urgent)


• Pasien dengan masalah medis yang minimal
• Kondisi yang timbul sudah lama/luka lama
• Bisa jalan / butuh kursi roda
• ruang P3

➢Prioritas 4 dan 5 (non urgent)


• Pasien kategori rawat jalan
• Tidak gawat dan tidak darurat

72
➢Prioritas 0 (kasus kematian)
• Tidak ada respon pada segala rangsangan
• Tidak ada respirasi spontan
• Tidak ada bukti aktivitas jantung
• Hilangnya respon pupil terhadap cahaya

Perbandingan sistem skala Triage 5


kategori berdasarkan peringkat
CTAS ESI ATS MANCHESTER
Kategori resusitasi Lavel 1 Resusitasi Langsung(merah)

Gawat darurat Lavel 2 Gawat darurat Gawat darurat(merah)

Darurat Lavel 3 Darurat Darurat(kuning)


Biasa Lavel 4 Biasa Standart(hijau)

Tidak gawat Lavel 5 Tidak gawat Biasa (biru)


Waktu Resusitasi Level 1 : segera Resusitasi : Langsung : 0 menit
perawatan :Segera/langsung segera/langsusng

Gawat darurat:<15 Level 2 :<15 mnt Gawat Gawat darurat :


mnt darurat:<15mnt 10mnt

Darurat:<30mnt Level 3:>60 mnt Darurat :<30mnt Darurat : 60mnt

Biasa : < 60mnt Level 4:bisa Biasa :<60mnt Stadart :120mnt


ditunda
Tidak gawat Level 5 : bisa Tidak gawat Biasa : 240mnt
:<120mnt ditunda :<120mnt

73
SKRINING EKSTERNAL

TRIAGE TELEPON
Perilaku Umum
• Perkenalkan diri anda
• Tenang dan terdengar percaya diri
• Gunakan istilah orang awam
• Sabar
Kesimpulan
Triage telepon merupakan kecakapan khusus yang harus
digunakan tepat untuk membantu mereka yang
membutuhkan.

74
75
76
77
78
79
80
81
82
83
84
85
86
87
88
89
90
91
92
93
94
95
96
97
98
99
100
101
102
103
104
105
106
107
108
109
110
111
112
113
114
115
116
117
118
119
120
121
122
123
124
125
126
127
128
129
130
131
132
133
134

Anda mungkin juga menyukai