U : Tapuji ma Tuhan i na papatarhon asini rohaNa tu hita, Marsangap ma Debata na manongtong manghaol hita
di bagasan AnakNa Tuhan Jesus Kristus dohot Tondi Parbadia.
R : Patinggilonnami do sipareonnami laho tumangihon hataNa , jala sian unduk ni roha mangulahon
hombar tu lomo ni rohaNa.
U : Tapahibul ma roha dohot pingkiranta laho mamuji Ibana, marende ma hita:
Saudara yang terkasih, Pengharapan adalah daya kekuatan yang memampukan kita untuk bergerak
maju, untuk terus hidup, untuk tetap melihat masa depan dan bertahan dalam segala situasi. Tanpa
pengharapan tidak ada kehidupan, tetapi selama ada pengharapan, selama itulah ada kehidupan. Dalam
perikop ini kita melihat bahwa Allah memberikan janjiNya kepada Abraham, yaitu janji untuk memberikan
Abraham keturunan yang banyaknya seperti bintang dilangit. Allah setia dan memelihara janjiNya kepada
Abraham dan keturunanNya. Tidak sekedar berucap kata, tetapi Allah juga memberi tanda “materai” atas
janji yang diberi. Yaitu sumpah kepada diriNya sendiri. Memang dalam tradisi orang Yahudi dalam hal
bersumpah harus mengatasnamakan orang atau sosok yang lebih tinggi dari dirinya seperti raja atau
penguasa. Namun berbeda dengan Allah, dalam sumpahNya Ia bersumpah atas diriNya sendiri. Sebab tidak
ada lagi pribadi yang lebih tinggi dari Allah. Janji Allah disertai dengan sumpah untuk mempertegas bahwa
Allah memang benar-benar serius dengan apa yang dikatakanNya. Sesungguhnya Allah tidak perlu mengikat
diriNya dengan sumpah, sebab Allah tidak mungkin berdusta. Tetapi demi kokohnya pengharapan orang
pada janjiNya, sehingga Dia rela mengikat diri dengan bersumpah. Ini merupakan jaminan besar Allah kepada
manusia. Hal ini juga dilakukan untuk sebuah alasan karena Allah ingin menjadikan Abraham sebagai seorang
yang sungguh-sungguh beriman.
Bukan tanpa kesulitan berpegang pada pengharapan dan janji Allah, Abraham pun tetap mengalami
tantangan. Namun demikian Abraham tetap bersabar menanti. Karena kesabaran itu pada akhirnya dia akan
memperoleh apa yang Allah janjikan kepadaNya. Belajar dari Abraham yang harus menunggu waktu yang
sangat lama untuk bisa mendapatkan keturunan, yaitu Ishak. Yang patut diteladani dari Abraham adalah
kesabarannya dalam menanti dan menaati janji Allah dengan sepenuh hati. Ia percaya dengan kepastian dan
jaminan janji Allah pasti digenapi. Allah yang dikenalnya secara pribadi pasti akan menepatinya dan Ia tidak
pernah sekalipun ingkar janji. Dalam menunggu janji Allah itu, Abraham juga dibentuk menjadi pribadi yang
sabar. Kesabaran itulah yang membawa Abraham melihat waktu dan cara Allah menjawab pengharapannya.
Dikatakan bahwa pengharapan itu adalah sauh/jangkar yang kuat dan aman, bagi jiwa orang yang percaya
yang tidak membuat kapal tidak terhanyut dengan arus laut. Artinya dengan jangkar itulah orang dapat
bertahan dalam badai ketidakpastian hidup. Oleh karena itu keputusan Abraham untuk berpengharapan
kepada Allah adalah sebuah keputusan yang terbaik. Memang seringkali yang paling menggoda seseorang
untuk tidak setia sampai akhir adalah penyakit ketidaksabaran. Manusia cenderung ingin cepat memetik hasil
dalam melakukan sesuatu. Itu sebabnya sebagian orang Kristen ingin berpaling dari Kristus karena tidak
puas dengan kepercayaan yang dianutnya. Maka dari itu melalui nats ini kita dituntun untuk melihat iman
kepercayaan Abraham sebagai pribadi yang setia, pribadi yang penuh dengan pengharapan, sampai akhirnya
dia menerima janji-janji Allah yang sudah digenapi.
Allah kita adalah Allah yang tidak pernah berubah dalam pendirianNya. Dia memiliki waktu yang
sangat tepat untuk memberikan apa yang diinginkan oleh umatNya yang terkadang caranya di luar pemikiran
kita. Kesetiaan, ketekunan, keseriusan dan kesabaran sangat diperlukan dalam menanti janji Allah. Jika saat
ini kita sedang menanti sesuatu atau keinginan yang mungkin belum terpenuhi, jangan pernah berputus asa.
Kita dapat belajar melalui nats ini bahwa pengharapan menolong kita untuk tetap setia dan fokus pada janji
Tuhan. Mari lakukan apa yang menjadi tanggungjawab kita dan Dia yang adalah Allah kita akan melakukan
bagianNya dengan cara dan waktuNya sendiri. Maka jangan pernah berusaha menjawab pergumulan yang
kita alami dengan cara kita sendiri, tetapi biarkan Dia yang menuntun dan menentukan kehidupan kita. Sebab
rancangan Tuhan adalah rancangan damai sejahtera dan bukan rancangan kecelakaan, tetapi untuk
memberikan kepadamu hari depan yang penuh harapan (Yer. 29:11-14). Dengan demikian, tetaplah hidup
dalam pengharapan, jangan pernah berubah , karena Tuhan kita adalah Tuhan yang setia yang kasih setiaNya
tidak pernah berubah tetapi kekal sampai selama-lamanya. Amin