Abstract: Glagahwero Village, Kalisat District, Jember Regency is an area that still
has a high stunting rate. The prevalence of stunting in Kalisat ranks second highest
in Jember Regency at 85.7%. Therefore, it is necessary to have the SING
IMPORTANT BERAKZI program (Synergiscity of Stunting Prevention Efforts
through Community Empowerment and Nutrition Intervention) in Glagahwero
Village in which there is education on the application of PHBS (Clean and Healthy
Behavior). The results of the situation analysis conducted using the interview
method found that the majority of residents already have their own latrines at their
homes, but they still defecate in the open, namely in the river. Apart from that,
handwashing with soap (handwashing with soap) is also rarely practiced. This study
aims to analyze the educational effectiveness of implementing PHBS (Clean and
Healthy Behavior) which is one of the factors causing stunting. The research was
carried out targeting elementary school children and mothers. The results showed
that there was an increase between the pre-test and post-test. This proves that
education on the implementation of PHBS is effective in preventing stunting in
Glagahwero Village, Kalisat.
PENDAHULUAN
Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) penting untuk diterapkan dalam
kehidupan sehari-hari. Berdasarkan gabungan data Riskesdas tahun 2007, 2013, dan
2018, selama 10 tahun terakhir ini, persentase rumah tangga yang menerapkan PHBS
mengalami peningkatan hingga 28% (Kemenkes RI, 2021). Namun kenyataannya, tidak
sedikit yang belum menerapkan PHBS dalam kesehariannya. Perilaku Bersih dan Sehat
merupakan upaya untuk membagikan pengalaman terkait perilaku sehat melalui
individu, kelompok, dan masyarakat dengan menggunakan media komunikasi. Tujuan
utama dari penerapan PHBS adalah untuk meningkatkan kualitas kesehatan dengan cara
menyadarkan individu dalam menerapkan perilaku hidup bersih dan sehat dalam
kesehariannya.
Salah satu indikator penerapan PHBS adalah upaya mencegah timbulnya penyakit
menular. Apabila sanitasi lingkungannya buruk, maka dapat memicu timbulnya
penyakit. Hal ini dapat berpengaruh pada status kesehatan baik individu, maupun
1
ausausana123@gmail.com
P-ISSN: 1411-5433
E-ISSN: 2502-2768
© 20XX Saintifika; Jurusan PMIPA, FKIP, Universitas Jember
http://jurnal.unej.ac.id/index.php/STF
Amrulloh , dkk: Efektivitas Edukasi Penerapan PHBS … ________ 85
kelompok. Oleh karena itu, penerapan PHBS penting dilakukan, dimulai dari lingkup
yang paling kecil, yaitu keluarga. Dalam lingkup keluarga, ibu memiliki peran yang
besar dalam mengajarkan dan membiasakan anggota keluarga untuk menerapkan PHBS
(Agnes Fitria Widiyanto, 2017). Hubungan antara penerapan PHBS di dalam keluarga
dengan status kesehatan, yaitu semakin tinggi penerapan PHBS, maka semakin rendah
kemungkinan timbulnya penyakit infeksius atau menular(Apriani, 2018).
Salah satu dampak dari adanya penyakit infeksi adalah terjadinya stunting yang
merupakan kondisi gagal tumbuh bayi akibat kurangnya asupan makanan dan penyakit
infeksi sebagai faktor penyebab langsung. Oleh karena itu, dapat dikatakan bahwa
PHBS berkaitan dengan status gizi buah hati (Lynawati, 2020). Hal ini bisa dilihat dari
hal yang paling sederhana, yakni mencuci tangan dengan air mengalir dan sabun.
Tujuan dari mencuci tangan dengan air mengalir dan sabun adalah untuk mematikan
atau menghilangkan bakteri mikroorganisme yang menempel pada tangan (Asda and
Sekarwati, 2020). Apabila hanya mencuci tangan dengan air saja, maka berpotensi
timbulnya penyakit karena bakteri pada tangan masih ada.
Selain mencuci tangan dengan sabun, terdapat perilaku yang juga berkontribusi
terhadap status kesehatan masyarakat, yaitu buang air besar sembarangan di sungai.
Meski telah memiliki jamban masing-masing di rumah, masyarakat masih ada yang
melakukan buang air besar di sungai. Hal ini karena perilaku buang air besar di sungai
sudah melekat sehingga untuk mengubahnya dibutuhkan proses yang tidak singkat
(Rahmuniyati and Sahayati, 2021).Oleh karena itu, diperlukan kegiatan, seperti
penyuluhan yang dapat meningkatkan pemahaman dan kesadaran dari tiap individu
untuk mengubah perilaku tersebut sehingga timbul dorongan untuk memperbaiki
personal higiene(Solehati et al., 2015).
Desa Glagahwero, Kecamatan Kalisat merupakan wilayah di daerah Jember
bagian utara dengan luas 473.012 Ha yang memilki 4 dusun, yaitu Dusun Krajan I,
Dusun Krajan II, Dusun Prasean I, dan Dusun Prasean II. Warga di desa ini mayoritas
bermata pencaharian sebagai petani. Masyarakatnya sebagian besar tamat SD/sederajat
sebanyak 189 orang (30,78%). Penduduk yang tidak atau belum sekolah sebanyak 120
orang, belum tamat SD/sederajat sejumlah 70 orang, sedangkan pada tingkat SLTP dan
SLTA atau sederajat sebesar 208 orang. Sisanya, yaitu 27 orang menempati tingkat
diploma I/II, akademi/diploma III, strata I/diploma IV, dan strata II. Dari data tersebut,
86 _______________________ ©Saintifika, Vol. 24, No. 2, hal. 84-94, Desember 2022
METODE PENELITIAN
Kegiatan ini dilaksanakan selama dua hari pada hari Sabtu di minggu pertama
dan kedua bulan September. Sasaran kegiatan ada dua, yakni ibu-ibu (hamil, menyusui,
memiliki baduta/batita/balita) dan siswa-siswi SD kelas dua. Sebelum pelaksanaan
kegiatan, peserta SD diberikan media tusuk sate yang ditempeli kertas bufalo warna
merah dan kuning untuk menjawab pre-test dandi akhir acara untuk post-test.
Pertanyaan pre-test dan post-testditampilkan pada TV.Setelah itu, dilaksanakan edukasi
tentang PHBS, meliputi 7 langkah cuci tangandan “Isi Piringku” bagi peserta SD,
sedangkan edukasi penerapan PHBS pada tatanan rumah tangga beserta bahaya BABS
di sungai diperuntukkan bagi ibu-ibu. Pelaksanaan dilakukan pada tanggal 3 dan 10
September 2022 secara luring di PAUD untuk ibu-ibu Dusun Krajan II dan SDN
Glagahwero 1 kelas 2.
bantuan media power point presentation (PPT) dan video yang ditampilkan pada layar
proyektor.
Penyuluhan PHBS keluarga berisi seputar perilaku yang tidak menerapkan
PHBS, dampak atau bahaya buang air besar sembarangan (misalnya, di sungai) bagi
kesehatan, lingkungan, dan kehidupan sosial, serta cara penerapan PHBS pada tatanan
rumah tangga yang dipaparkan oleh Ibu Globila Nurika, S.KM., M.KL. selaku Dosen
Peminatan Mata Kuliah Kesehatan Lingkungan. Pemaparan materi berlangsung selama
30 menit yang diawali dengan pemutaran video, lalu presentasi PPT. Selanjutnya, sesi
tanya jawab antara peserta dan pemateri. Pada akhir sesi, terdapat pemberian reward
berupa barang kebutuhan rumah tangga bagi peserta yang aktif dalam sesi tanya jawab.
Kegiatan kedua, yakni pada minggu kedua bulan September adalah penyuluhan
PHBS di SDN Glagahwero 1 dengan sasaran kelas 2 berjumlah 22 siswa. Acara dibuka
oleh Auladani Sausan selaku master of ceremony dan moderator. Kegiatan diawali
dengan ice breaking dan perkenalan dengan peserta untuk mendekatkan diri sehingga
atmosfir dapat mencair. Hal ini merupakan salah satu manfaaat dari ice breaking, yaitu
untuk menciptakan suasana senang dan gembira serta menimbulkan keakraban antara
komunikator dengan komunikan (Harianja and Sapri, 2022). Setelah itu, dilangsungkan
pre test menggunakan media power point presentation (PPT) dipandu oleh Ibu Iken
Nafikadini, S.KM., M.Kes. selaku Dosen Peminatan Promosi Kesehatan dan Ilmu
Perilaku. Peserta diberikan media berupa tusuk sate yang ditempeli kertas segitiga dan
lingkaran dengan warna merah dan kuning berturut-turut untuk menjawab pertanyaan.
Puncak kegiatan ini adalah pemaparan materi penyuluhan berisi pedoman gizi
seimbang serta penerapan PHBS, yakni mencuci tangan dengan sabun dan air mengalir
yang dikemas dalam bentuk video animasi pembelajaran, ditampilkan pada SmartTV.
Setelah itu, peserta diberikan challenge tempel menempel dengan bantuan media kertas
manila dan gambar-gambar. Pada kertas manila berisi gambar pembagian “Isi Piringku”
yang selanjutnya diisi oleh peserta dengan gambar yang sesuai pada tiap bagian. Pada
akhir acara, peserta melangsungkan post test dengan konsep sama seperti pre test.
Setelah itu, acara ditutup dengan praktik cuci tangan pakai sabun (CTPS) diiringi
nyanyian dan dilakukandi wastafel. Peserta melakukan CTPS dibimbing oleh tim yang
bertugas.
Analisis Pre Test dan Post Test
88 _______________________ ©Saintifika, Vol. 24, No. 2, hal. 84-94, Desember 2022
Berikut hasil pre test dan post test kegiatan penyuluhan PHBS pada anak-anak SD
yang disajikan dalam tabel 1.
Tabel 1. Hasil Pre-Test dan Post-Test PHBS
Pertanyaan Pre-Test Post-Test
n % n %
Makanan yang enak itu pasti sehat 4 18,2 8 36,4
Setiap hari tidak perlu makan buah dan sayur 7 31,8 18 81,8
Saat cuci tangan, pakai air saja sudah bersih tidak 10 45,5 21 95,5
perlu pakai sabun
Berdasarkan tabel 2, terdapat empat nomor yang telah dijawab benar pada saat pre
test, yakni nomor 2 dan 9 sebanyak 20 siswa (90,9%), nomor 5 sebanyak 21 siswa
(95,5%), serta nomor 8 sebanyak 22 siswa (100%). Akan tetapi, pada nomor 2, 8, dan 9
ketika post test mengalami penurunan. Hal ini disebabkan karena turunnya konsentrasi
siswa ketika menjawab dan terpengaruh oleh jawaban temannya. Penyebab siswa
terpengaruh dengan temannya ketika menentukan jawaban sehingga saling menyontek
adalah karena ingin mendapatkan hasil yang memuaskan (Suhandi A and Lestari T,
2021). Padahal, telah ditekankan bahwa pre-test dan post-test ini tidak berkaitan dengan
nilai raport mereka. Akan tetapi, pada dasarnya anak cenderung meniru apa yang orang
lain lakukan (Barida, 2016). Hal ini juga termasuk dalam tahap penerapan PHBS di
kehidupan sehari-hari. Oleh karena itu, setiap anak membutuhkan peran orang tua dan
guru sebagai panutan dalam mempraktikkan PHBS pada kehidupan sehari-hari (Ihsani
and Santoso, 2020). Selain itu, juga terdapat tiga nomor yang mengalami peningkatan
jawaban benar pada post test sebesar ≥50%. Peningkatan jawaban benar dipengaruhi
Amrulloh , dkk: Efektivitas Edukasi Penerapan PHBS … ________ 89
seluruh warga sekolah yang harus menerapkan PHBS sehingga tercipta PHBS yang baik
di lingkungan sekolah (Sulistyani, Suhandinata and Rezi, 2020). Hal mendasar
sekaligus paling mudah adalah praktik CTPS sesuai arahan WHO sebagai bentuk
implementasi indikator PHBS (Aulina, 2018).
Pada dasarnya, tujuan dari edukasi bermacam-macam, seperti meningkatkan
derajat kesehatan, mencegah timbulnya penyakit, serta memperbaiki kesehatan, serta
mengembangkan kemampuan coping mechanism (Waliulu, 2018). Dalam hal ini,
edukasi PHBS bertujuan untuk meningkatkan derajat kesehatan dengan cara menekan
terjadinya stunting. Selain itu, edukasi PHBS ini juga bertujuan untuk membentuk
kebiasaan mencuci tangan dengan sabun dan air mengalir untuk mencegah timbulnya
penyakit, seperti diare (Saputra and Fatrida, 2020). Penyakit diare merupakan salah
satu faktor resiko terjadinya stunting.
Peningkatan pengetahuan ditunjukkan dengan skor pre-test dan post-test yang
mengalami kenaikan sebesar 25,9%. Angka kenaikan tersebut membuktikan bahwa
pengetahuan dan kesadaran juga meningkat sehingga mampu mempraktikkan PHBS di
kesehariannya (Nurmahmudah, Puspitasari and Agustin, 2018). Adanya peningkatan
pengetahuan setelah edukasi menggunakan media video pembelajaran juga sejalan
dengan penelitian Listiadesti yang mengadakan kegiatan serupa dan memukakan bahwa
media video merupakan upaya efektif untuk memberikan penyuluhan yang mudah
dipahami dan menarik ditonton (Listiadesti, Noer and Maifita, 2020).
Dengan adanya edukasi ini diharapkan mampu memberikan pemahaman dan
pengetahuan kepada para peserta tentang pentingnya PHBS dan penerapannya dalam
kehidupan sehari-hari sehingga dapat menurunkan angka kejadian stunting. Oleh sebab
itu, perlu adanya intervensi lebih lanjut dalam pemberian edukasi secara kontinyu untuk
mendukung keberlanjutan program (Pratama, Aini and Maharani, 2019). Seluruh
komponen juga harus bekerja sama dalam mewujudkan PHBS, utamanya ibu dan
anaknya untuk mendapatkan penyuluhan kesehatan (Rehena, Hukubun and Nendissa,
2021).
Amrulloh , dkk: Efektivitas Edukasi Penerapan PHBS … ________ 91
SIMPULAN
Kegiatan penyuluhan yang merupakan serangkaian agenda SING PENTING
BERAKZI (Sinergisitas Upaya Pencegahan Stunting melalui Pemberdayaan Masyarakat
dan Intervensi Gizi) bertujuan untuk meningkatkan pemahaman peserta tentang
pentingnya penerapan PHBS dalam kehidupan sehari-hari. Hal ini dibuktikan dengan
adanya peningkatan skor pada post-test, yakni sebesar 25,9%. Selain itu, dengan adanya
kegiatan ini, masyarakat, utamanya ibu dan anak mampu menyerap pemaparan materi
yang telah diberikan dan menerapkannya dalam kehidupan rumah tangga sehingga
dapat menurunkan faktor terjadinya stunting.
Selama kegiatan berlangsung, peserta sangat aktif dan antusias menyimak
rangkaian acara yang berjalan. Mulai dari pemaparan materi, diskusi tanya jawab,
hingga keterlibatan dalam mengikuti challenge tempel gambar bagi anak-anak SD.
Kegiatan yang dilaksanakan dengan konsep “belajar sambil bermain” pada anak-anak
SD terbukti efektif dalam peningkatan pengetahuan mereka terkait PHBS dan gizi
seimbang. Begitu pula dengan ibu-ibu. Selain itu, perlu adanya kerja sama lebih lanjut
dengan perangkat desa setempat, tokoh masyarakat, kader, dan sektor lain untuk
membangun relasi guna menciptakan kegiatan serupa dengan inovasi baru di masa yang
akan datang.
DAFTAR PUSTAKA
Agnes Fitria Widiyanto, E. G. (2017) ‘PERAN PEREMPUAN SEBAGAI IBU
DALAM PERILAKU HIDUP BERSIH DAN SEHAT (PHBS) PADA ANAK
USIA DINI’, 10, pp. 127–148.
92 _______________________ ©Saintifika, Vol. 24, No. 2, hal. 84-94, Desember 2022