Anda di halaman 1dari 17

DRAFT RPMA 18 April 2023

Dipersiapkan Ditbina KUA-KS

PERATURAN MENTERI AGAMA REPUBLIK INDONESIA


NOMOR ...... TAHUN 2023
TENTANG
ORGANISASI DAN TATA KERJA KANTOR URUSAN AGAMA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

MENTERI AGAMA REPUBLIK INDONESIA

Menimbang : a. bahwa Peraturan Menteri Agama Nomor 34 Tahun 2016


tentang Organisasi dan Tata Kerja Kantor Urusan Agama
Kecamatan dan perubahannya sudah tidak sesuai dengan
perkembangan hukum dan kebutuhan organisasi sehingga
perlu diubah;
b. bahwa penataan organisasi dan tata kerja Kantor Urusan
Agama, telah mendapatkan persetujuan Menteri
Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi
dalam Surat Nomor: B/xxxx/M/PANRB/xx/2023 tentang
Organisasi dan Tata Kerja Kantor Urusan Agama;
c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud
dalam huruf a dan huruf b, perlu menetapkan Peraturan
Menteri Agama tentang Organisasi dan Tata Kerja Kantor
Urusan Agama;

Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1946 tentang Pencatatan


Nikah, Talak, Cerai dan Rujuk (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 1946 Nomor 98, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 694);
2. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 1954 tentang Penetapan
berlakunya Undang-Undang Nomor 22 tahun 1946 tentang
Pencatatan Nikah, Talak dan Rujuk di Seluruh Daerah Luar
Jawa dan Madura (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 1954 Nomor 98)
-2-

3. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 1954 tentang Penetapan


berlakunya Undang-Undang Nomor 22 tahun 1946 tentang
Pencatatan Nikah, Talak dan Rujuk di Seluruh Daerah Luar
Jawa dan Madura (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun
1954 Nomor 98);
4. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1974 Nomor 1,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3019)
sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 16
Tahun 2019 tentang Perubahan atas Undang-Undang Nomor 1
Tahun 1974 tentang Perkawinan (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2019 Nomor 186);
5. Undang-Undang Nomor 41 Tahun 2004 tentang Wakaf
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 159
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 129);
6. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintah
Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014
Nomor 244 Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 5587);
7. Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2019 tentang Penyelenggaraan
Ibadah Haji dan Umrah (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2019 Nomor 75 Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 6338) sebagaimana telah diubah sebagian oleh
Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2020 tentang Cipta Kerja
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2020 Nomor 245
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 6573);
8. Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2020 tentang Cipta Kerja
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2020 Nomor 245
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 6573);
9. Peraturan Pemerintah Nomor 9 Tahun 1975 tentang
Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang
Perkawinan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1975
Nomor 12, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 3050);
10. Peraturan Pemerintah Nomor 42 Tahun 2006 tentang
Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 41 Tahun 2004 tentang
-3-

Wakaf (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2006


Nomor 105, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 4667);
11. Peraturan Presiden Nomor 83 Tahun 2015 tentang Kementerian
Agama (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2015
Nomor 168);
12. Peraturan Presiden Nomor 68 Tahun 2019 tentang Organisasi
Kementerian Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2019 Nomor 203);
13. Peraturan Menteri Agama Nomor 18 Tahun 2011 tentang
Pedoman Pembentukan dan Penyempurnaan Organisasi
Instansi Vertikal dan Unit Pelaksana Teknis Kementerian Agama
(Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2011 Nomor 325);
14. Peraturan Menteri Agama Nomor 9 Tahun 2014 tentang
Bimbingan Manasik Bagi Jemaah Haji Reguler Oleh Kantor
Urusan Agama Kecamatan (Berita Negara Republik Indonesia
Tahun 2014 Nomor 625);
15. Peraturan Menteri Agama Nomor 19 Tahun 2019 tentang
Organisasi dan Tata Kerja Instansi Vertikal Kementerian Agama
(Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2019 Nomor 1117);
16. Peraturan Menteri Agama Nomor 20 Tahun 2019 Tentang
Pencatatan Pernikahan (Berita Negara Republik Indonesia
Tahun 2019 Nomor 1118);
17. Peraturan Menteri Agama Nomor 72 Tahun 2022 tentang
Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Agama (Berita Negara
Republik Indonesia Tahun 2022 Nomor 955);

MEMUTUSKAN

Menetapkan : PERATURAN MENTERI AGAMA TENTANG ORGANISASI DAN


TATA KERJA KANTOR URUSAN AGAMA.

BAB I
JENIS ORGANISASI, KEDUDUKAN, TUGAS, DAN FUNGSI KUA
-4-

Bagian Kesatu
Jenis Organisasi KUA

Pasal 1
(1) Kantor Urusan Agama yang selanjutnya disingkat KUA
adalah unit pelaksana teknis pada Kementerian Agama,
berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Direktur
Jenderal Bimbingan Masyarakat Islam dan secara
operasional dibina oleh Kepala Kantor Kementerian Agama
Kabupaten/Kota.
(2) KUA dipimpin oleh Kepala

Bagian Kedua
Kedudukan dan Wilayah Layanan

Pasal 2
(1) KUA berkedudukan di Kecamatan atau sebutan lain.
(2) Wilayah layanan KUA berbasis wilayah administrasi
pemerintahan kecamatan.
(3) Satu wilayah kecamatan hanya dilayani oleh satu KUA.

Pasal 3
(1) Selain ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2, KUA
dapat ditetapkan untuk menjadi penyedia layanan bagi
kecamatan yang tidak atau belum ditetapkan KUA definitif.
(2) Ketentuan lebih lanjut mengenai wilayah layanan KUA
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (2) ditetapkan
oleh Keputusan Direktur Jenderal Bimbingan Masyarakat
Islam.

Bagian Ketiga
Tugas dan Fungsi

Pasal 4
KUA mempunyai tugas melaksanakan bimbingan masyarakat
Islam dan layanan keagamaan sesuai peraturan perundang-
undangan.
-5-

Pasal 5
(1) Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 4, KUA menyelenggarakan fungsi:
a. pelayanan, pencatatan pernikahan, dan pelaporan nikah
dan rujuk;
b. pelayanan bimbingan perkawinan;
c. pelayanan bimbingan keluarga Sakinah;
d. pengembangan dan pemberdayaan kemasjidan
e. penyediaan layanan bina konsultasi syariah;
f. pelayanan bimbingan dan penerangan agama Islam;
g. pelayanan bimbingan zakat dan wakaf;
h. pengembangan dan pemberdayaan ekonomi umat;
i. penguatan moderasi beragama dan pengembangan
sistem deteksi dan respons dini persoalan sosial
keagamaan;
j. pengelolaan data dan sistem informasi keagamaan; dan
k. pelaksanaan ketatausahaan dan kerumahtanggaan KUA
(2) Selain melaksanakan fungsi sebagaimana dimaksud pada
ayat (1), KUA menyelenggarakan layanan bimbingan
manasik haji bagi Jemaah Haji Reguler
(3) Selain melaksanakan fungsi sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) dan (2), KUA menyelenggarakan layanan agama dan
keagamaan yang secara khusus ditetapkan oleh Direktur
Jenderal Bimbingan Masyarakat Islam.

BAB II
ORGANISASI

Bagian Kesatu
Umum

Pasal 6
(1) Organisasi KUA terdiri atas:
a. Kepala KUA ;
b. Petugas Tata Usaha;
c. Kelompok Pejabat Jabatan Fungsional.
-6-

(2) Bagan struktur organisasi KUA sebagaimana dimaksud pada


ayat (1) tercantum dalam Lampiran yang merupakan bagian
tidak terpisahkan dari Peraturan Menteri ini.

Bagian Kedua
Kepala

Pasal 7
(1) Kepala KUA sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 Ayat (1)
huruf a, merupakan jabatan kepemimpinan manajerial-
administratif yang bertanggung jawab atas pelaksanaan
tugas dan fungsi KUA.
(2) Kepemimpinan manajerial administratif sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) adalah sifat dan fungsi jabatan
Kepala KUA yang memberikan kewenangan dan
kepemimpinan manajerial dan administratif dalam satu
kesatuan.
(3) Kepemimpinan dan kewenangan sebagaimana dimaksud
pada ayat (2) menjadi pertimbangan penghitungan nilai dan
kelas jabatan bagi Kepala KUA.

Pasal 8
(1) Kepala KUA bukan jenis jabatan struktural.
(2) Kepala KUA merupakan jabatan non eselon yang menjadi
tugas tambahan bagi Pegawai Negeri Sipil pada Kementerian
Agama yang beragama Islam serta memenuhi persyaratan
sesuai dengan peraturan perundang-undangan.

Bagian Ketiga
Petugas Tata Usaha

Pasal 9
(1) Petugas Tata Usaha sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6
ayat (1) huruf b, berada di bawah dan bertanggung jawab
kepada Kepala KUA.
(2) Petugas Tata Usaha sebagaimana dimaksud pada Ayat (1)
mempunyai tugas dan kewenangan untuk memimpin
-7-

pengelolaan urusan tata usaha, rumah tangga, dan


pelaporan.
(3) Kepemimpinan dan kewenangan sebagaimana dimaksud
pada ayat (2) menjadi pertimbangan penghitungan nilai dan
kelas jabatan bagi Petugas Tata Usaha KUA.

Pasal 10
(1) Petugas Tata Usaha bukan jenis jabatan struktural.
(2) Petugas Tata Usaha merupakan jabatan non eselon yang
menjadi tugas tambahan bagi Aparatur Sipil Negara pada
Kementerian Agama yang memenuhi persyaratan sesuai
dengan peraturan perundang-undangan.

Pasal 11
(1) Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 9 ayat (2), petugas tata usaha dibantu oleh pejabat
pelaksana yang berada di bawah dan bertanggungjawab
kepada petugas tata usaha
(2) Jenis dan jumlah jabatan pelaksana sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) ditetapkan dalam peta jabatan yang
berdasarkan pada hasil analisis jabatan dan beban kerja.

Pasal 12
Persyaratan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8 ayat (2) dan
Pasal 10 ayat (2) termasuk didalamnya Standar Kompetensi
Jabatan yang ditetapkan lebih lanjut oleh Keputusan Direktur
Jenderal Bimbingan Masyarakat Islam.

Bagian Keempat
Kelompok Jabatan Fungsional

Pasal 13
Kelompok Jabatan Fungsional sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 6 ayat (1) huruf c terdiri atas:
a. Kelompok Jabatan Fungsional Penghulu;
b. Kelompok Jabatan Fungsional Penyuluh Agama; dan
c. Kelompok Jabatan Fungsional lainnya.
-8-

Pasal 14
Tugas Kelompok Jabatan Fungsional sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 13 diatur sebagai berikut:
a. Pejabat Fungsional Penghulu melaksanakan tugas
sebagaimana diatur dalam ketentuan tentang fungsional
penghulu;
b. Pejabat Fungsional Penyuluh Agama melaksanakan tugas
sebagaimana diatur dalam ketentuan tentang fungsional
penyuluh agama; dan
c. Pejabat Fungsional lainnya melaksanakan tugas pada lingkup
ketatausahaan KUA sesuai dengan rumpun tugas jabatan
sebagaimana diatur dalam ketentuan tentang fungsionalnya.

Pasal 15
Jenis, jenjang, dan jumlah pejabat fungsional sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 13 ditetapkan berdasarkan analisis
jabatan, analisis beban kerja, dan ketentuan jabatan fungsional.

Pasal 16
(1) Pejabat Fungsional sebagaimana dimaksud dalam Pasal 13
berada di bawah dan bertanggungjawab kepada Kepala KUA.
(2) Khusus bagi Pejabat Fungsional lainnya sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 13 huruf c melaksanakan tugas
dibawah Kepala KUA melalui koordinasi dengan Petugas Tata
Usaha.

Pasal 17
Dalam hal pejabat fungsional sebagaimana dimaksud dalam Pasal
13 telah mencapai jenjang tertentu yang butir kegiatan
jabatannya tidak terpenuhi karena bertugas di KUA, Kepala KUA
agar menyampaikan laporan kepada Kepala Kantor Kementerian
Agama Kabupaten/Kota terkait dengan penugasan pejabat
fungsional dimaksud.
-9-

Bagian Kelima
Penataan Jabatan

Pasal 18
(1) Penataan jabatan pada KUA terdiri atas penetapan
persyaratan administrasi, penetapan periode masa jabatan,
penyusunan standar kompetensi jabatan, dan pengaturan
tatacara pengangkatan, pemindahan, dan pemberhentian
jabatan pada KUA.
(2) Penataan jabatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) bagi
Kepala KUA dan Petugas Tata Usaha diatur lebih lanjut
dalam Keputusan Menteri Agama.
(3) Penataan jabatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) bagi
jabatan fungsional sebagaimana dimaksud dalam Pasal 12
berdasarkan pada ketentuan jabatan fungsional tersebut.

BAB III
TATA KERJA

Bagian Kesatu
Umum

Pasal 19
Dalam melaksanakan tugas dan fungsi, KUA harus mempunyai
peta proses bisnis yang menggambarkan tata hubungan kerja
yang efektif dan efisien antar unit organisasi di wilayah KUA.

Pasal 20
(1) KUA wajib mengetahui dan mempedomani informasi jabatan,
peta jabatan, informasi faktor jabatan, dan standar
kompetensi jabatan untuk seluruh jabatan di KUA .
(2) Dokumen informasi jabatan, peta jabatan, informasi faktor
jabatan, dan standar kompetensi jabatan sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) disusun oleh tim yang dibentuk dan
ditetapkan oleh Direktur Bina Kantor Urusan Agama dan
Keluarga Sakinah.
- 10 -

(3) Hasil penyusunan dokumen sebagaimana dimaksud pada


ayat (2) ditetapkan oleh Direktur Jenderal Bimbingan
Masyarakat Islam.

Pasal 21
Dalam melaksanakan tugas dan fungsi, KUA menerapkan prinsip
koordinasi, integrasi, dan sinkronisasi di dalam lingkungan KUA,
Kementerian Agama Kabupaten/Kota, Pemerintah Daerah, dan
lembaga lain yang terkait.

Pasal 22
Dalam melaksanakan tugas dan fungsi, KUA berupaya untuk
mempersatukan tekad, semangat, cipta, rasa, dan karsa serta
membangun citra institusi, perlu diwujudkan satu identitas
kelembagaan KUA yang berbentuk logo KUA yang ditetapkan oleh
Keputusan Menteri Agama.

Pasal 23
(1) Dalam melaksanakan tugas dan fungsi, KUA menyediakan
berbagai jenis layanan bagi masyarakat.
(2) Jenis layanan KUA dan Pola Penyediaannya ditetapkan oleh
Keputusan Direktur Jenderal Bimbingan Masyarakat Islam.
(3) Guna menjamin penyediaan layanan KUA bagi masyarakat,
perlu ditetapkan Keputusan Direktur Jenderal Bimbingan
Masyarakat Islam tentang klasifikasi kelembagaan KUA
berdasarkan ketersediaan layanan di KUA.

Pasal 24
Kepala KUA bertanggung jawab memimpin, mengkoordinasikan,
dan memberikan pengarahan serta petunjuk pelaksanaan tugas
kepada bawahan sesuai dengan uraian tugas dan informasi
jabatan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 20.

Pasal 25
Dalam melaksanakan tugas dan fungsinya, Kepala KUA wajib
melakukan pengendalian internal dan penilaian kinerja bawahan
- 11 -

sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang


berlaku.

Pasal 26
Kepala KUA menyampaikan laporan hasil pelaksanaan tugas dan
fungsinya kepada Kepala Kantor Kementerian Agama
Kabupaten/Kota melalui koordinasi dengan Kepala Seksi atau
Penyelenggara yang membidangi urusan agama Islam pada
Kantor Kementerian Agama kabupaten/kota, secara berkala atau
sewaktu-waktu sesuai kebutuhan.

Bagian Kedua
Tata Hubungan Kerja KUA dan Kantor
Kementerian Agama Kabupaten/Kota

Pasal 27
(1) Kepala Kantor Kementerian Agama Kabupaten/Kota
melakukan pembinaan dan penilaian kinerja Kepala KUA.
(2) Kepala Kantor Kementerian Agama Kabupaten/Kota
menyampaikan laporan tentang hasil pelaksanaan tugas dan
fungsi KUA pada wilayah kerjanya pada Kepala Kantor
Wilayah Kementerian Agama Provinsi melalui Kepala Bidang
yang membidangi urusan agama Islam.
(3) Kepala Kantor Kementerian Agama Kabupaten/Kota
menyampaikan bahan pembinaan KUA kepada Kepala
Kantor Wilayah Kementerian Agama Provinsi melalui Kepala
Bidang yang membidangi urusan agama Islam.

Bagian Ketiga
Tata Hubungan Kerja KUA dan Kantor
Wilayah Kementerian Agama Provinsi

Pasal 28
(1) Kepala Kantor Wilayah Kementerian Agama Provinsi
memberikan arahan kebijakan teknis pembinaan KUA
kepada Kepala Kantor Kementerian Agama Kabupaten/Kota
- 12 -

berdasarkan bahan yang diajukan sebagaimana dimaksud


dalam pasal 27 ayat (3).
(2) Kepala Kantor Wilayah Kementerian Agama Provinsi
melakukan penataan kepegawaian serta pemantauan
program dan anggaran KUA pada cakupan wilayah kerjanya.
(3) Kepala Kantor Wilayah Kementerian Agama Provinsi
melakukan supervisi, monitoring dan evaluasi terhadap
pembinaan KUA yang dilakukan oleh Kantor Kementerian
Agama Kabupaten/Kota.

BAB IV
NAMA, ALAMAT, JUMLAH DAN LOKASI

Bagian Kesatu
Nama dan Alamat

Pasal 29
(1) Nama KUA dicantumkan dengan menuliskan Kantor Urusan
Agama diikuti dengan nama KUA tanpa mencantumkan
nama Kecamatan atau sebutan lainnya.
(2) Nama Kecamatan atau sebutan lainnya sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) dicantumkan pada cakupan wilayah
layanan KUA.
(3) Cakupan wilayah layanan bagi setiap KUA sebagaimana
dimaksud pada ayat (2) ditetapkan melalui Keputusan
Direktur Jenderal Bimbingan Masyarakat Islam.

Pasal 30
(1) Alamat KUA adalah format baku penulisan alamat KUA yang
dicantumkan dalam papan nama kantor, kop surat, situs
resmi, dan dokumen publikatif lainnya.
(2) Teknis format penulisan alamat KUA sebagaimana dimaksud
pada Ayat (1) ditetapkan oleh Keputusan Direktur Jenderal
Bimbingan Masyarakat Islam.

Pasal 31
- 13 -

Ketentuan teknis perbaikan nama dan alamat KUA sebagaimana


dimaksud dalam Pasal 29 dan 30, ditetapkan oleh Keputusan
Direktur Jenderal Bimbingan Masyarakat Islam.

Bagian Kedua
Jumlah dan Lokasi

Pasal 32
(1) Berdasarkan Peraturan Menteri ini telah terbentuk 5923
(Lima Ribu Sembilan Ratus Dua Puluh Tiga) KUA.
(2) Pembentukan, perubahan, dan penutupan KUA harus
memenuhi kriteria yang sesuai dengan peraturan
perundang-undangan yang berlaku yang secara teknis diatur
lebih lanjut dalam Keputusan Direktur Jenderal Bimbingan
Masyarakat Islam.
(3) Penulisan daftar KUA sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
disajikan dalam bentuk tabel yang kolomnya terdiri dari
Nama Provinsi, Nama Kabupaten/Kota, dan Nama KUA.
(4) Daftar KUA dengan format sebagaimana dimaksud pada ayat
(2) tercantum dalam Lampiran yang merupakan bagian tidak
terpisahkan dari Peraturan Menteri ini.

BAB V
KETENTUAN PERALIHAN

Pasal 33
Daftar KUA berdasarkan:
a. Peraturan Menteri Agama Nomor 23 Tahun 2006 tentang
Pembentukan Kantor Urusan Agama Kecamatan di Provinsi
Jawa Barat sampai dengan Peraturan Menteri Agama Nomor
42 Tahun 2006 tentang Pembentukan Kantor Urusan Agama
Kecamatan di Provinsi Sulawesi Tengah;
b. Peraturan Menteri Agama Nomor 51 Tahun 2006 tentang
Pembentukan Kantor Urusan Agama Kecamatan di Kepulauan
Bangka Belitung;
c. Peraturan Menteri Agama Nomor 17 Tahun 2007 tentang
Pembentukan Kantor Urusan Agama Kecamatan di Provinsi
- 14 -

Nanggroe Aceh Darussalam sampai dengan Peraturan Menteri


Agama Nomor 26 Tahun 2007 tentang Pembentukan Kantor
Urusan Agama Kecamatan di Provinsi Maluku Utara beserta
perubahannya;
d. Peraturan Menteri Agama Nomor 33 Tahun 2007 tentang
Pembentukan Kantor Urusan Agama Kecamatan di Provinsi
Jambi sampai dengan Peraturan Menteri Agama Nomor 38
Tahun 2007 tentang Pembentukan Kantor Urusan Agama
Kecamatan di Provinsi Maluku Utara beserta perubahannya;
e. Peraturan Menteri Agama Nomor 40 Tahun 2007 tentang
Pembentukan Kantor Urusan Agama Kecamatan di Provinsi
Banten beserta perubahannya;
f. Peraturan Menteri Agama Nomor 41 Tahun 2007 tentang
Pembentukan Kantor Urusan Agama Kecamatan di Provinsi
Sulawesi Tenggara;
g. Peraturan Menteri Agama Nomor 6 Tahun 2009 tentang
Pembentukan Kantor Urusan Agama Kecamatan di Provinsi
Sulawesi Barat sampai dengan Peraturan Menteri Agama
Nomor 27 Tahun 2009 tentang Pembentukan Kantor Urusan
Agama Kecamatan di Provinsi Sulawesi Tengah;
h. Peraturan Menteri Agama Nomor 29 Tahun 2009 tentang
Pembentukan Kantor Urusan Agama Kecamatan di Provinsi
Nusa Tenggara Timur sampai dengan Peraturan Peraturan
Menteri Agama Nomor 35 Tahun 2009 tentang Pembentukan
Kantor Urusan Agama Kecamatan di lingkungan Kantor
Departemen Agama Kabupaten Kepulauan Aru Provinsi
Maluku;
i. Keputusan Menteri Agama Nomor 517 Tahun 2001 tentang
Penataan Organisasi Kantor Urusan Agama Kecamatan
sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Menteri Agama
Nomor 8 Tahun 2008 tentang Perubahan Atas Lampiran
Keputusan Menteri Agama Nomor 517 Tahun 2001 tentang
Penataan Organisasi Kantor Urusan Agama Kecamatan;
j. Keputusan Menteri Agama Nomor 323 Tahun 2002 tentang
Penataan Organisasi Kantor Urusan Agama Kecamatan;
k. Keputusan Menteri Agama Nomor 42 Tahun 2004 tentang
Penataan Organisasi Kantor Urusan Agama Kecamatan;
- 15 -

l. Keputusan Menteri Agama Nomor 39 Tahun 2005 tentang


Penataan Organisasi Kantor Urusan Agama Kecamatan;
m. Keputusan Menteri Agama Nomor 10 Tahun 2015 tentang
Pembentukan Kantor Urusan Agama Kecamatan Tahun 2015;
dan
n. Keputusan Menteri Agama Nomor 28 Tahun 2015 tentang
Perubahan Nama Kantor Urusan Agama Kecamatan di
Provinsi Jambi,
dicabut dan dinyatakan tidak berlaku.

Pasal 34
Dengan ditetapkannya Peraturan Menteri ini, ketentuan
mengenai pedoman pelaksanaan tugas KUA dinyatakan tetap
berlaku sepanjang tidak bertentangan atau belum diatur dalam
ketentuan lain yang ditetapkan berdasarkan pada Peraturan
Menteri ini.

BAB VI
KETENTUAN PENUTUP

Pasal 35
Pada saat Peraturan Menteri ini mulai berlaku, Peraturan Menteri
Agama Nomor 34 Tahun 2016 tentang Organisasi dan Tata Kerja
Kantor Urusan Agama Kecamatan dan perubahannya dicabut dan
dinyatakan tidak berlaku.

Pasal 36
Berbagai ketentuan dan pedoman teknis dari Peraturan Menteri
ini harus ditetapkan paling lama 1 (satu) tahun terhitung sejak
Peraturan Menteri ini diundangkan.

Pasal 37
Peraturan Menteri ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan.

Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan


pengundangan Peraturan Menteri ini dengan penempatannya
dalam Berita Negara Republik Indonesia.
- 16 -

Ditetapkan di Jakarta
pada tanggal
MENTERI AGAMA REPUBLIK INDONESIA,

YAQUT CHOLIL QOUMAS


LAMPIRAN I
PERATURAN MENTERI AGAMA
REPUBLIK INDONESIA
NOMOR ...... TAHUN 2023
TENTANG ORGANISASI DAN TATA
KERJA KANTOR URUSAN AGAMA

BAGAN ORGANISASI
KANTOR URUSAN AGAMA

KEPALA

PETUGAS TATA USAHA

PEJABAT PELAKSANA

KELOMPOK JABATAN FUNGSIONAL

JABATAN JABATAN JABATAN


FUNGSIONAL FUNGSIONAL FUNGSIONAL
PENGHULU PENYULUH AGAMA LAINNYA

Tanggungjawab
Koordinasi

MENTERI AGAMA REPUBLIK INDONESIA,

YAQUT CHOLIL QOUMAS

Anda mungkin juga menyukai