MEMUTUSKAN
BAB I
JENIS ORGANISASI, KEDUDUKAN, TUGAS, DAN FUNGSI KUA
-4-
Bagian Kesatu
Jenis Organisasi KUA
Pasal 1
(1) Kantor Urusan Agama yang selanjutnya disingkat KUA
adalah unit pelaksana teknis pada Kementerian Agama,
berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Direktur
Jenderal Bimbingan Masyarakat Islam dan secara
operasional dibina oleh Kepala Kantor Kementerian Agama
Kabupaten/Kota.
(2) KUA dipimpin oleh Kepala
Bagian Kedua
Kedudukan dan Wilayah Layanan
Pasal 2
(1) KUA berkedudukan di Kecamatan atau sebutan lain.
(2) Wilayah layanan KUA berbasis wilayah administrasi
pemerintahan kecamatan.
(3) Satu wilayah kecamatan hanya dilayani oleh satu KUA.
Pasal 3
(1) Selain ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2, KUA
dapat ditetapkan untuk menjadi penyedia layanan bagi
kecamatan yang tidak atau belum ditetapkan KUA definitif.
(2) Ketentuan lebih lanjut mengenai wilayah layanan KUA
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (2) ditetapkan
oleh Keputusan Direktur Jenderal Bimbingan Masyarakat
Islam.
Bagian Ketiga
Tugas dan Fungsi
Pasal 4
KUA mempunyai tugas melaksanakan bimbingan masyarakat
Islam dan layanan keagamaan sesuai peraturan perundang-
undangan.
-5-
Pasal 5
(1) Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 4, KUA menyelenggarakan fungsi:
a. pelayanan, pencatatan pernikahan, dan pelaporan nikah
dan rujuk;
b. pelayanan bimbingan perkawinan;
c. pelayanan bimbingan keluarga Sakinah;
d. pengembangan dan pemberdayaan kemasjidan
e. penyediaan layanan bina konsultasi syariah;
f. pelayanan bimbingan dan penerangan agama Islam;
g. pelayanan bimbingan zakat dan wakaf;
h. pengembangan dan pemberdayaan ekonomi umat;
i. penguatan moderasi beragama dan pengembangan
sistem deteksi dan respons dini persoalan sosial
keagamaan;
j. pengelolaan data dan sistem informasi keagamaan; dan
k. pelaksanaan ketatausahaan dan kerumahtanggaan KUA
(2) Selain melaksanakan fungsi sebagaimana dimaksud pada
ayat (1), KUA menyelenggarakan layanan bimbingan
manasik haji bagi Jemaah Haji Reguler
(3) Selain melaksanakan fungsi sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) dan (2), KUA menyelenggarakan layanan agama dan
keagamaan yang secara khusus ditetapkan oleh Direktur
Jenderal Bimbingan Masyarakat Islam.
BAB II
ORGANISASI
Bagian Kesatu
Umum
Pasal 6
(1) Organisasi KUA terdiri atas:
a. Kepala KUA ;
b. Petugas Tata Usaha;
c. Kelompok Pejabat Jabatan Fungsional.
-6-
Bagian Kedua
Kepala
Pasal 7
(1) Kepala KUA sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 Ayat (1)
huruf a, merupakan jabatan kepemimpinan manajerial-
administratif yang bertanggung jawab atas pelaksanaan
tugas dan fungsi KUA.
(2) Kepemimpinan manajerial administratif sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) adalah sifat dan fungsi jabatan
Kepala KUA yang memberikan kewenangan dan
kepemimpinan manajerial dan administratif dalam satu
kesatuan.
(3) Kepemimpinan dan kewenangan sebagaimana dimaksud
pada ayat (2) menjadi pertimbangan penghitungan nilai dan
kelas jabatan bagi Kepala KUA.
Pasal 8
(1) Kepala KUA bukan jenis jabatan struktural.
(2) Kepala KUA merupakan jabatan non eselon yang menjadi
tugas tambahan bagi Pegawai Negeri Sipil pada Kementerian
Agama yang beragama Islam serta memenuhi persyaratan
sesuai dengan peraturan perundang-undangan.
Bagian Ketiga
Petugas Tata Usaha
Pasal 9
(1) Petugas Tata Usaha sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6
ayat (1) huruf b, berada di bawah dan bertanggung jawab
kepada Kepala KUA.
(2) Petugas Tata Usaha sebagaimana dimaksud pada Ayat (1)
mempunyai tugas dan kewenangan untuk memimpin
-7-
Pasal 10
(1) Petugas Tata Usaha bukan jenis jabatan struktural.
(2) Petugas Tata Usaha merupakan jabatan non eselon yang
menjadi tugas tambahan bagi Aparatur Sipil Negara pada
Kementerian Agama yang memenuhi persyaratan sesuai
dengan peraturan perundang-undangan.
Pasal 11
(1) Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 9 ayat (2), petugas tata usaha dibantu oleh pejabat
pelaksana yang berada di bawah dan bertanggungjawab
kepada petugas tata usaha
(2) Jenis dan jumlah jabatan pelaksana sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) ditetapkan dalam peta jabatan yang
berdasarkan pada hasil analisis jabatan dan beban kerja.
Pasal 12
Persyaratan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8 ayat (2) dan
Pasal 10 ayat (2) termasuk didalamnya Standar Kompetensi
Jabatan yang ditetapkan lebih lanjut oleh Keputusan Direktur
Jenderal Bimbingan Masyarakat Islam.
Bagian Keempat
Kelompok Jabatan Fungsional
Pasal 13
Kelompok Jabatan Fungsional sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 6 ayat (1) huruf c terdiri atas:
a. Kelompok Jabatan Fungsional Penghulu;
b. Kelompok Jabatan Fungsional Penyuluh Agama; dan
c. Kelompok Jabatan Fungsional lainnya.
-8-
Pasal 14
Tugas Kelompok Jabatan Fungsional sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 13 diatur sebagai berikut:
a. Pejabat Fungsional Penghulu melaksanakan tugas
sebagaimana diatur dalam ketentuan tentang fungsional
penghulu;
b. Pejabat Fungsional Penyuluh Agama melaksanakan tugas
sebagaimana diatur dalam ketentuan tentang fungsional
penyuluh agama; dan
c. Pejabat Fungsional lainnya melaksanakan tugas pada lingkup
ketatausahaan KUA sesuai dengan rumpun tugas jabatan
sebagaimana diatur dalam ketentuan tentang fungsionalnya.
Pasal 15
Jenis, jenjang, dan jumlah pejabat fungsional sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 13 ditetapkan berdasarkan analisis
jabatan, analisis beban kerja, dan ketentuan jabatan fungsional.
Pasal 16
(1) Pejabat Fungsional sebagaimana dimaksud dalam Pasal 13
berada di bawah dan bertanggungjawab kepada Kepala KUA.
(2) Khusus bagi Pejabat Fungsional lainnya sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 13 huruf c melaksanakan tugas
dibawah Kepala KUA melalui koordinasi dengan Petugas Tata
Usaha.
Pasal 17
Dalam hal pejabat fungsional sebagaimana dimaksud dalam Pasal
13 telah mencapai jenjang tertentu yang butir kegiatan
jabatannya tidak terpenuhi karena bertugas di KUA, Kepala KUA
agar menyampaikan laporan kepada Kepala Kantor Kementerian
Agama Kabupaten/Kota terkait dengan penugasan pejabat
fungsional dimaksud.
-9-
Bagian Kelima
Penataan Jabatan
Pasal 18
(1) Penataan jabatan pada KUA terdiri atas penetapan
persyaratan administrasi, penetapan periode masa jabatan,
penyusunan standar kompetensi jabatan, dan pengaturan
tatacara pengangkatan, pemindahan, dan pemberhentian
jabatan pada KUA.
(2) Penataan jabatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) bagi
Kepala KUA dan Petugas Tata Usaha diatur lebih lanjut
dalam Keputusan Menteri Agama.
(3) Penataan jabatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) bagi
jabatan fungsional sebagaimana dimaksud dalam Pasal 12
berdasarkan pada ketentuan jabatan fungsional tersebut.
BAB III
TATA KERJA
Bagian Kesatu
Umum
Pasal 19
Dalam melaksanakan tugas dan fungsi, KUA harus mempunyai
peta proses bisnis yang menggambarkan tata hubungan kerja
yang efektif dan efisien antar unit organisasi di wilayah KUA.
Pasal 20
(1) KUA wajib mengetahui dan mempedomani informasi jabatan,
peta jabatan, informasi faktor jabatan, dan standar
kompetensi jabatan untuk seluruh jabatan di KUA .
(2) Dokumen informasi jabatan, peta jabatan, informasi faktor
jabatan, dan standar kompetensi jabatan sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) disusun oleh tim yang dibentuk dan
ditetapkan oleh Direktur Bina Kantor Urusan Agama dan
Keluarga Sakinah.
- 10 -
Pasal 21
Dalam melaksanakan tugas dan fungsi, KUA menerapkan prinsip
koordinasi, integrasi, dan sinkronisasi di dalam lingkungan KUA,
Kementerian Agama Kabupaten/Kota, Pemerintah Daerah, dan
lembaga lain yang terkait.
Pasal 22
Dalam melaksanakan tugas dan fungsi, KUA berupaya untuk
mempersatukan tekad, semangat, cipta, rasa, dan karsa serta
membangun citra institusi, perlu diwujudkan satu identitas
kelembagaan KUA yang berbentuk logo KUA yang ditetapkan oleh
Keputusan Menteri Agama.
Pasal 23
(1) Dalam melaksanakan tugas dan fungsi, KUA menyediakan
berbagai jenis layanan bagi masyarakat.
(2) Jenis layanan KUA dan Pola Penyediaannya ditetapkan oleh
Keputusan Direktur Jenderal Bimbingan Masyarakat Islam.
(3) Guna menjamin penyediaan layanan KUA bagi masyarakat,
perlu ditetapkan Keputusan Direktur Jenderal Bimbingan
Masyarakat Islam tentang klasifikasi kelembagaan KUA
berdasarkan ketersediaan layanan di KUA.
Pasal 24
Kepala KUA bertanggung jawab memimpin, mengkoordinasikan,
dan memberikan pengarahan serta petunjuk pelaksanaan tugas
kepada bawahan sesuai dengan uraian tugas dan informasi
jabatan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 20.
Pasal 25
Dalam melaksanakan tugas dan fungsinya, Kepala KUA wajib
melakukan pengendalian internal dan penilaian kinerja bawahan
- 11 -
Pasal 26
Kepala KUA menyampaikan laporan hasil pelaksanaan tugas dan
fungsinya kepada Kepala Kantor Kementerian Agama
Kabupaten/Kota melalui koordinasi dengan Kepala Seksi atau
Penyelenggara yang membidangi urusan agama Islam pada
Kantor Kementerian Agama kabupaten/kota, secara berkala atau
sewaktu-waktu sesuai kebutuhan.
Bagian Kedua
Tata Hubungan Kerja KUA dan Kantor
Kementerian Agama Kabupaten/Kota
Pasal 27
(1) Kepala Kantor Kementerian Agama Kabupaten/Kota
melakukan pembinaan dan penilaian kinerja Kepala KUA.
(2) Kepala Kantor Kementerian Agama Kabupaten/Kota
menyampaikan laporan tentang hasil pelaksanaan tugas dan
fungsi KUA pada wilayah kerjanya pada Kepala Kantor
Wilayah Kementerian Agama Provinsi melalui Kepala Bidang
yang membidangi urusan agama Islam.
(3) Kepala Kantor Kementerian Agama Kabupaten/Kota
menyampaikan bahan pembinaan KUA kepada Kepala
Kantor Wilayah Kementerian Agama Provinsi melalui Kepala
Bidang yang membidangi urusan agama Islam.
Bagian Ketiga
Tata Hubungan Kerja KUA dan Kantor
Wilayah Kementerian Agama Provinsi
Pasal 28
(1) Kepala Kantor Wilayah Kementerian Agama Provinsi
memberikan arahan kebijakan teknis pembinaan KUA
kepada Kepala Kantor Kementerian Agama Kabupaten/Kota
- 12 -
BAB IV
NAMA, ALAMAT, JUMLAH DAN LOKASI
Bagian Kesatu
Nama dan Alamat
Pasal 29
(1) Nama KUA dicantumkan dengan menuliskan Kantor Urusan
Agama diikuti dengan nama KUA tanpa mencantumkan
nama Kecamatan atau sebutan lainnya.
(2) Nama Kecamatan atau sebutan lainnya sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) dicantumkan pada cakupan wilayah
layanan KUA.
(3) Cakupan wilayah layanan bagi setiap KUA sebagaimana
dimaksud pada ayat (2) ditetapkan melalui Keputusan
Direktur Jenderal Bimbingan Masyarakat Islam.
Pasal 30
(1) Alamat KUA adalah format baku penulisan alamat KUA yang
dicantumkan dalam papan nama kantor, kop surat, situs
resmi, dan dokumen publikatif lainnya.
(2) Teknis format penulisan alamat KUA sebagaimana dimaksud
pada Ayat (1) ditetapkan oleh Keputusan Direktur Jenderal
Bimbingan Masyarakat Islam.
Pasal 31
- 13 -
Bagian Kedua
Jumlah dan Lokasi
Pasal 32
(1) Berdasarkan Peraturan Menteri ini telah terbentuk 5923
(Lima Ribu Sembilan Ratus Dua Puluh Tiga) KUA.
(2) Pembentukan, perubahan, dan penutupan KUA harus
memenuhi kriteria yang sesuai dengan peraturan
perundang-undangan yang berlaku yang secara teknis diatur
lebih lanjut dalam Keputusan Direktur Jenderal Bimbingan
Masyarakat Islam.
(3) Penulisan daftar KUA sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
disajikan dalam bentuk tabel yang kolomnya terdiri dari
Nama Provinsi, Nama Kabupaten/Kota, dan Nama KUA.
(4) Daftar KUA dengan format sebagaimana dimaksud pada ayat
(2) tercantum dalam Lampiran yang merupakan bagian tidak
terpisahkan dari Peraturan Menteri ini.
BAB V
KETENTUAN PERALIHAN
Pasal 33
Daftar KUA berdasarkan:
a. Peraturan Menteri Agama Nomor 23 Tahun 2006 tentang
Pembentukan Kantor Urusan Agama Kecamatan di Provinsi
Jawa Barat sampai dengan Peraturan Menteri Agama Nomor
42 Tahun 2006 tentang Pembentukan Kantor Urusan Agama
Kecamatan di Provinsi Sulawesi Tengah;
b. Peraturan Menteri Agama Nomor 51 Tahun 2006 tentang
Pembentukan Kantor Urusan Agama Kecamatan di Kepulauan
Bangka Belitung;
c. Peraturan Menteri Agama Nomor 17 Tahun 2007 tentang
Pembentukan Kantor Urusan Agama Kecamatan di Provinsi
- 14 -
Pasal 34
Dengan ditetapkannya Peraturan Menteri ini, ketentuan
mengenai pedoman pelaksanaan tugas KUA dinyatakan tetap
berlaku sepanjang tidak bertentangan atau belum diatur dalam
ketentuan lain yang ditetapkan berdasarkan pada Peraturan
Menteri ini.
BAB VI
KETENTUAN PENUTUP
Pasal 35
Pada saat Peraturan Menteri ini mulai berlaku, Peraturan Menteri
Agama Nomor 34 Tahun 2016 tentang Organisasi dan Tata Kerja
Kantor Urusan Agama Kecamatan dan perubahannya dicabut dan
dinyatakan tidak berlaku.
Pasal 36
Berbagai ketentuan dan pedoman teknis dari Peraturan Menteri
ini harus ditetapkan paling lama 1 (satu) tahun terhitung sejak
Peraturan Menteri ini diundangkan.
Pasal 37
Peraturan Menteri ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan.
Ditetapkan di Jakarta
pada tanggal
MENTERI AGAMA REPUBLIK INDONESIA,
BAGAN ORGANISASI
KANTOR URUSAN AGAMA
KEPALA
PEJABAT PELAKSANA
Tanggungjawab
Koordinasi