Anda di halaman 1dari 40

1

BAHAN KULIAH HODROLOGI


HIDROMETRI

PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL


JURUSAN TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS SRIWIJAYA
2020
ii
iii
1. HIDROMETRI
1.1 Pengertian Hidrometri
Hidrometri adalah ilmu yang menpelajari pengukuran variable hidrologi baik
dipermukaan tanah (surface) atau bawah tanah (underground) .
Tetapi dalam kuliah ini hanya dibahas pengukuran kecepatan aliran dan elevasi
muka air sungai atau saluran.

1.2 Batimetri
Batimetri adalah metode atau teknik untuk penetuan kedalaman laut atau profil
dasar laut dan hasil analisis kedalamam

1.3 Debit Aliran Sungai


1.3.1 Pengukuran Debit
Dalam saluran terbuka (kanal buatan dan sungai alami), debit (Q) disetiap
penampang dan setiap saat diberikan oleh
= × …………………………………………………………(3.1)
Dimana:
Q = debit aliran (m3/s)
= kecepatan rata-rata (m/s)
A = luas penampang (m2)
Dengan demikian, debit dapat ditentukan jika area (A) diketahui (atau
diukur), dan kecepatan rata-rata dihitung berdasarkan pengukuran kecepatan yang
dilakukan dilapangan.
1) Metode Pengukuran Debit
Metode berikut dapat dipahami sebagai pengukuran debit:
1.Velocity area method
Prinsip dari metode ini adalah pengukuran kecepatan aliran dan luas
penampang basah. Kecepatan aliran dapat diukur dengan metode current-meter dan
metode apung. Metode current meter adalah alat untuk mengukur kecepatan aliran
(kecepatan arus). Ada dua tipe current meter yaitu tipe baling-baling (proppeler
type) dan tipe canting (cup type). Penampang basah (A) diperoleh dengan
pengukuran lebar permukaan air dan pengukuran kedalaman dengan tongkat
pengukur atau kabel pengukur Oleh karena distribusi kecepatan aliran di sungai

4
5

tidak sama baik dengan arah vertikal maupun horizontal, maka pengukuran
kecepatan aliran dengan alat ini tidak cukup pada satu titik, harus dilakukan
pengambilan data dibeberapa titik

Gambar 1.1 Alat Current meter

Alat current meter tipe propeller diatas terdiri dari stick , baling baling dan
monitor pembacaan kecepatan yg dibhubungkan dengan kabel dari proplller
system ke monitor.

2. Flow measuring structures


Debit berasal dari pengukuran ketinggian air hulu, yang secara terus-
menerus diukur pada jarak tertentu dihulu struktur (bendung, pintu Thomson,
Parshall Flume, dan bangunan ukur lainnya).
Bangunan ukur ini biasanya digunakan pada saluran irigasi.
6

3. Perhitungan dengan persamaan


Q=VxA
V dapat dihitung dengan persamaan Manning, Sticler, Bazin, atau Chezy.
(lihat buku Hidrolika Saluran Terbuka )

1.3.2 Pemilihan Lokasi Pengukuran

Langkah pertama dari kegiatan pengukuran debit sungai adalah memilih


lokasi pengukuran. Pemilihan lokasi dengan memperhatikan beberapa persyaratan
sebagai berikut ini.

1. Mudah dicapai oleh pengamat.

2. Dibagian sungai yang lurus dengan penampang sungai yang teratur dan stabil
(tidak terjadi erosi maupun sedimentasi).

3. Disebelah hilir pertemuan dengan anak sungai.

4. Di mulut sungai menuju ke laut atau danau.

5. Di lokasi bangunan air seperti bendungan, bending, dan sebagainya.

6. Tidak di pengaruhi oleh garis pembendungan (back water)

7. Aliran berada di dalam alur utama (tidak ada aliran di bantaran)

1.3.3 Pengukuran Kedalaman Sungai

Pengukuran kedalaman sungai dapat dilakukan dengan menggunakan bak ukur,


tali yang diberi pemberat atau dengan echosounder. Pengukuran dilakukan di
beberapa titik dalam arah melintang sungai untuk mendapatkan tampang
melintang sungai.

1. Bak Ukur

Untuk sungai yang dangkal, bak ukur yang telah diberi skala dan plat di bagian
bawahnya dimasukkan ke dalam sungai sampai plat dasar mencapai dasar sungai.
Papan tersebut dapat ditegakkan dengan bantuan perahu atau oleh orang jika
sungai dangkal. Kedalaman air dibaca pada skala di bak ukur tersebut.
7

Gambar 1.2 Bak ukur

2. Tali dengan pemberat.

Apabila sungai dalam atau kecepatan arus besar, kedalaman air diukur dengan
menggunakan tali yang diberi pemberat. Pengukuran dilakukan dengan
menggunakan perahu, pada jembatan, atau kabel yang digantungkan melintas
sungai. Pengukuran ini biasanya dilakukan secara bersamaan dengan pengukuran
kecepatan dengan menggunakan current meter.

3. Echosounder.

Pada sungai yang lebar dan dalam, pengukuran tampang lintang dapat dilakukan
dengan menggunakan echosounder. Cara kerja alat ini didasarkan pada prinsip
bahwa air merupakan media yang baik untuk perambatan gelombang suara dengan
kecepatan ± 1435 m/d dan gelombang suara dapat dipantulkan dengan baik oleh
dasar sungai.

Sistem kerja alat ini adalah dengan memancarkan getaran-getaran listrik


dalam bentuk impuls-impuls getaran di dalam air laut. Getaran-getaran impuls di
dalam laut akan dipantulkan kembali oleh dasar perairan dan diterima kembali
dalam bentuk gambar di pesawat monitor. Secara matematis jarak merupakan hasil
perkalian antara kecepatan gelombang dengan waktu. Kecepatan gelombang suara
sudah diketahui dan waktu perambatan gelombang dapat dihitung dari selisih waktu
pemancaran gelombang dengan waktu kedatangan pantulan gelombang. Hasil
perkalian kecepatan dengan waktu rambat gelombang menunjukkan
jarak dalam hal ini kedalaman sungai.
Rangkaian alat Echo Sounder adalah sebagai berikut:
8

• Monitor pemantau merek Garmin GPSmap 585, berfungsi menampilkan hasil


pembacaan kedalaman oleh alat transmitter dan penerimaan sinyal satelite oleh
GPS. Monitor
• Transmitter, berfungsi sebagai pesawat pembangkit getaran-getaran listrik
berupa impuls-impuls yang diterima dasar sungai dan dipantulkan kembali
sehingga dapat dibaca kedalaman perairan yang diteliti.
• Antena GPS Garmin, berfungsi sebagai pencari sinyal GPS untuk mendeteksi
lokasi penelitian.
• Aki motor yang berfungsi sebagai penyedia daya.

Gambar 1.3. Rangkaian Echosounder

Alat echosounder dipasang pada dasar kapal atau digantung pada sisi kapal. Alat
tersebut memancarkan getaran suara yang merambat ke dasar sungai, dan
kemudian dipantulkan kembali. Gelombang diterima dan dicatat oleh alat

1.3.4 Pengukuran Elevasi Muka Air

Alat pencatat elevasi muka air dapat berupa papan duga dengan meteran (staff
gauge) atau alat pengukur elevasi muka air secara otomatis (AWLR, Automatic Water
Level Recoreder).

1. Papan duga ( staff gauge )

Papan duga merupakan alat paling sederhana untuk mengukur elevasi muka air.
Alat ini terbuat dari kayu atau alat plat baja yang diberi ukuran skala dalam
centimeter, yang dipasang di tepi sungai atau pada suatu bangunan seperti
9

jembatan, bending, dan sebagainya. Angka nol pada papan duga ditempatkan pada
titik terendah dari skala sehingga semua pembacaan adalah positif.

(a) (b)
Gambar 1.4 Staff gauge vertical (a), Staff gauge tipe-E (b)

Gambar 1.5 Ilustrasi penampang saluran dilokasi pengamatan

2. Automatic Water Level Recorder (AWLR) adalah alat otomatis untuk


mengukur ketinggian air menggunakan alat yang dipasang di stasiun
10

pemantauan ketinggian air sungai. Alat ini memungkinkan untuk


mengukur ketinggian air secara terus-menerus dengan hasil
pengukuran dalam bentuk hidrograf. Keuntungan dari metode
otomatis dari metode manual adalah tidak perlu bagi manusia atau
petugas untuk melakukan pengamatan secara terus menerus.

3. Water level logger adalah sebuah alat elektronik yang digunakan


untuk mencatat data dari waktu ke waktu yang terintegrasi dengan
sensor serta instrumen. Secara singkat data logger diartikan sebagai
alat untuk mencatat data atau data logging. Data logger merupakan
alat yang menggunakan mikroprosesor dan memori internal yang
digunakan untuk merekam data melalui sensor. Data logger secara
fisik memiliki ukuran kecil dan memiliki teknologi terbaru sebagai
alat untuk merekam data seperti suhu, tekanan air, kelembaban dll.
Ada banyak jenis pada data logger dan biasanya ada yang
menggunakan komputer untuk mengkoneksikannya dan untuk
mengaktifkannya menggunakan sebuah software. Hasil dari
perekaman data dapat dilihat melalui komputer. Data Logger berbasis
Desktop/ PC adalah data logger yang dapat dikoneksikan melalui
komputer yang digunakan untuk mengumpulkan data melalui sensor
dalam menganalisis serta menampilkan hasil. Sistem pada data logger
juga memiliki banyak kelebihan seperti fitur perhitungan proses
pemantauan alam. Data logger kini dilengkapi dengan SCADA
(Supervisory Control and Data Acquistion), dimana hasil dari
perekaman ditampilkan dalam bentuk grafis.
11

Gambar 1.6 Pembacaan level muka air secara otomatis

Gambar 1.7 Grafik hasil dari Pengamatan Muka Air dengan Data Logger.
12

1.3.5 Pengukuran Kecepatan

Pengukuran kecepatan air dapat dilakukan secara langsung dengan menggunakan


pelampung atau secara tidak langsung yang biasanya menggunakan current meter.

1. Pelampung

Pengukuran kecepatan secara langsung dapat dilakukan dengan menggunakan


pelampung, yaitu dengan mengukur selang waktu yang diperlukan oleh
pelampung untuk menempuh suatu jarak tertentu. Biasanya cara ini dilakukan
pada waktu banjir dimana pemakaian current meter sulit dilakukan, atau pada
survei pendahuluan.

Ada tiga macam pelampung yaitu tipe pertama pelampung permukaan, tipe kedua
yaitu pelampung dengan kaleng, dan tipe ke tiga yaitu pelampung dengan batang.
Pelampung tipe pertama mengukur keepatan aliran pada permukaan, sedangkan
tipe kedua dan ketiga untuk mengukur kecepatan rerata pada vertikal.

Gambar 1.8 Pelampung


13

Gambar 1.9 Lay out pengukuran V dengan pelampung

2. Current meter

Pengukuran kecepatan arus dengan current meter adalah yang paling banyak
dilakukan. Ada dua tipe alat ukur yaitu tipe mangkok (Price-cup current meter)
dan baling-baling (propeller current meter). Karena adanya partikel air yang
melintasinya maka mangkok dan baling-baling akan berputar. Jumlah putaran
dapat dikonversi menjadi kecepatan arus.

Hubungan antara jumlah putaran per detik, n, dan kecepatan aliran, v, mempunyai
bentuk linier berikut:

v = a+b n…………………………………………………………… (3)

dengan:

v = Kecepatan arus (m/d)

n = Jumlah putaran per detik

Current meter dapat dipasang pada batang atau digantungkan pada tali
yang diberi pemberat. Cara pertama dapat digunakan untuk mengukur kecepatan
disungai kecil atau saluran dengan bantuan perahu atau pada jembatan.

Ada 4 cara pengukuran kecepatan aliran yang disajikan dalam Tabel 1.1
14

Tabel 1.1 Cara Pengukuran Kecepatan Aliran

Tipe Kedalaman Titik Kecepatan rata-rata pada


Pengukuran vertical (V)

Satu Titik 0,3 – 0,6 m 0,6 dari V= ,

permukaan

Dua Titik 0,6 – 3 m 0,2 dan 0,8d V=½( , + , )

Tiga Titik 3–6m 0,2; 0,6; 0,8d V = 1/3 ( , + , + , )

Lima Titik Lebih dari 6 m S: 0,2; 0,6; V = 1/10 ( + , + , +


0,8 dari B , + )

Kecepatan aliran sungai bervariasi dari yang paling kecil pada dasar sungai
sampai pada kecepatan terbesar dekat atau pada permukaan air sungai.
Perhitungan yang lazim dilakukan di lapangan adalah bahwa untuk
memperoleh kecepatan rata-rata aliran sungai, kedalaman 0,2 dan 0,8 di bawah
permukaan air sungai umum dipakai sebagai lokasi alat ukur. Prosedur
perhitungan kecepatan aliran sungai rata-rata menurut cara tersebut di atas
adalah sebagai berikut :

a. Hitung kedalaman sungai dengan menggunakan tongkat berskala.

b. Tempatkan alat ukur current meter pada kedalaman 0,8 dari total
kedalaman sungai, hitung kecepatan aliran sungai melalui angka meter
pada alat tersebut.

c. Tempatkan alat ukur pada kedalaman 0,2 dari total kedalaman sungai dan
ulangi langkah (b). Pada sungai dangkal, perhitungan kecepatan aliran
sungai dapat dilakukan hanya pada kedalaman 0,6 dari total kedalaman
sungai.

Pengukuran Kecepatan aliran langsung dengan alat ukur arus dapat


dilaksanakan dengan cara merawas, dengan bantuan wahana apung perahu,
jembatan atau menggunakan kereta gantung.
15

Perbedaan cara pelaksanaan pengukuran Kecepatan aliran ini adalah sebagai


berikut
a. Merawas
Pengukuran debit dengan cara merawat adalah pengukuran yang
dilakukan tanpa bantuan Wahana Perahu, kereta gantung, Which cabel
way dan lain-lain) yaitu petugas pengukuran langsung masuk ke dalam
Sungai. pengukuran dengan cara Dengan cara ini perlu memperhatikan
hal-hal sebagai berikut
1) Dilakukan pada lokasi sebatas pengukuran mampu merawas.
2) Posisi berdiri pengukur harus berada di hilir alat ukur arus dan tidak
boleh menyebabkan berubahnya garis aliran pada jalur vertikal yang
diukur.
3) Posisi alat ukur harus berada didepan pengukur.
b. Menggunakan perahu
Pengukuran debit dengan bantuan wahana apung perahu perlu
memperhatikan hal-hal berikut.
1) Apabila tidak memungkinkan dilakukan pengukuran dengan merawas.
2) Untuk kedalaman air kurang dari 3 m, pengukuran kecepatan arus
cukup dilakukan dengan memasang alat ukur arus pada tongkat
penduga yang juga berfungsi sebagai alat ukur kedalaman. Akan tetapi,
untuk kedalaman air lebih besar atau sama dengan 3 m, alat ukur arus
harus digantungkan pada kabel penggantung yang juga berfungsi
sebagai alat pengukur kedalaman yang dilengkapi dengan alat
penggulung kabel dan pemberat yang disesuaikan dengan kondisi
aliran.
3) Posisi alat ukur harus berada di depan perahu dengan perahu diarahkan
ke hulu.

Pengukuran debit dari atas jembatan perlu memperhatikan hal-hal berikut.


1) Posisi pilar jembatan perlu diperhitungkan dalam penentuan pias-pias
subbagian penampang basah.
2) Posisi alat berada di hulu jembatan.
16

3) Apabila posisi kabel penggantung tidak tegak lurus muka air dan
membentuk sudut >10° terhadap garis vertikal, kedalaman aliran harus
dikoreksi . Menggunakan kereta gantung
Pengukuran debit dengan menggunakan kereta gantung perlu mem-
-perhatikan hal-hal berikut.

1.3.6 Pengukuran Penampang Sungai

Pengukuran debit sungai dilakukan dengan membagi lebar sungai menjadi


sejumlah pias, dengan lebar dapat dibuat sama atau berbeda. Pengukuran
penampang sungai dilakukan untuk menentukan debit aliran sungai, karena
penampang sungai tidak beraturan maka digunakan pendekatan matematis untuk
menentukan luas penampang basah aliran dengan membagi keseluruhan
penampang aliran menjadi beberapa bagian segmen berbentuk segitiga dan
trapesium, sehingga dapat diketahui luas pada masing-masing bagian segmen
tersebut.

1. Metode Tampang Tengah


Dalam metode ini dianggap bahwa kecepatan di setiap vertikal merupakan
kecepatan rerata dari pias selebar setengah jarak antar pias di sebelah kiri dan
kanannya, seperti ditunjukkan dalam Gambar beikut. Debit di suatu pias adalah
perkalian antara kecepatan rerata vertikal dan lebar tersebut. Di kedua tebing kiri
dan kanan sungai kecepatan dianggap nol.
Qi = Vi rata rata x di x (w i-1 - w i+1)
Q total = Jumlah dari Qi dimana i=1 sampai dengan n pias.
17

Gambar 1.20 Metode Tampang Tengah

2. Metode Tampang Rerata


Tampang lintang sungai dianggap tersusun dari sejumlah pias yang masing-
masing dibatasi oleh dua vertikal yang berdampingan. Dalam Gambar berikut., jika
V3 dan V4 adalah kecepatan rerata pada vertikal ketiga dan keempat, sedang d3 dan
d4 adalah kedalaman air di kedua vertikal, serat W3 adalah lebar antara kedua
vertikal.

Gambar 1.21. Metode Tampang Rerata


18

Debit total adalah jumlah debit di seluruh pias. Untuk pias yang
berdampingan dengan kedua tebing sungai, di mana kecepatan pada tebing adalah
nol dan kedalaman pada titik tersebut juga nol.
3. Metode Integrasi Kedalaman-Kecepatan
Dalam metode ini dihitung debit tiap satuan lebar, yaitu perkalian antara
kecepatan rerata dan kedalaman pada vertikal, seperti ditunjukkan dalam Gambar
berikut. Debit sungai diperoleh dengan menghitung luasan yang dibatasi oleh kurva
tersebut dan garis muka air.

Gambar 1.21. Metode Integrasi Kedalaman-Kecepatan

4. Metode Kontur Kecepatan


Berdasar data kecepatan terukur di sejumlah titik di seluruh vertikal, dibuat
kurva yang mempunyai kecepatan sama (garis kontur kecepatan) seperti
ditunjukkan dalam Gambar berikut. Mulai dari garis kontur kecepatan maksimum,
diukur luasan yang dibatasi oleh garis kontur tersebut dan muka air dengan
menggunakan planimeter. Selanjutnya dibuat diagram dengan ordinat (sumbu y)
adalah kecepatan dan absis (sumbu x) adalah luasan yang dibatasi oleh kurva
kecepatan dan permukaan air. Luasan yang dibatasi oleh kurva kecepatan dan
19

sumbu x serta sumbu y diukur dengan planimeter, dan hasilnya adalah debit melalui
tampang lintang tersebut.

Gambar 1.22. Metode Kontur Kecepatan

1.4 Distribusi Kecepatan pada Sungai

Kecepatan aliran dalam saluran biasanya sangat bervariasi dari satu titik ke
titik lainnya. Hal ini disebabkan adanya tegangan geser di dasar dan dinding saluran
dan keberadaan permukaan bebas.

Kecepatan aliran mempunyai tiga komponen arah menurut koordinat


kartesius. Namun, komponen arah vertikal dan lateral biasanya kecil dan dapat
diabaikan. Sehingga, hanya kecepatan aliran yang searah dengan arah aliran yang
diperhitungkan. Komponen kecepatan ini bervariasi terhadap kedalaman dari
permukaan air.
20

,0
Saluran Saluran setengah
Saluran

Saluran alamiah bentuk sembarang pi Saluran


persegi sempit

Gambar 1.23. Distribusi kecepatan pada berbagai bentuk potongan


melintang saluran .

,0 ,0

Gambar 1.24. Pola distribusi kecepatan sebagai fungsi kedalaman.

1.5 Surfer
Surfer (Surface Mapping System) merupakan perangkat lunak untuk
pengolahan data spasial dan analisa tiga dimensi. Dalam bidang oseanografi, Surfer
banyak digunakan untuknmengolah dan menampilkan data batimetri, topografi,
arus, pola sebaran dan sebagainya. (sumber: www.goldensoftware.com)
Surfer adalah salah satu perangkat lunak yang digunakan untuk pembuatan
peta kontur dan pemodelan tiga dimensi yang berdasarkan pada grid. Perangkat
21

lunak ini melakukan plotting data tabular xyz tak beraturan menjadi lembar titik-
titik segi empat (grid) yang beraturan. Grid adalah serangkaian garis vertikal dan
horizontal yang dalam surfer berbentuk segi empat dan digunakan sebagai dasar
pembentuk kontur dan surface tiga dimensi. Garis vertikal dan horizontal ini
memiliki titik-titik perpotongan. Pada titik perpotongan ini disimpan nilai z yang
berupa titik ketinggian atau kedalaman. Gridding merupakan proses pembentukan
rangkaian nilai z yang teratur dari sebuah data xyz. Hasil dari proses gridding ini
adalah file grid yang tersimpan pada file .grd (Saleh, 2011).
Lembar kerja surfer terdiri dari tiga bagian, yaitu surface plot, worksheet,
editor. Surface plot adalah lembar kerja yang digunakan untuk membuat peta atau
file grid. Pada saat awal dibuka, lembar kerja ini berada pada kondisi yang masih
kosong. Pada lembar plot ini peta dibentuk dan diolah untuk selanjutnya disajikan.
Lembar plot digunakan untuk mengolah dan membentuk peta dalam dua
dimensional, seperti peta kontur, dan peta tiga dimensional seperti bentukan muka
tiga dimensi. Lembar plot ini menyerupai lembar layout dimana pengguna
melakukan pengaturan ukuran, teks, posisi obyek, garis, dan berbagai properti lain.
Pada lembar ini pula diatur ukuran kertas kerja yang nanti akan digunakan sebagai
media pencetakan peta (Saleh, 2011).
22

1.6 Peralatan Tambahan yang Diperlukan untuk Pengukuran Sungai


1.6.1 Persiapan Alat dan Bahan
Adapun alat dan bahan yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah
Theodolite dan Waterpass, GPS (Global Positioning System), Current meter
propeller type, Echosounder, Rambu Ukur, Survey boat, Life jacket, Tali dan
carabiner, Handy talky waterproof.
1.6.1.1 Persiapan Alat
a. Theodolite dan Waterpass
Theodolit adalah salah satu alat ukur tanah yang digunakan untuk menentukan
tinggi tanah dengan sudut mendatar dan sudut tegak dan alat ini digunakan untuk
mengukur tanah yang situasi bergelombang atau lereng. Hal ini dimungkinkan
karena theodolit dapat bergerak kearah vertikal maupun horizontal. Pada penelitian
ini theodolit digunakan untuk penentuan benchmark yang telah ditentukan untuk
pengambilan sampel Analisis distribusi kecepatan.
Waterpass adalah alat ukur menyipat datar dengan teropong yang dilengkapi
dengan nivo dan sumbu mekanis tegak, sehingga teropong dapat berputar ke arah
horizontal. Fungsi waterpass pada penelitian ini yaitu digunakan untuk mengukur
elevasi atau ketinggian tanah cross dan long section sungai, untuk marking elevasi
pada bowplank atau patok.
Tripod Statif adalah alat yang digunakan untuk kedudukan alat theodolit dan
Waterpass pada saat didirikan. fungsi masing-masing dari ketiga statif ini adalah
untuk menetralkan alat pada saat alat theodolit dan Waterpass diletakan, dan
memiliki tiga sekrup pada masing kaki yang berfungsi mengunci statif supaya tidak
naik turun. Untuk alat ukur dapat dilihat pada Gambar.
23

(a) Theodolite (b) Waterpass

(c) Tripod Statif


Gambar 1.25. Alat Ukur (a) Theodolit, (b) Waterpass, (c) Tripod Statif.

b. GPS (Global Positioning System)


GPS (Global Positioning System) yaitu sistem penentuan posisi global
menggunakan satelit. Sistem ini menggunakan 24 satelit yang mengirimkan
gelombang mikro ke bumi, lalu diterima oleh GPS yang ada di bumi. sistem satelit
navigasi dan penentuan posisi yang dimiliki dan dikelola oleh Amerika Serikat yang
didesain untuk memberikan posisi tiga dimensi dan kecepatan serta informasi
mengenai waktu secara kontinyu diseluruh dunia kepada banyak orang secara
simultan tanpa tergantung pada waktu dan cuaca.
Pada penelitian ini GPS digunakan untuk mencari dan menentukan kordinat
posisi pada saat survey dan penentuan Benchmark atau Control point. GPS dapat
dilihat pada Gambar .
24

Gambar 1.26. GPS (Global Positioning System)

c. Rambu Ukur
Rambu ukur adalah alat bantu dalam menentukan beda tinggi dan mengukur
jarak dengan menggunakan pesawat waterpass atau total statison. Rambu ukur
terbuat dari kayu atau campuran logam alumunium. Ukurannya, tebal 3 cm – 4 cm,
lebarnya + 10 cm dan panjang 2 m, 3 m, 4 m, dan 5 m. Pada bagian bawah diberi
sepatu, agar tidak aus karena sering dipakai. Pada penelitian ini rambu ukur
dipergunakan sebagai alat bantu untuk pengukuran saat penentuan benchmark dan
juga dipergunakan untuk mengukur kedalaman sungai pada kedalaman tertentu.

Gambar 1.27. Rambu Ukur

d. Survey boat
Survey Boat atau perahu karet yang digunakan merupakan perahu karet yang
berkapasitas 4 orang. Pada penelitian ini digunakan 1 buah perahu karet untuk
menyebrang sungai untuk mendapatkan data hidrometri dan batimetri. Perahu karet
dapat dilihat pada Gambar .
25

Gambar 1.28. Survey Boat

e. Life jacket
Baju pelampung (life Jacket) merupakan alat keselamatan yang harus
digunakan untuk menjaga keselamatan jika melakukan pengambilan data pada
sungai. Baju pelampung (life Jacket) dapat dilihat pada Gambar 3.9.

Gambar 1.29. life Jacket

f. Tali, Katrol, dan Karabiner


Tali pada bagian akan sebagai alat bantu untuk untuk penyebrangan sungai
dan sebagai pengikat perahu karet untuk mempermudah melakukan pengukuran
kecepatan aliran sungai dan menjaga perahu agar tetap stabil pada posisinya dan
tidak bergerak mengikuti arah arus sungai. Pada penelitian ini digunakan 3 jenis tali
sebagai alat bantu yaitu tali Tambang (warna Hitam) sebagai alat pengerak perahu
dari sisi kiri ke sisi kanan sungai, tali kernmantle (warna Biru) ukuran 10 mm
sebagai tali bantu agar perahu tidak terbawa oleh arus sungai pada saat melakukan
pengukuran kecepatan aliran sungai, dan tali tampar berukuran 4 mm sebagai tali
yang digunakan untuk tali penanda titik pengambilan kecepatan aliran tali tampar
diikat dengan pita berwarna sebagai tanda titik pengukuran. Tali Tambang dapat
26

dilihat pada Gambar 3.10. (a), tali kernmantle dapat dilihat pada Gambar 3.10. (b),
tali tampar dapat dilihat pada Gambar 3.10. (c).
Untuk mempermudah perpindahan posisi perahu dari titik pengukuran
pertama ke titik pengukuran kedua dan selanjutnya tali tambang diikat pada kedua
sisi perahu dan dipasang katrol pada tali yang kemudian diikatkan pada tiang
pembantu yang sudah diposisikan sesuai cross section yang akan dilakukan
pengukuran. Katrol dapat dilihat pada Gambar .
Carabiner dimaksudkan untuk mempercepat penyambungan tali ke perahu
dan penyambungan katrol pada tiang pembantu dan pada setiap ujung tali diberikan
Carabiner dapat dilihat pada Gambar .

(a) (b)

(c)
Gambar 1.30 Gamar Tali tambang (a), Tali Kernmantle (b), Tali Tampar yang
sudah diberi penanda pita (c).

Gambar 1.31. Katrol


27

Gambar 1.32. Karabiner

g. Handy talky
Handy talky secara singkat HT adalah alat komunikasi genggam yang dapat
mengkomunikasikan dua orang atau lebih dengan menggunakan gelombang radio.
Alat ini dipergunakan sebagai alat bantu untuk berkomunikasi di lapangan dari sisi
ke sisi sungai. Handy talky (HT) dapat dilihat pada Gambar .

Gambar 1.33.. Handy talky

1.7 Pengambilan Sempel Sedimen


Lokasi atau titik yang sudah ditentukan untuk pengambilan sampel sedimen
yang akan diambil agar diplotkan pada peta dasar, secara umum pelaksanaan
pengambilan sampel dilakukan secara sistematis sesuai dengan ketersediaan waktu.
Sampel diambil dilakukan dengan menggunakan alat suspended sediment sampler,
28

yang kemudian di masukakan ke dalam botol volume 1 liter dan selanjutnya di bawa
ke laboratorium.

Gambar 1.35 Suspended Sediment Sampler (USDH-


48)
Tahapan pengambilan sampel adalah sebagai berikut:
1. Tentukan terlebih dahulu lokasi atau titik pengambilan sampling pada peta
dasar.
2. Buatlah identitas untuk titik sampling pada peta dasar dengan kode huruf dan
penomoran.
3. Urutan nomor dibuat per 5 m memotong sungai dimulai dari sisi kiri sungai
(left bank) dan pengukuran ini dilakukan sepanjang 15m dan dibuat form untuk
pencatatan dalam bentuk tabel. Contoh dapat dilihat pada Gambar 3.17-3.18.
4. Titik sampling agar dibuat dengan mempertimbangkan efisiensi waktu
pengambilan sampling dan kondisi lapangannya, agar pengambilan sampel
dapat berjalan dengan lancar.
5. Menentukan titik kedalaman pengambilan sampel dengan membuat
perhitungan kedalaman jika lebih dari 3m dibuat perhitungan buttom, 0,8; 0,6d;
0,2d dan surface dikalikan dengan kedalam total saat akan di ukur. Jika kurang
dari 3 m dibuat perhitungan 0,8d; 0,6d; 0,2d.
6. Siapkan botol dengan volume 1 liter untuk menyimpan sampel sedimen.
7. Untuk semua botol sampel diberi label yang bertuliskan kode pengambilan
sampel keberapa, nomor titik sampling dan waktu pengambilan.
8. Mencegah hilangnya identitas sampel pada botol, gunakan spidol permanent
dan label pita berwarna untuk setiap botolnya.
9. Jika semua persiapan telah selesai proses pengambilan sampel bisa dilakukan,
dimana mepersiapkan kapal/ perahu dan tali pengikat yang dapat bergerak
menuju titik-titik sampling sesuai titik sampling yang telah dibuat.
29

10. Kapal harus berhenti pada titik sampling yang diinginkan, kemudian masukkan
alat suspended sediment sampler yang sudah ditambahkan batang/ stik
Tambahan ini dikarenakan stik bawaan alat panjangnya hanya 2 m, sedangkan
kedalaman sungai terdalam bisa mencapai 6 m.
11. Sebelumnya di lakukan pengukuran kedalaman sungai pada setiap titik yang
akan di ambil sampelnya dan di ukur suhu airnya.
12. Alat Suspended sediment sampler diturunkan dengan kondisi tegak lurus dari
permukaan aliran sampai kedalaman yang telah ditentukan.
13. Tutup bagian ujung alat suspended sediment sampler dengan plastik yang
sudah di ikat tali dan dikencangkan dengan karet kemudian jika pada posisi
yang telah di tentukan, tarik tali tersebut otomatis plastik yang menutup akan
terbuka. Hal ini di lakukan agar air yang terambil bisa sesuai dengan kedalaman
yang diinginkan.
14. Setelah menunggu kira2 ±1 menit agar botol pada suspended sediment sampler
terisis dan di rasa sudah penuh angkat alat.
15. Kemudian masukkan kedalam botol sampel yang telah ditandai sebelumnya.
16. Lakukan pekerjaan diatas sampai semua titik sudah terambil sampelnya.

Sumber: Widya (2010)

Gambar 1.36 Pengambilan sampel sedimen dengan cara Equal Discharge


Increment (EDI)
30

Sumber: Widya (2010)

Gambar 1.37 Pengambilan sampel sedimen dengan cara Equal Width


Increment (EWI)

Sumber: Agung B. Supangat (2014)


Gambar 1.38 Penyebaran konsentrasi sedimen dan letak nosel

.
31

1.8 Contoh Perhitungan


Lokasi penelitian adalah Sungai Ogan ruas sungai kecamatan Semidang Aji
sepanjang 2 Kilometer yang termasuk dalam tiga wilayah desa, yaitu Desa Ulak
Pandan (Section-1), Desa Keban Agung (Section-2), dan Desa Tubohan (Section-3)
seperti yang ditunjukkan dalam Gambar di bawah ini.

Kecamatan Semidang Aji

Gambar Peta Daerah Aliran Sungai Ogan, Kabupaten Ogan Komering Ulu,
Kecamatan Semidang Aji di Propinsi Sumatera Selatan. (Google Earth, 2020)

Untuk hasil data pengukuran lebar penampang dan kedalaman muka air
dapat dilihat pada tabel 1.3
Tabel 1.3 Pengukuran Lebar Penampang dan Kedalaman Sungai Section-1
No, Jarak Dari Muka Air Sisi Kiri Kedalaman Air
(m) (m)
1 0 0,00
2 10,0 0,22
3 15,0 0,38
4 20,0 0,60
5 25,0 0,75
6 30,0 0,93
7 32,5 1,07
8 45,0 0,62
9 50,0 0,79
10 55,0 0,84
11 60,0 0,75
12 66,7 0,00
32

1) Pengukuran Kecepatan Aliran


Pengukuran kecepatan aliran pada penelitian ini dilaksanakan dengan
mengunakan alat pengukur kecepatan current meter
Untuk hasil data pengukuran kecepatan pada section-1 Tabel 1.4
Tabel 1.4. Pengukuran Kecepatan Pada Section-1 Dengan Merawas
No. Jarak Dari Muka Air Sisi Kedalaman Pengukuran Kecepatan Aliran (m/s)
Kiri Air Kedalaman
(m) (m) Surface 0.2d 0.6d 0.8d Bottom
1 0 0.00 0.00 0.00 0.00
2 10.0 0.22 0.36 0.41 0.22
3 15.0 0.38 0.69 0.69 0.44
4 20.0 0.60 0.72 0.69 0.36
5 25.0 0.75 0.88 0.74 0.38
6 30.0 0.93 1.24 0.97 1.19
7 32.5 1.07 1.25 1.13 0.61
8 45.0 0.62 1.24 1.19 0.66
9 50.0 0.79 0.97 0.63 0.36
10 55.0 0.84 1.16 0.69 0.31
11 60.0 0.75 0.69 0.61 0.58
12 66.6 0.00 0.00 0.00 0.00

Perhitungan Kecepatan Aliran Rata-Rata


Untuk perhitungan kecepatan aliran rata-rata dilakukan hanya pada section-
2, Kecepatan rata-rata disetiap vertikal dapat ditentukan dengan lebar dan
kedalaman sungai. Dimana untuk perhitungan kecepatan aliran rata-rata berikut
dengan menggunakan metode satu satu titik, metode tiga titik, dan metode lima
titik. Untuk rumus perhitungan dapat dilihat pada tabel dibawah ini.
Tabel. Penentuan kedalaman pengukuran dan perhitungan kecepatan aliran.
Tipe Titik Pengukuran Kecepatan rata-rata pada vertical ( )

Satu Titik 0,6 dari permukaan V= ,

Dua Titik 0,2 dan 0,8d V=( , + , )/2


Tiga Titik 0,2; 0,6; 0,8d V=( , + , + , )/3
Lima Titik s: 0,2; 0,6; 0,8 dan b V= ( + 3 , + 2 , +3 , +
) /10
Dimana:
d = Kedalaman pengukuran (m)
s = Permukaan sungai
b = Dasar sungai
33

V = Kecepatan aliran (m/s)


Tabel 1.5. Pengukuran Kecepatan Aliran,
Jarak Kedala Pengukuran Kecepatan Aliran (m/s) Kecepatan
No, Dari man Kedalaman Keterangan rata-rata
Muka Air Air ( )
Sisi Kiri
(m) (m) Surface 0,2d 0,6d 0,8d Bottom (m/s)
1 0 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 Sisi Kiri Saluran 0,00
2 5 3,25 0,59 0,48 0,25 0,14 0,05 Metode Lima Titik 0,30
3 7,5 5,54 0,60 0,56 0,33 0,20 0,10 Metode Lima Titik 0,36
4 10 3,75 0,64 0,58 0,39 0,27 0,13 Metode Lima Titik 0,41
5 15 3,14 0,40 0,47 0,41 0,26 0,05 Metode Lima Titik 0,35
6 20 1,85 0,00 0,02 0,05 0,02 0,00 Metode Tiga Titik 0,03
7 25 0,60 0,00 0,00 0,15 0,00 0,00 Metode Satu Titik 0,15
8 30 0,33 0,00 0,00 0,16 0,00 0,00 Metode Satu Titik 0,16
9 35 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 Kering 0,00
10 40 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 Kering 0,00
11 42,5 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 Sisi Kanan Saluran 0,00
Rata-Rata 0,22
a) Metode Satu titik
Diketahui kedalaman 0,60 m ( baris no 7) untuk pengukuran kecepatan
sesuai dengan rumus pada tabel sebelumnya , kecepatan rata rata pada vertikal 0,6
dari permukaan adalah:
= 0,15 "/
Jadi ukur menggunakan alat Current Meter pada kedalaman 0,36 meter dan
mendapatkan nilai = 0,15 (m/s).
Maka didapat kecepatan rata-rata untuk pengukuran di titik 7 adalah 0,36 m/s.
b) Metode Tiga titik
Untuk pengukuran kecepatan diukur dari 0,2, 0,6, 0,8, dari kedalaman (d) =
1,85 meter ( baris no 6), maka didapat hasil pengukuran dengan alat Current Meter
untuk V0,2d=0,02 m/s, V0,6d=0,05 m/s, V0,8d=0,02 m/s, kemudian dihitung
menggunakan rumus metode tiga titik
( 0,2 + 0,6 + 0,8)
=
3
(0,02 + 0,05 + 0,02)
=
3
= 0,03 "/s
Maka didapat kecepatan rata-rata untuk pengukuran di titik 6 adalah 0,36 m/s.
c) Metode Lima titik
34

Untuk pengukuran kecepatan diukur dari surface (s), 0,2, 0,6, 0,8, dan Bottom (b)
dari kedalaman (d) = 5,54 ( baris no 3) maka didapat hasil pengukuran dengan alat
Current Meter untuk Vsurface= 0,60 m/s, V0,2d=0,56 m/s, V0,6d=0,33 m/s, V0,8d=0,20
m/s dan VBottom=0,10 m/s. Kemudian dihitung menggunakan rumus metode lima
titik
( s + 0,2 + 0,6 + 0,8 + )
=
10
(0,60 + 0.56 + 0.33 + 0.20 + 0.10)
=
10
= 0,36 "/
Maka didapat kecepatan rata-rata untuk pengukuran di titik 3 adalah 0,36 m/s.
Distribusi Kecepatan
Distribusi kecepatan pada potongan tampak atas ditamppilkan dengan grafik
dibawah ini dan dibuat pemodelan tampak melintang dengan menggunakan aplikasi
pemograman surfer 17 dengan menggunakan data-data kecepatan dan kedalaman
yang menghasilkan kontur kecepatan Pola distribusi kecepaan pada Section-1
Kondisi penampang aliran sungai pada section-1 dengan lebar saluran 66,78
meter, dimana saluran sisi kanan lebih dalam dari pada sisi kiri saluran. Pada
gambar berikut. dapat dilihat distribusi kecepatan pada section-1 distribusi
kecepatan aliran tertinggi terjadi pada jarak 30 meter dari sisi kiri sungai atau pada
penampang tengah saluran dengan nilai kecepatan 1,13 m/s. Pada jarak 50 meter
dari sisi kiri sungai terdapat batu besar yang menghalangi kecepatan aliran sungai
pada daerah tersebut sehingga kecepatan aliran menurun.
35

SECTION-1
1.20
30.0, 1.13 32.5, 1.00
1.00 45.0, 1.03
Average Velocity (m/s)

0.80 55.0, 0.72


15.0, 0.61
25.0, 0.67 50.0, 0.65 60.0, 0.63
0.60
20.0, 0.59
0.40
10.0, 0.33
0.20
66.6, 0.00
0.00
0.00 10.00 20.00 30.00 40.00 50.00 60.00 70.00
Station (m)

Gambar 4.17. Distribusi kecepatan pada section-1

Kontur distribusi kecepatan dapat dilihat dari hasil pemograman surfer 17


sepeti yang ditampilkan gambar berikut. terlihat kecepatan dari dasar saluran
hingga permukaan saluran dimana kecepatan pada dasar saluran sangat kecil karena
kondisi dasar saluran merupakan bebatuan yang menghambat kecepatan aliran.
36

Gambar . Kontur distribusi kecepatan pada section-1


37

Rating Curve
Debit aliran adalah massa aliran melalui penampang per satuan waktu.
Secara umum, jumlah debit aliran dapat dihitung berdasarkan kecepatan aliran rata-
rata dan luas penampang aliran, yang dapat dinyatakan secara matematis sebagai
= ×
Dimana:
Q = debit aliran (m3/s)
= kecepatan rata-rata (m/s)
A = luas penampang aliran (m)

Tabel Level muka air, kecepatan aliran rata-rata, dan debit aliran terukur
Q
WL V observasi
observasi
No.
(m/s)
(m) (m3/s)

1 85,861 0,220 19,268


2 85,983 0,211 22,763
3 85,882 0,226 20,888
4 86,042 0,281 30,729
5 85,988 0,239 26,658
6 85,902 0,236 22,894
7 86,037 0,299 33,284
8 86,205 0,341 38,634
38

Rating Curve Q vs WL
50.00

40.00 86.037, 33.284


Debit Aliran, Q (m3/s) 86.042, 30.729
85.902, 22.894
30.00 86.205, 38.634
85.882, 20.888
85.988, 26.658
20.00
85.983, 22.763
85.861, 19.268
10.00
y = -20.8166554011x2 + 3,639.2446228153x - 158,987.1842235000
R² = 0.9085910727
0.00
85.80 85.85 85.90 85.95 86.00 86.05 86.10 86.15 86.20 86.25
Water Level, WL (m)
Q observasi Poly. (Q observasi)

Gambar . Grafik hubungan antara ketinggian air dan debit aliran

Dari tabel hubungan antara levasi muka air dan debit di gambarkan grafik
dengan mempergunakan excel dan diregresi dengan mempergunakan excel.

SETELAH SDR PELAJARI BAHAN KULIAH DIATAS SELAMA 1 JAM


JAWABLAH PERTANYAAN DIBAWAH INI DAN KIRIMKAN
JAWABANNNYA SEBELUM KULIAH BERAKHIR.

1. Jelaskan hubungan antara hidrometri dan hidrologi


2. Apa lingkup hidrometri
3. Jelaskan hubungan antara pengukuran kedalam sungai, pengukuran
kecepatan aliran,
4. Jelaskan hubungan antara tinggi muka air dan kecepatan aliran sungai.
5. Jelaskan hubungan debit dengan kecepatan aliran sungai.
6. Jelaskan hubungan antara elevasi muka air sungai dan debit.
7. Jelaskan apa gunanya pengukuran hidrometri.
8. Bila hasil pengukuran kecpatan aliran rata –rata sungai = 2 m/detik
sedangkan luas penampang basah sungai = 200 m2. Berapa debit yang
terjadi ?
39

9. Jelaskan apa itu rating curve dan bagaimana cara membuatnya ?

DAFTAR PUSTAKA

Asdak, (1995). Hidrologi dan Pengelolaan Daerah Aliran Sungai. Yogyakarta:


Gadjah Mada University Press.
Junaidi, Fathona Fajri. (2014). Analisis Distribusi Kecepatan Aliran Sungai Musi.
Jurnal Teknik Sipil dan Lingkungan, Malang.
Kironoto, (1993). Turbulence Characteristic of Uniformand Non-uniform Rough
Open Channel Flow. Doctoral Disertation. Ecole Plytechnique Federale de lau
(EPFL), Switzerland.
Masduqi, dkk (2009). Satuan Operasi Untuk Pengolahan Air. Surabaya: Jurusan
Teknik Lingkungan FTSP ITS.
Pahriansyah. (2016). Studi pengaruh kecepatan arus akibat pasang surut di muara
sungai jeneberang.
Pringgodigdo, (2011). Morfologi Sungai. Yogyakarta: Jurnal Repository UMY.
40

Putra, A. S. (2014). Ruas Sungai: Pulau Kemaro Sampai Dengan Muara Sungai
Komering. Jurnal Teknik Sipil Universitas Sriwijaya, Palembang.
Triadmodjo, Bambang. (2009). Hidrologi Terapan. Yogyakarta: Beta Offset
Yogyakarta.

Anda mungkin juga menyukai