Pengetahuan Wajib Bagi Praktisi Kredit Agar Tidak "Salah Langkah"
Pengetahuan Wajib Bagi Praktisi Kredit Agar Tidak "Salah Langkah"
17 2022MAR
K A M I S
09.00-11.30 WIB
Keharusan hadir ini berlaku untuk seseorang yang bertindak sebagai pengadu
(advokat, klien, masyarakat, dll) kepada Dewan Kehormatan Advokat yang
mengadukan seorang Advokat. Baik pengadu (Advokat atau bukan Advokat)
dan teradu (seorang Advokat) wajib hadir sendiri dalam sidang kode etik.
JANGKAUAN PERAN ADVOKAT DALAM GUGATAN BIASA (PERDATA/SYARIAH/TUN)
KURATOR**
JAKSA
HAKIM P.NIAGA HAKIM M. AGUNG
HAKIM
Catatan:
*Dalam kepailitan, putusan hakim pailit langsung kasasi *Berdasarkan frasa “baik di dalam
(vide pasal 11 UUKPKPU). maupun di luar pengadilan” dalam pasal
**Dalam kepailitan terdapat profesi lain yang terlibat, 1.1. UU Advokat
yaitu kurator. Kurator tetap ditentukan dalam putusan
pailit di Pengadilan Niaga (pasal 15 ayat 1 UUKPKPU).
JANGKAUAN PERAN ADVOKAT DALAM GUGATAN SEDERHANA
MENDAMPINGI/MEWAKILI MEWAKILI/MENDAMPINGI
CATATAN:
1. Meskipun kuasa berskala penuh (mewakili), dalam keadaan tertentu, klien sah-sah saja tetap dapat terlibat.
Misalnya ikut dalam rapat atau perundingan.
2. Meskipun kuasa berskala parsial, dalam keadaan tertentu, Advokat dapat saja maju sendiri. Misalnya dalam
Gugatan sederhana, Advokat pendamping dapat saja sendiri mengurus dokumen, namun saat sidang harus
bersama dengan prinsipal.
3. Poinnya: pada akhirnya yang paling menentukan adalah ada tidaknya pembatasan dalam perundang-undangan
atau suatu ketentuan yang berlaku terhadap pihak tersebut.
Mewakili: Mendampingi:
1.Prinsipal (penggugat/tergugat/ 1. Prinsipal (penggugat/ tergugat/
pemohon/termohon, pelawan/ terlawan, pemohon/termohon, pelawan/
pelapor/terlapor) tidak wajib hadir. terlawan, pelapor/terlapor) tetap
Advokat dapat mewakili prinsipal secara hadir/ikut untuk membela
penuh. kepentingannya.
2.Ada 2 faktor yang memungkinkan 2. Ada 3 faktor yang memungkinkan
Advokat berwenang mewakili: (a) Advokat berwenang mendampingi: (a)
penunjukan sebagai kuasa penuh dan penunjukan sebagai pendamping dan
dibolehkan undang-undang (opsional), dibolehkan undang-undang (opsional),
(b) dipaksa oleh undang-undang (b) dipaksa oleh undang-undang
(mandatory) harus diwakili advokat. (mandatory), dan (c) karena Advokat
dilarang sebagai kuasa penuh.
Isilah kolom kanan dengan pilihan “mewakili” atau
“mendampingi”
TINDAKAN HUKUM STATUS ADVOKAT
JANGKAUAN PENGGUNAAN
Catatan:
Meskipun tidak ada kata melarang, secara a contrario dapat dimaknai bahwa kata
“disampingi kuasa hukum” menyiratkan bahwa kuasa hukum dilarang menjadi kuasa
penuh.
PEMBAHASAN BAGIAN 2.1.
[Referensi: Buku “Kamus Istilah Hukum” karangan Prof. Drs.C.S.T. Kansil, S.H., dan
Christine S.T. Kansil, S.H., M.H.-Penerbit Pustaka Sinar Harapan 2000, Buku
“Kamus Hukum” karangan Dr. Sudarsono, S.H., M.Si-Penerbit Rineka Cipta 2002),
buku Parate Eksekusi Fidusia: Polemik Kepastian Hukum dan Bisnis “ karangan
Prof.Dr. Johannes Ibrahim Kosasih, S.H.,M.Hum.,dkk, Penerbit Mandar Maju,
Februari 2021.
TIGA UNDANG-UNDANG JAMINAN YANG
MENGATUR PARATE EXECUTIE:
1. Undang-undang Nomor 4 tahun 1996 tentang Hak
Tanggungan atas Tanah Beserta Benda-benda Yang
Berkaitan dengan Tanah atau disingkat dengan “UUHT”.
2. Undang-undang Nomor 4 tahun 1999 tentang Jaminan
Fidusia atau disingkat “UUJF”.
3. Undang-undang Nomor 9 tahun 2006 (diubah dengan
UU No. 9 tahun 2011) tentang Sistem Resi Gudang atau
disingkat dengan “UURG”.
Ketiga UU ini secara bersama-sama disebut
“UU Jaminan Khusus”
Pasal 6 UUHT: Pasal 15 ayat (3) UUJF: Pasal 16 (1) UURG:
“Apabila debitor cidera janji, “Apabila debitor cidera “Apabila pemberi Hak
pemegang Hak Tanggungan janji, Penerima Fidusia Jaminan cedera janji,
pertama mempunyai hak mempunyai hak untuk penerima Hak Jaminan
untuk menjual obyek Hak menjual Benda yang mempunyai hak untuk
Tanggungan atas kekuasaan menjadi objek Jaminan menjual objek jaminan
sendiri melalui pelelangan Fidusia atas atas kekuasaan sendiri
umum serta mengambil kekuasaannya sendiri” melalui lelang umum atau
pelunasan piutangnya dari penjualan langsung”
hasil penjualan tersebut”
CATATAN ATAS REDAKSI KETIGA UNDANG-UNDANG
1. Pasal-pasal dalam UU Jaminan Khusus tidak secara
eksplisit memuat kata “pembatasan/larangan” namun
secara indikatif memuat substansi pembatasan/larangan
bagi advokat menjadi kuasa penuh mengajukan
permohonan lelang parate executie.
2. Adanya pembatasan KPKNL sebagai kuasa penuh pada
hakikatnya didasarkan pada pemaknaan Direktorat
Jendral Kekayaan Negara (DJKN) (yang membawahi
KPKNL) atas frasa “kekuasaan sendiri” yang tercantum
pada ketiga UU tersebut.
3. KPKNL semakin “percaya diri” menolak peran Advokat
sebagai kuasa penuh memohon lelang parate executie
pasca Putusan MK No. 70/2010 karena sangat sejalan
dengan pemaknaan DJKN/KPKNL.
4. Pemaknaan “atas kekuasaan sendiri” “merembet” pada
pemberian surat peringatan yang dimaknai satu kesatuan
dengan atau bagian tidak terpisahkan dari proses hukum
parate executie. Dalam PMK No. 213/2020, terdapat
pengaitan surat peringatan dengan pasal parate executie
sebagaimana tercantum pada Lampiran 2 (7): “Format
Risalah Lelang” yang berbunyi sebagai berikut:
7 ---- Pihak kreditor telah memberikan surat Klausula khusus
peringatan kepada debitor untuk Lelang Eksekusi
menyelesaikan kewajibannya, namun Pasal 6 UUHT,
debitor tetap tidak menyelesaikan Lelang Eksekusi
kewajibannya maka dilanjutkan dengan Jaminan Fidusia,
Lelang terhadap barang tersebut diatas.-- dan Lelang Eksekusi
Gadai.
5. Dengan demikian, isu hukum kedudukan Advokat dalam
lelang parate executie terdapat dalam dua hal yang oleh
KPKNL dianggap berhubungan dan menjadi satu kesatuan:
penolakan surat somasi Advokat, sekaligus penolakan
kehadiran Advokat sebagai kuasa penuh pemohon lelang.
Pertanyaan mendasar….
Apakah dengan demikian, peran Advokat tidak diperlukan lagi dalam
pemberian surat peringatan dan lelang parate executie?
1. Perjanjian Kredit dan adendum 1. Pemilaian (internal atau KJPP) 1. Penetapan lelang (KPKNL)
(jika ada) 2. Surat permohonan lelang. 2. Permintaan Surat Keterangan
2. Sertifikat jaminan 3. Surat pernyataan kreditur SKPT (KPKNL)
3. SKMHT (jika ada) 4. Surat rincian utang. 3. SKPT (KPKNL, Notaris/PPAT dan
4. APHT 5. Surat keterangan harga limit BPN)
5. Sertifikat HT lelang. 4. Surat Pemberitahuan Lelang
6. Surat pernyataan nilai limit. 5. Resi pengiriman Surat
6. Surat Peringatan-1 7. Surat informasi rekening Pemberitahuan Lelang (jika tidak
7. Surat Peringatan-2 penampungan hasil lelang. diterima langsung nasabah dan
8. Surat Peringatan-3 8. Surat penunjukan pejabat penjamin/apabila sertifikat milik
9. Resi pengiriman surat peringatan penjual. pihak ketiga)
(jika tidak diterima langsung oleh 9. Akte de comand dan kuasa 6. Iklan lelang-1
debitur) pembelian (jika bank bertindak 7. Iklan lelang-2
sebagai pembeli) 8. Risalah Lelang
9. Bukti-bukti Pembayaran Pajak
dan Bea Lelang.
2. Pada dasarnya tidak ada persoalan terkait penggunaan
jasa advokat dalam proses parate executie SEPANJANG
KOP SURAT-SURAT PERMOHONAN EKSEKUSI
MENGGUNAKAN KOP KREDITUR/BANK DAN PEJABAT
PENJUAL ADALAH PEJABAT ATAU WAKIL
KREDITUR/BANK, BUKAN ADVOKAT ITU SENDIRI.
3. Dengan demikian, yang terjadi adalah PEMBATASAN
KETERLIBATAN, yang dari sudut pandang/pemaknaan
DJKN/KPKNL memiliki pondasi perundang-undangan,
dan kemudian diperkuat dengan putusan MK No.
70/2020.
3. Pembatasan peran dimaksud memiliki kemiripan atau
kesamaan status dengan kedudukan Balai Lelang Swasta
dalam parate executie, yaitu sebatas melakukan kegiatan
pra lelang dan fungsi administratif sebagaimana diatur
dalam PMK No. 113/2019 Jo PMK No. 213/2020.
“Dalam kegiatan usaha pelaksanaan lelang,
Balai Lelang selaku kuasa pemilik barang
dapat bertindak sebagai pemohon lelang
atau Penjual hanya untuk jenis Lelang
Noneksekusi Sukarela…”
[Sebagian kutipan pasal 10 ayat ( 1) PMK No. 113/2019]
“Lelang non eksekusi sukarela adalah lelang
untuk melaksanakan penjualan barang milik
swasta, perorangan atau badan
hukum/badan usaha yang dilelang secara
sukarela”
INGAT FILOSOFI
BERDOKUMENTASI
dan POWERFULL
JANGAN ABAIKAN!!
Asas “SAYB-SHYB”
• Wajib menggunakan kop • Wajib ditujukan kepada debitur. • Khusus SP terakhir yang akan
kreditur sendiri (vide • Jika debitur sudah meninggal, SP dipakai sebagai bukti lelang,
penjelasan dalam bagian ditujukan kepada debitur, garing (/) wajib memuat frasa penting,
kedua). ahli waris (AW)* yaitu (1) deklarasi
• Jika mengirim SP • Wajib ditujukan ke alamat yang wanprestasi/ingkar janji/cidera
menggunakan jasa advokat, “dipilih” dalam PK, bukan alamat janji, (2) menagih secara
pastikan yang dilampirkan AW. sekaligus dan tunai, (3) spesifik
adalah SP ber-kop bank menyebut tindakan hukum
* Disarankan ditanyakan/dikonfirmasikan
kepada KPKNL setempat
KOP SURAT BANK
Kepada Yth:
[Nama Debitur]/Ahli Waris
Jl. [Alamat lengkap sesuai pilihan
domisili dalam perjanjian kredit/adendum]
Dengan hormat,
Menunjuk Surat Peringatan kami Nomor: [Nomor dan Tanggal SP-2]
perihal Surat Peringatan Kedua, dengan ini kami sampaikan hal-hal
sebagai berikut:
1. Bahwa kami telah berkali-kali memperingatkan Saudara agar
menyelesaikan kewajiban Saudara kepada [nama Bank], baik secara
lisan maupun tertulis. Namun ternyata sampai saat ini, tidak ada
penyelesaian nyata dari Saudara. Karena itu, kami menganggap
Saudara telah beritikad buruk kepada [nama Bank].
Demikian Peringatan Ketiga ini kami sampaikan untuk menjadi perhatian serius
Saudara.
Hormat kami,
[Nama Bank]
Catatan Fasilitator:
1. Contoh surat peringatan ketiga yang dijadikan hanya salah
satu acuan dengan memerhatikan praktik umum di KPKNL.
2. Jika sekiranya terdapat permasalahan dalam substansi surat
(cacat), maka implikasinya adalah pengulangan pengiriman
surat somasi (implikasi waktu).
3. Kreditur tetap memerhatikan kebiasan KPKNL setempat.
PEMBAHASAN BAGIAN 3.2.
082112760176
berryspane17@gmail.com