Anda di halaman 1dari 108

ZOOMINAR

GUGATAN BERISI, GUGATAN


KOSONG (ILLUSOIR)
Mengoptimalkan Gugatan Sampai Tahap
Eksekusi

Kamis, 17 November 2022


JAKARTA, NOVEMBER 2021

Libertus S. Pane, S.H., C.P.A.


Fasilitator
DISCLAIMER

1
Materi presentasi ini dilindungi Hak Cipta berdasarkan Undang-undang
Nomor 28 tahun 2014 tentang Hak Cipta. Dilarang memperbanyak
atau menyebarluaskan materi ini tanpa izin tertulis dari Libertus S. Pane.
Materi ini eksklusif hanya untuk peserta workshop.

2
Materi seminar ini bukan suatu rekomendasi, melainkan pengetahuan,
informasi, dan bahan dasar untuk melakukan kajian lebih mendalam
agar lebih aplikatif. Jika hendak diterapkan, pengguna masih
memerlukan pengkajian dan pendekatan kasuistik, dan jika diperlukan,
libatkan ahli terkait yang Anda percaya.

3
Apabila terdapat penebalan huruf, tanda miring, perbedaan
warna, atau garis bawah pada kutipan perundang-undangan,
hal tersebut merupakan penanda dari fasilitator dengan maksud
menekankan perhatian.
Rata-rata
benar dari 6
pertanyaan
adalah 1,86
atau 31 %
HASIL KUESIONER ANDA
KUESIONER 1
1

Apakah BPR Anda sudah pernah


mengajukan gugatan wanprestasi
kepada debitur/penjamin?

a. Pernah (isi kuesioner 2)


b. Belum pernah
c. Tidak tahu/ragu-ragu
HASIL KUESIONER ANDA
KUESIONER 2
2

Apakah ada objek yang digugat?

a. Ada
b. Tidak ada
Objek apa yang digugat dan
dari mana data objek gugatan
diperoleh?
HASIL KUESIONER ANDA
KUESIONER 3
3

Apakah BPR Anda pernah menggugat


seorang borgtocht atau penjamin
pribadi?

a. pernah
b. tidak pernah
c. Tidak ada borgtocht di BPR/BPRS kami
HASIL KUESIONER ANDA
KUESIONER 4
4

Salah satu risiko jaminan fidusia adalah


jika hasil penjualan jaminan tidak cukup
menutup utang, sisa utang demi hukum
tidak dapat ditagih lagi atau harta benda
lain berupa tanah tidak dapat digugat.
Apakah pernyataan ini tepat? MENURUT HUKUM

C
a. tepat, b. salah, c. jawaban lain (isi JAWABAN LAIN
kuesioner no. 4)
5. Jika Anda memilih "Jawaban lain" dalam kuesioner 4, tulislah
alasannya
● menurut pandangan awam kami, di dalam SP (surat peringatan) kita isikan klausul yang
mengatakan jika jaminan kurang makan akan mengambil barang lain untuk menutupi
hutang
● Tergantung sisa utang yang dimaksud. Apabila yang digugat adalah berupa denda maka
biasa gugatan kemungkinan besar ditolak
● Dapat digugat, sepanjang jaminan lain memang ada dan belum terikat sbg objek jaminan
● Kurang tepat, karena sesuai pasal 1131 dan 1132 KUH Perdata, seluruh harta kekayaan
debitur merupakan jaminan atas pelunasan hutangnya, sehingga harta lainnya masih
dapat digugat
1. Pernyataan nomor 4 perlu ditelaah secara kritis dan tidak serta merta
dijawab tepat atau salah karena kasusnya bersifat kondisional.
2. Dapat tidaknya ditagih, sangat tergantung pada tiga hal, yaitu
apakah penjualan jaminan fidusia dilakukan melalui (a) lelang
eksekusi, (b) skema AYDA pelunasan, (c) skema AYDA parsial, atau
(d) skema non AYDA.
a. Jika dilakukan melalui lelang eksekusi, sisa utang demi hukum
masih dapat ditagih;
b. Jika dilakukan melalui skema AYDA yang bersifat pelunasan,
tidak ada lagi sisa utang;
c. Jika dilakukan melalui skema AYDA parsial (bukan pelunasan),
masih ada sisa utang;
d. Jika dilakukan melalui skema non AYDA (misalnya penjamin
menjual sendiri atas izin bank), sisa utang tergantung
kesepakatan.
3. Dalam skema AYDA maupun non AYDA, sangat mungkin terjadi,
bank dan debitur/penjamin tidak memastikan status sisa utang,
apakah karena kesengajaan atau tidak. Dalam praktik terjadi,
pemberi fidusia beranggapan bahwa dengan menyerahkan objek
jaminan kepada bank untuk dijual, maka kewajiban selesai.
Kemudian setelah bank menjual agunan dan hasilnya di bawah
utang, bank menagih kekurangan.
4. Dalam praktik juga terjadi, bank “sengaja” menghindari
pembahasan selisih ini karena memprediksi harga jual < nilai utang
(prinsip: “target jaminan diserahkan dan dijual dulu, mengenai
selisih diurus belakangan”).
5. Terkait poin 4, ada kemungkinan debitur/pemberi fidusia menuduh
kreditur berbuat curang dan kemudian menjadi perselisihan. Secara
hukum kedudukan debitur lebih lemah jika AYDA tersebut atau
penyerahan objek fidusia kepada bank tidak disertai pemberian surat
keterangan lunas.
HASIL KUESIONER ANDA
KUESIONER 6
6

Apakah objek yang telah dibebani hak


tanggungan dapat digugat?

A. Dapat digugat dengan alasan tertentu (tuliskan


alasan dalam kuesioner 6)
B. Tidak dapat digugatan dengan alasan tertentu
(tuliskan alasan dalam kuesioner 7)
7. Alasan objek yang sudah dibebani hak tanggungan dapat dijadikan
objek gugatan
● 1. bisa, karena kedudukan orang dimata hukum sama
2. Perjanjian kredit lemah
3. TTD hak tanggungan tidak didepan notaris
● Dapat jika masih ada sisa nilai dari obyek HT, setelah kreditur preferen
● Pengadilan tidak boleh menolak suatu perkara yang diajukan oleh seseorang
● bila agunan yang diikat bermasalah dan pengikatan tidak sempurna

Alasan umum
Alasan khusus
● DPAT DIGUGAT JIKA ADA PIHAK LAIN MENGCLAIM OBJEK HT TERSEBUT
MILIKNYA YG DIBUKTIKAN DG SHM DAN UNTUK MENENTUKAN PEMILIK
YG BERHAK SECARA HUKUM HARUS MELALUI GUGATAN PERDATA KE
PN Bank sebagai tergugat
● Apabila debitur melakukan perbuatan hukum
● Dengan adanya perbuatan melawan hukum atau penyalahgunaan keadaan
(misbruik van omstadigheden) pada waktu pembuatan perjanjian utang-
piutang, sebagai perjanjian pokoknya. Bank sebagai tergugat

● Dapat digugat apabila pemasangan hak tanggungan tidak sah atau cacat demi
hukum
8. Alasan objek yang sudah dibebani hak tanggungan tidak dapat
dijadikan objek gugatan → kata tidak dapat diartikan tidak tepat?

● Tinggal di eksekusi agunanan saja


● Hak Tanggungan merupakan hak yang HARUS didahulukan
● Tujuan dari hak tanggungan adalah untuk memberikan jaminan yang kuat
bagi kreditor yang menjadi pemegang hak tanggungan itu untuk didahulukan
dari kreditor-kreditor lain. Bila terhadap hak tanggungan itu dimungkinkan sita
oleh pengadilan, berarti pengadilan mengabaikan bahkan meniadakan
kedudukan yang diutamakan dari kreditor pemegang hak tanggungan
● Dpt d eksekusi melalui KPNL ku
Tambahan penjelasan:
• Dalam praktik ada BPR yang menggugat debitur
padahal sudah ada jaminan hak tanggungan. Menjadi
persoalan serius apabila bank menjadikan objek HT
sebagai objek gugatan (=objek sita jaminan).
• Meskipun objek HT dimaksud tidak diletakkan sita
jaminan (hampir mustahil diletakkan sita jaminan
berdasarkan permohonan penggugat yang juga
pemegang HT), menjadikan HT sebagai objek gugatan
dan kemudian gugatan dikabulkan sebagian (karena
sita jaminan tidak dikabulkan/tidak diletakkan), maka
terdapat implikasi sebagai berikut:
✓ Jika suatu saat kreditur mengajukan lelang ke KPKNL
berdasarkan HT, debitur/penjamin memiliki “celah”
hukum untuk mengajukan perlawanan atas lelang HT
dengan alasan bahwa “bank sudah melepaskan
haknya atas HT dengan mengajukan gugatan”. Jika
hakim menyetujui argumentasi ini, maka proses
lelang dapat terhalang.
✓ Jika kreditur mengajukan permohonan eksekusi
sebagai tindak lanjut gugatan dengan objek yang
sudah dibebani hak tanggungan, maka secara teoritis
proses lelang tidak mungkin dilakukan sebelum HT
diroya.
HASIL KUESIONER ANDA
KUESIONER 9
9

Jika harta debitur/penjamin pribadi


digugat dan bank menang, maka
kedudukan bank terhadap objek
gugatan/sita menjadi kreditur preferen
setara hak tanggungan. Apakah
pernyataan ini tepat? MENURUT HUKUM

A
a. tepat, b. salah, c. ragu-ragu/tidak tahu
TEPAT
1. Pernyataan nomor 9 tepat karena putusan menang yang
diperoleh kreditur menyebabkan kreditur tersebut “naik
pangkat” dari kreditur konkuren menjadi kreditur
preferen/didahulukan.
2. Dasar hukum kanaikan “pangkat” tersebut adalah pasal 1132
KUH Perdata.
Pasal 1132 KUH Perdata
“Barang-barang itu menjadi jaminan bersama bagi semua
kreditur terhadapnya hasil penjualan
barang-barang itu dibagi menurut perbandingan piutang
masing-masing kecuali bila di antara para
kreditur itu ada alasan-alasan sah untuk didahulukan“
3. Gugatan menjadi salah “alasan sah untuk didahulukan”.
GUGATAN

JALUR INDIVIDUAL
SITA KHUSUS
Prioritas kreditur penggugat
HARTA UMUM PEMBAGIAN KEPADA KREDITUR

KEPAILITAN

JALUR KOLEKTIF
Pro rata Seluruh kreditur
SITA UMUM
konkuren
KEKUATAN HUKUM SETARA
BADAN PERTANAHAN NASIONAL
REPUBLIK INDONESIA

Diperoleh berdasarkan
pemberian undang-undang DEMI KEADILAN BERDASARKAN
KETUHANAN YANG MAHA ESA

SERTIPIKAT
HAK TANGGUNGAN

PUTUSAN

No.1787 K/Pdt/2010

Diperoleh berdasarkan proses DEMI KEADILAN BERDASARKAN


KETUHANAN YANG MAHA ESA
gugatan (i.c. penggugat menang)
MAHKAMAH AGUNG
Memeriksa perkara perdata dalam tingkat
kasasi telah memutuskan sebagai berikut
dalam perkara:
KEKUATAN HUKUM SETARA
BADAN PERTANAHAN NASIONAL
REPUBLIK INDONESIA

Eksekusi melalui KPKNL


(langsung) atau eksekusi melalui
DEMI KEADILAN BERDASARKAN
KETUHANAN YANG MAHA ESA
Pengadilan (tidak langsung)
SERTIPIKAT
HAK TANGGUNGAN

PUTUSAN

No.1787 K/Pdt/2010
DEMI KEADILAN BERDASARKAN
KETUHANAN YANG MAHA ESA
Eksekusi hanya melalui
MAHKAMAH AGUNG Pengadilan (tidak langsung)
Memeriksa perkara perdata dalam tingkat
kasasi telah memutuskan sebagai berikut
dalam perkara:
HASIL KUESIONER ANDA
KUESIONER 10
10

Jenis sita yang baru diletakkan setelah


penggugat memenangkan perkara
disebut sita jaminan. Apakah pernyataan
ini tepat?

MENURUT HUKUM

B
a. tepat, b. salah, c. ragu-ragu/tidak tahu SALAH
1. Pernyataan nomor 10 salah karena sita yang diletakkan
setelah penggugat menang (dengan putusan tetap) adalah
sita eksekusi (executoir beslag). Sita yang diletakkan sebelum
penggugat memenangkan perkara atau selama pemeriksaan
perkara disebut “sita jaminan” (conservatoir beslag).

Sebelum dan selama pemeriksaan perkara* Setelah perkara berkekuatan tetap

SITA JAMINAN SITA EKSEKUSI

*Catatan: dalam gugatan sederhana, tidak ada penyitaan sebelum gugatan diperiksa.
Kemungkinan seperti itu hanya berlaku dalam gugatan biasa (lihat pasal 17 A Peraturan
Mahkamah Agung Nomor 4 tahun 2019 tentang Tata Cara Penyelesaian Gugatan
Sederhana (Perma No. 4/2019)
Pasal 17 A Perma No. 4/2019
“Dalam proses pemeriksaan, Hakim dapat memerintahkan peletakan sita
jaminan terhadap benda milik tergugat dan/atau benda milik penggugat yang
ada dalam penguasaan tergugat”

Pengertian “Dalam proses pemeriksaan: selama putusan belum


berkekuatan hukum tetap
HASIL KUESIONER ANDA
KUESIONER 11
11

Tuntutan sita jaminan yang tidak


dikabulkan hakim menyebabkan objek
tersebut tidak dapat lagi dieksekusi di
kemudian hari meskipun pengadilan
mengabulkan tuntutan jumlah utang.
Apakah pernyataan ini tepat? MENURUT HUKUM

B
a. tepat, b. salah, c. ragu-ragu/tidak tahu SALAH
1. Penyataan nomor 11 salah. Meskipun dalam amar putusan
tidak tercantum penyitaan jaminan, dalam proses eksekusi,
jaminan yang tidak diletakkan sita jaminan, masih dapat
disita dengan nama sita eksekusi (perhatikan kuesioner
nomor 7);
2. Objek yang dapat disita eksekusi bukan hanya objek yang
sudah diketahui sebelum gugatan/putusan, namun dapat
juga atas aset yang baru diketahui di kemudian hari (lihat
kembali pasal 1131 KUH Perdata).
HASIL KUESIONER ANDA
KUESIONER 12
12

Proses pelaksanaan/eksekusi paksa


putusan gugatan sederhana didasarkan
pada Peraturan Mahkamah Agung,
sedangkan proses eksekusi paksa
putusan gugatan biasa didasarkan pada
hukum acara perdata biasa. Apakah MENURUT HUKUM
pernyataan ini tepat?

B
a. tepat, b. salah, c. ragu-ragu/tidak tahu SALAH
1. Penyataan nomor 12 salah. Dalam gugatan sederhana tidak ada
upaya hukum banding (ke pengadilan tinggi) melainkan upaya
hukum keberatan.
2. Dasar pengaturannya adalah Peraturan Mahkamah Agung
Nomor 2 tahun 2015 tentang Tatacara Penyelesaian Gugatan
Sederhana (Perma No. 2/2015).

Pasal 31 ayat (2) dan (3) Perma No. 2/2015


“(2) Putusan yang sudah berkekuatan hukum tetap dilaksanakan secara
sukarela
(3) Dalam hal ketentuan pada ayat (2) tidak dipatuhi, maka putusan
dilaksanakan berdasarkan ketentuan hukum acara perdata yang berlaku.”
HASIL KUESIONER ANDA
KUESIONER 13
13

Jika hakim menolak atau tidak menerima


gugatan sederhana, maka penggugat
berhak mengajukan banding ke
pengadilan tinggi. Apakah pernyataan ini
tepat?
MENURUT HUKUM

B
a. tepat, b. salah, c. ragu-ragu/tidak tahu
SALAH
1. Penyataan nomor 13 salah. Dalam gugatan sederhana, tidak
ada upaya hukum banding (ke pengadilan tinggi), melainkan
upaya hukum keberatan (ke pengadilan negeri/agama yang
sama). Dasarnya adalah pasal 21 Perma No. 2/2015.

Pasal 21 Perma No. 2/2015


“(1) Upaya hukum terhadap putusan gugatan sederhana
sebagaimana dimaksud pada Pasal 20 adalah dengan mengajukan
keberatan.
(2) Keberatan diajukan kepada Ketua Pengadilan dengan
menandatangani akta pernyataan keberatan di hadapan panitera
disertai alasan-alasannya.
HAKIM DALAM TAHAP PERTAMA ADALAH HAKIM TUNGGAL

HAKIM DALAM TAHAP KEBERATAN ADALAH HAKIM MAJELIS (LEBIH DARI 1 ORANG)
KUESIONER 14

. A merupakan penjamin pribadi debitur B. Apa syarat utama yang wajib diatur dalam
perjanjian penjaminan agar Bank dapat menggugat A bersama-sama dengan debitur?

● pemasangan Hak Tanggungan


● Memiliki kepentingan hukum yang sama
● A DAN B DIJADIKAN PARA PIHAK DALAM PERJANJIAN DAN IKUT BERTAND
TANGAN DALAM PERJANJIAN KREDIT SEHINGGA LEGAL STANDING
MREKA TELAH ADA.
● Penjamin di ikutkan dalam akad perjanjian kredit
● Diatur klausula mengenai penjaminnya, bahwa A akan menjamin pelunasan
kreditnya apabila B gagal bayar
● Dibuatkan perjanjian kredit mengenai borgtocht
● 1. Adanya kesepakatan bagi mereka yang mengikatnya; 2. Kecakapan untuk
membuat perikatan; 3. Suatu pokok persoalan tertentu; 4. Suatu sebab yang tidak
terlarang
● Perjanjian Kredit adalah dasar untuk Bank menggugat Debitur atau adanya Pihak
Ketiga.
● Penjamin wajib menghilangkan hak istimewanya
● Surat kuasa khusus
● Pengecualian pasal 1831 KUHPerdata
● Melepas hak istimewa A sbg penjamin pribadi
• Selama hak istimewa tidak dilepaskan,
kreditur tidak dapat menggugat
Pasal 1831 KUH Perdata:
seorang penanggung. Jika dipaksakan,
“Penanggung tidak wajib membayar
besar kemungkinan gugatan
kepada kreditur kecuali debitur lalai
dinyatakan tidak dapat diterima
membayar utangnya,
dengan alasan prematur atau diajukan
dalam hal itu pun barang kepunyaan
sebelum waktunya.
debitur harus disita dan dijual terlebih
• Apabila hak istimewa telah dilepaskan,
dahulu untuk melunasi
kreditur dapat menggugat penjamin
utangnya”
bersama-sama dengan debitur. Bahkan
dalam kepailitan, sudah ada putusan
pengadilan yang mengabulkan
permohonan kepailitan penjamin
pribadi tanpa mempailitkan debitur.
Catatan:
• Hukum acara perdata yang berlaku untuk Pulau Jawa dan
Madura berbeda dengan Hukum Acara Perdata di luar
Pula Jawa dan Madura.
• Hukum acara perdata di P. Jawa dan Madura adalah Het
Herziene Indonesisch Reglement atau disingkat HIR
sedangkan untuk luar P. Jawa dan Madura dinamai
Reglement voor de Buitengewesten atau RBG.
• Pasal yang digunakan sesuai dengan teritori, namun
pembahasan ini menggunakan acuan pasal HIR (lihat tabel
contoh perbandingan pada slide berikut).
No. Pengaturan HIR RBg
1 Tata Cara Pengajuan Gugatan Pasal 118 HIR Pasal 142 RBg
2 Gugatan Secara Lisan Pasal 120 HIR Pasal 144 RBg
3 Kuasa Pasal 123 HIR Pasal 147 RBg
Perlawanan (Verzet) Atas Putusan
4 Pasal 129 HIR Pasal 153 RBg
Verstek
5 Penyumpahan Saksi Pasal 148 HIR Pasal 176 RBg
6 Pembuktian Akta Otentik Pasal 165 HIR Pasal 285 RBg
Pasal 182 HIR, Pasal Pasal 193 RBg, Pasal
7 Biaya Perkara
183 HIR 194 RBg
8 Menjalankan Putusan Pasal 195 HIR Pasal 206 RBg
9 Penyitaan Pasal 197 (1) HIR Pasal 208 RBg
10 Penjualan Barang Sitaan Pasal 200 (1-3) HIR Pasal 218 (2) RBg
11 Akta Hipotik dan Surat Hutang Otentik Pasal 224 HIR Pasal 258 RBg
Putusan Hukuman Melakukan Suatu
12 Pasal 225 HIR Pasal 259 RBg
Perbuatan

13 Berperkara Secara Prodeo Pasal 238 (2-3) HIR Pasal 274 (2-3) RBg
ALASAN TEKNIS

Kredit tidak dijamin dengan jaminan


01 khusus (kategori unsecured loan)

Ada jaminan khusus, terdapat sisa


02 utang pasca likuidasi
Jaminan khusus mengalami depresiasi ekstrim
03 (rusak, objek sengketa, tersangkut pidana, likuifaksi)
Dokumen kredit/jaminan cacat dan
04 tidak dapat diperbaiki

Jaminan khusus hilang atau nilainya menjadi


05 0 (umumnya jaminan fidusia)
PENJELASAN TAMBAHAN

Kredit tidak dijamin dengan jaminan


01 khusus (kategori unsecured loan)
1.1. Jaminan khusus adalah jaminan yang
Pasal 1131 KUH Perdata diikat dengan hak tanggungan, jaminan
“Segala barang-barang bergerak fidusia, gadai, hipotik, resi Gudang
dan tak bergerak milik debitur, baik 1.2. Aset yang tidak diikat dengan jaminan
khusus disebut JAMINAN UMUM
yang sudah ada maupun yang
berdasarkan pasal 1131 dan 1132 KUH
akan ada, menjadi jaminan untuk Perdata
perikatan-perikatan perorangan
debitur itu”
PENJELASAN TAMBAHAN

Ada jaminan khusus, terdapat sisa utang


02 pasca likuidasi
2.1. Kreditur tetap dapat menagih sisa utang
Pasal 1967 KUH Perdata pasca likuidasi, baik utang pokok,
“Semua tuntutan hukum, baik yang bunga, denda, maupun biaya-biaya
bersifat kebendaan maupun yang terutang (hanya dapat dihentikan paksa
bersifat perorangan, hapus dengan putusan pengadilan)
karena lewat waktu dengan 2.2. Secara normatif, hak tagih kreditur
berlaku selama 30 tahun (berdasarkan
lewatnya waktu tiga puluh pasal 1967 KUH Perdata)
tahun……” dan seterusnya
ALASAN TAKTIS/STRATEGIS

Meningkatkan posisi tawar menawar (bargaining


01 position), terutama jika ada objek gugatan bernilai
Implementasi filosofi “Singa di antara domba” atau
02 menjadi pusat perhatian (jika ada beberapa
kreditur)
The fastest is the winner dikaitkan dengan pasal
03 1132 KUH Perdata (memberikan kedudukan
didahulukan)
Tell the other debtors: secara tidak langsung
04 mengingatkan debitur lain agar tidak “bermain-
main” dengan bank
Pembuktian upaya maksimal (best effort)
05 kepada pemegang saham (shareholder) dan
otoritas (OJK)
PENJELASAN TAMBAHAN

Meningkatkan tawar menawar


01 (bargaining position), terutama jika ada
objek gugatan yang bernilai

1.1. Strategi memancing debitur keluar dari


“persembunyian” dan bersedia
berunding dengan bank
1.2. Menekan kecenderungan umum debitur
mengalihkan beban (shift the load)
kepada krediturnya
1.3. Secara analogis, strategi ini disebut
dengan “memancing singa keluar
dengan menaruh kambing di mulut gua”
PENJELASAN TAMBAHAN

Implementasi filosofi “Singa di antara


02 domba” atau menarik perhatian debitur
(jika ada beberapa kreditur)

2.1. Strategi ini potensil efektif jika terdapat


beberapa kreditur (bank atau non bank)
2.2. Secara psikologis, debitur akan
memprioritaskan kreditur yang paling
mengganggu atau paling mengancam
kepentingannya (nama baik, aset)

Analogi “Mawar Gurun” dan “Stabilo”


PENJELASAN TAMBAHAN

Secara umum, debitur akan lebih memprioritaskan kreditur yang menagih


paling “galak/agresif” atau paling mengancam kepentingannya

Probabilitas kreditur seseorang


1 1. Bank
2. Leasing
6 2 3. Kartu Kredit
4. Fintech
5. Lintah Darat
6. Teman/keluarga, dll
5 3
4
PENJELASAN TAMBAHAN

The fastest is the winner dikaitkan


03 dengan pasal 1132 KUH Perdata
(keluar dari asas pro rata parte)
3.1. Selama tidak ada putusan pengadilan
Pasal 1132 KUH Perdata yang memenangkan kreditur tertentu,
“Barang-barang itu menjadi jaminan maka tidak ada kreditur prioritas di luar
bersama bagi semua kreditur yang memegang jaminan khusus
terhadapnya hasil penjualan 3.2. Putusan pengadilan (tetap) dengan irah-
barang-barang itu dibagi menurut irah “Demi Keadilan Berdasarkan
Ketuhanan yang Maha Esa” merupakan
perbandingan piutang masing-masing “alasan didahulukan” dalam pasal 1132
kecuali bila di antara para KUH Perdata karena kedudukannya
kreditur itu ada alasan-alasan sah untuk SETARA dengan Sertifikat Hak
didahulukan“ Tanggungan atau Sertifikat Jaminan
Fidusia
PENJELASAN TAMBAHAN

Tell the other debtors: secara tidak


04 langsung mengingatkan debitur lain agar
tidak “bermain-main” dengan bank

4.1. Strategi ini bersisi dua: dapat membuat


debitur lain “berpikir 2 x” menunggak
utang atau membuat calon nasabah
(yang mengetahui perkara gugatan)
mengundurkan diri atau mencari kreditur
lain
PENJELASAN TAMBAHAN

Pembuktian upaya maksimal (best effort)


05 kepada pemegang saham (shareholder)
dan otoritas (OJK)

5.1. Tindakan litigasi menjadi “ajang


pembuktian” kemampuan dan kegigihan
manajemen (direksi) dalam menangani
kredit bermasalah
5.2. Supaya tidak menjadi “bumerang”,
direksi perlu membuat analisis
mendalam dan komprehensif sebelum
memutuskan tindakan litigasi. Tindakan
litigasi serampangan dapat
memperburuk kondisi kredit
Catatan tambahan:
▪ Apabila ada borgtocht atau penjamin pribadi, borgtocht dapat
digugat dengan syarat dan ketentuan sebagai berikut:
✓ Apabila borgtocht sudah melepaskan hak istimewanya dalam
pasal 1831 KUH Perdata, maka borgtocht dapat digugat
BERSAMA-SAMA dengan debitur;
Pasal 1831 KUH Perdata:
“Penanggung tidak wajib membayar kepada kreditur kecuali debitur lalai membayar
utangnya, dalam hal itu pun barang kepunyaan debitur harus disita dan dijual terlebih
dahulu untuk melunasi utangnya”

✓ Apabila borgtocht belum melepaskan hak istimewa, bank


kurang tepat menggugat borgtocht Bersama-sama dengan
debitur karena potensil terkena eksepsi prematur atau digugat
sebelum waktunya.
Catatan tambahan:
✓ Meskipun dalam praktik kepailitan sudah ada pemailitan
borgtocht yang sudah melepaskan hak istimewa secara terpisah
dari debitur, fasilitator berpendapat cara ini kurang tepat
diterapkan dalam gugatan dengan alasan potensi eksepsi
gugatan kurang pihak. Bagaimana pun, akta borgtocht
merupakan akta acessoir atau turunan dari perjanjian kredit.
Karena itu debitur sebaiknya tetap digugat, sekurang-kurangnya
sebagai turut tergugat.
Mengenal Struktur Gugatan

Komparisi Posita Petitum


• Bagian PERTAMA • Bagian KEDUA yang • Bagian KETIGA yang
/awal gugatan yang menguraikan memuat tuntutan-
memuat informasi hubungan hukum tuntutan penggugat.
penting (pengadilan antara penggugat dan • Isi petitum harus
pemeriksa, daftar tergugat, alasan memiliki korelasi
penggugat, daftar pengajuan gugatan, dengan posita atau
tergugat), pihak yang gambaran awal alat telah dijabarkan
mewakili penggugat, bukti yang dalam posita.
dan domisili para mendukung dalil-dalil • Isi petitum menjadi
pihak gugatan acuan amar atau isi
putusan
CIRI FORMIL DAN
MATERIL GUGATAN YANG BAIK
Minim potensi eksepsi melalui penentuan
01 komparisi, posita, dan petitum yang tepat

Memiliki sistimatika yang baik, yang menunjukkan


02 kausalitas erat antara sebab dan akibat

Posita dan petitum harus sinkron karena


03 keduanya merupakan satu kesatuan konteks

Menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan


04 benar dan mudah dipahami pembaca/hakim

Memiliki landasan pembuktian yang kuat,


05 terutama bukti tertulis (bukti utama dalam
perkara perdata)
PENJELASAN TAMBAHAN
Minim potensi eksepsi melalui penentuan
01 komparisi, posita, dan petitum yang tepat

1.1. Eksepsi merupakan tangkisan yang diajukan oleh tergugat dengan tujuan
melemahkan gugatan (penggugat) dan menguatkan jawaban (tergugat)
1.2. Eksepsi yang lazim dalam praktik: (1) eksepsi kompetensi absolut, (2)
eksepsi kompetensi relatif, (3) eksepsi kurang pihak, (4) eksepsi keliru pihak,
(5) eksepsi prematur, dan (6) eksepsi gugatan kabur
1.3. Eksepsi (salah satu atau beberapa) yang diterima oleh hakim menyebabkan
gugatan dinyatakan tidak dapat diterima (niet ontvankelijk verklaard atau
NO)
1.4. Gugatan NO dalam gugatan biasa dapat dibanding. Alternatif lain,
penggugat mengajukan gugatan baru (NO tidak menyebabkan ne bis in
idem)
ANEKA JENIS EKSEPSI (1)
Kompetensi absolut Kompetensi relatif Kurang menarik pihak atau
(keliru menentukan jenis (keliru menentukan wilayah yang digugat kurang (error in
Peradilan) Pengadilan pemeriksa) persona plurium litis
consortium)

• Jenis peradilan • Wilayah teritorial jenis • Seharusnya ada pihak


(Negeri, Agama, peradilan. Teritori jenis yang perlu digugat
Niaga, Tata Usaha peradilan dapat karena memiliki
Negara, Pajak, Militer) berbeda. kepentingan hukum
• Sebagai contoh: akad • Tingkat pertama yang kuat dengan
berbentuk syariah, dibagi atas perkara
namun gugatan kota/kabupaten, • Contoh: dalam
diajukan ke Pengadilan tingkat kedua atas perkara harta waris,
Negeri (PN). provinsi (terkadang semua ahli waris ikut
Seharusnya gugatan gabungan beberapa serta; saat menggugat
diajukan ke Pengadilan kota). Contoh: PN penjamin sebaiknya
Agama (PA) Tangerang meliputi 3 debitur ikut digugat,
kota/kabupaten dll)
ANEKA JENIS EKSEPSI (2)
Keliru menarik pihak Diajukan sebelum Gugatan kurang jelas atau
(error in persona - gemis waktunya/prematur kabur (obscuur libel)
aanhoeda nigheid) (exception dilatoria)
• Ada pihak yang • Ada tahapan yang
• Latar belakang, uraian
seharusnya tidak seharusnya dilalui
permasalahan, dan
ditarik, namun diikut terlebih dahulu,
tujuan gugatan tidak
sertakan sebagai namun terlewatkan
jelas.
pihak (kebalikan dari • Misalnya bank
• Misalnya perkara utang
kurang pihak). menggugat debitur
piutang atau
• Misalnya orangtua padahal debitur
wanprestasi
digugat atas belum dapat
dikelompokkan sebagai
perbuatan anak, dikategorikan
perbuatan melawan
padahal anak tersebut wanprestasi, atau ada
hukum, atau sebaliknya;
telah dewasa, syarat lain yang belum
kedudukan hukum
menggugat notaris terpenuhi
penggugat atau
padahal menyangkut tergugat tidak jelas
substansi perjanjian atau tumpang tindih
PENJELASAN TAMBAHAN
Posita dan petitum harus sinkron karena
03 keduanya merupakan satu kesatuan
konteks
3.1. POSITA merupakan KUMPULAN DALIL penggugat, yang memuat legal
standing Penggugat, Tergugat, latar belakang pengajuan gugatan
(sebab dan akibat), dan terutama kerugian yang dialami oleh
Penggugat akibat perbuatan atau tidak adanya perbuatan Tergugat
3.2. PETITUM merupakan KUMPULAN TUNTUTAN yang pada hakikatnya
merupakan ringkasan dari DALIL. Karena itu, petitum tidak dapat
menyimpang atau berbeda dengan posita. Perbedaan petitum dengan
uraian posita memancing eksepsi gugatan kabur
3.3. Sudah ada Yurisprudensi yang menyatakan gugatan tidak daoat
diterima karena posita dan petitum tidak sejalan (tidak sinkron)
(Yurisprudensi Nomor 586 K/Pdt/2000 tanggal 23 Mei 2001)
PENJELASAN TAMBAHAN
Posita dan petitum harus sinkron karena
03 keduanya merupakan satu kesatuan
konteks
3.4. Yurisprudensi Nomor 586 K/Pdt/2000 tanggal 23 Mei 2001 menjadi
pembelajaran bagi para penggugat agar betul-betul memerhatikan
ketelitian dan kualitas posita-petitum.

Cth:
• Jika misalnya dalam posita penggugat menguraikan bahwa tergugat telah
melakukan perbuatan melawan hukum, maka dalam petium, penggugat
wajib memintakan amar agar tergugat dinyatakan telah melakukan
perbuatan melawan hukum.
• Perhitungan jumlah utang dalam posita harus sama dengan jumlah utang
dalam petitum. Selisih satu angka pun dapat menyebabkan gugatan
dinyatakan tidak dapat diterima.
PENJELASAN TAMBAHAN
Memiliki landasan pembuktian yang kuat,
05 terutama bukti tertulis sebagai bukti
utama dalam perkara perdata
5.1. Bukti-bukti dalam perkara perdata adalah
pemeriksaan setempat (pasal 153 HIR), keterangan
ahli (pasal 154 HIR) dan alat bukti (pasal 164 HIR)
5.2. Alat bukti berdasarkan pasal 164 HIR: bukti tertulis,
bukti saksi, persangkaan, pengakuan dan sumpah
(sama dengan jenis bukti dalam pasal 1866 KUH
Perdata)
5.3. Alat bukti dalam perkara pidana berdasarkan pasal
184 ayat (1) KUHAP: keterangan saksi, keterangan
ahli, surat, petunjuk, keterangan terdakwa. Dalam
pidana. keyakinan hakim cukup berperan. Dalam
perkara perdata, keyakinan hakim tidak berperan
penting
CIRI FORMIL DAN
MATERIL GUGATAN YANG BAIK
Gugatan utang piutang tanpa objek gugatan
01 ibarat “sayur tanpa garam” atau hambar. Gugatan
jenis ini dinamai gugatan kosong atau illusoir

Dalam keadaan tertentu, gugatan kosong dapat


02 berubah menjadi gugatan berisi meski tidak ada
objek, jika tergugat bersedia menyelesaikan utang
pasca gugatan

Fungsi objek gugatan mirip ancaman


03 kurungan/penjara dalam perkara pidana, yaitu
menciptakan “daya tekan”
PENJELASAN TAMBAHAN

02 Dalam keadaan tertentu, gugatan kosong


dapat berubah menjadi gugatan berisi
meski tidak ada objek spesifik yang
dimohonkan sita, yaitu apabila tergugat
bersedia menyelesaikan utang selama
atau pasca gugatan
2.1. Faktor pendorong: (1) tergugat merasa
malu namanya pernah tercatat sebagai
tergugat, (2) khawatir di masa depan
tidak bebas memiliki aset atas nama diri
sendiri, (3) waktunya sangat terbatas
menghadiri sidang dan tidak berminat
menggunakan jasa advokat
PENJELASAN TAMBAHAN
2.2. Apa saja yang dapat dijadikan objek
02 gugatan? Semua harta tergugat, baik
harta bergerak maupun tidak bergerak,
yang bersifat spesifik dan memiliki nilai
ekonomi. Dasar hukum utama adalah
pasal 1131 KUH Perdata (lihat kembali
kutipan pasal 1131 KUH Perdata dalam
slide terdahulu)
SLIK, setidaknya sumber data jaminan debitur
01 pada bank lain
Dokumen masa lalu (jika debitur pernah
02 meminjam dengan jaminan tertentu yang sudah
dilunasi dan dokumen masih dipegang bank)

Investigasi amatir melalui pemetaan lokasi yang


03 diduga merupakan milik tergugat

Investigasi profesional melalui jasa biro detektif


04 swasta

Pendataan sejak awal pemberian kredit, terutama


05 yang berjaminan fidusia
PENJELASAN TAMBAHAN
SLIK, setidaknya sumber data jaminan
01 debitur pada bank lain

1.1. Dalam praktik, terdapat satu proses hukum


yang dikenal dengan nama sita persamaan
(satu objek beberapa sita)
1.2. Secara teori objek HT tidak dapat lagi disita,
namun dalam praktik dapat terjadi
1.3. Kedudukan sita pertama lebih tinggi dari sita
kedua (mirip dengan hak tanggungan
pertama dan kedua)
1.4. Selain sita persamaan, potensi lain adalah
pencatatan blokir dengan menggunakan
gugatan sebagai alasan permohonan blokir
(vide PermenATR No. 13/2017)
PENJELASAN TAMBAHAN
Dokumen masa lalu (jika debitur pernah
02 meminjam dengan jaminan tertentu yang
sudah dilunasi dan dokumen masih
dipegang bank)
2.1. Jika tidak ada lagi data fisik, setidaknya
terdapat data digital yang memuat data eks
jaminan. Semakin spesifik semakin baik
2.2. Terdapat risiko aset eks jaminan tersebut
telah beralih kepemilikan karena data yang
dimiliki bersifat masa lalu. Untuk
memastikan, lakukan terlebih dahulu
pengecekan ke kantor pertanahan
2.3. Jika kepemilikan sudah beralih, kantor
pertanahan akan menolak pencatatan sita
(karena akan terjadi salah sita)
PENJELASAN TAMBAHAN
Investigasi amatir melalui pemetaan
03 lokasi yang diduga merupakan milik
tergugat
3.1. Proses investigasi amatir memiliki tingkat
kesuksesan (success rate) rendah dan pada
praktiknya sulit dilakukan untuk memperoleh
data akurat
3.2. Biasanya bermodalkan data awal alamat
debitur, lalu dipetakan secara manual
(mengetahui letak indikatif seperti jalan,
blok, gambaran area sekeliling)
PENJELASAN TAMBAHAN
Investigasi profesional melalui bantuan
04 detektif (investigator swasta)
4.1. Dalam praktik sudah sering dilakukan. Data
aset yang dapat diketahui adalah data aset
bergerak terdaftar (seperti kendaraan
bermotor) dan data aset tidak bergerak
(sertifikat tanah)
4.2. Penggunaan jasa investigator memerlukan
alokasi biaya. Biaya investigas disesuikan
dengan nilai tagihan yang diperjuangkan
atau misi kreditur.
PENJELASAN TAMBAHAN
Pendataan sejak awal pemberian kredit,
05 terutama yang berjaminan fidusia
5.1. Jaminan fidusia termasuk jaminan yang
sangat rawan karena fisik jaminan (yang
paling bernilai) berada dalam
penguasaan pemberi fidusia
5.2. Garis depresiasi nilai yang berbanding
terbalik dengan jaminan sertifikat
5.3. Bank memperoleh data awal melalui
form isian
PENJELASAN TAMBAHAN
Pendataan sejak awal pemberian kredit,
05 terutama yang berjaminan fidusia
5.2. Garis depresiasi nilai benda bergerak (selain
logam mulia dan deposito) yang berbanding
terbalik dengan jaminan sertifikat

0 0
•Harga properti umumnya naik, namun hampir •Harga kendaraan dalam praktik terdepresiasi.
mustahil mengejar nilai denda Jika hilang atau rusak total, akan bernilai 0
PENJELASAN TAMBAHAN
Pendataan sejak awal pemberian kredit,
05 terutama yang berjaminan fidusia
5.3. Bank memperoleh data awal melalui
form isian

FORMULIR PENGAJUAN PINJAMAN

Nama : _______________________________

Alamat : _______________________________

Rumah saat ini : Sewa/kontrak Milik sendiri

Jenis Sertifikat :
Hak Milik Hak Guna Bangunan
(jika milik sendiri)

Nomor : _______________________________

Atas nama : _______________________________


PENYITAAN OBJEK: SITA JAMINAN DAN SITA EKSEKUSI
Penyitaan objek gugatan dilakukan dengan dua cara:
1. Jika aset sudah diketahui sebelum pengajuan gugatan, maka penyitaan
yang dilakukan sebelum atau selama perkara diperiksa disebut dengan
SITA JAMINAN. Penyitaan dapat dilakukan dengan penetapan Ketua
Pengadilan atau penetapan (Majelis) Hakim.
2. Jika aset baru diketahui setelah putusan berkekuatan hukum tetap, maka
penyitaan yang dilakukan disebut dengan SITA EKSEKUSI. Sita Eksekusi ini
langsung diikuti dengan proses lelang

Catatan: Sita jaminan yang dilakukan sebelum putusan berkekuatan hukum tetap, demi
hukum sama kekuatannya dengan sita eksekusi apabila amar putusan berkekuatan
hukum tetap telah menetapkan sita jaminan dinyatakan “sah dan berharga”. Objek yang
telah diletakkan sita jaminan tersebut dapat langsung dilelang oleh Pengadilan
Objek Hak Tanggungan Digugat?
Dalam praktik ada kreditur yang menjadikan aset yang sudah diikat hak
tanggungan sebagai objek gugatan:
Problematika-1: kemungkinan besar hakim akan menolak dengan alasan
hak tanggungan sama kekuatannya dengan putusan berkekuatan hukum
tetap.
Problematika-2: gugatan (terutama yang telah berkekuatan hukum tetap)
akan dijadikan dasar perlawanan debitur jika suatu saat kreditur
mengajukan permohonan lelang atas dasar hak tanggungan karena
untuk objek yang sama terdapat dua kekuatan eksekusi.
Problematika-3: Jika debitur atau advokat debitur jeli, gugatan potensil
terkena eksepsi gugatan kabur atau prematur. Kabur karena kreditur
memiliki kedudukan rancu sebagai pemegang hak tanggungan dan
sebagai penggugat, dan prematur karena kreditur sudah memiliki hak
eksekutorial namun tidak menjalankannya terlebih dahulu.
SARAN:
1. Dari sisi strategi, memang ada kemungkinan debitur
melakukan penyelesaian. Namun, kemungkinan ini bersifat
gambling atau untung-untungan
2. Sebaiknya kreditur melelang jaminan hak tanggungan
terlebih dahulu, baru mengajukan gugatan atas sisa hutang,
atau
3. Menggugat aset lain yang dinilai lebih berharga dari hak
tanggungan
GUGATAN BIASA
PELAKSANA SITA JAMINAN ATAU SITA EKSEKUSI ADALAH PENGADILAN AGAMA/NEGERI YANG
MEMERIKSA PERKARA PERTAMA KALI (PENGADILAN TINGKAT PERTAMA)

MAHKAMAH AGUNG
PENGADILAN PENGADILAN TINGGI
NEGERI/AGAMA TINGKAT KASASI
TINGKAT BANDING
• Putusan berkekuatan
TINGKAT PERTAMA • Putusan berkekuatan hukum tetap. Secara teori
• Putusan berkekuatan hukum tetap jika tidak sudah dapat dieksekusi
hukum tetap jika tidak ada yang kasasi. meskipun ada peninjauan
ada yang banding • Permohonan sita eksekusi kembali (PK)
diajukan ke PA/PN yang
memeriksa perkara
pertama kali
GUGATAN SEDERHANA

PELAKSANA SITA JAMINAN ATAU SITA EKSEKUSI ADALAH PENGADILAN AGAMA/NEGERI YANG
MEMERIKSA PERKARA GUGATAN SEDERHANA DAN KEBERATAN (JIKA ADA)

PENGADILAN
PENGADILAN NEGERI/AGAMA
NEGERI/AGAMA
TINGKAT KEBERATAN
TINGKAT PERTAMA • Putusan berkekuatan hukum
• Putusan berkekuatan tetap karena dalam GS tidak
hukum tetap jika tidak ada banding atas putusan
ada yang keberatan keberatan
• Permohonan sita eksekusi
diajukan ke PA/PN yang
sama
Dasar pelaksanaan sita jaminan dalam Gugatan
Sederhana

Pasal 17A Perma No. 4/2019:


“Dalam proses pemeriksaan, hakim dapat memerintahkan
peletakan sita jaminan terhadap benda milik tergugat
dan/atau milik penggugat yang ada dalam penguasaan
tergugat”
Dasar pelaksanaan sita jaminan dalam Gugatan (Biasa dan
Sederhana)
Pasal 227 (1) HIR:
“Jika ada persangkaan yang beralasan, bahwa seorang yang
berhutang, selagi belum dijatuhkan keputusan atasnya atau selagi
putusan yang mengalahkannya belum dapat dijalankan, mencari akal
akan menggelapkan atau membawa barangnya baik yang tidak tetap
maupun yang tetap dengan maksud akan menjauhkan barang itu dari
penagih hutang, maka atas surat permintaan orang yang
berkepentingan ketua pengadilan negeri dapat memberi perintah,
supaya disita barang itu untuk menjaga hak orang yang memasukkan
permintaan itu, dan kepada peminta harus diberitahukan akan
menghadap persidangan, pengadilan negeri yang pertama sesudah
itu untuk memajukan dan menguatkan gugatannya.”
Tujuan Peletakan Sita Jaminan dan Sita Eksekusi

o Bertujuan mencegah o Bertujuan memenuhi syarat


pengalihan/mencegah gugatan formil lelang. Lelang belum

SITA EKSEKUSI
SITA JAMINAN

hampa (ilusoir). Jika perkara dapat dilakukan selama objek


sudah final, sita jaminan demi yang akan dilelang belum disita
huum menjadi sita eksekusi; eksekusi;
o Jika penggugat/pemohon kalah, o Khusus lelang objek gugatan, sita
sita jaminan akan diangkat atau eksekusi tidak perlu diletakkan
objek sita dibersihkan dari status lagi apabila dalam putusan, sita
tersita. jaminan dinyatakan telah sah
dan berharga.
Penjagaan dan Pencatatan Sita Jaminan dan Sita Eksekusi

o Dalam sita jaminan barang o Dalam sita eksekusi benda tidak


bergerak dan tidak bergerak, bergerak, objek sita tetap dalam

SITA EKSEKUSI
SITA JAMINAN

jurusita menitipkan objek sita penguasaan tersita;


pada tersita; o Dalam sita eksekusi benda
o Tersita dilarang bergerak, sangat ideal apabila
memindahtangankan objek sita; barang ditempatkan dalam
o Penjualan barang dalam sita penguasaan pemohon sita
jaminan berimplikasi pidana (kreditur). Namun jarang
dikabulkan Pengadilan.
PENJAGAAN BARANG TERSITA
▪ Benda tidak bergerak: jurusita menitip jaga kepada tersita
sendiri. Rekening bank: jurusita menitip jaga pada bank
tempat penyimpanan
▪ Tersita tetap dapat memanfaatkan (memakai) barang tersita
sampai proses lelang. Kecuali barang yang habis dipakai,
tidak dapat dihabiskan tersita (misal yang disita produk
makanan, maka tersita tidak dapat memakannya)
▪ Khusus barang sitaan negara dan kepolisian, dapat
disimpan di RUPBASAN (rumah penyitaan benda sitaan
negara) → Pasal 44 KUHAP dan PP No. 27 tahun 1983
tentang Pelaksanaan KUHAP (terakhir telah diubah dengan
PP No. 92 tahun 2015)
Pengecualian objek sita
o Barang atau uang negara (pasal 50 UU No. 1
tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara)
o Hewan dan perlengkapan mata pencaharian
(pasal 197 ayat 8 HIR)
o Hewan, alat medis, tempat tidur, bahan
makananan untuk 30 hari, gaji, uang pensiun, dll
(pasal 22 UU No. 37 tahun 2004 tentang
Kepailitan dan PKPU)
o Harta yang terbukti milik pihak ketiga Putusan MA
No. 3089 K/Pdt/1991: sita jaminan (CB) yang
diletakkan di atas milik pihak ketiga memberi hak
kepada pemiliknya untuk mengajukan derden
verzet (perlawanan/bantahan)
o Pasal 55 (2) UU No. 48/2009 tentang Kekuasaan Kehakiman:
“Pelaksanaan putusan pengadilan dalam perkara perdata dilakukan oleh
panitera dan juru sita dipimpin oleh ketua pengadilan.”

o Pasal 195 HIR: “Hal menjalankan keputusan pengadilan negeri, dalam


perkara yang pada tingkat pertama diperiksa oleh pengadilan negeri, adalah
atas perintah dan dengan pimpinan ketua pengadilan negeri yang pada
tingkat pertama memeriksa perkara itu, menurut cara yang diatur dalam
pasal-pasal berikut ini”.

o Pasal 196 HIR: “Jika sudah lewat tempo yang ditentukan itu, dan yang
dikalahkan belum juga memenuhi keputusan itu, atau ia jika dipanggil dengan
patut, tidak datang menghadap, maka ketua oleh karena jabatannya memberi
perintah dengan surat, supaya disita sekalian banyak barang-barang yang
tidak tetap dan jika tidak ada, atau ternyata tidak cukup sekian banyak barang
tetap kepunyaan orang yang dikalahkan itu sampai dirasa cukup akan pengganti
jumlah uang yang tersebut di dalam keputusan itu dan ditambah pula dengan
semua biaya untuk menjalankan keputusan itu.”
SEMPURNA: Gugatan dikabulkan, lelang
01 berhasil, atau ada perdamaian dengan
pelunasan
TANGGUNG: Gugatan dikabulkan, ada objek
02 sita, namun belum berhasil dilelang
KOSONG (ILLUSOIR): Gugatan dikabulkan,
tidak ada objek sita atau tidak ada initial
03 payment perdamaian atau tidak ada jaminan
perdamaian
MERUGIKAN, tagihan dikabulkan sebagian
04 atau amar menetapkan bunga dan denda
dihentikan
GUGATAN DITOLAK atau DINYATAKAN TIDAK
05 DAPAT DITERIMA (seharusnya tidak terjadi)
PENJELASAN TAMBAHAN
KOSONG (ILLUSOIR): Gugatan
03 dikabulkan, tidak ada objek sita atau
tidak ada initial payment perdamaian
atau tidak ada jaminan perdamaian

(1) Petitum (tuntutan) juga tidak


ideal karena berakibat tidak
executable (meskipun dikabulkan,
amar atau isi putusan tidak
menyinggung eksekusi; (2)
Gugatan kosong/illusoir karena
tidak ada objek yang dimohonkan
sita jaminan.
PENJELASAN TAMBAHAN

KOSONG (ILLUSOIR): Gugatan


03 dikabulkan, tidak ada objek sita atau
tidak ada initial payment perdamaian
atau tidak ada jaminan perdamaian
3.1. Sebelum mengajukan gugatan, penggugat
sepatutnya sudah menyadari dan memiliki
gambaran awal hasil proses gugatan
3.2. Status gugatan illusoir dapat berubah menjadi
gugatan berisi apabila suatu saat
kreditur/penggugat menemukan aset
debitur/tergugat
PENJELASAN TAMBAHAN
MERUGIKAN, tagihan hanya dikabulkan
04 sebagian atau amar menyatakan bunga
dan denda dihentikan
4.1. Dalam praktik dapat terjadi. Bisanya karena
diskresi atau keputusan hakim. Misalnya hakim
merujuk pada Yurisprudensi No. 1076 K/Pdt/1996
tanggal 9 Maret 2000, yang menyatakan bahwa
bunga sebesar 2,5% sebulan terlalu tinggi sehingga
ditetapkan sewajarnya adalah sebesar 18% setahun
mengacu pada bunga yang berlaku di bank
pemerintah.
4.2. Jika pemotongan nilai tagihan signifikan atau amar
tidak mengabulkan perhitungan bunga dan denda
sampai utang lunas, putusan patut
dibanding/kasasi
Contoh pertimbangan hakim yang menyatakan denda sebagai bunga terselubung

1) Hakim merujuk pada Yurisprudensi


Mahkamah Agung Nomor
2027/PU/1984 tanggal 24 April
1986 untuk menolak pengenaan
denda
2) Untuk melawan pertimbangan ini
(diajukan dalam memori kebveratan
atau banding/kasasi), kreditur
menekankan pasal 1338 dan 1320
KUH Perdata tentang kesepakatan
pihak
3) Selain merujuk pada kedua pasal di
atas, bank dapat merujuk pada
putusan lain yang berkebalikan
Contoh putusan yang berkebalikan
dengan putusan Yurisprudensi
(Perkara Nomor 21/Pdt.G/
2019/PN.Kbm.)
Dalam putusan ini Hakim secara
tegas merujuk pada pasal 1338 jo
1320 KUH Perdata. Hakim
menyatakan bahwa “para pihak
diberikan suatu kebebasan
berkontrak untuk menentukan hal-hal
atau klausul apa yang hendak
diperjanjikan dalam perjanjian
tersebut, “termasuk untuk
menentukan bunga atau denda
dalam suatu perjanjian…”
PENJELASAN TAMBAHAN

GUGATAN DITOLAK atau DINYATAKAN


05 TIDAK DAPAT DITERIMA
5.1. Dari sisi bank, jenis putusan seperti ini
seharusnya tidak terjadi
5.2. Jika terjadi, sangat besar kemungkinan karena
tergugat mengajukan eksepsi yang beralasan
(kuat) dan kreditur gagal mengantisipasi potensi
eksepsi
5.3. Kembali ke persoalan kehati-hatian melakukan
analisis dan menyiapkan gugatan yang
berkualitas
5.4. Jika gugatan ditolak, bank akan terkena asas ne
bis in idem jika mengajukan gugatan baru
dengan dasar dan isi gugatan yang sama.
5.5. Jika gugatan tidak diterima, bank masih dapat
mengajukan gugatan baru dengan perbaikan
sesuai isi pertimbangan dan amar putusan.
Dasar hukum ne bis in idem
✓ Pasal 1917 KUH Perdata: “Kekuatan suatu putusan Hakim yang
telah memperoleh kekuatan hukum yang pasti hanya mengenai
pokok perkara yang bersangkutan. Untuk dapat menggunakan
kekuatan itu, soal yang dituntut harus sama; tuntutan harus
didasarkan pada alasan yang sama; dan harus diajukan oleh pihak
yang sama dan terhadap pihak-pihak yang sama dalam hubungan
yang sama pula”.
✓ Yurisprudensi No. 647 K/Sip/1973 yang menyatakan, “Ada atau
tidaknya azas ne bis in idem tidak semata-mata ditentukan oleh
para pihak saja, melainkan terutama bahwa objek dari sengketa
sudah diberi status tertentu oleh keputusan Pengadilan Negeri yang
lebih dulu dan telah mempunyai kekuatan pasti dan alasannya
adalah sama.”
01 Perdamaian
Pengadilan
di luar Pengadilan dan di dalam

Perdamaian dalam Pengadilan sama kekuatannya


02 dengan putusan Pengadilan yang telah
berkekuatan hukum tetap

03 Drafting putusan perdamaian di luar Pengadilan dan


di dalam Pengadilan
Proses eksekusi akta perdamaian di luar Pengadilan
04 dan perdamaian dalam Pengadilan

Urgensi initial payment atau jaminan


05 pelaksanaan
PENJELASAN TAMBAHAN

01 Perdamaian di dalam dan di luar


Pengadilan
1.1. Penggugat dan tergugat dapat membuat perdamaian di dalam
dan di luar Pengadilan
1.2. Perdamaian di luar Pengadilan tidak dalam bentuk putusan
melainkan akta perdamaian saja (notaril atau di bawah tangan).
Dapat diikuti dengan pencabutan gugatan (jika masih
memungkinkan) atau tanpa pencabutan gugatan namun para
pihak sepakat mengabaikan gugatan
1.3. Perdamaian di dalam Pengadilan dituangkan dalam akta
perdamaian dan kemudian ditetapkan sebagai keputusan
Pengadilan
1.4. Legal standing terpenting adalah putusan harus mencerminkan
gambaran penyelesaian keseluruhan (baik sekaligus maupun
bertahap jangka pendek), dan sedapat mungkin disertai dengan
jaminan pemenuhan perdamaian
PENJELASAN TAMBAHAN
02 Perdamaian dalam Pengadilan sama
kekuatannya dengan putusan pengadilan
yang telah berkekuatan hukum tetap
2.1. Putusan perdamaian dalam Pengadilan diberi
Pasal 15 ayat (4) Perma No. 2 tahun irah-irah “Demi Keadilan Berdasarkan Ketuhanan
2015 tentang Tata Cara Yang Maha Esa”
Penyelesaian Gugatan Sederhana 2.2. Irah-irah tersebut juga terdapat dalam putusan
Pengadilan pada umumnya (putusan non
“Terhadap putusan akta perdamaian perdamaian) sehingga memiliki kesetaraan
tidak dapat diajukan upaya hukum kekuatan
apa pun” 2.3. Putusan perdamaian dalam Pengadilan memiliki
kekuatan eksekutorial
2.4. Kreditur tidak dapat memajukan gugatan lagi
karena potensil terkena asas ne bis in idem
(perkara yang sama tidak dapat diajukan lagi)
PENJELASAN TAMBAHAN

02 Perdamaian dalam Pengadilan sama


kekuatannya dengan putusan pengadilan
yang telah berkekuatan hukum tetap

Pasal 130 HIR Pasal 1 angka 10 Perma Nomor


“Jika pada hari yang ditentukan itu, kedua belah pihak datang, 1 tahun 2016 tentang Prosedur Mediasi di
maka pengadilan negeri dengan pertolongan ketua mencoba Pengadilan
akan memperdamaikan mereka. Jika perdamaian yang
demikian itu dapat dicapai, maka pada waktu bersidang, 10. Akta Perdamaian adalah akta yang
diperbuat sebuah surat (akte) tentang itu, dalam mana kedua memuat isi naskah perdamaian dan
belah pihak dihukum akan menepati perjanjian yang diperbuat putusan Hakim yang menguatkan
itu, surat mana akan berkekuatan dan akan dijalankan sebagai Kesepakatan Perdamaian.
putusan yang biasa. Keputusan yang sedemikian tidak diizinkan
dibanding.”
PENJELASAN TAMBAHAN

03 Drafting akta perdamaian di luar


Pengadilan dan di dalam Pengadilan
3.1. Draft akta perdamaian sebaiknya disusun
kreditur dengan tetap memerhatikan arahan
hakim
3.2. Irah-irah tersebut juga terdapat dalam putusan
Pengadilan pada umumnya (putusan non
perdamaian) sehingga memiliki kesetaraan
kekuatan
2.3. Putusan pedamaian (dalam Pengadilan) memiliki
kekuatan eksekutorial
PENJELASAN TAMBAHAN
04 Proses aksekusi akta perdamaian di luar
Pengadilan dan perdamaian dalam
Pengadilan
4.1. Akta perdamaian di luar Pengadilan tidak dapat
dieksekusi langsung. Jika debitur wanprestasi,
kreditur harus mengajukan gugatan
baru/tersendiri
4.2. Akta perdamaian di dalam Pengadilan dapat
dieksekusi langsung apabila sebelumnya sudah
ada jaminan perdamaian berupa daftar aset.
Tahapan eksekusi sama dengan tahap eksekusi
hak tanggungan: (i) aanmaning, (ii) sita eksekusi,
dan (iii) permohonan lelang
4.3. Jika belum ada daftar aset atau tidak ada
jaminan perdamaian sebagaimana dimaksud
dalam angka 4.2. di atas, maka kreditur terlebih
dahulu mencari aset debitur
PENJELASAN TAMBAHAN

05 Urgensi initial payment atau jaminan


pelaksanaan
5.1. Initial payment (IP) atau jaminan pelaksanaan
merupakan ujian komitmen atau keseriusan
debitur
5.2. IP sebetulnya adalah biaya awal eksekusi
sekiranya kewajiban berikut tidak dapat dipenuhi
(termasuk biaya biaya mencari aset debitur
karena umumnya biaya pencarian aset mahal)
5.3. Jaminan pelaksanaan juga memudahkan proses
eksekusi karena kreditur tidak perlu lagi mencari
aset lain jika jaminan pelaksanaan telah
mencukupi
01 Faktor
pertama
kecepatan sidang dan putusan tingkat

Faktor kecepatan pengajuan keberatan dan


02 memori keberatan

Kemampuan personalia mewakili bank dalam


03 persidangan-persidangan dan perundingan
PENJELASAN TAMBAHAN

01 Faktor kecepatan sidang dan putusan


tingkat pertama
1.1. Gugatan sederhana secara teori diputus dalam
waktu 25 hari sejak sidang pertama (pasal 5 ayat
3 Perma No. 2 tahun 215 tentang tata Cara
Penyelesaian Gugatan Sederhana). Kecepatan ini
berdampak pada kecukupan PIC yang akan
menangani perkara gugatan
1.2. Sebaiknya penerima kuasa lebih dari 1 (satu)
orang untuk lebih menjamin kesiapan sidang
PENJELASAN TAMBAHAN

02 Faktor kecepatan pengajuan keberatan


dan memori keberatan
2.1. Dalam gugatan sederhana tidak ada banding,
melainkan keberatan
2.2. Jangka waktu mengajukan keberatan dan
membuat memori keberatan sangat terbatas.
Memori keberatan diajukan dalam waktu 7 hari
sejak pernyataan keberatan (pasal 22 ayat 1
Perma No. 2/2017 jo pasal 23 ayat 1).
2.3. Sebaiknya BPR sudah memiliki template memori
keberatan agar lebih cepat mempersiapkan
memori keberatan
PENJELASAN TAMBAHAN

03 Kemampuan personalia mewakili bank


dalam persidangan-persidangan dan
perundingan
3.1. Gugatan sederhana tidak dapat diwakilkan
kepada kuasa hukum/advokat secara penuh
(meskipun dalam praktik dapat terjadi)
3.2. Bank perlu memiliki kemandirian dalam
mempersiapkan draft gugatan, uraian dan daftar
bukti, melakukan perundingan, dan menghadiri
sidang-sidang
3.3. Apabila bank belum mandiri melakukan
tindakan dalam 3.2, untuk pertama kali
sebaiknya melibatkan profesional
(konsultan/advokat) sebagai drafter, penata alat
bukti, dan pendamping sidang/perundingan.
• Dalam praktik, memperoleh penetapan sita jaminan
atau sita eksekusi tidak semudah yang dibayangkan.
Ada faktor a,b,c,d di lapangan
• Data…data…dan data…merupakan kekuatan ril
dalam proses gugatan karena memiliki “daya tekan”
psikologis dan “daya tutup” ekonomis memenuhi isi
tuntutan penggugat
• Kualitas gugatan (posita dan petitum) dan
kemampuan meng-counter eksepsi sangat penting
• Milikilah kemampuan drafting karena memengaruhi
kualitas gugatan dan tangkisan-tangkisan.
Semoga kesuksesan senantiasa menyertai
perjalanan usaha dan karya BPR/BPRS
Anda
Libertus S. Pane, S.H., C.P.A.
0821 1276 0176/berryspane11@gmail.com

Anda mungkin juga menyukai