Anda di halaman 1dari 33

HUBUNGAN KURANG ENERGI KRONIK PADA IBU HAMIL

DENGAN BAYI BERAT LAHIR RENDAH DI PUSKESMAS


CIBAREGBEG KABUPATEN CIANJUR

PROPOSAL SKRIPSI

Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh


Gelar Sarjana Kebidanan

AI ROSTIKA
F422373

PROGRAM STUDI SARJANA KEBIDANAN


FAKULTAS KEBIDANAN
INSTITUT KESEHATAN RAJAWALI
BANDUNG
2023
2

DAFTAR ISI

DAFTAR ISI............................................................................................................... 2
BAB I PENDAHULUAN......................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang.................................................................................................. 1
1.2 Identifikasi Masalah.......................................................................................... 4
1.3 Rumusan Masalah............................................................................................. 5
1.4 Tujuan Penelitian.............................................................................................. 5
1.4.1 Tujuan Umum...................................................................................5
1.4.2 Tujuan Khusus..................................................................................5
1.5 Hipotesis........................................................................................................... 5
1.6 Manfaat Penelitian............................................................................................ 5
BAB II TINJAUAN PUSTAKA...............................................................................7
2.1 Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR)...................................................................7
2.1.1 Defenisi Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR)....................................7
2.1.2 Klasifikasi BBLR.............................................................................7
2.1.3 Tanda-tanda Bayi Berat Lahir Rendah............................................8
2.1.4 Batasan Bayi Berat Lahir Rendah...................................................8
2.1.5 Faktor yang Mempengaruhi Terjadinya BBLR..............................9
2.1.6 Karakteristik BBL..........................................................................13
2.2 Kehamilan....................................................................................................... 15
2.2.1 Pengertian.......................................................................................15
2.2.2 Gizi ibu hamil.................................................................................16
2.2.3 Masalah Gizi Ibu Hamil dan Dampaknya terhadap kehamilannya.
........................................................................................................20
2.2.4 Lingkar Lengan Atas Ibu Hamil.....................................................22
2.2.5 Penambahan Berat Badan Selama Kehamilan...............................24
2.2.6 Hubungan Lingkar Lengan Atas Dan Penambahan Berat Badan
Ibu Selama Hamil Dengan Berat Badan Bayi Lahir......................26
2.3 Kerangka Teori............................................................................................... 27
3
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Angka kematian bayi dan berat bayi lahir menjadi dua diantara empat
indikator derajat kesehatan masyarakat yang penting. Bayi Berat Lahir
Rendah (BBLR) merupakan salah satu masalah kesehatan yang memerlukan
perhatian di berbagai negara terutama pada negara berkembang atau negara
dengan sosio-ekonomi rendah. WHO (World Health Organization)
memperkirakan bahwa setiap tahun ≥ 20 juta bayi lahir dengan BBLR atau
diperkirakan 15% dari seluruh kelahiran di dunia. Di Indonesia angka
BBLR berkisar 9-20% bervariasi antara satu daerah dengan daerah lain
(Maryunani, 2013)
WHO (World Health Organization) mendefinisikan BBLR sebagai
bayi yang lahir dengan berat ≤ 2500 gr. WHO mengelompokkan BBLR
menjadi 3 macam, yaitu BBLR (1500-2499 gram), BBLSR (1000-1499
gram), BBLER (<1000 gram). WHO juga mengatakan bahwa sebesar 60-
80% dari angka kematian bayi (AKB) yang terjadi, disebabkan karena
BBLR. BBLR memiliki resiko lebih besar untuk mengalami morbiditas dan
mortalitas daripada bayi lahir yang memiliki berat badan normal. Masa
kehamilan yang kurang dari 37 minggu dapat menyebabkan terjadinya
komplikasi pada bayi karena pertumbuhan organ – organ yang berada dalam
tubuhnya kurang sempurna. Kemungkinan yang terjadi akan lebih buruk
bila berat bayi semakin rendah. Semakin rendah berat badan bayi, maka
semakin penting untuk memantau perkembanganya di minggu-minggu
setelah kelahiran (WHO, 2020).
Data badan kesehatan dunia World Health Organization menyatakan
bahwa prevalensi bayi dengan BBLR di dunia yaitu 15,5% atau sekitar 20
juta bayi yang lahir setiap tahun, sekitar 96,5% diantaranya terjadi di negara
berkembang (Novitasari et al., 2020). Menurut WHO dalam Agustin et al,
(2019) Indonesia berada diurutan kesembilan angka prevalensi bayi dengan

1
2

BBLR dengan lebih dari 15,5% dari semua kelahiran setiap tahun.
Berdasarkan Survei Demografi Kesehatan Indonesia (SDKI, 2017) angka
kejadian Berat Badan Lahir Rendah (BBLR) di Indonesia mencapai 6,2%.
Kejadian BBLR berdasarkan provinsi bervariasi dengan rentang 2%-15,1%.
Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Barat tahun 2021 didapatkan bahwa
jumlah BBLR di Jawa Barat sebanyak 20.588 dan jumlah kasus di
Kabupaten Cianjur sebanyak 996 (2,39%)%. Jumlah BBLR di Puskesmas
Cibaregbeg sendiri sebanyak 38 kasus dari 793 ibu hamil atau sebesar 5%.
Bayi dengan BBLR memiliki resiko lebih tinggi mengalami kematian,
keterlambatan pertumbuhan dan perkembangan selama masa kanak-kanak
dibandingkan dengan bayi yang tidak BBLR. Bayi BBLR memiliki peluang
lebih kecil untuk bertahan hidup, ketika meraka bertahan hidup, mereka
lebih rentan terhadap penyakit hingga mereka dewasa. BBLR cenderung
mengalami gangguan perkembangan kognitif, retardasi mental serta lebih
mudah mengalami infeksi yang dapat mengakibatkan kesakitan atau bahkan
kematian. Dampak lain yang muncul pada orang dewasa yang memiliki
riwayat BBLR yaitu beresiko menderita penyakit degenerative yang
menyebabkan beban ekonomi individu dan masyarakat (Pramono, 2015)
BBLR dapat disebabkan dari beberapa faktor, diantaranya adalah
faktor lingkungan internal yaitu meliputi umur, jarak kehamilan, paritas,
kadar hemoglobin, status gizi ibu hamil, penyakit. Selain itu ada faktor
lingkungan eksternal yaitu meliputi kondisi lingkungan, asupan zat gizi dan
tingkat social ekonomi ibu hamil. Serta faktor penggunaan sarana kesehatan
yang berhubungan frekuensi pemeriksaan kehamilan atau ANC (Silitonga H
N, 2011). Namun faktor yang lebih dominan salah satunya adalah faktor
status gizi ibu hamil. Status gizi ibu hamil dapat dinilai dari penambahan
berat badan ibu selama kehamilan dan lingkar lengan atas ibu hamil (LILA)
(Fatimah, 2017). Penambahan berat badan ibu yang normal selama
kehamilan untuk ibu dengan indeks masa tubuh yang normal adalah 11,5-
16,0 kg (Fatimah, 2017). Status gizi ibu hamil bisa diketahui dengan
mengukur ukuran lingkar lengan atas, bila kurang dari 23,5 cm maka ibu
3

hamil tersebut termasuk Kurang Energi Kronis (KEK), ini berarti ibu sudah
mengalami keadaan kurang gizi dalam jangka waktu yang telah lama, bila
ini terjadi maka kebutuhan nutrisi untuk proses tumbuh kembang janin
menjadi terhambat, akibatnya melahirkan bayi berat badan lahir rendah
(BBLR) (Depkes RI, 2008 dalam Siagian L, 2010).
Di Indonesia tahun 2018 berdasarkan hasil Riset Kesehatan Dasar
(Riskesdas), kasus Kurang Energi Kronis (KEK) didasarkan oleh tingginya
angka anemia sebesar 23,9%, anemia ibu hamil 37,1%, dan 20,8% KEK
dialami pada Wanita Usia Subur (WUS), KEK pada ibu hamil 24,2%.
Angka KEK mengalami penurunan dari tahun 2013 yaitu 24,2% menjadi
17,3% di tahun 2018 (Riskesdas 2018).
Menurut Badan Puslitbang Gizi dan Makanan Depkes RI di Jawa
Barat angka kejadian KEK 30,6% pada tahun 2022. Angka Kejadian KEK
di Kabupaten Cianjur berdasarkan Profil kesehatan Kabupaten Cianjur ibu
hamil kurang energi kronis sebesar 18,2% (Profil Kesehatan Dinas
Kesehatan Kabupaten Cianjur, 2022).
Pada tahun 2021 kejadian KEK di Puskesmas Cibaregbeg sebanyak
117 kasus dari 784 orang ibu hamil dan angka kejadian kasus BBLR pada
tahun 2022 di Puskesmas Cibaregbeg sebanyak 52 kasus (Dinas Kesehatan
Kabupaten Cianjur, 2022).
Berdasarkan peneltian Prihatini (2020) menunjukkan bahwa bahwa
ibu hamil yang mengalami KEK 21 orang (20,6%), dan BBLR sebanyak 10
bayi (9,8%). Terdapat hubungan yang signifikan antara kejadian BBLR
dengan riwayat ibu hamil KEK dibuktikan dengan nilai p value (p = 0,015)
yang mana bahwa semakin baik status gizi ibu hamil selama masa
kehamilan maka akan semakin baik pula berat bayi lahir.
Berdasarkan penelitian Sumiati (2021) menunjukkan nilai p=0,045
yang artinya terdapat hubungan antara KEK pada ibu hamil dengan kejadian
BBLR. Hasil OR=3,333 95% CI .998 - 11.139 yang berarti ibu hamil KEK
secara signifikan mempunyai risiko 3,333 kali melahirkan bayi BBLR.
Simpulan penelitian adalah ada hubungan antara KEK pada ibu hamil dan
4

kejadian BBLR di Puskesmas III Dinas Kesehatan Kecamatan Denpasar


Utara Tahun 2021. Tenaga kesehatan dapat melakukan deteksi dini
berkaitan dengan status gizi ibu hamil sehingga kejadian BBLR dapat
dicegah
Penelitian yang dilakukan oleh Wahyuni (2022) menunjukkan bahwa
persentase ibu hamil yang mengalami KEK pada saat awal kehamilan 14
orang (23,7%) dan kasus BBLR sebanyak 6 bayi (10,2%). Terdapat
hubungan yang bermakna antara Kekurangan Energi Kronik (KEK) pada
ibu hamil dengan kejadian BBLR (P-Value=0,000). Berdasarkan hal
tersebut, maka perlu adanya peningkatan upaya deteksi dini secara
komprehensif terhadap ibu hamil dengan melakukan pengukuran LILA
secara rutin berkelanjutan, melakukan optimalisasi penanganan pada ibu
hamil dengan status Kekurangan Energi Kronik (KEK)

1.2 Identifikasi Masalah


Data yang didapat dari Puskesmas Cibaregbeg pada tahun 2020 angka
kejadian kasus BBLR sebanyak 34 kasus dari 784 ibu hamil atau sebesar
4,3%, dampak dari kejadian BBLR tersebut kejadian asfiksia sebesar 82,3%,
infeksi sebesar 8,8%, kelainan kongenital sebesar 8,8%. Sedangkan pada
tahun 2021 kejadian BBLR di Puskesmas Cibaregbeg sebanyak 38 kasus
dari 793 orang ibu hamil atau sebesar 5%, dampaknya kejadian asfiksia
sebesar 76,3%, infeksi sebesar 10% dan kelainan kongenital sebesar 13,3%.
Berdasarkan data tersebut menunjukan bahwa ada peningkatan kasus BBLR
di Puskesmas Cibaregbeg sebesar 0,7% dalam kurun waktu 1 tahun. Seiring
dengan kejadian tersebut terdapat juga peningkatan terhadap kejadian KEK
di Puskesmas Cibaregbeg. Angka kejadian KEK pada tahun 2020 sebanyak
39,5% sedangkan pada tahun 2021 kejadian KEK sebesar 41%.
Berdasarkan data dan hasil pra survey di atas maka, peneliti tertarik
untuk melakukan penelitian tentang hubungan kurang energi kronik pada
ibu hamil dengan bayi berat lahir rendah di Puskesmas Cibaregbeg
Kabupaten Cianjur.
5

1.3 Rumusan Masalah


Berdasarkan uraian latar belakang, maka dapat dirumuskan masalah
penelitian yaitu apakah ada hubungan kurang energi kronik pada ibu hamil
dengan bayi berat lahir rendah di Puskesmas Cibaregbeg Kabupaten
Cianjur.

1.4 Tujuan Penelitian


1.4.1 Tujuan Umum
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan kurang
energi kronik pada ibu hamil dengan bayi berat lahir rendah di
Puskesmas Cibaregbeg Kabupaten Cianjur.
1.4.2 Tujuan Khusus
1. Untuk mengetahui distribusi frekuensi kurang energi kronik pada
ibu hamil di Puskesmas Cibaregbeg Kabupaten Cianjur
2. Untuk mengetahui distribusi frekuensi bayi berat lahir rendah di
Puskesmas Cibaregbeg Kabupaten Cianjur
3. Untuk mengetahui hubungan kurang energi kronik pada ibu hamil
dengan bayi berat lahir rendah di Puskesmas Cibaregbeg
Kabupaten Cianjur.

1.5 Hipotesis
Hipotesis dalam penelitian ini adalah mengetahui hubungan kurang
energi kronik pada ibu hamil dengan bayi berat lahir rendah di Puskesmas
Cibaregbeg Kabupaten Cianjur.

1.6 Manfaat Penelitian


1.6.1 Teoritis
Menambah khasanah ilmu pengetahuan khususnya bidang ilmu
kesehatan masyarakat dalam kaitannya dengan usaha penanggulangan
6

kejadian kekurangan energi kronis pada ibu hamil dan berat badan
lahir rendah.

1.6.2 Praktis
1. Bagi Puskesmas
Penelitian ini dijadikan sebagai tambahan informasi tentang
gambaran kejadian Kekurangan Energi Kronis (KEK) pada ibu
hamil dan berat badan lahir rendah di wilayah kerja Puskesmas,
sehingga dapat dipergunakan sebagai bahan pertimbangan dalam
membuat rencana program penanggulangan kejadian KEK dan
berat badan lahir rendah.
2. Bagi Peneliti
Diharapkan hasil penelitian ini dapat menambah wawasan
peneliti mengenai riset kesehatan khususnya pengetahuan Kurang
Energi kronik pada ibu hamil dan bayi berat lahir rendah.
3. Bagi Responden
Penelitian ini dijadikan sebagai tambahan informasi untuk
menjaga asupan gizi, menambah pengetahuan, dan menjaga jarak
kehamilan agar terhindar dari Kekurangan Energi Kronis (KEK)
dan berat badan lahir rendah.
4. Bagi Tempat Penelitian
Menjadi bahan masukkan untuk meningkatkan pelayanan
kesehatan di Puskesmas Cibaregbeg Kabupaten Cianjur.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR)


2.1.1 Defenisi Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR)
Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR) adalah bayi yang lahir dengan berat
badan kurang dari 2.500 gram tanpa memandang masa kehamilan. Dahulu
neonatus dengan berat badan lahir kurang 2500 gram atau sama dengan
2500 gram disebut premature. Pembagian menurut berat badan ini sangat
mudah tetapi tidak memuaskan. Sehingga lambat laun diketahui bahwa
tingkat morbiditas dan mortalitas pada neonatus tidak hanya bergantung
pada berat badan lahir saja, tetapi juga pada tingkat maturitas bayi itu
sendiri (WHO, 2020).
2.1.2 Klasifikasi BBLR
Klasifikasi BBLR menurut (Tando, 2016) ada beberapa cara dalam
mengelompokkannya yaitu :
a. Klasifikasi BBLR menurut harapan hidupnya :
1) Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR) berat lahir 1500-2500 gr
2) Bayi Berat Lahir Sangat Rendah (BBLSR) berat lahir 1000-1500
gr
3) Bayi Berat Lahir Ekstrim Rendah (BBLER) berat lahir 1000 gr
b. Menurut masa gestasinya :
1) Prematuritas murni: Masa gestasinya kurang dari 37 minggu dan
berat badanya sesuai dengan berat badan untuk masa gestasi berat
atau biasa disebut neonatus kurang bulan sesuai untuk masa
kehamilan.
2) Dismaturitas: Bayi lahir dengan berat badan kurang dari berat
badan seharusnya untuk masa gestasi itu. Berat bayi mengalami
retardasi

7
8

pertumbuhan intrauterin dan merupakan bayi yang kecil untuk


masa kehamilannya (Proverawati & Ismawati, 2012).

2.1.3 Tanda-tanda Bayi Berat Lahir Rendah


Bayi yang lahir dengan berat badan rendah mempunyai ciri-ciri :
a. Umur kehamilan kurang dari 37 minggu.
b. Berat badan kurang dari 2500 gram.
c. Panjang badan kurang dari 46 cm, lingkar kepala kurang dari 33 cm,
lingkar dada kurang dari 30 cm.
d. Rambut lanugo (rambut halus dan tipis yang muncul pada kulit janin
dan menghilang dalam beberapa waktu setelah kelahiran) masih
banyak.
e. Tulang rawan daun telinga belum sempurna pertumbuhannya.
f. Tumit mengkilap, telapak kaki halus.
g. Genitalia belum sempurna seperti pada bayi perempuan labio minora
belum tertutup oleh labia mayora, klitoris menonjol, pada bayi laki –
laki testis belum turun ke dalam skrotum
h. Tonus otot lemah sehingga bayi kurang aktif dan pergerakkannya lemah
dan tangisnya lemah.
i. Verniks kaseosa (sejenis lemak yang menyerupai keju dan membantu
untuk melindungi janin) tidak ada atau sedikit (Proverawati dan
Ismawati, 2012).

2.1.4 Batasan Bayi Berat Lahir Rendah


Berat Badan Lahir Rendah (Bayi Berat Lahir Rendah) adalah bayi
yang lahir kurang dari 2500 gram tanpa memandang masa kehamilan. Berat
lahir adalah berat bayi yang ditimbang dalam 1 jam setelah lahir. Penyebab
Bayi Berat Lahir Rendah sangat kompleks. Bayi Berat Lahir Rendah
dapat disebabkan oleh kehamilan kurang bulan, bayi kecil untuk bayi
kurang bulan adalah bayi yang lahir sebelum umur 37 minggu. Sebagian
bayi kurang bulan belum siap hidup di luar kandungan dan mendapatkan
9

kesulitan untuk mulai bernafas, menghisap, melawan infeksi, dan menjaga


tubuhnya agar tetap hangat (Proverawati dan Ismawati, 2012).
Bayi kecil masa kehamilan (KMK) adalah bayi yang tidak tumbuh
dengan baik di dalam kandungan selama kehamilan. Ada 3 kelompok bayi
yang termasuk bayi kecil masa kehamilan (KMK) yaitu KMK lebih bulan,
KMK cukup bulan, dan KMK kurang bulan. Bayi yang cukup bulan
kebanyakkan mampu bernafas dan menghisap dengan baik. Sedangkan bayi
KMK kurang bulan kadang kemampuan bernafas dan menghisapnya lemah
(Proverawati dan Ismawati, 2012).

2.1.5 Faktor yang Mempengaruhi Terjadinya Bayi Berat Lahir Rendah


BBLR disebabkan oleh dua faktor utama yaitu kelahiran prematur
(usia gestasi < 37 minggu), intrauterine growth restriction (IUGR), atau
kombinasi keduanya. Sehingga patofisiologi BBLR berkaitan dengan kedua
kondisi tersebut. Kelahiran prematur disebabkan oleh banyak faktor yang
berkaitan erat dengan hubungan yang kompleks antara fetus, plasenta,
uterus, dan faktor maternal. Apabila terjadi suatu gangguan atau kelainan
pada salah satu faktor diatas, maka akan timbul akibat ketidakmampuan
uterus untuk mempertahankan fetus, terganggunya jalan lahir, dan kontraksi
uterus sebelum waktunya, sehingga terjadilah kelahiran prematur. Faktor
yang dapat menyebabkan kelahiran prematur meliputi fetus yaitu gawat
janin dan kehamilan ganda, faktor plasenta yaitu disfungsi plasenta,
plasenta previa, dan solusio plasenta. Faktor maternal yaitu
preeklampsia, penyakit kronis (ginjal, jantung) dan infeksi. Faktor lain
seperti ketuban pecah dini (KPD).
Faktor penyebab IUGR yakni adanya gangguan pada faktor ibu, janin,
dan plasenta yang menyebabkan gangguan perfusi uterus – plasenta dan
nutrisi janin. Perfusi yang tidak baik, letak plasenta yang abnormal,
hipertensi dalam kehamilan, merokok, kehamilan ganda, infeksi intrauterin
(termasuk HIV dan malaria), karakteristik dari maternal, malnutrisi pada
ibu, indeks masa tubuh ibu rendah dapat menyebabkan BBLR.
10

Sebuah teori yang menjadi penyebab dari IUGR adalah penurunan


produksi hormon insulin atau gangguan pada level reseptor insulin ( Insulin-
like growth factor / IGF). Hal ini terjadi terutama pada bayi yang memiliki
defek pada reseptor IGF-1 , hipoplasia pankreas, dan diabetes neonatus
sementara. Defek pada reseptor IGF-1 disebabkan oleh mutasi genetik yang
mengganggu mekanisme pengenalan glukosa oleh sel islet pankreas
sehingga menyebabkan penurunan pelepasan insulin.
IUGR terbagi menjadi dua yakni IUGR simetris dan IUGR asimetris.
IUGR simetris mempengaruhi seluruh pertumbuhan dimulai dari lingkar
kepala, panjang, dan berat badan bayi. Sedangkan pada IUGR asimetris,
lingkar kepala bayi dalam batas normal, namun ukuran panjang dan berat
badan bayi terganggu. IUGR asimetris adalah tipe yang paling sering
ditemukan. Tipe ini memiliki persentase kasus sebesar 70 – 80%.
Berikut adalah faktor-faktor yang berhubungan dengan Bayi Berat
Lahir Rendah secara umum yaitu:
a. Faktor obstetrik
1) Paritas
Paritas adalah jumlah anak yang pernah dilahirkan baik hidup
maupun mati. Resiko terjadinya BBLR pada ibu yang pernah
melahirkan anak empat kali atau lebih akan meningkat.
2) Riwayat obstetrik buruk
Riwayat obstetrik buruk yaitu riwayat abortus, riwayat persalinan
prematur, riwayat BBLR, bayi lahir mati, riwayat persalinan
dengan tindakan (ekstaksi vacuum dan ekstrasi forsep), pre-
eklamsia/eklamsia juga berpengaruh terhadap BBLR.(Manuaba,
2016).
3) Hipertensi gestasional
Hipertensi gestasional adalah keadaan dimana diperoleh tekanan
darah > 140/90 mmHg pada usia kehamilan > 20 minggu, tanpa
disertai adanya proteinuria. Kendati demikian,apabila didapatkan
tekanan darah yang signifikan maka diperlukan pengawasan yang
11

lebih ketat karena kejadian eklampsia dapat mendahului


proteinuria. Tekanan darah pada kasus hipertensi gestasional akan
berangsur normal dalam 12 minggu setelah persalinan
(Cuningham, 2018)

b. Sosial demografi
1) Usia ibu
Usia ibu adalah waktu hidup ibu bersalin sejak lahir sampai hamil.
Saat terbaik untuk seorang wanita hamil adalah saat usia 20-35
tahun, karena pada usia itu seorang wanita sudah mengalami
kematangan organ-organ reproduksi dan secara psikologi sudah
dewasa (Manuaba, 2016)
2) Gizi hamil
Status gizi selama kehamilan adalah salah satu faktor penting dalam
menentukan pertumbuhan janin. Status gizi ibu hamil akan
berdampak pada berat badan lahir, angka kematian perinatal,
keadaan kesehatan perinatal, dan pertumbuhan bayi setelah
kelahiran. Situasi status gizi ibu hamil sering digambarkan melalui
prevalensi anemia dan Kurang Energi Kronis (KEK) pada ibu hamil.
3) Status sosial ekonomi
Keluarga bayi dengan status ekonomi rendah dan tinggal di pedesaan
cenderung mengalami kejadian BBLR lebih tinggi dibandingkan
dengan keluarga status ekonomi tinggi dan tinggal di perkotaan.
Keluarga bayi dengan status ekonomi rendah mempunyai risiko
BBLR sebesar 1,33 kali dibandingkan keluarga dengan status
ekonomi tinggi karena berhubungan dengan kurangnya pemenuhan
nutrisi ibu dan pemantauan kehamilan. (Cunningham, 2018).
4) Status pernikahan
Remaja yang hamil di luar nikah menghadapi berbagai masalah
psikologis yaitu rasa takut, kecewa, menyesal, dan rendah diri
12

terhadap kehamilan sehingga terjadi usaha untuk menghilangkan


dengan menggugurkan kandungannya atau tidak mengurusi
kehamilannya sehingga dapat kekurangan nutrisi dan menyebabkan
BBLR. Ibu dengan kehamilan di luar nikah berpeluang 1,8 kali
berisiko memiliki bayi berat lahir rendah (BBLR) (Damelash, 2015).

5) Pendidikan
Pendidikan ibu merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi
seseorang berperilaku. Tingkat pendidikan merupakan faktor yang
mendasari dalam pengambilan keputusan. Semakin tinggi
pendidikan ibu akan semakin mampu mengambil keputusan bahwa
pelayanan kesehatan selama hamil dapat mencegah gangguan sedini
mungkin bagi ibu dan janinnya termasuk mencegah kejadian
BBLR.Tingkat pendidikan juga sering dihubungkan dengan tingkat
sosial ekonomi dalam konteks kesehatan, dimana tingkat pendidikan
yang rendah dapat membatasi pekerjaan (Notoatmodjo, 2018).
c. Kesehatan umum dan penyakit episodik
1) Gangguan metabolisme
Salah satu penyakit gangguan metabolisme yang sering dialami oleh
ibu hamil yaitu diabetes mellitus (DM). Pada ibu yang mengalami
diabetesmeliitus, cedera mikrovaskular ginjal akan merusak
membrane glomelurus sehingga protein akan bocor keluar ke urin.
Seiring dengan memburuknya fungsi ginjal, kebocoran protein akan
menimbulkan retensi cairan dan ginjal makin tidak efisien dalam
membuang sampah metabolism seperti keratinin. Gangguan ini
disebut nefropati diabetic dan akan mempersulit kehamilan termasuk
pre-eklamsia, hipertensi, BBLR, dan kelahiran premature.
Pertumbuhan janin terhambat (IUGR) merupakan faktor komplikasi
yang sering terjadi jika ibu hamil sudah mengalami fungsi ginjal
yang buruk. (Bothamley, 2013)
2) Faktor ayah
13

Faktor ayah yang mempengaruhi terjadinya BBLR adalah tinggi


badan dan berat badan. (Ngoma, 2016).
3) Kebiasaan
Risiko BBLR terjadi pada ibu yang mmpunyai kebiasaan merokok,
meminum minuman yang mengandung alkohol, pecandu obat jenis
narkotika, dan pengguna obat antimetabolik. Asupan kafein harian
tinggi dikaitkan dengan peningkatan risiko melahirkan kecil masa
kehamilan atau berat bayi lahir <2500 gram, rokok, dan obat-obat
terkait, alcohol, kokain, kafein yang dikonsumsi selama kehamilan
dikaitkan dengan hambatan pertumbuhan janin.(Manuaba, 2016).

2.1.6 Karakteristik BBL


a. Jenis kelamin BBL
Bayi perempuan lebih berisiko untuk mengalami BBLR daripada
bayi laki-laki. Hal ini karena grafik petumbuhan janin perempuan lebih
lambat dari janin laki- laki sehingga pada usia kehamilan yang sama,
janin perempuan lebih rendah beratnya.(Mitao, 2016).
b. Kelainan Kongenital
Kelainan Kongenital merupakan kelainan pertumbuhan struktur
organ janin sejak saat pembuahan. Bayi yang dilahirkan dengan
kelainan congenetal umumnya akan dilahirkan sebagai BBLR atau bayi
kecil untuk masa kehamilan. Sebuah penelitian terhadap 13.000 bayi
dengan anomaly structural yang berat, 22% diantaranya mengalami
hambatan pertumbuhan janin. Semakin parah malformasi, semakin
rentan menjadi kecil masa kehamilan. Hal ini terbukti pada janin
abnormalita kromosom atau yang mengalami malformasi
kardiovaskular serius. (Damelash, 2015).
c. Kehamilan Gemelli
Berat badan bayi pada kehamilan gemelli lebih ringan daripada
berat badan bayi kehamilan tunggal pada umur kehamilan yang sama.
Berat badan bayi pada kehamilan kembar rata-rata 1000 gram lebih
14

ringan daripada bayi kehamilan tunggal. Pada kehamilan gemelli terjadi


distensi uterus berlebihan, sehingga melewati batas toleransi dan sering
terjadi partus prematus. Kebutuhan ibu akan zat makanan pada
kehamilan ganda bertambah yang dapat menyebabkan anemia dan
penyakit defisiensi lain, sehingga bayi lahir kecil. (Rohan, 2013).

d. Komplikasi BBLR
1) Komplikasi BBLR pada bayi premature :
a) Asfiksia
Asfiksia disebabkan karena kurangnya surfaktan (ratio lesitin
atau sfingomielin kurang dari 2). Pertumbuhan dan
pengembangan yang belum sempurna, otot pernafasan yang
masih lemah, dan tulang iga yang mudah melengkung atau
pliable thorax. (Momeni, 2017).
b) Masalah pemberian ASI
Hal tersebut dikarenakan ukuran tubuh BBLR yang kecil,
kurang energi, lemah, lambungnya kecil, dan tidak dapat
menghisap dengan kuat. (Momeni, 2017).
c) Hiperbilirubinemia
Hiperbilirubinemia dapat terjadi akibat adanya peningkatan
kadar bilirubin pada tubuh. Hal tersebut dapat ditemukan
dalam keadaan dimana terjadi peningkatan penghancuran sel
darah merah (eritrosit) yang berkisar 80-90 hari, dan kadar zat
besi yang tinggi dalam eritrosit. (Radis, Glover, 2012).
2) Komplikasi BBLR pada bayi dismatur
a) Sindrom aspirasi mekonium
Keadaan hipoksia intrauterineakan mengakibatkan janin
mengadakan “gasping” dalam uterus. Selain itu, mekonuim akan
dilepaskan ke dalam likour amnion seperti yang sering terjadi
pada “subacute fetal distress”. Akibatnya, cairan yang
15

mengandung mekonuiim yang lengket itu masuk ke dalam paru


janin karena inhalasi. Pada saat lahir bayi akan menderita
gangguan pernafasan yang sangat menyerupai sindrom
gangguan pernafasan idiopatik. (Momeni, 2017).
b) Penyakit membrane hialin
Hal ini karena surfaktan paru belum cukup sehingga alveoli
selalu kolaps.Sesudah bayi mengadakan aspirasi, tidak tertinggal
udara residu dalam alveoli, sehingga selalu dibutuhkan tenaga
negative yang tinggal pada pernafasan berikutnya.Akibat hal
iniakan tampak dispnu yang berat, retraksi egigastrium, sianosis,
dan pada paru terjadi atelektasis dan akhirnya terjadi aksudasi
fibrin dan lain-lain serta terbentuk membrane hialin(Momeni,
2017).
c) Hipoglikemia simtomatik
Keadaan ini terutama terdapat pada bayi laki-laki.Penyebabnya
belum jelas, tetapi mungkin sekali disebabkan persediaan
glikogen yang sangat kurang pada bayi dismaturitas. (Kosim,
2012).

2.2 Kehamilan
2.2.1 Pengertian
Kehamilan adalah serangkaian proses berawal dari konsepsi,
kemudian fertilisasi, nidasi, dan implantasi. Bila dihitung dari saat fertilisasi
hingga lahirnya bayi, kehamilan normal berlangsung selama 38-40 minggu
atau sekitar 280 hari. Sedangkan menurut kalender kira-kira 9 bulan 7 hari
dihitung dari Hari Pertama Haid Terakhir (HPHT). Adapun rentang waktu
kehamilan dibagi menjadi tiga, trimester pertama (1-3 bualn), trimester
kedua (4-6 bulan), dan trimester ketiga (7-9 bulan) (Mardalena I, 2017).
Seorang wanita baru dapat dipastikan hamil jika terbukti dari adanya
tanda pasti hamil. Tanda pasti hamil tersebut yaitu gerakan janin dalam
rahim dan denyut jantung. Gerakan janin bisa dideteksi melalui rabaan,
16

dimana nantinya akan terlihat/ teraba gerakan janin ataupun teraba


bagian-bagian dari janin. Edangkan detak jantung dapat didengar
menggunakan stetoskop Laenec, alat Kardiotografi, Doppler, dan dengan
menggunakan ultrasonografi (USG) (Mardalena I, 2017).
Kehamilan pertumbuhan dan perkembangan janin intra uteri mulai
sejak konsepsi dan berakhir pada saat permulaan persalinan (Sarwono,
2007 dalam Siagian L, 2010). Menurut Sylviati (2008) dalam Siagian L
(2010) lama kehamilan berlangsung sampai persalinan aterm adalah 259-
293 hari dengan perhitungan sebagai berikut:
a. Bayi kurang bulan jika dilahirkan dengan masa gestasi < 37
minggu (< 259 hari).
b. Bayi cukup bulan jika dilahirkan dengan masa gestasi 37- 42
minggu.
c. Bayi lebih bulan jika bayi dilahirkan dengan masa gestasi > 42
minggu (> 294 hari) (Siagian L, 2010).

Menurut Sarwono (2007) dalam Siagian L (2010) ditinjau dari tuanya


kehamilan. kehamilan terbagi atas 3 trimester yaitu :
a. Kehamilan trimester I antara 0-12 minggu.
b. Kehamilan trimester II antara 12-28 minggu.
c. Kehamilan trimester III antara 28-40 minggu (Siagian L, 2010).

2.2.2 Gizi ibu hamil


Berdasarkan Survei Demografi dan kesehatan Indonesia (SDKI) tahn
2012, Angka Kematian Ibu (AKI) di Indonesia terbilang tinggi, yakni 359
dari 100.000 kelahiran hidup. Angka ini sebenarnya menunjukkan
penurunan jika dibandingkan dengan SDKI tahun 1991, sbesar 390 per
100.000 kelahiran hidup. Namun apabila menilik tahun 2007 di mana
AKI sebesar 228 per 100.000 kelahiran hidup, artinya hasil survei tahun
2012 menunjukkan adanya kenaikan yang memprihatinkan (Mardalena I,
2017).
17

Adapun faktor merahnya rapor Angka kematian Ibu di Indonesia,


salah satunya adalah akibat kasus aborsi. Ditaksir ada 2,3 juta abortus tidak
aman terjadi setiap tahun di Indonesia. Efeknya, tak hanya mematikan janin,
tapi juga berisiko tinggi mengancam jiwa pelakunya (Mardalena I, 2017).
Selain kasus aborsi, penyebab paling umum terjadinya kematian pada
ibu yaitu pendarahan, eklampsia, dan adanya penyakit infeksi. Ketiga
kondisi ini, baik langsung ataupun tidak, berhubungan erat dengan status
gizi ibu (Mardalena I, 2017).
Pada Masa usia kehamilan muda, tambahan gizi dalam bentuk
vitamin, dan mineral sangat diperlukan, sedangkan kebutuhan akan kalori
dan protein sangan diperlukanpada minggu kedelapan sampai kelahiran.
Selain dalam masa kehamilan yang memerlukan tambahan gizi yang sangat
banyak, ibu juga memerlukan tambahan gizi yang lebih besar lagi
menjelang kelahiran dan menyusui. Seorang ibu hamil yang mengalami
kekurangan gizi, maka bayi yang dilahirkan akan memiliki berat badan yang
rendah, mudah sakit- sakitan, dan mempengaruhi kecerdasannya
(Proverawati A, dan Asfuah S, 2012).
Perhitungan kebutuhan gizi pada ibu hamil, yaitu dengan penambahan
nilai kebutuhan dari ibu yang tidak hamil yang akan meng-cover
pemenuhan kebutuhan pertumbuhan dan perkembangan janin, serta
perubahan dalam metabolisme ibu (ladipo, 2000 dalam Patmah S, 2017).
Tambahan jumlah kebutuhan berbagai zat gizi ibu hamil selama hamil
berdasarkan angka kecukupan gizi tahun 2013 yang diproduksi oleh
Kementrian Kesehatan Republik Indonesia melalui Permenkes No.75 Tahun
2013 dapat diihat pada tabel dibawah ini.
Tabel. 2.1
Angka Kecukupan Gizi Pada Ibu Hamil
Jenis Zat Gizi Kebutuhan Tambahan kebutuhan Satua
sebelum hamil selama hamil n
19-29 30-49 T Tr Tr
th th r II III

I
18

Energi 2250 2150 1 300 300 kkal


8
0
Protein 56 57 2 20 20 Gr
0
Vitamin A 500 500 3 300 350 Re
0
0
Vitamin D 15 15 0 0 0 µg
Vitamin E 15 15 0 0 0 mg
Vitamin K 55 55 0 0 0 µg
Thiamin 1,1 1,1 0 0,3 0,3 mg
,
3
Riboflavin 1,4 1,3 0 0,3 0,3 mg
,
3
Niacin 12 12 4 4 4 mg
Asam folat 400 400 2 200 200 µg
0
0
Piridoksin 1,3 1,3 0 0,4 0,4 mg
,
4
Vitamin B 12 2,4 2,4 0 0,2 0,2 µg
,
2
Vitamin C 75 75 1 10 10 mg
0
Kalsium 1100 100 2 200 200 mg
0
0
Fosfor 700 700 0 0 0 mg
Magnesium 310 320 0 0 0 mg
Besi 26 26 0 0 0 mg
Iodium 150 150 7 70 70 mg
0
Seng 10 10 2 4 10 mg
Selenium 30 30 5 5 5 µg
Mangan 1,8 1,8 0 0,2 0,2 mg
,
2
Flour 2,5 2,7 0 0 0 mg
Kalium 4700 4700 0 0 0 Mg
Tembaga 900 900 1 100 100 µg
19

0
0
Natrium 1500 1500 0 0 0 Mg
Sumber : Pantiawati, I. 2010. Bayi dengan Berat Badan Lahir Rendah.
Nuha Medika.Yogyakarta.

Kebutuhan energi pada trimester I sedikit sekali mengalami


peningkatan. Asupan energi pada trimester pertama diperlukan untuk
perkembangan dan pertumbuhan plasentan dan pembentukan organ
(organogenesis) janin, serta pertumbuhan kepala dan badan. Energi
tambahan selama trimester II diperlukan untuk pemekaran jaringan ibu,
yaitu penambahan volume darah, pertumbuhan uterus dan payudara,
penumpukan lemak, pertumbuhan kepala, bdan dan tulang janin. Pada
trimester III, energi diperlukan untuk pertumbuhan janin, cairan amnion,
dan plasenta (Arisman, 2008 dan Sulistyoningsih, 2011 dalam Patimah S,
2017).
Terkait dengan protein, hampir 70% digunakan untuk pertumbuhan
janin, juga untuk pembentukan plasenta dan cairan amnion, tumbuh
kembang sel- sel otak dan mielin (Sulistyoningsih, 2011 dalam Patimah S,
2017). Asam lemak esensial juga diperlukan untuk pertumbuhan jaringan,
khususnya perkembangan membran sel syaraf dan jaringan otak, dan
perkembangan fungsi organ, untuk mencapai perkembangan janin yang
optimal (Schlenker dan Long, 2007 dalam Patimah S, 2017).
Energi yang terkandung dalam protein ditaksir sebanyak 5180 kkal,
dan lemak 36.337 Kkal. Agar energi ini bisa ditabung masih dibutuhkan
tambahan energi sebanyak 26.244 Kkal, yang digunakan untuk mengubah
energi yang terikat dalam makanan menjadi energi yang bisa dimetabolisir.
Dengan demikian jumlah total energi yang harus tersedia selama
kehamilan adalah 74.537 Kkal, dibulatkan menjadi 80.000 Kkal. Untuk
memperoleh besaran energi per hari, hasil penjumlahan ini kemudian dibagi
dengan angka 250 (perkiraaan lamanya kehamilan dalam hari) sehingga
diperoleh angka 300 Kkal (Budianto, 2009 dalam Silitonga H N, 2011)
20

Kebutuhan energi pada trimester I menjadi 2140 kalori, pada trimester


II meningkat menjadi 2200 dan pada trimester III mengalami penurunan
yaitu 2020 kalori. Begitu juga dengan protein yaitu trimester I adalah 75
gram, trimester II adalah 75 gram dan trimester III adalah 70 gram. Zat besi
dan mineral lainnya juga mengalami penurunan jumlah asupan setelah
trimester III (Budianto, 2009 dalam Silitonga H N, 2011)).
Wanita hamil harus sering makan agar memenuhi kebutuhan gizi yang
meningkat. Makanan ini harus terdiri dari empat kelompok makanan utama.
Kalori harus cukup memadai untuk memenuhi kebutuhan anabolok ibu dan
janin, dengan 1,3 gram protein per kilogram berat badan, 35 sampai 40
persen dari keseluruhan kalori sebagai lemak, dan sisanya sebagai
karbohidrat. Kebutuhan vitamin dapat dipenuhi dengan memilih makanan
secara bijaksana (Budianto, 2009 dalam Silitonga H N, 2011).
Dengan demikian dalam satu hari asupan protein dapat mencapai
75-100 g (sekitar 12 % dari jumlah total kalori); atau sekitar 1,3
g/kgBB/hari (gravida mature), 1,5 g/kg BB/hari (usia 15-18 tahun), dan 1,7
g/kg BB/hari (di bawah 15 tahun). Bahan pangan yang dijadikan sumber
protein sebaiknya (2/3 bagian) pangan yang bernilai biologi tinggi, seperti
daging tak berlemak, ikan, telur, susu dan hasil olahannya. Protein yang
berasal dari tumbuhan (nilai biologinya rendah) cukup 1/3 bagian
(Budianto, 2009 dalam Silitonga H N, 2017).
Kenaikan volume darah selama kehamilan akan meningkatkan
kebutuhan Fe atau Zat Besi. Jumlah Fe pada bayi baru lahir kira-kira 300
mg dan jumlah yang diperlukan ibu untuk mencegah anemia akibat
meningkatnya volume darah adalah 500 mg. Selama kehamilan seorang ibu
hamil menyimpan zat besi kurang lebih 1.000 mg termasuk untuk keperluan
janin, plasenta dan hemoglobin ibu sendiri. Makanan rata-rata hanya
memberikan sekitar sekitar 200-300 mg dari total 1000 mg yang diperlukan.
Jadi wanita hamil memerlukan tambahan besi dalam jumlah 30-60 mg
sehari (Budianto, 2009 dalam Silitonga H N, 2017).
21

Menurut I Dewa Nyoman Supariasa (2002) ada beberapa cara yang


dapat digunakan untuk mengetahui status gizi ibu hamil antara lain
memantau pertambahan berat badan selama hamil, mengukur Lingkar
Lengan Atas (LLA), dan mengukur kadar Hb. Pertambahan berat badan
selama hamil sekitar 10 – 12 kg, dimana pada trimester I pertambahan
kurang dari 1 kg, trimester II sekitar 3 kg, dan trimester III sekitar 6 kg.
Pertambahan berat badan ini juga sekaligus bertujuan memantau
pertumbuhan janin. Pengukuran LILA dimaksudkan untuk mengetahui
apakah seseorang menderita Kurang Energi Kronis (KEK), sedangkan
pengukuran kadar Hb untuk mengetahui kondisi ibu apakah menderita
anemia gizi (Silitonga H N, 2011).

2.2.3 Masalah Gizi Ibu Hamil dan Dampaknya terhadap kehamilannya.


Masalah gizi ibu hamil yang sering dijumpai di masyarakat adalah
kurangnya asupan gizi makro dan mikro. Kekurangan gizi makro yang
sering dijumpai adalah kekurangan energi kronik (KEK) yang ditandai
dengan ukuran lingkar lengan atas (LLA) < 23,5cm. KEK pada ibu hamil
dapat menurunkan kekuatan otot pada proses persalinan sehingga terjadi
partus lama/ macet dan pendarahan pasca melahirkan, sedangkan efek pada
janin dapat berupa gagal tumbuh dalam kandungan dan bayi lahir dengan
berat badan lahir rendah (< 2500 gram), yang nanti kalau dapat bertahan
hidup sampai usia dewasa berisiko mengalami penyakit tidak menular
berupa gangguan pembuluh darah (hipertensi, stroke), penyakit jantung
koroner, dan diabetes militus (Patimah S, 2017)
Mahajan, S., et al ( 2008) dalam Patimah S, 2017 mengutip
pernyataan dari sejumlah ahli, bahwa kekurangan zat gizi pada ibu hamil
akan mengurangi ketersediaan zat gizi pada janin, menghasilkan penurunan
hormon anabolik {insulin, IGF-1, thyroxine (T4)}, dan meningkatkan
hormon katabolik (kortisol, katakolamine, dan growth hormon) (Patimah S,
2017).
Tabel 2.2
22

Asupan Gizi Makro dan Mikro ibu hamil.


Jenis Zat Gizi Mean ± SD AKG* % AKG
Energi (kkal) 1301,63 ± 474,85 2200 59,16
Protein (g) 48,42 ± 17,81 67 72,26
Vitamin A (RE) 604, 65 ± 483,58 800 75,58
Vitamin D (µg) 13,73 ± 7,81 10 137,3
Vitamin E (mg) 4,89 ± 2,39 30 16,3
Vitamin C (mg) 31,78 ± 32,86 85 37,69
Thiamin (mg)s 0,52 ± 0,18 1,3 40
Riboflavin (mg) 0,53 ± 0,29 1,4 37,86
Niasin (mg) 7,18 ± 2,98 18 42,23
Vitamin B6 (mg) 0,81 ± 0,39 1,7 47,64
As. Folat (µg) 1170,35 ± 613,00 600 195,06
Vit. B12 (µg) 3,69 ± 2,093 2,6 142,13
Kalsium (mg) 208,19 ± 183,48 950 21,91
Posfor (mg) 739,54 ± 256,28 600 123,26
Magnesium (mg) 167,95 ± 63,08 240 69,98
Besi (mg) 6,12 ± 10,58 35 17,49
Zink (mg) 5,92 ± 10,18 13,5 43,86
Fiber (gr) 7,08 ± 4,15 30 23,61
Phitat (gr) 0,74 ± 0,29 30 2,46
Sumber : Pantiawati, I. 2010. Bayi dengan Berat Badan Lahir
Rendah. Nuha Medika.Yogyakarta.

.
2.2.4 Lingkar Lengan Atas Ibu Hamil
Antropometri yang paling sering digunakan untuk menilai status gizi
yaitu LLA (Lingkar Lengan Atas). Pengukuran LLA adalah salah satu cara
untuk mengetahui resiko Kekurangan Energi Kronis (KEK) pada Wanita
23

Usia Subur (WUS). Tujuan pengukuran LLA mencakup masalah WUS baik
ibu hamil maupun calon ibu, masyarakat umum dan peran petugas lintas
sektoral (Depkes RI, 2008 dalam Siagian L, 2010).
Menurut Depkes RI 1994 dalam Nyoman I D (2012) pengukuran
Lingkar Lengan Atas (LLA) pada wanita usia subur adalah salah satu
cara deteksi dini yang mudah dan dapat dilaksanakan oleh masyarakat
awam, untuk mengetahui kelompok berisiko Kekurangan Energi Kronis
(KEK). Wanita usia subur adalah wanita usia 15-45 tahun. Uraian dibawah
ini akan dibahas pengertian tujuan, ambang batas, pelaksanaan serta tindak
lanjut pengukuran LLA. Sumber rujukan yang digunakan adalah Pedoman
Penggunaan Alat Ukur Linggar Lengan Atas (LLA) pada wanita subur yang
dikeluarkan oleh Depkes 1994 ( Nyoman I D, 2012).
Lingkar Lengan Atas (LLA) adalah suatu cara untuk mengetahui
risiko kekurangan Protein (KEP) wanita usia subur (WUS). Pengukuran
LLA tidak dapat digunakan untuk memantau perubahan status gizi dalam
jangka pendek. Pengukuran LLA digunakan karena pengukurannya sangat
mudah dan dapat dilakukan oleh siapa saja. Beberapa tujuan pengukuran
LLA adalah mencakup masalah WUS baik ibu hamil maupun calon ibu,
masyarakat umum dan peran petugas lintas sektoral. Adapun tujuan tersebut
adalah :
a. Mengetahui resiko KEK wanita usia subur, baik ibu hamil
maupun calon ibu, untuk menapis wanita yang mepunyai risiko
melahirkan bayi berat lahir rendah (BBLR).
b. Meningkatkan perhatian dan kesadaran masyarakat agar lebih
berperan dalam pencegahan dan penanggulangan KEK.
c. Mengembangkan gagasan baru di kalangan masyarakat dengan
tujuan meningkatkan kesejahteraan ibu dan anak.
d. Meningkatkan peran petugas lintas sektoral dalam upaya
perbaikan gizi WUS yang menderita KEK.
e. Mengarahkan pelayanan kesehatan pada kelompok sasaran WUS
yang menderita KEK (Nyoman I D, 2012).
24

Ambang batas LLA wanita usia subur dengan resiko KEK di


Indonesia adalah 23,5 cm. Apabila ukuran LLA kurang 23,5 cm atau
dibagian merah pita LLA, artinya wanita tersebut mempunyai risiko KEK,
dan diperkirakan akan melahirkan berat bayi lahir rendah (BBLR), BBLR
mempunyai risiko kematian, gizi kurang, gangguan pertumbuhan dan
gangguan perkembangan anak (Nyoman I D, 2012).
Pengukuran LLA dilakukan melalui urut-urutan yang telah
ditetapkan.
Ada 7 urutan pengukuran LILA, yaitu :
1) Tetapkan posisi bahu dan siku.
2) Letakkan pita antara bahu dan siku.
3) Tentukan titik tengah lengan.
4) Lingkarkan pita LLA pada tengah lengan.
5) Pita jangan terlalu ketat.
6) Pita jangan terlalu longgar.
7) Cara pembacaan skala benar (Nyoman I D, 2012).
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam pengukuran dilakukan di
bagian tengah antara bahu dan siku lengan kiri (kecuali orang kidal kita
ukur dilengan kanan). Lengan harus dalam posisi bebas, lengan baju dan
otot lengan dalam keadaan tidak tegang atau kencang. Alat pengukuran
dalam keadaan baik dalam arti tidak kusut atau sudah dilipat-lipat sehingga
permukaannya sudah tidak rata (Nyoman I D, 2012).
Hasil pengukuran LLA ada dua kemungkinan yaitu kurang dari 23,5
cm dan diatas atau sama dengan 23,5 cm. Apabila hasil pengukuran < 23,5
cm berarti berisiko KEK dan ≥ 23,5 cm berarti tidak berisiko KEK
(Nyoman I D, 2012).

2.2.5 Penambahan Berat Badan Selama Kehamilan


Kenaikan berat badan yang seharusnya selama kehamilan bervariasi
untuk setiap wanita hamil, juga tergantung dari beberapa faktor. Selama
25

kehamilan , ibu perlu pertambahan berat badannya karena membawa si


calon bayi yang tumbuh dan berkembang dalam rahimnya, dan juga untuk
persiapan proses menyusui. Jadi, ibu hamil tidak perlu kwatir bila badannya
menjadi besar, tetapi sebaliknya mulai merencanakan dan melakukan apa
yang terbaik dan sehat bagi kehamilan (suririnah, 2008: 51 dalam Mardiah,
2011).
Kenaikan berat badan setiap wanita hamil berbeda, tergantung dari
tinggi badan dan berat badanya sebelum kehamilan, ukuran bayi dan
plasenta, dan kualitas diet makan sebelum dan selama kehamilan.
Berdasarkan dari perhitungan BMI (body mass index), peningkatan berat
badan selama kehamilan tergantung dari berat badan sebelum hamil.
Perhitungan BMI menggunakan ukuran berat badan dan tinggi badan untuk
memperkirakan jumlah total lemak dalam tubuh.Dengan BMI juga dapat
dipakai untuk menilai adanya risiko penyakit jantung, diabetes, dan penyakit
lainya secara umum (Mardiah, 2011).

𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑏𝑎𝑑𝑎𝑛 𝑠𝑒𝑏𝑒𝑙𝑢𝑚 ℎ𝑎𝑚𝑖𝑙 (𝑘𝑔)


BMI =
𝑡𝑖𝑛𝑔𝑔𝑖 𝑏𝑎𝑑𝑎𝑛 (𝑚 )𝑥 𝑡𝑖𝑛𝑔𝑔𝑖 𝑏𝑎𝑑𝑎𝑛 (𝑚)

Tabel 2.3
Penilaian Body Mass Index (BMI)
Nilai Penilaian Berat Badan Peningkatan Berat badan
BMI Yang diharapkan selama
kehamilan
> 30 Obesitas – kegemukan 6-9 kg
25-29,9 Berat badan berlebihan 6-11 kg
18,5-24,9 Berat Badan Ideal 11-15 kg
< 18,5 Berat Badan Kurang 12-18
Sumber : Mardiah. 2011.Pengaruh Peningkatan Berat Badan Selama
Kehamilan Terhadap Berat Badan Bayi Baru Lahir Diklinik
Nurhasanah Tahun 2010- 2011.

Salah satu parameter untuk mengetahui status gizi ibu hamil adalah
pertambahan berat badan selama kehamilan. Selama trimester I, kisaran
pertambahan berat badan ibu 1-2 kg (350-400 gr/ minggu), trimester II dan
26

III sekitar 0,34-0,50 kg tiap minggu. Sekalipun laju pertumbuhan berat


badan ibu di trimester II dan III sama, tetapi penimbunan porsi ibu dan
pertambahan jaringan janin tidak terjadi serentak. Pertambahan komponen
tubuh ibu terjadi sepanjang trimester III, sedangkan pertumbuhan janin dan
plasenta, dan penambahan jumlah cairan amnion berlangsung cepat di
trimester III. Pertambahan berat badan kumulatif didasarkan pada berat dan
tinggi badan sebelum hamil, dan dinilai berdasarkan IMT atau indeks masa
tubuh (BB/TB2). Apabila IMT < 19,8, diharapkan pertambahan berat badan
sebesar 12,7-21,8 kg, IMT 19,8-26,0 (Normal) dianjurkan bertambah
sekitar 11,5-16,0kg, bagi yang obese (IMT 26,1-29,0), direkomendasikan
bertambah sebanyak 7-11,5 kg (Arisman, 2008 dalam Pattimah S, 2017)
Penambahan berat badan yang direkomendasikan selama
hamil sepeerti dibawah ini.
Tabel 2.4
Penambahan Berat Badan Yang Direkomendasikan Selama Hamil

BMI Pra Hamil Total Tambahan BB Tambahan BB


Tambahan BB Trimester I per minggu
(kg) (kg) Trimester II
dan III
<18,5 12,5-18 2,3 0,5
18,5-23 11,5-16 1,6 0,4
23-27 7,0-11,5 0,9 0,3
>27 6,0
Sumber : Mardalena, I. 2017. Dasar-dasar Ilmu Gizi Dalam
Keperawatan. Cetakan pertama. Pustaka Baru Press.
Yogyakarta.

Pembagian kenaikan berat badan berdasarkan nilai rata-rata seprti


dibawah ini.
Tabel 2.5
Pembagian kenaikan berat badan
Pembagian Kenaikan berat badan (Semua berdasarkan nilai rata-rata)
27

Bayi 3,75 kg
Placenta 0,75 kg
Cairan ketuban 1 kg
Pembesaran rahim 1 kg
Jaringan payudara ibu 1 kg
Volume darah ibu 2 kg
Cairan dalam jarinagn ibu 2 kg
Cadangan Lemak ibu 3,5 kg
Rata-rata jumlah 15 kg pertambahan berat badan keseluruhan
Sumber : Mardiah. 2011.Pengaruh Peningkatan Berat Badan Selama
Kehamilan Terhadap Berat Badan Bayi Baru Lahir Diklinik
Nurhasanah Tahun 2010-2011

2.2.6 Hubungan Lingkar Lengan Atas Dan Penambahan Berat Badan Ibu
Selama Hamil Dengan Berat Badan Bayi Lahir.
Masalah gizi ibu hamil yang sering dijumpai di Masyarakat adalah
kurangnya asupan gizi makro dan mikro. Kekurangan gizi makro yang
sering dijumpai adalah kekurangan energi kronik (KEK) yang ditandai
dengan ukuran lingkar lengan atas (LLA) <23,5. KEK pada ibu hamil dapat
menurunkan kekuatan otot pada proses persalinan sehingga terjadi partus
lama/ macet dan pendarahan pasca melahirkan, sedangkan efek pada janin
dapat berupa gagal tumbuh dalam kandungan dan bayi lahir dengan berat
badan lahir rendah (< 2500kg) (Pattimah S, 2017)
Perbandingan tinggi badan dan berat badan berkaitan erat dengan
tingginya angka kematian perinatal, bayi dengan berat lahir rendah dan
kelahiran dini (prematur). Dalam mempengaruhi berat lahir bayi berat badan
ibu lebih besar pengaruhnya terhadap berat lahir bayi daripada tinggi badan
Ibu (Setianingrum, 2005: 129 dalam Mardiah 2011)
Bayi dengan berat badan dibawah 2500 gram (BBLR) dapat
disebabkan oleh berbagai faktor, yaitu gangguan pertumbuhan sejak berada
dalam intra uterin, infeksi yang terjadi pada ibu, asupan gizi yang kurang,
kehilangan zat gizi yang tinggi, dan atau peningkatan kebutuhan gizi selama
hamil (Pattimah S, 2017).
Penyebab BBLR sangat kompleks dan saling independen, tetapi
ukuran antopomrtei ibu dan asupan zat gizi merupakan perhatian yang
28

sangat penting. Berat badan sebelum hamil, indeks massa tubuh,


pertambahan berat badan selam hamil memiliki efek yang kuat dan positif
terhadap pertumbuhan bayi. Peningkatan berat badan ibu sebelum konsepsi
dan pertambahan berat badan selama hamil merupakan strategi yang
potensial terhadap berat badan lahir bayi (Pattimah S, 2017).

2.3 Kerangka Teori

Faktor Penyebab BBLR

1. Umur
2. Jarak Kehamilan
3. Aktifitas Fisik yang berat
4. Ekonomi
5. Perokok
6. Penggunaan Obat Terlarag BBLR
7. Alkohol
8. Kurang Energi Kronik
(KEK)

Gambar 2.1
Kerangka Teori

Sumber, Cuningham (2018), Manuaba (2016)


DAFTAR PUSTAKA

Bothamley J. Patofisiologi dalam Kehamilan, Jakarta: ECG Rohan, H & Siyoto,


S, 2013, Buku Ajar Kesehatan Reproduksi, Yogyakarta: Nuha
Medika; 2013
Cunningham, F. G. Obstetri Williams. Edisi 23. Volume 1. Jakarta: EGC; 2018
Damelash. Risk factors for low birth weight in bale zone hospitals. journal bio
med central, 1-7; 2015
Fajrina, Adiba. Hubungan Kenaikan berat badan selama hamil dan faktor lain
dengan berat badan lahir di Rumah Bersalin Lestari Ciampea
Bogor Tahun 2010-2011. Skripsi. Depok: Fakultas Kesehatan
Masyarakat Universitas Indonesia, 2012.
Fatimah. Asuhan Kehamilan. Yogyakarta: Nuha Medika; 2017
Jannah, Nurul. Buku Ajar Asuhan Kebidanan Kehamilan. Yogyakarta: Andi
Yogyakarta; 2016
Kosim MS, Yunanto A, Dewi R, Sarosa GI & Usman A, 2012, Buku Ajar
Neonatologi Edisi ke-1, Jakarta: IDAI.
KEMENKES RI, Profil Kesehatan Indonesia Tahun 2020. In Kementrian
Kesehatan Repoblik Indonesia; 2021
Maryunani A. Asuhan Kegawatdaruratan Maternal & Neonatal. Jakarta : Trans
Info Medika; 2013
Manuaba. Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan, dan Keluarga Berencana untuk
Pendidikan Bidan. Jakarta: EGC; 2016
Mitao, Modesta, Rune Philemon, Joseph Obure, Blandina T. Mmbaga, Sia Msuya
& Michael J. Mahande, 2016, Risk Factors and Adverse
Perinatal Outcome Associated with Low Birth Weight in
Northern Tanzania, hal 75-79. Asian Pasific Journal of
Reproduction, diunduh pada tanggal 11 April 2023 dari
http://www.sciencedirect.com
Momeni, et al, 2017, Prevalence and Risk Factors of Low Birth Weight in the
Southeast of Iran, International Journal of Preventive Medicine
2017;8:1, diunduh pada tanggan 11 April 2023 dari
https://www.ncbi.nlm.gov
Mardalena, Ida. 2017. Dasar-Dasar Ilmu Gizi Dalam Keperawatan Konsep dan
Penerapan Pada Asuhan Keperawatan. Yogyakarta : Pustaka
Baru Press.

29
30

Ngoma, et al, 2016, Young Adolescent Girls are at High Risk for Adverse
Pregnancy Outcomes in Sub-Sahara Africa, British Medical
Jurnal, diunduh pada tanggal 11 April 2023 di
http://bmjopen.bmj.com/content/6/6e011783.full
Notoatmodjo, Soekidjo. 2018. Metode Penelitian Kesehatan. Jakarta : Rineka
Cipta
Prawirohardjo, S. Ilmu Kebidanan Sarwono Prawirohardjo. Edisi Ke-4. Jakarta:
Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo; 2016
Pramono dan Astridya. 2014. Pola Kejadian dan Determinan Bayi Dengan Berat
Badan Lahir Rendah (Bblr) Di Indonesia Tahun 2013. Buletin
Penelitian Sistem Kesehatan – Vol. 18 No. 1 Januari 2015: 1–10
Proverawati dan Isnawati. 2012. BBLR (Berat Badan Lahir Rendah). Nuha
medika. Yogyakarta.
Sulistyawati. Asuhan Kebidanan Pada Ibu Bersalin.Jakarta: Salemba Medika;
2013
Siagian L.Hubungan lingkar lengan atas ibu hamil dengan berat bayi lahir di
Puskesmas Sigumpar Kabupaten Tobasamosir. KTI. Medan:
Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara, 2010.
Silitonga HN. Celana antara lingkar lengan atas ibu hamil dengan berat badan
bayi lahir di Medan. RSUP Haji Adam Malik – RS DR
Piringadi. KTI. Medan: Fakultas Kedokteran Universitas
Sumatera Utara, 2011.
Tando NM. Asuhan Kebidanan Neonatus, Bayi dan Anak Balita. Karyuni PE,
editor. Jakarta: EGC; 2016.

Anda mungkin juga menyukai