Yaksube Aziz - B9404221070 - Laporan Akhir Stase Sapi Perah Di KPGS Cikajang PDF
Yaksube Aziz - B9404221070 - Laporan Akhir Stase Sapi Perah Di KPGS Cikajang PDF
Disusun oleh:
Disusun oleh:
Menyetujui,
Mengetahui,
Tanggal Pengesahan:
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat
dan karunia-Nya sehingga penulis dapat merampungkan kegiatan dan penulisan
laporan Praktik Kerja Lapang (PKL) Kesehatan Sapi yang dilaksanakan di Koperasi
Peternak Garut Selatan (KPGS) Cikajang, Garut Selatan, Jawa Barat. Laporan
terdiri atas lampiran dan hasil kegiatan PKL yang dilaksanakan penulis pada 23
Januari - 17 Februari 2023. Penulis mengucapkan terimakasih kepada pihak-pihak
yang membantu dalam pelaksanaan kegiatan dan penulisan laporan, yaitu:
1. Manajer utama Koperasi Peternak Garut Selatan (KPGS) drh. H. Ade
Hikmat Buana, yang telah memberikan izin penulis melaksanakan PKL
di wilayah kerja KPGS Cikajang.
2. Drh. Yusep Saeful H. selaku pembimbing lapang yang telah membimbing
penulis selama kegiatan PKL di KPGS Cikajang berlangsung.
3. Paramedis dan inseminator yang bertugas di bagian Kesehatan Hewan
(Keswan) KPGS Cikajang: Kang Rian, Kang Taufik, Kang Sigit, Kang
Septian, serta Pak Utar yang telah membantu dan membimbing penulis
selama kegiatan PKL di KPGS Cikajang berlangsung.
4. drh. Riki Siswandi, M.Si selaku dosen pembimbing kegiatan PKL
Kesehatan Sapi Perah atas segala bimbingan dan arahannya.
5. Koordinator Sapi Perah Program Pendidikan Profesi Dokter Hewan
SKHB IPB atas segala bimbingan dan arahannya.
Yaksube Aziz
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL
Tabel 1. Pelayanan inseminasi buatan di KPGS Cikajang periode 23 Januari – 17
Februari 2023 7
Tabel 2. Umur dan parameter kebuntingan sapi dengan metode palpasi per rektal 10
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1 Fetus yang telah termumifikasi ........................................................... 11
Gambar 2 Sapi yang mengalami atropi ovarium……………………………..… 14
Gambar 3 Pelepasan plasenta secara manual ……………………………………18
Gambar 4 Sapi yang mengalami distokia............................................................. 21
Gambar 5 Pedet yang berhasil dikeluarkan……………………………………...21
BAB 1. KEGIATAN PELAYANAN REPRODUKSI
- Pengamatan Berahi
Pengamatan gejala birahi secara inspeksi yakni dengan melihat sapi
yang mengalami gejala birahi. Gejala birahi yang umumnya terlihat adalah
gejala keluarnya lendir, perubahan kondisi vulva (merah, bengkak dan
basah), gelisah dan nafsu makan menurun, menaiki dan diam dinaiki
(Jurame et al. 2018).
- Thawing
Thawing semen dilakukan dengan menggunakan air hangat dengan
suhu 35-37ºC selama 20-30 detik. Menurut Utomo & Boquifai (2010)
menyatakan bahwa pada temperatur 37ºC aktivitas pergerakan spermatozoa
relatif sama dengan pergerakan dalam alat reproduksi betina.
3. Evaluasi Keberhasilan IB
Tingkat keberhasilan IB sangat dipengaruhi oleh empat faktor yang
saling berhubungan dan tidak dapat dipisahkan satu dengan lainnya yaitu
pemilihan sapi akseptor, pengujian kualitas semen, akurasi deteksi birahi
oleh para peternak dan keterampilan inseminator. Dalam hal ini inseminator
dan peternak merupakan ujung tombak pelaksanaan IB sekaligus sebagai
pihak yang bertanggung jawab terhadap berhasil atau tidaknya program IB
di lapangan.
Penilaian keberhasilan IB dapat dihitung melalui pengamatan yaitu
(a) Angka konsepsi atau conception rate adalah persentase sapi betina yang
bunting pada inseminasi pertama. Angka konsepsi ditentukan berdasarkan
hasil diagnosis kebuntingan dalam waktu 40 sampai 60 hari sesudah
inseminasi. Angka konsepsi merupakan cara penilaian fungsi daya
fertilisasi dari contoh semen. Angka konsepsi dipengaruhi oleh banyak
faktor, diantaranya fertilitas dan kualitas semen, keterampilan inseminator,
peternak serta kemungkinan adanya gangguan reproduksi atau kesehatan
hewan betina. (b) Jumlah inseminasi per kebuntingan atau service per
conception (S/C) adalah jumlah pelayanan inseminasi yang dibutuhkan oleh
seekor betina sampai terjadinya kebuntingan atau konsepsi. Nilai S/C yang
normal berkisar antara 1,6 sampai 2,0 (Hastuti 2008).
Tabel. 2 Umur dan parameter kebuntingan sapi dengan palpasi per rektal
Umur Posisi Diameter Uterus Struktur teraba
(hari) uterus (cm)
b. Anamnesis:
Saat melakukan pemerahan di pagi hari, peternak menemukan sapi dara
Friesian Holstein dengan usia kebuntingan 9 bulan miliknya mengeluarkan
lendir berwarna merah kecoklatan. Pada genangan lendir yang terdapat pada alas
kandang, terdapat massa keras dengan bentuk seperti fetus. Sebelumnya pada
usia kebuntingan 5 bulan, ambing sapi tersebut sempat membesar seperti akan
partus, namun ambing mengecil dan mengkerut kembali beberapa hari
setelahnya. Petugas menyarankan pada peternak untuk menunggu hingga umur
kebuntingan 8 bulan untuk dilakukan pemeriksaan kebuntingan (PKB). Setelah
dilakukan PKB, petugas menemukan ukuran fetus yang teraba terlalu kecil untuk
usia kebuntingan 8 bulan, serta tidak terdapat fremitus sehingga petugas
menduga bahwa fetus sudah mati. Akan tetapi, peternak meminta untuk
menunggu hingga usia kebuntingan 9 bulan sebelum dilakukan tindakan
pengeluaran fetus. Berdasar keterangan peternak, sapi tidak mengalami
gangguan nafsu makan dan tampak segar, namun menunjukkan gejala kesakitan
pada bagian perutnya.
c. Sinyalemen:
Jenis Hewan : Sapi
Ras/Breed : Friesian Holstein (FH)
Warna Rambut : Hitam dan putih
Jenis kelamin : Betina
Umur : ±1 tahun
Paritas :1
BCS : 3/5
Laktasi : Rendah
Ciri Khusus : Ear tag (14018 KPGS)
d. Status Present:
Perawatan : Baik
Habitus/tingkah laku : Tenang
Frekuensi jantung : 80 kali/menit
Frekuensi napas : 32 kali/menit
Suhu tubuh : 38,1ºC
Sikap hewan : Berdiri tegak dengan keempat kaki
e. Gejala Klinis:
Sapi merasa tidak nyaman pada bagian abdomen, serta sempat
mengeluarkan lendir berwarna merah kecoklatan dari vulvanya disertai massa
seperti fetus.
f. Pemeriksaan:
Hasil pemeriksaan inspeksi menunjukkan adanya sisa lendir berwarna
merah kecoklatan pada daerah sekitar vulva. Abdomen sapi tampak simetris.
Seluruh bagian dari fetus diduga sudah dikeluarkan sepenuhnya dan tidak ada
yang tertinggal di dalam abdomen.
g. Diagnosa:
Mumifikasi fetus.
h. Prognosa:
Fausta
i. Terapi:
Injeksi antibiotik ceftiofur (Ceftionel®) sebanyak 10 ml secara IM, serta
injeksi vitamin B kompleks (Pro B Plek Inj.®) sebanyak 10 ml secara IM.
j. Pembahasan:
Insidensi mumifikasi fetus pada sapi biasanya terjadi pada usia
kebuntingan 3-8 bulan (Kumar et al. 2017). Agen infeksius seperti
Campylobacter foetus, jamur, leptospirosis, serta virus BVD-MD dapat
menyebabkan kematian fetus tanpa disertai luteolisis, dan berlanjut pada
kejadian mumifikasi fetus (Drost 2017; Thomas 2007). Sapi kasus yang
seharusnya sedang bunting dengan usia 8 bulan kebuntingan mengeluarkan
lendir keruh disertai fetus yang sudah mengeras. Fetus yang sudah mengeras
tersebut diselimuti oleh massa berwarna coklat. Hendrawan et al. (2019)
menjelaskan bahwa warna kecoklatan tersebut berasal dari pigmen darah yang
berasal dari hemoragi karunkula yang disebabkan oleh kematian fetus. Prognosis
kasus ini dikategorikan baik selama tidak ada kerusakan internal pada organ
reproduksi.
Terapi mumifikasi dapat dilakukan dengan pemberian PGF2α, stilbestrol,
estradiol, repositol diethylstilbestrol, atau dengan menghilangkan corpus
luteum. Prosedur intervensi dengan operasi colpotomy atau hysterectomy/caesar
dapat juga dilakukan jika prosedur terapi hormonal tidak dapat mengeluarkan
fetus (Azizunnesa et al. 2010). Penanganan mumifikasi fetus dapat dilakukan
dengan mengadministrasikan PGF2α untuk meregresi corpus luteum persisten
pada ovarium. Selain itu, administrasi prostaglandin juga dapat dilakukan untuk
membantu pengeluaran fetus. Apabila terapi hormonal tidak berhasil, perlu
dilakukan operasi untuk mengeluarkan fetus (Hendrawan et al. 2019). Sebelum
memberikan terapi, petugas terlebih dahulu memastikan bahwa tidak ada massa
atau bagian dari fetus yang tertinggal dalam uterus sapi. Dengan pertimbangan
bahwa seluruh bagian dari fetus sudah dikeluarkan, petugas tidak memberikan
terapi hormonal dan tidak dilakukan tindakan operasi.
Setelah dipastikan bahwa seluruh bagian fetus sudah keluar sepenuhnya,
petugas memberikan injeksi antibiotik ceftiofur HCl (Ceftionel®) sebanyak 10
ml secara intramuskular (IM). Ceftiofur digunakan karena dinilai aman dari
meninggalkan residu berbahaya yang dapat merusak kualitas susu. Ceftiofur
adalah antibiotik golongan cephalosporin generasi 3 yang memiliki cincin
betalaktam. Jenis antibiotik ini biasa digunakan untuk mengatasi beberapa
penyakit infeksius yang disebabkan oleh bakteri pada sapi perah (Flores-Orozco
et al. 2020). Ceftiofur dinilai aman digunakan untuk hewan pangan karena
memiliki toksisitas yang rendah. Ceftiofur memiliki masa henti obat (withdrawal
time) yang singkat, yaitu kurang lebih 12 jam atau kurang dari 1 hari, dengan
residu yang relatif rendah (Hornish dan Katarski 2002). Durel et al. (2019) juga
menyatakan bahwa apabila digunakan sesuai dengan petunjuk, ceftiofur
tergolong produk yang aman digunakan dan bebas dari residu yang
membahayakan pada susu. Oleh karena itu, petugas menggunakan ceftiofur
sebagai antibiotik pilihan untuk mengatasi kasus ini.
Administrasi antibiotik pada kasus mumifikasi fetus dapat diberikan untuk
mencegah infeksi uterus, meskipun tidak terlalu dibutuhkan apabila sapi tidak
menunjukkan gejala seperti demam, toksemia, serta infeksi. Keluarnya lendir
berwarna kecoklatan dapat merupakan salah satu indikasi terdapatnya infeksi,
sehingga injeksi antibiotik dapat diberikan (Hendrawan et al. 2019). Selain
antibiotik, diberikan juga injeksi vitamin B kompleks (Pro B Plek Inj®)
sebanyak 10 ml secara intramuskular (IM). Pro B Plek Inj® mengandung
vitamin B1, vitamin B2, vitamin B12, nicotinamide, serta d-panthenol. Vitamin
B kompleks telah dilaporkan dapat membantu meningkatkan kesehatan
ruminansia, termasuk sapi perah (Ashwin et al. 2018).
Vitamin B1 atau thiamin berperan dalam mendukung sintesis RNA dan
DNA melalui sintesis ribosom, serta memfasilitasi transformasi piruvat menjadi
asetat, melalui dekarboksilase enzimatik dari asam keton (McDowell 2000;
Weiss 2002). Selain itu, thiamin juga berperan dalam menjaga fungsi saraf dan
biosintesis asam lemak (Bettendorff 2020). Riboflavin terutama digunakan
dalam pembentukan FAD dan FMN untuk proses transfer elektron dalam reaksi
reduksi-oksidasi (redoks). Oleh karena itu, riboflavin merupakan koenzim
esensial dari lebih dari 100 enzim yang terlibat dalam metabolisme karbohidrat,
lemak, dan protein (McDowell 2000; Merrill & McCormick 2020). Vitamin B12
diketahui dapat meningkatkan keseimbangan energi pada sapi setelah partus dan
dapat meningkatkan kesempatan sapi untuk mudah beranak kembali (Kadhim et
al. 2020).
Nicotinamide adalah salah satu bentuk vitamin B3 (niacin) yang larut
dalam air. Zat ini merupakan prekursor dari sintesis nicotinamide adenine
dinucleotide (NAD) dan nicotinamide adenine dinucleotide phosphate (NADP),
bentuk aktif dari niacin yang secara aktif terlibat dalam banyak reaksi redoks
yang penting dalam metabolisme seluler. NAD terutama berperan penting dalam
metabolisme lemak dan karbohidrat sebagai pelindung dari stres oksidatif
(Petrović et al. 2022).
D-panthenol adalah provitamin B5 (asam pantotenat) yang dapat
mempenetrasi lapisan-lapisan terdalam kulit, rambut, dan kuku dengan mudah.
Zat ini mempenetrasi epidermis, terakumulasi di dermis, dan kemudian berubah
menjadi vitamin B5. D-panthenol dapat membantu proses regenerasi kulit
dengan meningkatkan kecepatan pembelahan sel-sel kulit, serta dapat
menenangkan kulit dan merah dan teriritasi (Kalińska et al. 2023).
Niacin dan asam pantotenat jika terlindung dari rumen akan dapat
meningkatkan efisiensi metabolisme glukosa, sehingga dapat berdampak baik
untuk mencegah terjadinya ketosis. Selain itu, niacin juga dapat mencegah heat
stress dengan menyebabkan vasodilatasi periferal (Ashwin et al. 2018). Oleh
karena itu, injeksi vitamin B-kompleks dapat diberikan sebagai terapi suportif.
c. Sinyalemen:
Jenis Hewan : Sapi
Ras/Breed : Friesian Holstein (FH)
Warna Rambut : Hitam dan putih
Jenis kelamin : Betina
Umur : 8 bulan
Paritas :-
BCS : 2/5
Produksi susu :-
Ciri khusus : Ear tag (0000195443)
d. Status Present:
Perawatan : Baik
Habitus/tingkah laku : Tenang
Frekuensi jantung : 68 kali/menit
Frekuensi napas : 28 kali/menit
Suhu tubuh : 38,5ºC
Sikap hewan : Berdiri dengan keempat kaki
e. Gejala Klinis:
Sapi kurang nafsu makan, rambut dan kulit terlihat kotor dan kusam. Sapi
tidak menunjukkan gejala estrus selama kurang lebih 60 hari.
f. Pemeriksaan:
Hasil inspeksi menunjukkan bahwa sapi memiliki BCS ⅖, serta rambut
dan kulit sapi terlihat kotor dan kusam. Palpasi perektal organ reproduksi betina
menunjukkan bahwa tidak terdapat tanda-tanda kebuntingan pada sapi yang
diperiksa. Uterus sapi berukuran kecil dengan cornua yang simetris. Kedua
ovarium berukuran kecil dan terasa licin karena tidak terdapat pertumbuhan dan
perkembangan folikel pada keduanya. Menurut keterangan petugas, ukuran
ovarium sapi lebih kecil dibandingkan saat sebelumnya saat di-IB.
g. Diagnosa:
Atropi ovarium.
h. Prognosa:
Dubius.
i. Terapi:
Terapi yang dilakukan oleh petugas di lapangan adalah pemberian injeksi
vitamin B kompleks (Pro B Plek Inj®) sebanyak 10 ml secara IM sebagai terapi
suportif. Selain itu diberikan juga injeksi antihelmintik (Wormectin®) sebanyak
6 ml (dosis 1 ml/50 kgBB) secara SC.
j. Pembahasan:
Hipofungsi ovarium merupakan gangguan reproduksi yang paling sering
dijumpai. Hipofungsi ovarium dapat terjadi akibat rendahnya kualitas kesehatan
ternak, atau akibat dari permasalahan reproduksi lainnya, seperti korpus luteum
persisten, endometritis, serta retensi plasenta (Relic dan Vukovic 2013). Sapi
kasus dikeluhkan tidak mengalami estrus selama dua bulan setelah diinseminasi.
Menanggapi keluhan tersebut, dilakukan pemeriksaan organ reproduksi melalui
palpasi perektal untuk mengetahui status kebuntingan sapi.
Hasil yang dapat diketahui dari metode palpasi perektal adalah ukuran
uterus yang kecil, serta ukuran kedua cornuanya simetris, sehingga sapi
dinyatakan tidak sedang dalam keadaan bunting. Tanda-tanda kebuntingan yang
dapat diketahui melalui metode palpasi perektal pada usia kebuntingan 60-63
hari adalah kondisi cornua uteri yang tidak sama besar (asimetris) dan ukuran
fetus sebesar tikus (Kustanti 2016). Hasil pemeriksaan organ reproduksi juga
menunjukkan bahwa kedua ovarium berukuran kecil dan terasa licin karena tidak
teraba adanya folikel pada permukaan ovarium.
Ovarium dinyatakan hipofungsi jika teraba licin, tidak terjadi
perkembangan folikel atau korpus luteum (Widarini et al. 2017). Hipofungsi
ovarium dalam jangka waktu lama dapat berubah menjadi atropi ovarium,
terutama dalam kondisi malnutrisi. Nutrisi dan cadangan energi tubuh
dibutuhkan dalam proses metabolisme, sintesis hormon reproduksi,
pertumbuhan, laktasi dan aktivitas reproduksi. Tingkat energi yang rendah
menyebabkan ovarium tidak aktif dan keterlambatan pubertas. Demikian juga
pada sapi dara yang menderita kekurangan pakan, ovariumnya akan berhenti
menghasilkan ovum dan lambat laun akan diikuti dengan proses pengecilan
ovarium yang disebut atropi ovarium. Atropi ovarium yang berkembang dari
hipofungsi ovarium dapat dapat bersifat irreversibel (Budiyanto et al. 2016).
Sapi kasus hanya makan hijauan dalam jumlah sedikit, memiliki BCS yang
cukup rendah (⅖), kondisi kulit dan rambut yang kusam, serta ukuran
ovariumnya lebih kecil dari yang seharusnya, sehingga sapi diduga mengalami
atropi ovarium.
Terapi hormonal umumnya dilakukan sebagai terapi kausatif pada
gangguan reproduksi, namun masalah kesehatan umum juga harus diperhatikan
untuk menunjang pemulihan sistem reproduksi (Widarini et al. 2017). Petugas
tidak memberikan terapi hormonal pada kasus ini karena gangguan reproduksi
sapi kemungkinan besar terjadi karena masalah malnutrisi, dilihat dari BCS sapi
yang rendah (BCS ⅖). Oleh karena itu, perbaikan nutrisi sapi lebih diutamakan
pada kasus ini. Terapi yang diberikan berupa pemberian injeksi anthelmintik
(Wormectin®) dan vitamin B kompleks (Pro B Plek Inj®). Menurut keterangan
brosur, Wormectin injeksi mengandung 22,23- dihydroavermectin B14 dan
22,23- dihydroavermectin B15 yang memiliki aktivitas sebagai anthelmintik
atau membunuh cacing cacing nematoda dan ektoparasit seperti tungau, kutu,
caplak dan insekta lainnya. Sedangkan Pro B Plek Inj mengandung vitamin B1,
vitamin B2, vitamin B12, nicotinamide, serta d-panthenol. Vitamin B kompleks
telah dilaporkan dapat membantu meningkatkan kesehatan ruminansia, termasuk
sapi perah (Ashwin et al. 2018).
Petugas juga menyarankan peternak untuk memperbaiki kualitas dan
proporsi konsentrat (protein) dan hijauan (karbohidrat) pada pakan. Terapi
suportif untuk menstimulasi kenormalan ovarium pada sapi dapat meliputi
perbaikan pakan dengan konsentrat, pemberian vitamin, pemberian obat cacing
untuk mengeliminasi endoparasit pada saluran cerna (Fauzi et al. 2019).
Widarini et al. (2017) juga menyatakan bahwa terapi suportif merupakan
langkah dasar yang penting untuk menunjang keberhasilan terapi kausatif. Jenis
terapi ini merupakan langkah perbaikan kondisi hewan secara umum untuk
menimbulkan imunitas dan optimalisasi kondisi fisiologis akibat gangguan
berbagai agen infeksius maupun non infeksius.
b. Anamnesis:
Seekor sapi friesian holstein (FH) dengan umur 3 tahun dilaporkan
terdapat plasenta yang masih tersisa setelah melahirkan sekitar pada jam 7 pagi.
c. Sinyalemen:
Jenis Hewan : Sapi
Ras/Breed : Friesian Holstein (FH)
Warna Rambut : Hitam dan Putih
Jenis Kelamin : Betina
Umur : ±3 tahun
Paritas : 2 kali
BCS :2
Produksi susu : tinggi
Ciri Khusus : Ear Tag (MNKP 1596)
d. Status Present:
Perawatan : Baik
Habitus/tingkah laku : Berbaring
Frekuensi jantung : 104 kali/menit
Frekuensi napas : 40 kali/menit
Suhu tubuh : 39.2ºC
Sikap hewan : Berdiri dengan empat kaki
e. Gejala Klinis:
Hasil pemeriksaan terlihat sebagian plasenta menggantung pada bagian
luar vulva.
f. Pemeriksaan:
Pemeriksaan palpasi perektal per vaginal teraba kotiledon masih melekat
pada karunkula. Suhu tubuh sapi secara per rektal teramati normal, dengan
frekuensi napas dan frekuensi jantung sedikit mengalami peningkatan, BCS
menunjukkan skor 2, skor feses yaitu ⅖, status hidrasi buruk
g. Diagnosa:
Berdasarkan anamnesa dan sinyalemen yang diperoleh, hewan
didiagnosa mengalami retensio plasenta
h. Prognosa:
Hewan tergolong prognosis fausta.
i. Terapi:
Perlakuan pertama dilakukan dengan pengeluaran plasenta dengan
memasukkan tangan dan palpasi perektal melalui vulva. Plasenta yang melekat
pada dinding dilepaskan secara perlahan-lahan. Selanjutnya, terapi yang
diberikan berupa Cotrimoxazole (Neo-kortimok®) sebanyak 4 tablet secara
intrauterine, kemudian diberikan vitamin dengan campuran thiamin (Vitamin
B1) sebanyak 5 ml, Vitamin B-Complex (pro B-plex®) sebanyak 10 ml, dan
ATP (Biotonic care inj MEYER®) sebanyak 10 ml yang diinjeksi secara
intramuskular (IM).
j. Pembahasan:
Retensio plasenta merupakan keadaan dimana gagalnya pelepasan vili
kotiledon fetal dari kripta karunkula maternal (Manan 2002). Setelah fetus
keluar dan korda umbilikalis putus, tidak ada darah yang mengalir ke vili fetal
sehingga vili tersebut berkerut dan mengendur terhadap kripta karunkula. Uterus
terus berkontraksi dan sejumlah darah yang tadinya mengalir ke uterus sangat
berkurang. Karunkula maternal mengecil karena suplai darah berkurang
sehingga kripta pada karunkula berdilatasi. Akibat dari semua itu vili kotiledon
lepas dari kripta karunkula sehingga plasenta terlepas. Pada retensio plasenta,
pemisahan dan pelepasan vili fetalis dari kripta maternal terganggu sehingga
masih terjadi pertautan. Retensio sekundinae dapat disebabkan oleh gangguan
mekanis, kekurangan kekuatan untuk mengeluarkan sekundinae setelah
melahirkan, mungkin juga karena defisiensi hormon yang menstimulasi
kontraksi uterus pada waktu melahirkan, seperti oksitosin atau estrogen.
Menurut Affandhy (2010) bahwa retensio plasenta merupakan suatu kondisi
selaput fetus menetap lebih lama dari 8 –12 jam di dalam uterus setelah
kelahiran. Penyebabnya adalah infeksi (yang menyebabkan uterus lemah untuk
berkontraksi), pakan (kekurangan karotin, vitamin A) dan kurangnya exercise
(sapi diumbar) sehingga otot uterus tidak kuat untuk berkontraksi.
Penanganan yang disarankan pada kasus ini adalah pemberian antibiotik
sistemik intrauterine, dengan atau tanpa prostaglandin dan oksitosin yang
memiliki peran dalam membantu kontraksi uterus dan efektif dalam mengobati
retensi plasenta karena atonia uteri (kegagalan kontraksi) (Patel dan Parmar
2016). Neo-kotrimok® dengan kandungan trimethoprim 160 mg dan
sulfamethoxazole 800 mg diberikan sebanyak 4 bolus melalui rute intrauterine
pada kasus ini. Penggunaan antibiotik berbentuk bolus yang mengandung
sulfadiazine dan trimethoprim umum digunakan untuk terapi retensi plasenta
pada sapi perah untuk mengeliminasi bakteri uterus.
Kombinasi antibiotik sulfamethoxazole dan trimethoprim menghasilkan
efek bakterisidal dengan kerja menghambat sintesis timidin dari bakteri. Hal ini
dilakukan dengan cara sulfonamida menghambat masuknya para-aminobenzoic
acid (PABA) ke dalam molekul asam folat dan trimetoprim menghambat
terjadinya reaksi reduksi dari dihidrofolat menjadi tetrahidrofolat.
Tetrahidrofolat penting untuk reaksi-reaksi pemindahan satu atom C, seperti
pembentukan basa purin (adenine, guanine dan timidin) dan beberapa asam
amino (metinin, glisin). Trimetoprim menghambat enzim dihidrofolat reduktase
mikroba secara sangat selektif (Plumb 2011).
Injeksi Pro B Plex® mengandung Vitamin B kompleks yang memiliki
fungsi sebagai kofaktor enzim metabolisme sehingga mampu mempertahankan
kesehatan tubuh (Hellmann dan Mooney 2010). Injeksi thiamin yang
mengandung Vitamin B1 memiliki fungsi untuk aktivitas saraf dan tonus otot
serta metabolisme karbohidrat. Namun tubuh tidak dapat menghasilkan tiamin,
oleh karena itu tiamin merupakan salah satu nutrisi yang penting. Selain
berfungsi dalam metabolisme karbohidrat, tiamin menghasilkan respon
imunprotektif sehingga meningkatkan pertahanan tubuh (Fauzi et al. 2019).
Injeksi Biotonic care inj MEYER® (ATP cofactor 50 mg, Thiamin HCl 20 mg,
Pyridoxine HCl 10 mg, Vitamin B12 20 mcg, Sodium Chloride 9 mg, Kalium
Chloride 10 mg) yang mengandung ATP memiliki fungsi sebagai substrat enzim
dalam proses fosforilasi ADP dalam metabolisme energi. Pemberian ATP
ditujukan untuk mencegah terjadinya negative energy balance sehingga periode
post-partus menjadi lebih baik (Prayitno et al. 2014).
Pada kasus ini, pelepasan secara manual menjadi penanganan umum
yang digunakan untuk penanganan kasus retensi. Namun, perlakuan tersebut
dapat efek negatif bila tidak dilakukan dengan hati-hati seperti mengakibatkan
terjadinya infeksi rahim, mengakibatkan calving interval yang berkepanjangan,
dan dapat menyebabkan kemunculannya bakteri patogen intrauterine.
Sebaliknya, manfaat dalam pengeluaran manual plasenta berupa menghilangkan
potensi sumber infeksi, dan mengurangi endometritis (Patel dan Parmar 2016).
b. Anamnesis:
Seekor sapi friesian holstein (FH) dengan umur kurang lebih 2 tahun
dilaporkan oleh peternak akan melahirkan pertama kali. Fetus tidak kunjung
lahir.
c. Sinyalemen:
Jenis Hewan : Sapi
Ras/Breed : Friesian Holstein (FH)
Warna Rambut : Hitam dan Putih
Jenis Kelamin : Betina
Umur : ±2 tahun
Paritas : Sapi dara
BCS :3
Produksi susu :-
Ciri Khusus : Ear Tag (AAA320000042508)
d. Status Present:
Perawatan : Baik
Habitus/tingkah laku : Gelisah
Frekuensi jantung : 92 kali/menit
Frekuensi napas : 44 kali/menit
Suhu tubuh : 37.5ºC
Sikap hewan : Berdiri dengan empat kaki
e. Gejala Klinis:
Kantung amnion muncul di vulva selama 2 jam. Induk terlihat terus
merejan dan fetus tidak kunjung keluar.
Gambar 4 Sapi yang mengalami distokia
f. Pemeriksaan:
Pemeriksaan yang dilakukan yakni dengan palpasi intravaginal untuk
mengetahui posisi fetus. Presentasi fetus adalah longitudinal anterior dengan
posisi dorso-lateral.
g. Diagnosa:
Berdasarkan anamnesa serta pemeriksaan yang dilakukan, sapi mengalami
distokia
h. Prognosa:
Hewan tergolong prognosis fausta
i. Terapi:
Proses pertolongan kelahiran sapi perah yang mengalami distokia
dilakukan dengan cara palpasi intravaginal menggunakan gloves plastik yang
sudah diberi antiseptik. Vulva dan sekitarnya terlebih dahulu dibersihkan. Hasil
palpasi menunjukkan tidak ada gangguan saluran reproduksi induk. Presentasi
fetus menunjukkan longitudinal anterior dan posisi dorso-lateral. Pertolongan
dilakukan dengan rotasi dan pengeluaran fetus dengan ekstraksi menggunakan
tangan. Pedet yang sudah lahir segera dipindahkan, kemudian lendir yang ada di
hidung dan mulut dibersihkan. Pada potongan tali pusar pedet dioleskan larutan
iodine. Terapi yang diberikan pasca penanganan induk sapi yang mengalami
distokia yakni pemberian Pro B plex Inj® 10 ml, Sulprodon® 10 ml.
SARAN
Pencatatan terkait penanganan kasus klinik maupun reproduksi, serta
recording reproduksi perlu dilakukan sebagai bahan evaluasi efisiensi terhadap
parameter Inseminasi Buatan (IB). Peningkatan pengetahuan dan keterampilan
petugas kesehatan hewan juga perlu terus dilakukan salah satunya melalui kegiatan
seminar dan pelatihan.
DAFTAR PUSTAKA
Affandhy L, Pratiwi WC, Ratnawati. 2007. Petunjuk Teknis Penanganan
Gangguan Reproduksi pada Sapi Potong. Pasuruan (ID): Pusat Penelitian
dan Pengembangan Peternakan.
Arnott G, Roberts D, Turner SP, Lawrence AB, Rutherford KMD. 2014. The
Importance of the gestation period for welfare of calves:maternal stressors
and difficult births. American Society of Animal Science. 90: 5021-5034.
Ashwin K, Paladan V, Uniyal S, Sahoo JK, Perween S, Gupta M, Singh A. 2018.
An update on B vitamin nutrition for cattle. Int J Curr Microbiol App Sci.
7(07): 188-192.
Azizunnesa BC, Sutradhar BC, Das MF, Hossain, Faruk MO. 2010. A case study
on mummified foetus in a heifer. University Journal of Zoology Rajshahi
University. 28: 61-63.
Badan Standardisasi Nasional. Susu Segar. 1998. SNI 01-3141-1998. Jakarta.
Ball PJH, Peters AR. 2004. Reproduction in Cattle. 3rd ed. USA (US): Blackwell
Publising, Oxford.
Barnouin J, Chassagne M. 1996. Descriptive epidemiology of placental retention in
intensive dairy herds. J. Vet Res. 27:491-501.
Bettendorff L. 2020. Thiamine in Present Knowledge in Nutrition. Edisi ke-11. San
Diego (US): Elsevier.
Clarke K, Trim C. 2013. Veterinary Anaesthesia: Eleventh Edition. London(UK):
Elsevier.
Craft N. 2012. Superficial Cutaneous Infectious and Pyoderma. In: Fitzpatrick’s
Dermatology in General Medicine 8th Ed. Goldsmith LA, Katz SI, Gilchrest
BA et al. New York(US): McGraw Hill Medical.
Dailli SF. 2007. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin. Edisi ke-3. Jakarta: Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia.
Djanah D. 1985. Mengenal Inseminasi Buatan. Jakarta: CV. Simplex.
Drost M. 2007. Complications during gestation in the cow. Theriogenology. 68(7):
487-491.
Durel L, Gallina G, Pellet T. 2019. Assessment of ceftiofur residues in cow milk
using commercial screening test kits. Veterinary Record Open. 6(1):
e000329.
Fania B, Trilaksana IGNB, Puja IK. 2020. Keberhasilan inseminasi buatan (IB)
pada sapi bali di Kecamatan Mengwi, Badung, Bali. Indonesia Medicus
Veterinus. 9(2): 177-186.
Fauzi YS, Apriliana E, Jausal AN. 2019. Peran tiamin (vitamin b1) dalam
meningkatkan aktivitas makrofag alveolar terhadap pertumbuhan bakteri
Mycobacterium tuberculosis. Jurnal Majority. 8(1): 242-245.
Febrianila R, Paramita WL, Tjuk IR, Mustofa I, Safitri E, Hermadi HA. 2018. Kasus
distokia pada sapi potong di Kecamatan Kunir Kabupaten Lumajang tahun
2015 dan 2016. Jurnal Ovozoa. 7(2): 148-151.
Flores-Orozco D, Patidar R, Levin DB, Sparling R, Kumar A, Çiçek N. 2020. Effect
of ceftiofur on mesophilic anaerobic digestion of dairy manure and the
reduction of the cephalosporin-resistance gene cmy-2. Bioresource
Technology. 122729.
Gargiulo GD, Shephard RW, Tapson J, McEwan AL, Bifulco P, Cesarelli M, Jin
C, Al-Ani A, Wang N, Schaik AV. 2012. Pregnancy detection and
monitoring in cattle via combined foetus electrocardiogram and
phonocardiogram signal processing. BMC Veterinary Research. 8(1640): 1-
10.
Hastuti D. 2008. Tingkat keberhasilan inseminasi buatan sapi potong di tinjau dari
angka konsepsi dan service per conception. Mediagro. 4(1): 12-20
Hellmann H, Mooney S. 2010. Vitamin B6: a molecule for human health? Journals
Molecules. 15(1):442-459.
Hendrawan VF, Sundari T, Wulansari D, Oktanella Y, Pratiwi H, Firmawat A.
2019. Managing fetal mummification in cows. Adv. Anim. Vet. Sci. 7(11):
1006-1009.
Hornish R, Katarski S. 2002. Cephalosporins in veterinary medicine - ceftiofur use
in food animals. Current Topics in Medicinal Chemistry. 2(7): 717–731.
Jackson PG, Cockroft PD. 2002. Clinical Examination of Farm Animals. Iowa(US):
Blackwell Publishing.
Jurame S, Sritiasni, Womsiwor I. 2018. kemampuan peternak dalam mendeteksi
berahi (estrus) pada sapi bali, mendukung pelaksanaan inseminasi buatan
(IB) di Kampung Mantedi distrik Masni Kabupaten Manokwari Provinsi
Papua Barat. Jurnal Triton. 9(1): 81-88.
Juwita S, Mihrani A, Handono A. 2021. Deteksi Kebuntingan Ternak Sapi: Aplikasi
Test Strip Dairy Cow Pregnancy Colloidal Gold Test Strip Pregnancy
Detection in Cattle: Application of Dairy Cow Pregnancy Colloidal Gold
Test Strip. Jurnal Sain Veteriner. 39(3): 287-292.
Kadhim MS, Ali BH, Saleem HD. 2020. Possible causes and risk factors of anestrus
in cattle: a review. Plant Archives. 20(1): 3870-3881.
Kalińska A, Jaworski S, Wierzbicki M, Kot M, Radzikowski D, Smulski S,
Gołębiewski M. 2023. Silver and copper nanoparticles as the new biocidal
agents used in pre-and post-milking disinfectants with the addition of
cosmetic substrates in dairy Cows. International Journal of Molecular
Sciences. 24(2): 1658.
Karen AM, Darwish S, Ramoun A, Tawfeek K, Nguyen VH, de Sousa NM, Sulon
J, Szenci O, Beckers JF. 2011. Accuracy of transrectal palpation for early
pregnancy diagnosis in Egyptian buffaloes. Trop. Anim. Health Prod. 43: 5-
7.
Kumar PR, Prasad BC, Bose GSC, Prasad VD, Sreenu M. 2017. Diagnosis and
Management of Fetal Mummification in Cow. International Journal of
Science Environment and Technology. 6(5): 3044-3048.
Kustanti NOA. 2016. Efisiensi reproduksi sapi perah friesian holstein (studi kasus
di peternakan Bapak Nur Trianto Desa Ngaglik Kecamatan Srengat
Kabupaten Blitar. AVES: Jurnal Ilmu Peternakan. 10(1): 35-42.
Lefebvre RC. 2015. Fetal mummification in the major domestic species: current
perspectives on causes and management. Veterinary Medicine: Research
and Reports. 233-244.
Mahaputra L, Mustofa I, Utama S, Restiadi TI, Mulyati S. 2011. Buku Ajar Ilmu
Kebidanan Veteriner. Surabaya (ID): Airlangga University Press.
Manan D. 2002. Ilmu Kebidanan pada Ternak. Banda Aceh(ID): Universitas Syiah
Kuala.
Manspeaker JE. 2009. Metritis and Endometritis. J. Dairy Integrated Reproductive.
Management. 22(1): 92-98
Maunsell FP, Donovan GA, Risco C, Brown MB. 2009. Field evaluation of a
Mycoplasma bovis bacterin in young dairy calves. Vaccine. 27(21): 2781-
2788.
McDowell LR. 2000. Vitamins in Animal and Human Nutrition. 2nd ed. Iowa(US):
Iowa State University Press.
Mekonnen M, Moges N. 2016. A review on dystocia in cows. European Journal of
Biological Sciences. 8 (3): 91-100.
Merrill AH, McCormick DB. 2020. Riboflavin in Present Knowledge in Nutrition.
Edisi ke-11. Pages 189-207. San Diego (USA): Elsevier.
Moreira F, Hansen PJ 2005. Pregnancy Diagnosis in the Cow. Florida(US):
University of Florida, Dept. of Animal Sciences.
Novrizal R. 2018. Pengaruh pemberian vitamin dan antibiotik pasca partum
terhadap angka s/c pada sapi perah di Kota Padang Panjang. Jurnal Embrio.
10(2): 63-74.
Patel RV, Parmar SC. 2016. Retention of fetal membranes and its clinical
perspective in bovines. Sch J Agric Vet Sci. 3(2): 111-116.
Pereira R, Caixeta L, Giordano J, Guard C, Bicalho R. 2013. Reproductive
performance of dairy cows resynchronized after pregnancy diagnosis at 31
(±3 days) after artificial insemination (AI) compared with resynchronization
at 31 (±3 days) after AI with pregnancy diagnosis at 38 (±3 days) after AI.
Journal of Dairy Science. 9(6): 7630-7639.
Petrović K, Djoković R, Cincović M, Hristovska T, Lalović M, Petrović M, Štrbac
F. 2022. Niacin status indicators and their relationship with metabolic
parameters in dairy cows during early lactation. Animals. 12(12): 1524.
Plumb DS. 2011. Veterinary Drug Handbook 7th Edition. Wisconsin (US):
PharmaVet Inc. Stockholm.
Prayitno CH, Fitria R, Samsi M. 2014. Suplementasi Heit-Chrose pada Pakan Sapi
Perah Pre-Partum Ditinjau dari Profil Darah dan Recovery Bobot Tubuh
Post-Partum. Jurnal Agripet. 14(2): 89-95.
Purohit GN, Solanki K, Shekhar C, Yadav SP. 2012. Prespectives of fetal dystocia
in cattle and buffalo. Veterinary Science Development. 2(8): 1-7.
Raudya D, Ariyanto EF, Septiyani, Rosdianto AM. 2022. Rasio neutrofil dan
limfosit pada sapi perah prepartum dan postpartum. Jurnal Sain Veteriner.
40(2): 197-204.
Roberts SJ. 2004. Veterinary Obstetrics and genital diseases. 2nd ed. New Delhi
(IN): CBS publishers & distributors.
Sevitasari AP, Effendi MH, Wibawati PA. 2019. Deteksi mastitis subklinis pada
kambing peranakan etawah di Kelurahan Kalipuro, Banyuwangi. Jurnal
Medik Veteriner. 2(2): 72–75.
Susilawati T. 2013. Pedoman Inseminasi Buatan pada Ternak. Malang: Universitas
Brawijaya Press.
Thomas PGA 2007. Induced abortion. Dalam: Current therapy in large animal
theriogenology. 2nd edition. Youngquist RS, Threlfall WR, editor.
Missouri(US): Elsevier.
Toelihere MR. 1997. Fisiologi Reproduksi Pada Ternak. Bandung(ID): Angkasa
Toelihere, M.R. 2006. Ilmu Kebidanan pada Ternak Sapi dan Kerbau. Cetakan ke-
8. Bogor(ID): Universitas Indonesia Press.
Utomo S, Boquifai E. 2010. Pengaruh temperatur dan lama thawing terhadap
kualitas spermatozoa sapi dalam penyimpanan straw beku. Sains
Peternakan. 8(1): 22–25.
Wardhani LDK, Yoppy A, Pratama JWA, Prasetiyo A, Palgunadi BU,
Wirjaatmadja R. 2021. Pemeriksaan kebuntingan sapi potong dan pelayanan
kesehatan hewan di Desa Mategal Kecamatan Parang Kabupaten Magetan.
Abdimas Toddopuli: Jurnal Pengabdian Pada Masyarakat. 3(1): 35-43.
Weiss WP. 2002. Feed Supplements: Vitamins in Encyclopedia of Dairy Sciences.
San Diego (US): Elsevier.
Widarini N, Beda IR, Wijayanti AD. 2018. Efektivitas terapi multivitamin, obat
cacing dan premiks pada sapi terdiagnosa hipofungsi ovarium di wilayah
Kecamatan Prambanan, Yogyakarta.
Yeon LJ, Kim H. 2006.Advancing parity is associated with high milk production at
the cost of body condition and increased periparturient disorders in dairy. J.
Vet Sci. 7(2): 161-166
LAMPIRAN 1 TABEL KEGIATAN HARIAN MAGANG DI KPGS CIKAJANG
Hari/tanggal Anamnesis Sinyalemen Gejala klinis Pengobatan
Selasa/24 Sapi terlambat estrus Paritas: - (sapi dara) - Terapi hormon GnRH 3 ml
Januari 2023 BCS: 3/5 (IM)
Produksi susu: -
Sapi sudah di-IB, namun setelah 2 Paritas: - (sapi dara) Tidak nafsu makan, konsistensi - Injeksi anthelmintik dengan
bulan belum menunjukkan tanda BCS: 3/5 feses semi cair, rambut kotor dan dosis 1 ml/50 kgBB, sebanyak
kebuntingan. Produksi susu: - kusam. 6 ml (SC)
- Introvit 10 ml (IM)
(BB sekitar 300 kg)
Pelaksanaan Inseminasi Buatan Paritas: 1 Vulva berwarna merah
BCS: 3/5
Produksi susu: tinggi
Pelayanan Post Partus Paritas: 2 - - Inj ceptrionel 8 ml (IM)
BCS: 3 - Inj Introvit 10 ml (IM)
Produksi susu: tinggi
Pemeriksaan Kebuntingan Paritas: 2 Umur kebuntingan 4 bulan
BCS: 3/5
Produksi susu: tinggi
Rabu/25 Januari Pelaksanaan Inseminasi Buatan Paritas: 2 Vulva berwarna merah, terdapat
2023 BCS: 3/5 lendir
Produksi susu: tinggi
Tidak mau makan sejak pagi hari, sapi Paritas: 1 Sapi terlihat lesu dan lemas, sapi - Introvit-E-Selen inj 5 ml (IM)
lemas BCS: 2/5 tidak nafsu makan, konsistensi - Thiamin C inj 5 ml (IM)
Produksi susu: tinggi feses normal, rambut kotor - Sulprodon inj 10 ml (IM)
T: 41,6 oC
HR: 76 kali/menit
RR: 64 kali/menit
Pelaksanaan Inseminasi Buatan Paritas: 2 Vulva membengkak, berwarna
Produksi susu: tinggi kemerahan
BCS: 3/5
Pemeriksaan Kebuntingan Paritas: 2 Umur kebuntingan 2 bulan
BCS: 3/5
Produksi susu: tinggi
Pelayanan Post Partus Paritas: 1 - Vitol inj 10 ml (IM)
BCS: 3/5
Produksi susu: sedang
Jumat/27 Januari Pelaksanaan Inseminasi Buatan Paritas: - (sapi dara)
2022 BCS: 3/5
Produksi Susu: -
Pelaksanaan Inseminasi Buatan Paritas: - (sapi dara)
BCS: 2/5
Produksi susu: -
Pelayanan Post Partus Paritas: 2 - Vitamin B inj 5 ml (IM)
BCS: 3/5 - Introvit inj 5 ml (IM)
Produksi Susu: tinggi - Tolfedine inj 10 (IM)
Pelaksanaan Inseminasi Buatan Paritas: 2
BCS: 3/5
Produksi Susu: tinggi
Pemeriksaan Kebuntingan Paritas: 1 2 bulan kebuntingan
BCS: 2/5
Produksi Susu: tinggi
Sapi sakit tidak mau makan, dan feses Paritas: 3 Perut terlihat disertai adanya - Introvit inj 5 ml (IM)
jarang keluar, perut sedikit membesar BCS: 2/5 gas, nafsu makan turun - Perticone-50 (PO)
sebelah Produksi Susu: rendah
HR: 108 kali/menit
RR: 60 kali/menit
Suhu: 37.1 oC
Sabtu/28 Januari Sapi pada usia kebuntingan 9 bulan Paritas: 1 Sapi merasa tidak nyaman pada - Ceptrionel inj 8 ml (IM)
2023 mengeluarkan lendir berwarna merah BCS: 3/5 bagian abdomen. Vulva - B-plex inj 10 ml (IM)
keruh dari vulvanya, terdapat massa Produksi susu: rendah mengeluarkan lendir berwarna - Vitol inj 5 ml (IM)
yang berbentuk seperti fetus dengan merah kecokelatan.
konsistensi keras yang keluar bersama
lendir
Pedet usia 5 bulan mengalami pincang Paritas: - Terdapat luka yang telah - Pembersihan luka
di kaki kiri belakang. Tercium bau BCS: 3/5 membusuk pada sela-sela kaki - Cotrimoxazole topikal
busuk pada kaki belakang tersebut. Produksi susu: - kiri belakang sapi. - Tolfedin 3cc
- Limoxin spray
Sapi sulit berdiri di pagi hari, sehingga Paritas: - Terdapat luka pada bagian pelvis - Biotonik ATP inj 10 ml (IM)
perlu dibantu peternak untuk berdiri BCS: 2/5 dan daerah paha sapi . Sapi - Thiamine inj 5 ml (IM)
Produksi susu: sedang mengalami malnutrisi yang
terlihat dari penonjolan tulang
pelvis dan scapula sapi.
Pedet usia 5 bulan tidak mau memakan Paritas: - Pedet mengalami diare dan - Thiamine inj 3 ml (IM)
hijauan dan hanya mau makan BCS: 3/5 penurunan nafsu makan. - Vitaplex inj 5 ml (IM)
konsentrat. Peternak menemukan Produksi susu: - - Tolfedine inj 3 ml (IM)
konsistensi feses pedet cair pada pagi
hari.
Pelaksanaan Inseminasi Buatan Paritas: 1
BCS: 2/5
Produksi susu: sedang
Pemeriksaan Kebuntingan Paritas: 2 Umur kebuntingan 4 bulan
BCS: 3/5
Produksi susu: tinggi
Sapi tidak nafsu makan dan hanya mau Paritas: 2 Pemeriksaan fisik menunjukkan - Introvit-E-Selen inj 5 ml (IM)
makan hijauan saja sejak kemarin, sapi BCS: 3/5 BCS sapi baik, skor feses 3/5, - Thiamin C inj 5 ml (IM)
Produksi susu: tinggi
diketahui pernah mengalami PMK dan HR: 96 kali/menit kondisi rambut kotor, dan status
sudah sembuh RR: 24 kali/menit hidrasi baik.
T: 38 oC
Pelayanan Post partus Paritas: 2 - Ceftrionel inj 10 ml (IM)
BCS: 3 - Vitol inj 10 ml (IM)
Produksi susu: tinggi
Selasa/ 31 Pedet usia 8 bulan diketahui terdapat Paritas: - Gejala klinis yang terlihat - Pembersihan luka
Januari 2023 luka abses pada kaki kanan belakang, BCS: 3/5 adanya luka abses yang sudah - Ketosol
abses diketahui sudah berjalan selama Produksi susu: - pecah dan mengeluarkan nanah, - B complex 10 ml
satu bulan dan luka sudah pecah HR: 60 kali/menit pedet terlihat kesakitan - B12 10 ml
mengeluarkan nanah RR: 40 kali/menit menumpu pada kaki belakang - Vitol 5 ml
Suhu: 38,7 oC dan sesekali menekuk kakinya.
Pemeriksaan fisik menunjukkan
status hidrasi baik, kondisi
rambut normal, dan skor feses
3/5
Pedet usia 6 bulan fungsi rumen yang Paritas: - Perut membesar, ambruk - Thiamin inj 2 ml (IM)
belum bekerja dengan baik, rumen BCS: 3/5 - Introvit inj 2 ml (IM)
penuh dengan pakan yang belum Produksi Susu: -
tercerna, pemberian pakan hijauan HR: 152
yang berlebih RR: 52
Suhu: 39.1
Sapi tidak nafsu makan dan mengalami Paritas: 2 Terdapat oedema pada lutut kaki - Pro B-Plek inj 5 ml (IM)
diare satu hari setelah diberi obat BCS: 3/5 kiri depan serta pada kelenjar
cacing Produksi Susu: sedang ambing kuarter belakang sebelah
HR: 84 kali/menit kiri
RR: 32 kali/menit
Suhu: 39.5 oC
Sapi potong mengalami kerontokan Paritas: 1 Terdapat lesio bulat berwarna - Pro B-Plek inj 5 ml (IM)
rambut (alopesia) yang tersebar secara BCS: 3/5 merah pada kulit
fokal pada tubuhnya, disertai kerak HR: 60 kali/menit
kulit dan lesio bulat kemerahan pada RR: 42 kali/menit
lokasi alopesia Suhu: 39.0 oC
Sapi potong mengalami gejala batuk- Paritas: 1 Sapi sesekali terlihat batuk pada - Pro B-Plek inj 5 ml (IM)
batuk selama tiga minggu. Setelah BCS: 3/5 saat di palpasi daerah trakea,
diobati, gejala batuk berkurang namun HR: 80 kali/menit sapi mengalami penurunan nafsu
masih terjadi sesekali RR: 64 kali/ menit makan
Suhu: 38.4 oC
Pedet mengalami gangguan Paritas: - sapi mengalami nafsu makan - Pro B-Plek inj 5 ml (IM)
pertumbuhan dan penurunan nafsu BCS: 2/5 menurun
makan HR: 68 kali/menit
RR: 28 kali/menit
Suhu: 39.3 oC
Tercium bau asam tidak sedap dari Paritas: 1 Kuku kaki sapi mengalami luka - Pro B-Plek inj 5 ml (IM)
mulut sapi, serta terdapat luka pada BCS: 3/5 pada bagian coronary band
sela-sela kuku kaki belakangnya HR: 80 kali/menit
RR: 44 kali/menit
Suhu 39.1 oC
Rabu/1 Februari Pelaksanaan Inseminasi Buatan Paritas: 2
2023 BCS: 3/5
Laktasi: rendah
Sapi FH terdapat plasenta tersisa Paritas: 2 Pemeriksaan fisik menunjukkan - Neo-Kotrimok IU 4 tablet
didalam vagina setelah melahirkan BCS: 2/5 Body Condition Score yang baik (Intrauterine)
Laktasi: tinggi yaitu 3, status hidrasi buruk, - Thiamin inj 5 ml (IM)
HR: 104 kali/menit kondisi rambut baik, skor feses - Pro B plek inj 10 ml (IM)
RR: 40 kali/menit 1/5. - Biotonic ATP inj 10 ml (IM)
Suhu: 39.2 oC
Pelaksanaan Inseminasi Buatan Paritas 2
BCS: 2/5
Laktasi: rendah
Pelaksanaan Inseminasi Buatan Paritas 2
BCS: 2/5
Laktasi: rendah
Pelaksanaan Inseminasi Buatan Paritas: 3
BCS: 3/5
Laktasi: tinggi
Kamis/2 Pelaksanaan Inseminasi Buatan Paritas: 3
Februari 2023 BCS: 3/5
Laktasi: tinggi
Pemeriksaan Kebuntingan Paritas: 2 Umur kebuntingan 3 bulan
BCS: 3/5
Laktasi: tinggi
Sapi mengalami pembengkakan pada Paritas: 2 keluarnya nanah saat abses - Flushing dengan Neo-
ambing bagian kanan dan berubah BCS: 3/5 pecah, ambing kanan kotrimok IU 3 tablet + Ringer
menjadi abses Laktasi: 2 membengkak lactate IU inj pada ambing
HR: 92 kali/menit - Introvit inj 10 ml (IM)
RR: 40 kali/menit - Vitol inj 5 ml (IM)
Suhu: 38.3 oC - Ketosol-50 inj 10 ml (IM)
Pelaksanaan Inseminasi Buatan Paritas: 1
BCS: 2/5
Produksi Susu: sedang
Pelaksanaan Inseminasi Buatan Paritas: 3
BCS: 2/5
Produksi susu: sedang
Pelaksanaan Inseminasi Buatan Paritas: 3
BCS: 3/5
Produksi susu: tinggi
Pelaksanaan Inseminasi Buatan Paritas: 3
BCS: 3/5
Produksi susu: tinggi
Sapi FH berumur kurang lebih 3 tahun Paritas: 2 Sapi berbaring pada sternum - Calmasol-440 (500 ml) IV
ambruk dan tidak nafsu makan BCS: 3/5 dengan kepala ditarik ke arah
Produksi susu: tinggi belakang.dan mengalami
HR: 84 kali/menit kembung. Pemeriksaan fisik
RR: 36 kali/menit menunjukkan Body Condition
Suhu: 38.4 ºC Score yang baik yaitu 3, status
hidrasi buruk, kondisi rambut
baik, skor feses 1/5.
Jumat/3 Februari Pelaksanaan Inseminasi Buatan Paritas: 2
2023 BCS: 2/5
Laktasi: sedang
Pelaksanaan Inseminasi Buatan Paritas: - (sapi dara)
BCS: 3/5
Laktasi: -
Pelaksanaan Inseminasi Buatan Paritas: 1
BCS: 3/5
Laktasi: tinggi
Pelaksanaan Inseminasi Buatan Paritas: 1
BCS: 3/5
Laktasi: sedang
Pelaksanaan Inseminasi Buatan Paritas: 2
BCS: 2/5
Laktasi: sedang
Pelaksanaan Inseminasi Buatan Paritas: 3
BCS: 3/5
Laktasi: tinggi
Pelaksanaan Inseminasi Buatan Paritas: 2
BCS: 2/5
Laktasi: tinggi
Pelaksanaan Inseminasi Buatan Paritas: 1
BCS: 2/5
Laktasi: sedang
Sapi melahirkan satu anak pada Paritas: 1 Sapi terus berbaring dengan - Ketosol inj 10 ml (IM)
tanggal 16 Januari. Satu minggu BCS: 3/5 sternum recumbency, namun - Vitol inj 10 ml (IM)
kemudian, sapi mengalami penurunan Laktasi: sedang segera berdiri ketika dihampiri - Introvit E Selen inj 15 ml (IM)
nafsu makan dan penurunan produksi. HR: 140 kali/menit petugas. Sapi terlihat lemas dan
Bobot badan semakin menurun dan RR: 36 kali/menit tidak banyak bergerak. Terdapat
sapi sulit berdiri. Terdapat benjolan di T: 38.9 oC abses dengan konsistensi keras
persendian panggul dan persendian pada panggul dan persendian
lutut. Sejak tidak mau berdiri, sapi lutut. Kondisi rambut dan kulit
tidak diperah. kotor dan kusam. Sapi hanya
mau makan hijauan.
Sabtu/4 Februari Sapi dilaporkan pada kaki kiri Paritas: 3 Sapi kerap kali mengangkat kaki - Introvit E Selen 5 ml (IM)
2023 belakang terlihat kesakitan dan tidak BCS: 3/5 kiri belakangnya, sapi terlihat - Tolfedin inj 10 ml (IM)
bisa menumpu. Pemilik baru Produksi susu: tinggi susah menumpu pada kaki kiri - Pro B Plek 5 ml (IM)
mengetahui sapi tidak bisa menumpu HR: 64 kali/menit belakangnya. Pemeriksaan fisik
pada tanggal 3 Februari 2023 pagi hari. RR: 48 kali/menit menunjukkan pada bagian sole
Tidak ada penurunan nafsu makan T: 39.5 oC terlihat basah dan lunak saat
ditekan serta terdapat respon
sakit hingga gemetar pada sapi.
Body Condition Score baik yaitu
3, status hidrasi baik, kondisi
rambut baik, skor feses 2/5.
Pelaksanaan Inseminasi Buatan Paritas: - (sapi dara)
BCS: 2/5
Produksi susu: -
Sapi diketahui mengeluarkan lendir Paritas: 2 Terlihat adanya lendir sedikit - Iodin 2% 25 ml (Intrauterine)
sedikit keruh dan menggantung pada BCS: 3/5 keruh dan menggantung pada
vulva Produksi susu: tinggi vulva, status hidrasi sapi baik,
HR: 60 kali/menit kondisi rambut kotor, skor feses
RR: 40 kali/menit 2/5
T: 38.5 oC
Pelaksanaan Inseminasi Buatan Paritas: 4
BCS: 2/5
Produksi susu: tinggi
Pelaksanaan Inseminasi Buatan Paritas: - (sapi dara)
BCS: 3/5
Produksi susu: -
Pelaksanaan Inseminasi Buatan Paritas: 3
BCS: 3/5
Produksi susu: tinggi
Senin/ 6 Februari Pelaksanaan Inseminasi Buatan Paritas: 2
2023 BCS: 2/5
Produksi susu: tinggi
Pelaksanaan Inseminasi Buatan (sapi Paritas: 2
no.0000195531) BCS: 3/5
Produksi susu: sedang
Pelaksanaan Inseminasi Buatan (sapi Paritas: 2
no.0000194870) BCS: 3/5
Produksi susu: tinggi
Selasa/7 Peternak melaporkan jika sapi tidak Paritas: 3 Sapi mengalami penurunan - Sulprodon inj 10 ml (IM)
Februari 2023 ingin makan BCS: 2/5 nafsu makan - Pro B Plek inj 10 ml (IM)
Produksi susu: rendah - Thiamine inj 5 ml (IM)
HR: 84 kali/menit
RR: 44 kali/menit
T: 38,5 oC
Rabu/ 8 Februari Sapi mengalami hipofungsi ovarium Paritas: - (dara) Bobot badan menurun - Vitol (Vit A,D,E) inj 4 ml
2023 dengan BCS yang menurun (Sapi no. BCS: 2/5 (IM)
0000195780) Produksi susu: - (dara)
Pelaksanaan Inseminasi Buatan (Sapi Paritas: 2
no. 0000042158) BCS: 3/5
Produksi susu: tinggi
Sapi mengalami masa birahi yang Paritas: - (dara) Perkembangan ambing yang - Introvit inj 3 ml (IM)
kurang baik BCS: 2/5 kurang normal
Produksi susu: - (dara)
Pelayanan Inseminasi Buatan (sapi no. Paritas: 2
000002659) BCS: 2/5
Produksi susu: tinggi
Pelayanan Inseminasi Buatan Paritas: 1
BCS: 3/5
Produksi susu: sedang
Sapi mengalami cacingan Paritas: - Sapi tidak mau makan, kondisi - Ivermectin inj 6 ml (SC)
BCS: 1/5 rambut kusam dan kotor
Produksi susu: -
Pedet mengalami batuk-batuk sejak Paritas: - Pedet mengalami batuk, - Tolfedine inj 2 ml (IM)
kemarin malam hingga pagi hari BCS: 1/5 terdapat respon sakit pada saat
Produksi susu: - dilakukan palpasi pada
HR: 112 kali/menit intercostal, pernapasan cepat dan
RR: 80 kali/menit dangkal
Suhu: 40.2 ºC
Pelaksanaan Inseminasi Buatan Paritas: 3
BCS: 3/5
Produksi susu: tinggi
Pedet terlihat lemas tidak bisa berdiri Paritas: - Sapi hanya berbaring dan nafsu - Vitol (Vitamin A, D, E) inj 4
BCS: 2/5 makan turun ml (IM)
Produksi susu: -
Kamis/ 9 Pelaksanaan Inseminasi Buatan (sapi Paritas: 2
Februari 2023 no. 1596 mankop) BCS: 3/5
Produksi susu: tinggi
Sapi mengalami abses pada kaki kiri Paritas: 1 Sapi tidak mengalami penurunan - Flushing menggunakan
belakang BCS: 2/5 nafsu makan, kondisi rambut Cotrimoxazole 2 bolus +
Produksi susu: sedang kotor, terdapat nyeri pada saat NaCl
HR: 88 kali/menit ditekan, bengkak, dan undulasi - Tolfedin inj 10 ml (IM)
RR: 44 kali/menit berisi cairan - Vitol inj 10 ml (IM)
T: 39,1 oC - Biotonic ATP 10 ml (IM)
Sapi mengeluarkan darah dari vagina Paritas: 1 Nafsu makan berkurang, sapi - Vitol inj 10 ml (IM)
setelah melahirkan 1 minggu yang lalu BCS: 3/5 hanya berbaring di lantai - Biotonic ATP 10 ml (IM)
Produksi susu: rendah kandang, terdapat kemerahan
HR: 60 kali/menit pada ambing yang dikerubungi
RR: 44 kali/menit lalat, kondisi rambut kotor
T: 39,6 oC
Pelaksanaan Inseminasi Buatan Paritas: 2
BCS: 2/5
Produksi susu: tinggi
Pelaksanaan Inseminasi Buatan Paritas: - (sapi dara)
BCS: 2/5
Produksi susu: -
Pelaksanaan Inseminasi Buatan Paritas: 2
BCS: 2/5
Produksi susu: tinggi
Jumat/ 10 Seekor sapi friesian holstein (FH) Paritas: 2 Kantung amnion muncul di - Pro B plex Inj® 10 ml
Februari 2022 dengan umur kurang lebih 2 tahun BCS: 2/5 vulva selama 2 jam. Induk - Sulprodon® 10 ml.
dilaporkan oleh peternak akan Produksi susu: tinggi terlihat terus merejan dan fetus
melahirkan pertama kali. Fetus tidak tidak kunjung keluar.
kunjung lahir.
Pelaksanaan Inseminasi Buatan Paritas: 2
BCS: 3/5
Produksi susu: normal
Sabtu/ 11 Pelaksanaan Inseminasi Buatan Paritas: - (sapi dara)
Februari 2023 BCS: 2/5
Produksi susu: -
Senin/ 13 Pelaksanaan Inseminasi Buatan(sapi Paritas: 3
Februari 2023 no. 0000195618) BCS: 3/5
Produksi susu: tinggi
Sapi mengalami penurunan nafsu Paritas: 3 Sapi tidak mau makan, suara - Thiamine inj 4 ml (IM)
makan (sapi no. 0000195617) BCS: 2/5 peristaltik rumen kurang - Vitol inj 4 ml (IM)
Produksi susu: rendah terdengar
HR: 76 kali/menit
RR: 32 kali/menit
Suhu: 38.4 oC
Sapi mengalami penurunan nafsu Paritas: 4 Sapi tidak mau makan - Thiamine inj 4 ml (IM)
makan (sapi no. 0000195616) BCS: 3/5 - Vitol inj 4 ml (IM)
Produksi susu: sedang
HR: 84 kali/menit
RR: 32 kali/menit
Suhu: 38.7 oC
Pelaksanaan Inseminasi Buatan Paritas: 3
BCS: 3/5
Produksi susu: tinggi
Selasa/ 14 Pelaksanaan Inseminasi Buatan Paritas: 3
Februari 2023 BCS: 3/5
Produksi susu: tinggi
Rabu/ 15 Pelaksanaan Inseminasi Buatan (sapi Paritas: - (sapi dara)
Februari 2023 no. AAA 32) BCS: 3/5
Produksi susu: -
Pelayanan Post Partus (sapi no. 1904 Paritas: 1 - Vitol-140 inj 5 ml (IM)
MENKOP) BCS: 2/5 - Biotonic care Inj 5 ml (IM)
Produksi susu: sedang - Tolfedin inj 5 ml (IM)
Pelaksanaan Inseminasi Buatan (sapi Paritas: 2
no. 0000042148) BCS: 3/5
Produksi susu: tinggi
Pemeriksaan Kebuntingan Paritas: 2 Umur kebuntingan 9 bulan
BCS: 3/5
Produksi susu: tinggi
Sapi dilaporkan peternak baru saja Paritas: 1 Sapi terlihat lemas, telinga - Terapi infus RL 500 ml (IV)
melahirkan kemarin tetapi sapi terlihat BCS: 2/5 terkulai ke bawah, ambing saat - Tolfedin inj 10 ml (IM)
lemas dan tidak mau makan, susu tidak Produksi susu: rendah di palpasi konsistensinya keras - Vitol-140 inj 5 ml (IM)
mau keluar HR: 132 kali/menit pada ambing depan dan - Introvit-E-Selen inj 10 ml
RR: 36 kali/menit belakang sebelah kiri, (IM)
T: 40.5 oC hipersalivasi tetapi tidak ada lesi
pada mulut
Sapi dilaporkan peternak ambruk dan Paritas: 2 Sapi tidak mampu berdiri dan - Introvit-E-Selen inj 10 ml
tidak mampu berdiri, menurut BCS: 3/5 hanya duduk, pada saat palpasi (IM)
anamnesa sapi satu minggu yang lalu Produksi susu: sedang menunjukkan adanya - Tolfedin inj 10 ml (IM)
jatuh terpeleset yang menyebabkan HR: 76 kali/menit pembengkakan pada persendian
tungkai depan sapi sebelah kiri tidak RR: 24 kali/menit humero-radial
dapat menumpu T: 38.7 oC
LAMPIRAN 2 DAFTAR NAMA OBAT-OBATAN YANG DIGUNAKAN DI KPGS CIKAJANG
No. Nama dagang Kandungan Bentuk Dosis dan cara Indikasi Kontraindikasi
sediaan pemakaian
1 Calcidex Plus Ca borogluconat 500 Vial 200-400 ml/kg BB Pengobatan Milk Fever, -
mg/ml, Mg chloride hipokalsemia
hexahydrate 67
mg/ml, Na
hypophosphate
monohydrate 20.6
mg/ml, Boric acid 100
mg/ml
2 Calmasol-440 Boric acid 50 mg, Vial Sapi Pengobatan Milk Fever, -
Magnesium chloride hipokalsemia akut dan kronis,
hexahydrate 60 mg, Hipokalsemia: serta terapi terhadap alergi,
Calcium gluconate 20 - 30 ml/50 kg BB urtikaria diatesis hemoragi, atoni
380 mg. uteri.
Alergi, urtikaria,
diatesis hemoragi,
atoni uteri:
15 - 20 ml/50 kg BB
Pemberian secara
intravena diberikan
secara perlahan
selama 20 - 30 menit.
Pro B Plek /Inj Vitamin B1 2,5 mg Vial Sapi: 5-10 ml/ekor - Mencegah dan Mengobati -
Bitamin B2 1,6 mg Defisiensi Vitamin B
Vitamin B6 1,25 mg Kompleks Pada Hewan
Vitamin B12 1,0 mcg - Memperbaiki metabolisme
Nicotinamide 12,5 mg tubuh
d-panthenol 2,5 mg - Memperbaiki sistem
pencernaan dan gangguan
pencernaan yang bukan
diakibatkan oleh bakteri
- Masa penyembuhan setelah
sakit
Introvit E-Selen Sodium selenite 0,5 Vial Sapi: 2 ml/10 kg BB - Meningkatkan daya tahan –
mg. (IM/SC) tubuh dan mengatasi stres.
Vitamin E, α- - Meningkatkan fertilitas dan
tocopherol acetate, 50 Untuk sapi maksimal menurunkan resiko kelainan
mg. 20 ml/ekor reproduksi.
- Mencegah intoksikasi setelah
pemberian preparat Fe pada
babi.
Ketosol-100 Ketoprofen 100 mg. Vial Sapi: 1 ml per 33 kg - Mengatasi peradangan dan - Hipersensitivitas thd
berat badan atau 3 ml rasa sakit akibat gangguan ketoprofen.
per 100 kg berat badan musculoskeletal. - Pemberian bersamaan
- Mengurangi demam akibat atau pemberian obat
Pemberian secara infeksi dan gangguan antiinflamasi non
intramuskular atau pernapasan. steroid (NSAID)
intravena, diberikan - Mengurangi nyeri organ lainnya dalam waktu 24
selama 3-5 hari viseral akibat kolik. jam.
- Mengobati suportif untuk - Pemberian pada hewan
Mastitis-Metritis-Agalactia yang menderita
sindrom pada babi. penyakit jantung, hati
- Pengobatan suportif setelah atau ginjal.
proses melahirkan. - Efek samping
Intoleransi lambung
atau ginjal akibat
penghambatan sintesis
prostaglandin.
2 Limoxin-25 Oxytetracycline Spray Semprotkan dengan Pengobatan luka dan mencegah Dilarang untuk
hydrochloride 25 mg jarak 15-20 cm pada infeksi luar pada kulit, ambing, disemprotkan pada daerah
tempat luka. Dua kali kuku dan teracak akibat infeksi sekitar mata
sehari. bakteri dan jamur yang sensitif
Limoxin-25 Spray, seperti
Staphylococcus, Streptococcus,
Bordetella, Campylobacter,
Chlamydia, E. coli,
Haemophilus, Mycoplasma,
Pasteurella, Rickettsia dan
Salmonella spp., pada sapi,
kambing, domba, babi dan
ayam.
3 Neo-kotrimok Cotrimoxazole 960 Kaplet Sapi: 2- 4 kaplet per - Antibakteri yang sensitif - Pasien yang memiliki
mg. ekor terhadap trimetoprim dan riwayat
sulfametoksazol hipersensitivitas
Pedet: 1 kaplet per 32 - Mencegah terjadinya infeksi terhadap cotrimoxazole
- 64 kg saluran reproduksi setelah atau sulfonamid lain
kelahiran, seperti - Pasien yang mengalami
endometritis, metritis dan anemia megaloblastik
lain-lain. akibat defisiensi asam
- Pemberian secara intrauterine folat
untuk penanganan retensio - Pasien dengan drug-
secundine, prolapsus uteri, induced immune
abortus dan lain-lain. thrombocytopenia
akibat cotrimoxazole
- Pasien dengan
gangguan ginjal dan
hepar yang parah
6 Tolfedine CS Tolfenamic acid Vial Pneumonia: 1 ml/20 Mengatasi inflamasi akut, Untuk injeksi
40mg/mL kg (IM), dapat diulang mastitis dan infeksi saluran intramuskular pada sapi,
hanya sekali setelah nafas. jangan diinjeksikan pada
48 jam lokasi selain otot sisi leher
bagian atas, karena akan
Mastitis: 1 ml/10 kg meninggalkan residu pada
(IV), sekali injeksi daging
7 Wormectin 22,23- Vial 1 ml/50 kgBB Sebagai antiparasit yang bekerja Pasien yang hipersensitif
dihydroavermectin terhadap nematoda dan terhadap ivermectin
B1a (SC) ektoparasit (kutu, caplak, pinjal)
Jangan diberikan pada
22,23- ternak yang dagingnya
dihydroavermectin akan dikonsumsi manusia
B1b dalam 28 hari
8 Sulpidon Dipyrone 250 mg Vial Sapi: 10-20 ml/200- Sebagai analgesik, antipiretik Pasien yang hipersensitif
400 kg BB dan antispasmodik pada sapi terhadap dipyrone dan
Lidocaine 2 % lidocaine
9 Perticone-50 Permethyl Botol 25ml Pengobatan timpani / bloat Pasien yang hipersensitif
polisiloksan 50 mg (kembung) pada ternak terhadap
Oral ruminansia Permethylpolysiloxane
10 Biotonic care Inj. ATP 1000 mg, 10 ml/200 kg BB Menyediakan cadangan energi, -
Meyer® Natrium 900 mg, meningkatkan daya tahan tubuh
Kalium 1,000 mg, IM dan stamina, menguatkan otot,
Pyridoxin HCl 2,000 mengurangi stress dan kelelahan
mg, Thiamin HCl dalam transportasi,
2,000 mg, Vitamin mempercepat proses
B12 10,000 mg, penyembuhan penyakit
Nicotinamide 1,000
mg
11 Ceftionel-50 Ceftiofur 50 mg Vial 1 ml/ 50 kg BB Pengobatan penyakit Hipersensitifitas terhadap
pernapasan yang disebabkan Sefalosporin dan
SC oleh bakteri seperti Pasteurella Antibiotik β-laktam.
haemolytica., (manheimia Pemberian pada hewan
spp.,), Pasteurella multicoda., dengan gangguan fungsi
dan Haemophylus somnus. ginjal dan pemberian
Pengobatan metriris post- bersamaan dengan
partum akut (puerperal) akibat tetrasiklin, kloramfenikol,
bakteri Esherichia coli., makrolida dan linkosamid.
Archanobacterium pyogenes.,
dan Fusobacterium
necrophorum.
12 Prodryl Diphenhydramine Vial Sapi: 1,25 - 2,50 Menghambat pengeluaran Pasien yang hipersensitif
HCI 20 mg ml/100 kgBB histamin yang berlebihan terhadap
(alergi). diphenhydramine
IM Reaksi alergi dapat disebabkan
oleh makanan, lingkungan,
penyakit, reaksi setelah
pengobatan atau vaksinasi yang
ditunjukkan dengan adanya
gejala-gejala seperti gatal-gatal
pada kulit, kontraksi otot polos
usus, uterus, bronchi, dan lain-
lain.
13 Sulprodon Dipyrone 250 mg, Vial 10-20 ml/200-400 kg Menurunkan panas (antipiretik), Pasien yang sensitif
lidocaine 2% menghilangkan rasa sakit terhadap dipyrone dan
IM (analgesik), dan kejang-kejang lidocaine
(antispasmodik) seperti pada
kasus kolik intestinal pada
hewan.