Anda di halaman 1dari 15

Inovasi Model Bisnis dan Pengukuran Kesiapan Teknologi

Kilang LNG Menjadi LNG Hub

Hanoum Eva Hayati - 6032221051

Hikari Arif Iman – 6032221035


BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Dalam beberapa tahun terakhir, gas alam cair atau liquified natural gas (LNG) telah
muncul sebagai sumber energi yang penting karena meningkatnya permintaan akan
bahan bakar yang lebih bersih dan kebutuhan akan pasokan energi yang lebih fleksibel
dan aman. Permintaan LNG tumbuh pada tingkat yang belum pernah terjadi
sebelumnya dan tren ini diperkirakan akan berlanjut di masa mendatang [1].

Salah satu alasan utama di balik peningkatan permintaan LNG adalah pergeseran
global menuju sumber energi yang lebih bersih. Saat negara-negara di seluruh dunia
berusaha untuk mengurangi emisi karbon dan memenuhi tujuan iklim, LNG telah
menjadi alternatif yang menarik untuk bahan bakar fosil tradisional. Selain itu,
keserbagunaan LNG sebagai sumber energi dan kemampuannya untuk diangkut dalam
jarak jauh dengan biaya yang relatif rendah menjadikannya pilihan yang disukai banyak
industri seperti pembangkit listrik, transportasi, dan manufaktur. Akibatnya, permintaan
LNG meroket, dan industri merespons dengan investasi yang signifikan dalam
infrastruktur dan kapasitas produksi [1].

Badak LNG merupakan salah satu fasilitas produksi gas alam cair terbesar di
Indonesia yang berlokasi di Kota Bontang, Kalimantan Timur. Didirikan pada tahun
1974, fasilitas tersebut telah memberikan kontribusi yang signifikan terhadap sektor
energi Indonesia, dengan memproduksi LNG untuk pasar domestik dan internasional.
Dengan total kapasitas produksi sebesar 22,5 juta ton per tahun, Badak LNG merupakan
pemain utama dalam industri LNG global dan diakui akan keamanan, keandalan, dan
keberlanjutannya yang unggul [2].

Badak LNG menjadi pemasok utama ke kawasan Asia-Pasifik, dengan sebagian


besar produksinya diekspor ke negara-negara seperti Jepang, Korea Selatan, dan Taiwan
menggunakan kapal standar dengan volume 120.000 – 150.000m3. Namun, dalam
beberapa tahun terakhir, permintaan LNG telah bergeser untuk memasok pasar
domestik Indonesia. Perubahan tersebut disebabkan oleh meningkatnya kebutuhan gas
bumi di Indonesia untuk mendukung pertumbuhan dan pembangunan ekonomi serta
upaya untuk mengurangi ketergantungan terhadap bahan bakar impor.

Pemakai LNG dalam negeri berdasarkan kapasitas permintaannya, yang pertama


adalah LNG skala besar yang digunakan dalam industri pupuk dan pembangkit listrik,
dengan pengiriman menggunakan kapal standar pada Loading Dock. Sementara yang
kedua adalah LNG skala kecil yang diangkut menggunakan ISO Tank berkapasitas 20 –
40m3. Pengisian LNG ke truk ISOTank dilakukan di LNG Filling Station Plant yang
diresmikan pada tahun 2018 dan merupakan satu-satunya fasilitas pengisian LNG ke
truk ISOTank di wilayah Indonesia bagian tengah. Sektor industri LNG skala kecil
berasal dari industri pembangkit listrik, perhotelan, smelter nikel, rumah sakit dan
bahan bakar truk batu bara. Dengan demikian Badak LNG mampu memastikan pasokan
LNG yang fleksibel dan efisien untuk memenuhi beragam kebutuhan pasar energi
Indonesia.

Namun dalam beberapa tahun terakhir, dilaporkan bahwa produksi LNG mengalami
penurunan yang disebabkan penurunan cadangan gas di sekitar ladang minyak. Untuk
menjawab tantangan tersebut, Badak LNG telah menerapkan beberapa inisiatif untuk
meningkatkan efisiensi dan mengoptimalkan proses produksi. Ini termasuk investasi
dalam teknologi baru, peningkatan peralatan, dan perbaikan proses. Terlepas dari upaya
tersebut, penurunan produksi LNG tetap menjadi masalah dan industri terus memantau
situasi untuk memastikan pasokan LNG yang berkelanjutan dan aman di wilayah
tersebut terkhusus bagi konsumen LNG skala kecil. Perubahan model bisnis bisa
menjadi salah satu opsi atas penurunan produksi LNG.
Gambar 1.1 Tren Produksi LNG di Badak LNG (Wood Mackenzie, 2023) [3]

Berdasarkan paparan di atas Badak LNG perlu meninjau kembali model bisnisnya
mengingat pentingnya fasilitas LNG Filling Station Plant bagi konsumen LNG skala
kecil. Selain itu, perlu dievaluasi kembali kesiapan teknologi atas perubahan konsep
bisnis dari loading terminal menjadi receiving terminal. Ini termasuk mengevaluasi
faktor-faktor seperti strategi pemanfaatan fasilitas kilang, manajemen rantai pasok, dan
permintaan pelanggan. Dengan meninjau model bisnis dan kesiapan teknisnya dengan
kondisi sekarang, Badak LNG diprediksi mampu tetap bertahan dan beradaptasi dengan
perubahan kondisi pasar.

1.2 Perumusan Masalah

1. Bagaimana cara kerja skema bisnis LNG Hub?


2. Apa manfaat yang diperoleh Badak LNG dari skema bisnis LNG Hub?
3. Bagaimana kesiapan teknologi LNG Hub di kilang Badak LNG?

1.3 Tujuan Penelitian

1. Menganalisis skema bisnis LNG Hub menggunakan Business Model Canvas


(BMC)
2. Mengkaji manfaat yang diperoleh Badak LNG dari perubahan model bisnisnya.
3. Mengevaluasi kesiapan teknologi LNG Hub menggunakan Technology
Readiness Level (TRL).

1.4 Manfaat Penelitian

Manfaat praktis :
Mendapatkan hasil analisis kesiapan kilang Badak LNG menghadapi perubahan
skema bisnis dari produksi LNG menjadi terminal LNG Hub untuk memastikan
upaya apa saja yang diperlukan Badak LNG.

Manfaat akademis :
Hasil penelitian dapat dijadikan rujukan referensi bagi mahasiswa yang melakukan
kajian terhadap perubahan model bisnis kilang LNG menjadi LNG Hub.

1.5 Sistematika Penulisan


Dalam penulisan makalah penelitian ini, agar pembahasan terfokus pada
permasalahan utama dan tidak meluas ke permasalahan lain, maka penulis menyusun
makalah proyek kelas secara sistematis sebagai berikut:

BAB 1 PENDAHULUAN

Dalam bab ini penulis membahas tentang latar belakang masalah yang terjadi
pada fasilitas kilang milik PT Badak NGL, atau biasa disebut Badak LNG. Isi
dari BAB 1 terdiri dari latar belakang, rumusan masalah, tujuan penelitian,
manfaat penelitian serta sistematika penulisan.

BAB 2 TINJAUAN PUSAKA

Tinjauan pustaka berisikan teori-teori yang digunakan/mendukung masalah


termasuk metode yang digunakan untuk menyelesaikan masalah tersebut.
Adapun tinjauan pustaka berisi tentang teori inovasi bisnis, pengertian LNG dan
LNG Hub, pengertian TRL dan BMC.

BAB 3 METODOLOGI PENELTIAN

Metode penelitian berisikan tentang serangkaian langkah-langkah atau prosedur


yang akan digunakan dalam penelitian ini. Termasuk hasil yang ingin dicapai di
setiap langkah tersebut.
BAB II
KAJIAN PUSTAKAN DAN DASAR TEORI

2.1 Teori Inovasi Model Bisnis

Inovasi model bisnis merupakan sebuah gambaran proses transformasi dari satu
model bisnis ke model bisnis lainnya di dalam perusahaan lama atau setelah merger dan
akuisisi, atau penciptaan model bisnis yang sama sekali baru di perusahaan baru [4].
Dalam jurnal lain disebutkan bahwa inovasi model bisnis adalah konseptualisasi dan
implementasi model bisnis baru. Konsep tersebut dapat terdiri dari pengembangan
model bisnis yang sama sekali baru, diversifikasi ke model bisnis tambahan, akuisisi
model bisnis baru, atau transformasi dari satu model bisnis ke model bisnis lainnya.
Transformasi dapat memengaruhi seluruh model bisnis atau individu atau kombinasi
dari proposisi nilainya, penciptaan dan pengiriman nilai, dan elemen penangkap nilai,
keterkaitan antar elemen, dan jaringan nilai [5]. Pada penjelasan tersebut, dijelaskan
kategori inovasi model bsnis dalam 4 kategori:

. Gambar 2.1 Jenis Inovasi Model Bisnis (Geissdoerfer et al., 2018) [5]

Dalam paper lain dijelaskan bahwa inovasi model bisnis bukan tentang mencari
pesaing, karena inovasi model bisnis bukan tentang peniruan atau perbandingan, tetapi
tentang menciptakan mekanisme baru untuk menciptakan nilai dan menghasilkan
pendapatan. Sebaliknya, inovasi model bisnis adalah tentang menantang ortodoksi
untuk merancang model asli yang memenuhi kebutuhan pelanggan yang belum
terpenuhi, baru, atau laten [6].

Pemilihan inovasi bisnis yang efektif bagi perusahaan harus dilakukan dengan
memerptimbangkan kondisi perusahaan yang dapat diidentifikasi menggunakan
metode-metode seperti Business Model Canvas, Technology Readiness Level, The
Internal-External Matrix, Value Proposition Canvas dan lainnya. Keputusan pemilihan
inovasi model bisnis bergandung pada hasil pembahasan metode-metode tersebut, serta
dengan membahas tujuan dan harapan apa yang dapat dicapai perusahaan untuk
pengembangan ke depan [7].

2.2 Pengertian LNG dan LNG Hub

Gas alam (kandungan utamanya metana, (CH 4) merupakan sumber energi yang dapat
dikonversi menjadi bentuk Liquid Natural Gas (LNG). Perubahan fase terjadi akibat gas alam
didinginkan ke suhu yang sangat rendah, sekitar 160°C di bawah nol, tujuannya untuk memudah
penyimpanan dan pengangkutan. Dalam bentuk cair, LNG dapat diangkut dengan kapal ke
seluruh dunia dengan hanya menghabiskan 1/600 ruang jika material ini berada dalam fase gas
[2].

.Pemakaian LNG sebagai bahan bakar utama mesin kapal, mempunyai kaitan dengan
manfaat dari pengurangan emisi dan harga yang lebih murah. Teknologi ini dikenal dengan
nama dual-fuel engine, dengan dua sistem bahan bakar yaitu LNG dan solar. Manfaat yang
dapat diperoleh bila LNG sebagai bahan bakar utama kapal, pemakaian bahan bakar lebih
flexibil, efisiensi yang lebih tinggi, emisinya rendah dan biaya operasionalnya lebih
menguntungkan, dapat mereduksi 25-30% CO2, SOx dan partikel padat dapat direduksi sampai
100 %, dan NOx dapat direduksi sampai 90 % [2].

Bisnis LNG terdiri dari beberapa elemen [8]:

a. Eksplorasi dan produksi gas dan minyak


b. Fasilitas kilang pengolahan gas (gas treatment)
c. Kilang pencairan gas menjadi LNG
d. Pengapalan LNG dari terminal ekspor ke terminal impor.
e. Kilang penerima (recieving terminal), penyimpanan LNG dan vaporisation plant

Sedangkan LNG Hub merupakan alat strategis untuk optimalisasi perdagangan


LNG di pasar yang fluktuatif dengan fasilitas utama berupa tangki penyimpanan LNG.
Bisnis LNG merupakan elemen penting untuk memenuhi kebutuhan energi global. Di
era bisnis LNG saat ini, LNG Hub memiliki peran strategis untuk memaksimalkan
optimalisasi perdagangan dan keamanan LNG. Sejauh ini Pertamina telah
mengembangkan LNG Business Value Chain and Facility secara penuh dari hulu
hingga ke hilir di Indonesia, dapat dilihat dari gambar peta berikut [9]:

Gambar 2.2 Value Chain Business LNG [9]

2.3 Pengertian BMC

Business Model Canvas (BMC) dapat menjadi alat untuk memetakan arah bisnis
perusahaan kedepannya. Sudah banyak perusahaan yang terbukti berhasil menerapkan
metode ini serta membantu perusahaan untuk membuat model bisnis terbaik. Business
Model Canvas adalah suatu strategi manajemen yang digunakan untuk merancang
perencanaan bisnis perusahaan berdasarkan proposisi nilai perusahaan, produk,
infrastruktur, pelanggan, dan keuangan [6].

Terdapat beberapa manfaat Business Model Canvas (BMC) bagi perusahan. Manfaat
tersebut antara lain mempersingkat penulisan perencanaan bisnis, meningkatkan fokus
perusahaan terhadap poin penting perencanaan bisnis, dan mengurangi resiko
kekeliruan dalam eksekusi bisnis.

Pembuatan Business Model ini bertujuan untuk membantu perusahaan merancang


perencanaan proses bisnis dan menetapkan serta memvalidasi poin penting dalam bisnis
seperti; sumber daya, aktivitas, hubungan yang akan dijalin dengan pihak terkait,
pendapatan, hingga pengeluaran yang harus dikeluarkan.

BMC pertama kali diciptakan oleh Alexander Osterwalder pada tahun 2005.
Business Model ini menjadi salah satu strategi manajemen yang populer di kalangan
bisnis dan sering dipelajari di Universitas. Kepopuleran tersebut dikarenakan tampilan
Business Model Canvas (BMC) yang sederhana dan mudah dipahami. Business Model
Canvas terdiri 9 blok yang dapat diisi sesuai masing-masing poin penting dalam suatu
perencanaan bisnis perusahaan. 9 blok tersebut antara lain [6]:

1. Value Proposition

Value proposition merupakan nilai yang diposisikan perusahaan untuk calon


customer. Nilai tersebut mencakup produk atau jasa serta bagaimana perusahaan
ingin dilihat oleh calon customer.
2. Customer Segments

Dalam suatu bisnis, customer menjadi salah satu komponen penting. Dari
customer suatu perusahaan akan mendapatkan income. Perusahaan dapat mengisi
blok ini dengan segmentasi customer seperti apa yang mereka incar sesuai dengan
value proposition.

3. Channels

Setiap perusahaan memerlukan sarana atau cara untuk menyampaikan jasa atau
produk mereka kepada customer. Channels merupakan sarana atau cara untuk
menyampaikan jasa atau produk kepada customer sesuai segmen yang ditentukan
sebelumnya.

4. Customer Relationship

Di dalam lingkup ini yang dinilai adalah bagaimana menjalin hubungan dengan
pelanggan. Agar customer tidak mudah berpaling ke bisnis lain, maka sangat penting
untuk menjalin hubungan yang baik dengan customer. Selain itu, diperlukan juga
pengawasan yang ketat dan intensif dalam customer relationship.

5. Key activities

Ada banyak aktivitas yang harus dilakukan perusahaan dalam menghasilkan


produk atau jasa serta bertahan di tengah kompetisi.

Perusahaan dapat mengisi berbagai macam kegiatan yang akan mereka lakukan
untuk menghasilkan produk dan jasa dalam blok key activities. Key activities juga
menunjukkan kegiatan utama yang harus diberi perhatian lebih oleh perusahaan.

6. Key Resources

Sumber daya merupakan kunci mewujudkan value proposition melalui key


activities yang akan dijalankan. Dalam key resources, perusahaan dapat mengisi
dengan sumber daya apa saja yang mereka miliki, baik tenaga kerja maupun benda
mati seperti perlengkapan dan peralatan.

7. Key Partnership

Tidak mungkin perusahaan akan mampu berdiri sendiri tanpa bantuan relasi dari
pihak lain, baik customer maupun pemasok bahan utama.
Untuk memperlancar relasi yang terjaga dengan baik, perencanaan bagaimana
relasi akan berjalan ketika eksekusi bisnis. Key resources dapat diisi dengan pihak-
pihak mana saja yang harus diajak bekerja sama untuk mencapai tujuan.

8. Revenue Stream

Selain kegiatan penting yang telah dijabarkan dalam key activities, perusahaan
harus menentukan bagaimana mereka akan mendapatkan profit atau keuntungan dari
key activities yang akan berjalan berdasarkan value proposition.

Revenue stream menjelaskan bagaimana perusahaan mendapatkan keuntungan


ketika bisnis telah dieksekusi.

9. Cost Structure

Tidak hanya mendapatkan keuntungan, perusahaan harus mengeluarkan sejumlah


biaya untuk menjalankan bisnis dan mendapatkan keuntungan. Cost structure
meliputi jenis biaya yang sekiranya akan dikeluarkan ketika bisnis telah berjalan.

Contoh biaya tersebut antara lain; biaya sewa tempat, internet, listrik, dan
sebagainya. Dengan pengelolaan pengeluaran yang akurat, bisnis akan lebih efisien
dan terhindar dari risiko kerugian.

2.4 Pengertian TRL

TRL adalah tingkat kondisi kematangan atau kesiapterapan suatu hasil penelitian
dan pengembangan teknologi tertentu yang diukur secara sistematis. Undang-Undang
Nomor 16 Tahun 2012 tentang Industri Pertahanan telah menjelaskan bahwa
pengembangan teknologi merupakan fungsi penyelenggaraan industri pertahanan. Salah
satu instrumen utama dalam menilai penguasaan dan pengembangan teknologi suatu
produk adalah Tingkat Kesiapterapan Teknologi (TKT) atau lebih dikenal dengan
Technology Readiness Level (TRL). Tujuan pengukuran TRL yang utama adalah
memetakan dan mengetahui status kesiapterapan teknologi. TRL juga digunakan
sebagai instrumen evaluasi pelaksanaan program atau kegiatan penelitian dan
pengembangan. Oleh karena itu, TRL dapat mengurangi risiko kegagalan dalam
pemanfaatan teknologi dan meningkatkan pemanfaatan hasil penelitian dan
pengembangan [10].
TRL merupakan parameter dalam mengobservasi bagaimana sains dikonversi
menjadi sebuah produk kekayaan intelektual yang bermanfaat bagi khalayak luas.
Perguruan tinggi atau lembaga penelitian berperan penting dalam pencapaian TRL 1-3
pengembangan pengetahuan. Sementara itu, industri (dunia usaha) melakukan tahap
pengembangan bisnis di TRL 7-9. Berikut tahapan TRL .

Gambar 2.3 Tahapan TRL

Dalam perspektif rantai inovasi, TRL dapat diuraikan kedalam lima tahapan antara
lain: TRL 1-3 merupakan riset teknologi, TRL 2-4 riset pembuktian kelayakan, TRL 3-5
merupakan pengembangan teknologi, TRL 5-6 merupakan demonstrasi, TRL 6-8
menjadi pembesaran skala dan pabrik pilot, dan TRL 7-9 merupakan peluncuran ke
pasar dan komersial. Implementasi pada rangkaian variabel TRL mendorong adanya
investasi teknologi oleh pemerintah, universitas, dan dunia usaha. Kendati demikian,
seringkali ditemui adanya kegagalan pengembangan teknologi baru ketika berada pada
tahap TRL 4-6. Oleh karenanya, level-level tersebut dikenal juga dengan nama jurang
investasi atau lembah kematian kesiapterapan teknologi .

Pengukuran TRL terdiri atas penanggung jawab tingkat nasional dan tingkat
institusi. Penanggung jawab pada tingkat nasional dijabat oleh Direktur Jenderal dan
penanggung jawab pada tingkat institusi sesuai unit kerjanya. Penanggung jawab dapat
membentuk tim penilaian dan sekretariat TRL. Mekanisme dan tugas penanggung
jawab tercantum dalam pendoman umum.

Hasil dari pengukuran atau penilaian TRL digunakan sebagai landasan utama dalam
pengambilan kebijakan dalam merumuskan, melaksanakan dan mengevaluasi program
penelitian dan pengembangan, dan pelaku kegiatan dalam menentukan tingkat
kesiapterapan teknologi dimanfaatkan dan diadopsi, dan pengguna memanfaatkan hasil
penelitian dan pengambangan.
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Metodologi Penelitian

Penyeleseian penelitian dimulai dengan mengidentifikasi permasalahan yang sedang


terjadi serta permasalahan yang akan diteliti di kilang LNG Bontang, yaitu produksi
LNG yang terus menurun dan berpotensi tidak dapat mencukupi kebutuhan pelanggan
LNG skala kecil. Selanjutnya melakukan literature review tentang teori inovasi model
bisnis termasuk metode-metode yang digunakan sebagai pendekatan untuk menemukan
solusi dari permasalahan yang telah disebutkan yaitu BMC dan TRL. Dalam BMC akan
dibahas terkait unsur-unsur yang menjadi elemen penting atau key resources dari skema
bisnis LNG Hub. Dengan demikian akan ditemukan perbedaan-perbedaan yang harus
diantisipasi maupun disiapkan, termasuk kesiapan teknologi nya yang diukur
menggunakan TRL. Berdasarkan analisis tersebut akan diperoleh tolok ukur atau posisi
kilang LNG Bontang yang berkaitan dengan perubahan konsep bisnis.

Mulai

Mengidentifikasi basis masalah yang muncul pada kilang LNG di Bontang,


Kalimantan Timur

Melakukan literture review terhadap permasalahan yang dihadapi

Mengidentifikasi Business Canvas Model LNG Hub yang diajukan untuk kilang
LNG

Melakukan analisis kesiapan teknologi akibat perubahan model bisnis kilang


LNG menjadi LNG Hub menggunakan Technology Readiness Level

Selesei

Gambar 3.1 Flowchart Langkah Pengerjaan


DAFTAR PUSTAKA

[1] C. Y. K. W. X. Y. Y. Z. Qian Zou, "Global LNG market: supply-demand and


economic analysis," in IOP Conference Series: Earth and Environmental Science,
2022.

[2] Badak LNG, Gas Bumi Untuk Negeri: Potensi LNG di Indonesia, Bontang:
Corporate Communication Departement, 2019.

[3] Veritas Capital, "Wood Mackenzie," Independent research and analysis across
multiple industry sectors., 2023. [Online]. Available: https://www.woodmac.com/.

[4] N. M. Martin Geissdoerfer and E. J. H. Bocken, "Design thinking to enhance the


sustainable business modelling process – A workshop," Journal of Cleaner
Production, pp. 1-33, 2016.

[5] D. V. S. E. Martin Geissdoerfer, "Sustainable business model innovation: A


review," Journal of Cleaner Production, pp. 401-416, 2018.

[6] Y. P. Alexander Osterwalder, Business Model Generation: A Handbook for


Visionaries, Game Changers, and Challengers, Hoboken: Wiley & Sons, 2010.

[7] T. A. T. Fella Diandra Chrisandy, "Business Model Innovation Formulation of


Atam Geprek XYZ Restaurant," ResearchGate, pp. 1-10, 2022.

[8] D. Patel, "Role of LNG for Transition ffrom Fossil to Renewable Energy,"
ResearchGate, pp. 1-2, 2020.

[9] Universitas Pertamina, "Webinar Cipta Karsa "The Strategic Role of LNG Hub in
Global Energy Era"," Oil & Gas, 15 5 2022. [Online]. Available:
https://universitaspertamina.ac.id/berita/detail/webinar-cipta-karsa-the-strategic-
role-of-lng-hub-in-global-energy-era. [Accessed 15 3 2023].

[10] T. A. Taufik, Konsep dan Metode Pengukuran Tingkat Kesiapan Teknologi/TKT,


ResearchGate, 2005.

[11] Iskendar, "Kesiapan Teknologi dalam Menunjang Peningkatan TKDN pada


Industri Maritim Nasional," in Kongres Infrastruktur Maritim, Kementrian
Koordinator Bidang Kemaritiman RI, Makassar, 2017.

[12] KKIP, "Memahami TRL dan MRL sebagai Total Ukur Pengembangan Produk
Industri Pertahanan," 2022. [Online]. Available:
https://www.kkip.go.id/2022/08/26/memahami-trl-dan-mrl-sebagai-tolak-ukur-
pengembangan-produk-industri-pertahanan/. [Accessed 11 3 2023].
[13] B. C. K. R. J. D. William L. Nolte, "Technology Readiness Level Calculator,"
ResearchGate, pp. 1-16, 2003.

[14] Y. Siahaya, "Manfaat Pemakaian LNG Sebagai Bahan Bakar Utama Mesin
Kapal," J.Pen Transla, vol. 16, pp. 87-92, 2014.

Anda mungkin juga menyukai