Anda di halaman 1dari 71

Industri Carbon Riser

STUDI KELAYAKAN

Medi Purnomo
DAFTAR ISI

RINGKASAN EKSEKUTIF ................................................... 1

BAB I PENDAHULUAN ........ .............................. 3

BAB II ANALISIS PASAR DAN PERSAINGAN .................... 5

BAB III ANALISIS TEKNOLOGI DAN PRODUKSI ............... 26

BAB IV ANALISIS ORGANISASI DAN MANAJEMEN ............. 39

BAB V ANALISIS RISIKO .............................................. 67

BAB VI ANALISIS KEUANGAN ....................................... 78

BAB VII KESIMPULAN DAN REKOMENDASI ..................... 112

LAMPIRAN

1
RINGKASAN EKSEKUTIF

Dalam proses pembuatan baja, selain diperlukan bahan baku utama berupa scrap atau sponge iron atau pig
iron, juga diperlukan bahan penunjang. Salah satu bahan penunjang utama yang harus ada (mutlak) dalam
proses pembuatan baja (steelmaking) adalah Carbon-Riser (CR). Kegunaan utama material ini adalah sebagai
Deoksidator baja cair dan/atau sebagai Alloy untuk memperkuat/memperkeras sifat baja.

Saat ini sebagian pengadaan CR yang dibutuhkan industri baja di Indonesia berasal dari impor. Dari hasil
survey dan analisis, diperoleh bahwa angka produksi baja dari pabrik yang memiliki melt-shop facility di
Indonesia mencapai 3.780.000 ton per tahun, dan untuk dunia total mencapai 1.340.000.000 ton per
tahun. Dengan menggunakan angka rasio baku ton baja membutuhkan ton CR, maka dapat di hitung bahwa
kebutuhan CR nasional mencapai 88.995 ton per tahun dan kebutuhan CR dunia mencapai 5.628.000 ton
per tahun.

Pada tahap awal diusulkan untuk membangun industri CR dengan kapasitas 30.000 ton per tahun, yang
berarti harus mmpu memasarkan sebanyak 30.000 ton per tahun dari kebutuhan CR nasional 88.995 ton
per tahun, dan/atau kebutuhan CR dunia sebesar 5.628.000 ton per tahun.

Hasil survey dan analisis menyimpulkan bahwa lokasi industri yang terbaik saat ini adalah di Kawasan
Industrial Estate Cilegon (KIEC), di Cilegon, Banten. Salah satu pertimbangan utama, karena telah
lengkapnya infrastruktur, lingkungan sosial kemasyarakatan yang kondusif dan mendukung, serta jarak yang
dekat dengan PT Krakatau Steel sebagai pembeli utama dan mitra kerja sama strategis, teknologis dan
teknis.

Dari analisis manajemen risiko yang dilakukan, teridentifikasi faktor-faktor utama yang memungkinkan
terjadinya risiko dalam pembangunan industri dan pengembangan bisnis CR ini, yaitu: risiko pasokan bahan
baku (green coke), risiko pasar dan persaingan, risiko fluktuasi harga jual CR, risiko teknis teknologis mesin
dn fasilitas produksi CR. Respons strategik yang diusulkan untuk disiapkan adalah dengan membuat
kesepakatan kerja sama atau kemitraan dengan pihak-pihak terkait, seperti: dengan PT Pertamina untuk
untuk menjamin keberlanjutan pasokan green coke, dengan PT Krakatau Steel untuk menjamin kestabilan

2
volume penjualan dan tingkat harga jual serta dengan berbagai pabrikan (termasuk PT Krakatau Steel) untuk
menjamin dukungan teknis teknologis atas mesin produksi dan fasilitas produksi yang digunakan.

Dari hasil analisis dan perhitungan untuk jangka waktu kerja 5 tahun, maka diperoleh angka-angka
keekonomian proyek sebagai berikut:

Internal Rate of Return (IRR) = 34.9%

Net Present Value (NPV, DF = 18%) = USD 1,991,164

Pay Back Period = 2 tahun 4 bulan dengan Nilai Investasi sebesar USD 4,826,443

Berdasarkan angka-angka keekonomian proyek tersebut, serta dengan melihat hasil analisis berbagai aspek
lainnya, maka dapat disimpulkan bahwa rencana pembangunan dan pengembangan industri CR ini adalah
layak (feasible) untuk dilaksanakan.

3
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. LATAR BELAKANG

Industri carbon riser adalah industri yang sangat erat kaitannya dengan industri baja. Dalam proses pebuatan
baja, selain diperlukan bahan baku utama berupa scrap/sponge iron/pig iron juga diperlukan bahan
penunjang. Adapun salah satu bahan penunjang yang mutlak dibutuhkan dan digunakan dalam proses
produksi baja (steel making) adalah Carbon – Riser. Dimana kegunaan utama material ini adalah sebagai
deoksidator baja cair dan/atau sebagai alloy untuk memperkuat atau memperkeras sifat baja.

Bahan baku utama yang digunakan untuk memproduksi Carbon Riser adalah Green Coke. Adapun Green
Coke di Indonesia diproduksi di Pertamina UP II Dumai Refinery. Green Coke adalah product sampingan
(by product) dari proses penyulingan minyak bumi.

Green Coke memiliki fraksi lebih berat dibandingkan dengan bahan bakar minyak, karena itu, Green Coke
memiliki kalori dengan tingkat equivalen lebih rendah dari bahan bakar minyak, yaitu sekitar 7,500-8,500
K.cal/Kg. Namun, Green Coke dalam hal nilai kalori, memiliki kandungan kalori lebih tinggi daripada batu
bara yang hanya 5000-6000 K.cal/Kg. Green Coke didistribusikan dalam bentuk curah.

Sesungguhnya bahan baku Green Coke tidak hanya bisa untuk produksi Carbon Riser saja, tetapi juga bisa
untuk memproduksi Foundry Petroleum Coke (KOKAS) dan juga produk Calsined Petroleum Coke yaitu
bahan baku pembuatan batu batery, Carbon Aktif, Grafit elektroda dan lainnya.

Studi Kelayakan ini disusun untuk menganalisis kelayakan teknik dan ekonomis pengembangan industri
produksi Carbon Riser sebagai bahan baku penunjang utama dalam proses produksi baja, yaitu sebagai
sebagai deoksidator baja cair dan/atau sebagai alloy untuk memperkuat /memperkeras sifat baja.

Dasar pertimbangannya adalah sebagian besar pengadaan Carbon Riser yang dibutuhkan di Indonesia berasal
dari import. Hal ini disebabkan karena produksi dalam negeri tidak dapat mencukupi permintaan pasar

4
dalam negeri. Disamping itu teknologi yang digunakan tidaklah terlalu kompleks, dan juga investasi yang
digunakan tidaklah terlalu besar.

Carbon Riser hanyalah satu produk turunan dari Green Coke. Selain Carbon Riser, Green Coke juga dapat
diolah menjadi produk korsial lainnya, seperti Foundry Petroleum Coke (KOKAS) dan juga produk
Calsined Petroleum Coke. Rencana itu akan dilakukan pada tahap pengembangan berikutnya karena harga
jual Foundry Petroleum Coke (KOKAS) lebih tinggi dari Carbon Riser. Sebagai gambaran, kalau harga jual
saat ini Carbon Riser pada kisaran USD 300/MTon maka Foundry Petroleum Coke (KOKAS) pada kisaran
harga USD 500/MTon.

1.2. MANFAAT

Adapun manfaat yang dapat diperoleh dari investasi di bidang industri Carbon Riser ini adalah:

Manfaat finansial, yaitu dengan dibangunnya industri ini akan memberikan peluang keuntungan yang besar.
Seperti diketahui bahan baku utama untuk pengolahan Carbon Riser ini adalah Green Coke disamping
batubara yang banyak didapatkan dari dalam negeri, Bahkan negara produsen Carbon Riser di luar negeri
masih banyak yang menggunakan atau import dari Indonesia. Dengan demikian harga jual dapat bersaing.
Disamping itu trend harga Carbon Riser dari waktu ke waktu meningkat terus dengan demikian prospek
bisnis di industri ini sangat menjanjikan karena adanya investasi asing yang masuk dalam sektor industri baja.
yang pasti akan berdampak pada meningkatnya permintaan Carbon Riser dalam negeri.

Manfaat ekonomi, dengan didirikannya pabrik Carbon Riser ini diharapkan dapat mengurangi impor dari
luar negeri dengan demikian akan ada penghematan devisa negara. Disamping itu dapat ikut
menyumbangkan devisa jika produk bisa memasuki pasar expor. Dan juga secara langsung dapat
menyumbang pada penyerapan tenaga kerja.

1.3. TUJUAN

Studi Kelayakan ini disusun untuk menganalisis kelayakan teknis dan ekonomis rencana pengembangan
industri Carbon Riser di Indonesia.

5
1.4. PIHAK YANG TERKAIT

Dalam industri ini banyak pihak pemangku kepentingan (stakeholder). Diantara pihak – pihak tersebut yang
paling dominan dalam kaitan dengan usaha ini adalah ;

Investor atau pemilik modal, yaitu pihak yang bertanggung jawab atas ketersediaan dana untuk investasi baik
sebagai kreditur maupun owner untuk penyertaan usaha.

Manajemen, yaitu pihak yang bertanggung jawab atas penggunaan dana dalam ujud struktur finansial dari
dana yang telah tersedia guna mendapatkan keuntungan optimal.

Pemasok, yaitu pihak yang menentukan ketersediaan pasokan atas bahan baku green coke.

6
BAB II
ANALISIS PASAR DAN PERSAINGAN

Dalam Membahas analisis pasar dan persaingan maka sistimatika pembahasannya adalah dimulai dari
pembahasan produk dilanjutkan dengan, lokasi produksi, pasar, permintaan carbon riser, penawaran
produk, market space dan market share, target, perkiraan harga, kebijakan harga, kebijakan produk,
kebijakan distribusi dan diakhiri dengan, kebijakan promosi.

2.1. PRODUK DAN SEGMENTASI

Produk yang akan dihasilkan adalah Carbon Riser (CR) dan bahan baku utama yang digunakan adalah Green
Coke. Green Coke sendiri bisa digunakan untuk berbagai keperluan industri yaitu sebagai elektroda untuk
industri baterai, industri alloy, industri aluminium, sebagai reduktor industri alloy dan juga Carbon Riser
untuk industry baja, dan industry foundry.

Dengan bahan baku green coke maka produk yang dihasilkan adalah carbon riser yang konsumennya adalah
produsen baja. Teknologi yang digunakan untuk mengubah green coke menjadi carbon riser adalah
teknologi yang tidak terlalu tinggi karena tujuannya adalah meningkatkan kualitas green coke dan komposisi
kimia lainnya melalui tungku pemanasan untuk mengurangi kadar air dan merubah struktur yang ada
didalamnya. Proses produksinya bersifat produksi masal dan kontinyu bukan intermitten atau atas dasar
pesanan yang mempunyai karakteristik tertentu. Dengan kontinyu tersebut produksi dilakukan selama 24
jam dengan system shift dengan tiga shift, produksi yang direncanakan untuk carbon riser ini adalah sebesar
30.000 ton pertahun atau 2.500 ton perbulan.

Fisik produk tersebut adalah merupakan barang curah tetapi dalam pabrikasi akan dikemas dalam kantong
ukuran 500 kg. Sifat produk adalah tahan lama/ durable goods baik secara phisik maupun komposisi
perubahan kandungan kimiawinya.

7
Adapun bentuk fisik carbon riser dengan spesifikasinya dapat dilihat sbb:

Specification:

FixedCarbon: ≥99%, ≥98.5%, ≥97%, ≥96% ; Sulfur: ≤0.03% ,≤0.05% ,≤0.1%;

Moisture: ≤0.5% ; Size: 0.5-5mm, 5-10mm, 1-10mm dll.

Dengan teknologi yang tidak jauh berbeda dan dengan penggunaan mesin yang sama akan bisa juga dihasilkan
produk seperti telah disebut diatas yaitu calsined petroleum coke yang konsumennya adalah industry batu
baterai, sebagai carbon aktif dan grafit elektroda. Disamping itu, dengan pengembangan teknologi yang
digunakan bisa dihasilkan produk foundry petroleum coke. Pada saat ini atau tahap awal ini industry yang
didirikan adalah ditujukan untuk menghasilkan carbon riser dengan konsumen industri baja.

2.2. LOKASI PRODUKSI

Karena industri ini sifat produksinya massal dan kontinyu serta penggunaan volume bahan baku yang cukup
besar dimana sarana angkutan yang digunakan adalah tongkang maka untuk menekan biaya pengadaan bahan
baku harus berlokasi tidak jauh dari pelabuhan. Disamping itu kedekatan lokasi dengan customer harus
sangat dipertimbangkan untuk kepentingan mata rantai distribusi yang semakin pendek jaraknya akan
semakin meningkatkan daya saing karena rendahnya biaya distribusi. Dengan dasar captive market yang
dominan adalah PT Krakatau Steel maka pertimbangan atas lokasi haruslah mempertimbangkan factor

8
tersebut. Pertimbangan lain selanjutnya adalah faktor harga perolehan atas tanah dan bangunan serta
perijinan juga tidak kalah pentingnya. Berdasarkan pertimbangan-pertimbangan tersebut, maka lokasi yang
terbaik adalah di Kawasan Industrial Estate Cilegon (KIEC), di Cilegon, Banten.

2.3. PASAR

Pasar CR ini adalah seluruh industri baja yang memiliki melt-shop facility, baik di dalam negeri maupun di
luar negeri. Lihat tabel berikut:

2.4. PERMINTAAN CARBON RISER

Permintaan CR terkait erat dan berbanding lurus dengan tingkat produksi baja dan produk-produk
turunnya, seperti baja-baja yang digunakan dalam industri otomotif, konstruksi, dsb. Data permintaan baja
dari data eksport biro pusat statistik untuk katagori besi baja, mesin mesin dan otomotif dapat disajikan sbb:

9
PERKEMBANGAN EKSPOR 12 HASIL INDUSTRI

USD
Periode 2004 - 2009 JUTA

KETERANGAN 2004 2005 2006 2007 2008 2009


BESI BAJA, MESIN 2,
OTOMOTIF 4,581.8 5,949.7 7,712.7 9,609.6 11,815.0 8,322.0

Dari tahun 2004 sampai tahun 2008 mengalami kenaikkan secara terus menerus. Tahun 2009 terjadi
penurunan yang diakibatkan karena krisis ekonomi global. Karena sasaran utama adalah permintaan
domestic maka hal ini tidak berpengaruh. Adapun untuk pasar domestik di dalam negeri perusahaan yang
memproduksi baja antara lain sebagai berikut:

10
INDUSTRI BAJA DALAM NEGERI PENGGUNA CARBON RISER TH 2009

NO PERUSAHAAN BAJA LOKASI KAPASITAS TON/THN

1 Budidharma Jakarta 150,000

2 Jakarta Cakra Tunggal Jakarta 120,000

3 Jakarta Steel Megah Utama Jakarta 410,000

4 Pangeran Karang Murni Jakarta 100,000

5 Pulau Gadung MFG Jakarta 80,000

6 The Master Steel Jakarta 300,000

7 Toyo Giri Iron & Steel Jakarta 120,000

8 Gunung Garuda Bekasi 400,000

9 Inter World Steel mills Indonesia Tangerang 180,000

10 Krakatau Steel Cilegon 2.400.000

11 Inti General Jaya Steel Semarang 160,000

12 Hanil Jaya Metal Work Surabaya 160,000

13 Ispat Indo Surabaya 700,000

14 Jatim Taman Steel Surabaya 200,000

15 Growth Sumatra Industri Medan 330,000

16 Gunung Gahapi Sakti Medan 300,000

17 Bara Waja Makasar 70,000

JUMLAH PRODUKSI PERTAHUN (TON) 3,780,000

11
Secara nasional produksi baja yang dihasilkan adalah sekitar empat juta ton.

Dari produksi diatas kebutuhan akan Carbon Risernya adalah sbb:

INDUSTRI BAJA DALAM NEGERI

PENGGUNA CARBON RISER TH 2009

NO PERUSAHAAN BAJA KEBUTUHAN C-RISER TON/THN

1 Budidharma 2.160

2 Jakarta Cakra Tunggal 1.730

3 Jakarta Steel Megah Utama 5.905

4 Pangeran Karang Murni 1.440

5 Pulau Gadung MFG 1.150

6 The Master Steel 4.320

7 Toyo Giri Iron & Steel 1.730

8 Gunung Garuda 5.760

9 Inter World Steel mills Indonesia 2.590

10 Krakatau Steel 34.560

11 Inti General Jaya Steel 2.305

12 Hanil Jaya Metal Work 2.305

13 Ispat Indo 10.080

14 Jatim Taman Steel 2.880

15 Growth Sumatra Industri 4.750

16 Gunung Gahapi Sakti 4.320

17 Bara Waja 1.010

JUMLAH KEBUTUHAN PER TAHUN (TON) 88.995

12
KEBUTUHAN C85 PER TAHUN (90%) 80.096

KEBUTUHAN C95 PER TAHUN (10%) 8.994

Dengan dilaksanakannya pengembangan PT Krakatau Steel (KS) Cilegon, Banten, melalui kerjasama dengan
Pohan Iron and Steel Company Ltd (Posco) perusahaan produsen baja milik Pemerintah Republik Korea
Selatan, untuk membangun pabrik baja di Cilegon mulai tahun 2010 dengan masa pembangunan selama tiga
tahun dan jumlah investasi sebesar US$ 3 miliar. Dimana Pabrik baja baru itu akan memproduksi baja
lembaran yaitu plat lebar maupun plat tebal dengan menggunakan bahan baku lokal, hasil produksi untuk
kebutuhan pasar lokal, target produksi baja untuk pabrik baru itu bisa mencapai 2,5 juta ton baja per tahun.
Dengan pengembangan tersebut maka total produksi baja nasional adalah 6,5 juta ton. Produksi tersebut
masih belum mencukupi permintaan akan baja secara nasional yaitu 9 juta ton pertahun. Dengan demikian
jika produksi nasional baja sampai saat ini adalah sebesar 4 juta ton pertahun maka impor baja masih
dilakukan yaitu sebesar 5 juta ton. Jadi dapat disimpulkan bahwa pasar akan carbon riser masih prospektif
untuk waktu setidaknya 5 tahun yang akan datang.

2.5. PRODUKSI CR NASIONAL

Dari data yang diperoleh diketahui bahwa jumlah produksi CR nasional adalah sebesar 108.000 ton per
tahun, yang diproduksi oleh PT Yoso Mulyo dan sebanyak 5.400 ton per tahun oleh produsen CR kecil.
Dari jumlah produksi CR PT Yoso Mulyo tersebut, sebanyak 40% diekspor karena pertimbangan harga dan
kualitas. Sehingga kebutuhan CR dalam negeri belum dapat dipenuhi oleh produsen CR nasional yang ada
sekarang. Sebagai contoh, kebutuhan CR PT Krakatau Steel sebanyak 20.000 ton per tahun dipasok oleh 5
perusahaan importir CR, yang produknya (CR) berasal dari China.

Perusahaan pemasok CR di PT Krakatau Steel dapat dilihat pada tabel berikut:

13
Type C. 85%

Hrg.
Tahun Volume (Kg) Nilai Komposit Pemasok

2005 15.261.618 Rp 20.282.690.322 Rp 1.329 Yoso Mulyo


Changhsien (KH)
2006 9.462.720 Rp 16.266.415.680 Rp 1.719 Crystal Graphic
Huiceng Int. Trade
2007 7.652.569 Rp 14.555.186.238 Rp 1.902 PSB
Shanrong
2008 13.417.940 Rp 39.247.474.500 Rp 2.925 Tianjin
MM Metals
2009 8.283.668 Rp 23.070.015.380 Rp 2.785 Primkokas
Cakrawala
Van Metal
Karyatama Lima Utama
Yoesin Putra
Eximindo
Ningxia Minmetals

14
Bahan baku CR adalah Green Coke, yang seluruhnya di produksi oleh PT Pertamina, sebanyak 330.000
ton/tahun. Dari jumlah produksi tersebut, sebanyak 121.000 ton per tahun di serap oleh PT Yoso Mulyo
untuk dijadikan CR. Sedangkan sisanya sebanyak 209.000 ton per tahun diserap oleh PT Patra Niaga, PT
Petral, dan Mitsubishi untuk di ekspor.

2.6. MARKET SPACE DAN MARKET SHARE.

Dari pangsa pasar yang ada dalam negeri yaitu sesuai dengan produknya untuk kepentingan produksi baja
saat ini maka tercatat kebutuhan akan carbon riser (market space) pertahun 88.995 ton. Selama ini
pemenuhannya melalui produksi dalam negeri dan juga import dari China dan negara lainnya. Dengan
demikian jika direncanakan produksi 30.000 ton maka market share yang harus dikuasai adalah sebesar
33,70% dari total kebutuhan CR yang ada.

15
2.7. TARGET

Dari jumlah 30.000 ton yang direncanakan tersebut sebesar 20.000 ton adalah untuk memenuhi kebutuhan
produksi baja pada PT. Krakatau Steel. Jadi captive market tahun 2010 ini dan seterusnya adalah sebesar
67% dari angka produksi CR. Hal ini bisa dipastikan karena telah dilakukan pertemuan pertemuan dengan
pihak direksi PT. Krakatau Steel untuk membicarakan kesepakatan MOU untuk kelancaran pemasaran
produk carbon riser. Dengan demikian maka target 10.000 ton sisanya dapat dilakukan untuk perusahaaan
produksen baja lainnya yang membutuhkan carbon riser seperti data yang telah disajikan sebelumnya.
Disamping itu juga telah dilakukan survey ke berbagai perusahaan industri baja dan hasilnya adalah peluang
mereka untuk menyerap hasil produksi yang direncanakan tetap terbuka dengan harga yang kompetitif..

2.8. PERKIRAAN HARGA

Seperti yang telah disampaikan dipendahuluan bahwa produsen luar negeri banyak menggunakan bahan baku
green coke yang diimport dari Indonesia atau Negara lainnya. Dengan demikian daya saing dalam penetapan
harga jual sangat menguntungkan jika industry ini di dirikan di Indonesia. prospek harga dari carbon riser
dari tahun ke tahun cukup bagus, dari data statistik yang ada dapat digambarkan sebagai berikut:

PERKEMBANGAN
HARGA CARBON RISER

TAHUN HARGA (USD)

2005 140

2006 185

2007 200

2008 310

2009 290

16
Saat ini (tanggal 19 Januari 2010) harga jual CR ada pada kisaran USD 320 (FOB) produk dari China.
Dengan demikian trend perubahan harga dari tahun ketahun tidak bisa digunakan secara kuantitative tetapi
bisa dipakai sebagai dasar bahwa harga carbon riser dari tahun ke tahun mengalami kenaikkan.

2.9. KEBIJAKAN HARGA

Bertitik tolak dari hal tersebut diatas maka dapat diramalkan bahwa penetapan harga adalah dengan acuan
kenaikkan setiap tahun secara konservatif karena permintaan selalu meningkat.

Pesaing utama untuk penawaran produk carbon riser adalah didominasi oleh perusahaan asing yaitu China
yang sangat dominan. Perusahaan industry di China yang memproduksi carbon riser banyak melakukan
import green coke dari Indonesia. Dengan demikian dapat dipastikan jika dilakukan produksi dengan efisien
akan bisa menetapkan harga dibawah harga pesaing. Terlebih lagi dengan adanya perdagangan bebas Asean
dengan China penetapan harga jual sangat berpengaruh. Keunggulan yang bisa dikedepankan untuk
menentukan harga dibawah harga pesaing adalah harga beli bahan baku akan bisa menyaingi harga perusahaan
asing yang melakukan import bahan baku dari Indonesia. Disamping itu kebijakan syarat pembayaran dengan
jangka waktu satu sampai dua bulan bisa diterapkan dengan konsekwensi adanya tambahan modal kerja. hal
ini bisa dilakukan dengan mempertimbangkan faktor time value of money.

2.10. KEBIJAKAN PRODUK

Pada tahap awal pendirian maka produksi yang dilakukan adalah produksi carbon riser dalam kemasan untuk
memudahkan pengangkutan dan menjaga kualitas. Ukuran kemasan disesuaikan dengan permintaan
customer, guna kepentingan distribusi dan penyimpanan karena secara teknologi dan proses memungkinkan.
Spesifikasi produk diharapkan diatas spesifikasi produk pesaing sehingga akan meningkatkan daya saing
dengan produk lain terutama dari produk China. dengan demikian peran quality control harus dilakukan
secara optimal baik untuk pengadaan bahan baku baku maupun hasil produksi.

17
2.11. KEBIJAKAN DISTRIBUSI

Seperti diuraikan dimuka bahwa peluang untuk menjadi pemasok pada Krakatau Steel sangat besar dengan
catatan baik harga, kualitas dan kelangsungan pasokan dapat bersaing dengan supplier lainnya.Untuk itu
maka faktor kedekatan lokasi sangat berpengaruh besar terhadap keberhasilan bisnis ini. Untuk itu lokasi
akan ditetapkan sedekat mungkin dengan Krakatau Steel disamping harus memperhatikan distribusi kepada
industry baja lainnya. Kesiapan atas alat transportasi juga harus diperhitungkan dalam investasi. Karena sifat
permintaan yang kontinyu maka sifat distribusinya harus intensif.

2.12. KEBIJAKAN PROMOSI

Karena pangsa pasar yang dituju pada awal operasi adalah konsumen industry baja dalam negeri maka
langkah awal adalah menentukan spesifikasi yang dibutuhkan oleh masing masing industry baja secara
langsung. Dengan mengetahui kebutuhan masing masing customer selanjutnya dilakukan penetapan
terhadap spesifikasi pasokan bahan baku. Untuk dapat memperoleh pangsa pasar strategi yang dilakukan
adalah personal selling dan door to door kemasing – masing industry baja yang ada di Indonesia guna
meyakinkan bahwa produk yang dihasilkan kompetitif.

18
BAB III

ANALISIS PRODUKSI DAN OPERASI

Green coke merupakan produk samping dari pemurnian industri minyak, produk ini bisa digunakan untuk
berbagai aplikasi dalam industri sbb:

19
Pengunaan Green Coke dalam Industri Baja

Dalam industri baja selain diperlukan bahan baku utama berupa scrap/sponge iron/pig iron, juga diperlukan
bahan penunjang. Salah satunya bahan penunjang yang dimaksud adalah adalah Carbon-Riser. Material ini
dibuat dari proses calsinasi green coke. Keguanaan utama carbon-riser adalah sebagai deoksidator baja cair
dan /atau sebagai alloy gunanya untuk memperkuat/memperkeras sifat baja.

Spesifikasi Carbon-Riser
Spesifikasi carbon-riser dalam industri baja ada 3 jenis yaitu C85 halus, C85 kasar dan C95.

20
Teknologi & Proses Produksi Carbon-Riser

Lay out Industry, Carbon-Riser

Industri carbon_riser yang akan dibangun menempati lahan seluas 20.000 m2.

21
BAB IV

ANALISIS ORGANISASI DAN MANAJEMEN

Dalam pembahasan analisis organisasi dan management disini akan dibahas mengenai beberapa hal yaitu
mulai dari pembahasan karakteristik sistem mangement masa depan kemudian dilanjutkan dengan
pembangunan infrastruktur perusahaan yaitu berisikan seluruh bentuk investasi yang harus dilakukan beserta
jadwal waktu perolehannya.Selanjutnya terkait dengan organisasi maka diuraikan pendekatan dalam
penyusunan organisasi yaitu membangun organisasi berdasar fungsi dan membangun organisasi berbasis
proses. Tahap berikutnya adalah melakukan analisa pekerjaan pada c riser industri meliputi jenis pekerjaan,
penentuan Jabatan, membangun struktur organisasi, kompetensi Pekerja terkait dengan kompetensi Jabatan
dan kompetensi Individu diikuti dengan kebutuhan Jumlah Pekerja dikaitkan dengan rencana produksi dan
kebutuhan material serta waktu kerja dan beban kerja.

3.1. MEMBANGUN KARAKTERISTIK SISTEM MANAGEMENT MASA DEPAN

Tujuan dari uraian karakteristik sistem management masa depan adalah untuk memberikan gambaran atau
dasar pertimbangan dalam penyusunan organisasi c riser. Dengan demikian waktu menyusun organisasi
perusahaan nantinya pendekatan yang dilakukan adalah pendekatan masa depan bukan pendekatan
tradisionil. Adapun karakteristik management masa depan adalah :

a. Perubahan tidak berkelanjutan

Maksudnya adalah bahwa seiring dengan perubahan lingkungan bisnis yang turbulen dan tidak linier, maka
management bisa melakukan perubahan yang bersifat tidak pasti, sulit diprediksi dan stabilitas fluktuatif.

b. Kecepatan dan kemampuan merespon

22
Maksudnya adalah bahwa dalam menetapkan ukuran keberhasilan atau ketercapaian tidak selalu harus dalam
satuan ukuran yang tetap dengan periode waktu yang telah ditentukan. Bisa saja setiap saat dilakukan
pengukuran untuk mengantisipasi perubahan.

c. Leadership dari setiap orang

Era keberlakuan Top – bottom dalam pengambilan keputusan sudah tidak lagi dipergunakan secara mutlak.
Dengan kompetensi yang dimiliki setiap orang bisa diminta untuk berperan dalam menetukan keputusan
yang akan diambil.

d. Fleksibel yang permanen

Dengan perubahan yang bersifat terus menerus dan cepat maka strategi akan berubah dan selanjutnya tentu
akan ada perubahan dalam management. Jadi sifatnya tidak kaku tetapi selalu menyesuaikan dengan
perubahan.

e. Pengendalian melalui Visi dan Value

Pada awalnya management sangat menekankan kepada hirarkhi organisasi untuk pengendaliannya. Tetapi
saat ini dan yang akan datang penekanannya adalah pada Visi dan values, karena muara akhir dari semua
organisasi adalah tergambar pada visi yang dilandasi oleh value yang dimiliki.

e. Information sharing

Dengan Kemajuan teknologi maka semua data dan informasi dapat disebarkan secara serentak pada waktu
yang sama (real time) kepada yang berkepentingan, dengan demikian ketertutupan atas data dan informasi
tidak lagi perlu dilakukan.

23
f. Kreativitas dan Intuisi

Dalam analisis tidak hanya sebatas data quantitatif saja tetapi dibutuhkan juga pemikiran yang out of the box
dan intuisi yang dilandasi kekuatan trend watching dan envisioning.

g. Ketidak pastian yang pasti

Dalam era masa lalu setiap pengambilan keputusan selalu dilandasi dengan data dan landasan pijakan yang
pasti. Tetapi pada era sekarang karena sedemikian cepatnya perubahan maka semua yang tidak mungkin
menjadi mungkin dan semua yang pastipun bisa menjadi tidak pasti.

h. Proaktif

Dalam istilah umum kita sebut dengan jemput bola. Kecepatan menjadi sangat penting, penundaan setara
dengan kegagalan. Bersifat rektif karena menghindari resiko berdampak kepada akibat yang lebih besar.

i. Dependensi

Dalam menjalankan bisnis ketergantungan antar perusahaan sangat dominan baik untuk stake holder internal
maupun sampai kepada pesaing sekalipun.

j. Virtual integration

Integrasi tidak lagi bersifat vertikal tetapi bisa merambah keberbagai arah baik secara langsung maupun tidak
langsung.

k. Fokus pada lingkup persaingan

24
Pada kegiatan organisasi biasanya ditekankan pada proses internal, pada masa datang orientasi pada
lingkungan yang kompetitif.

l. Persaingan ada pada masa depan bukan saat ini

Dengan cepatnya pertumbuhan teknologi maka persaingan ada pada penciptaan bukan pada waktu kini atau
dengan kata lain market share sudah bisa ditetapkan ketika produk diciptakan.

m. Penekanan pada innovasi

Dalam kaitannya dengan produk keuunggulan kompetitif tidak lagi bertahan lama yang ada adalah inovasi
berkelanjutan.

Dengan memahami orientasi management masa depan maka segala upaya dalam pembangunan organisasi
bisa digerakkan kepada menuju pencapaian yang diharapkan.

Dengan demikian seluruh anggota organsasi yang terlibat dalam pembangunan industri c riser disini
hendaknya mempunyai kerangka berfikir sistim management sesuai dengan yang diuraikan diatas.

3.2 . PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR PERUSAHAAN

Dilandasi pemahaman bisnis masa depan dan peluang yang ada maka C riser industri ini dibangun. Guna
pembangunan tersebut management dikelompokkan menjadi dua kelompok yang berkesinambungan yaitu
management masa konstruksi meliputi mulai dari pencarian tempat usaha, pembangunan gedung dan
pengadaan mesin serta kelengkapan lainnya diikuti dengan tahapan waktu perolehannya. Selanjutnya diikuti
dengan management pelaksanaan operasi yaitu terkait pembuatan proses bisnis termasuk didalamnya
struktur organisasi, beban kerja, dan kompetensi pekerjaan dan kebutuhan jumlah pekerja serta lainnya.

25
1. Kebutuhan investasi

Sesuai dengan kegiatan usahanya yaitu produksi c riser maka disini akan diuraikan kebutuhan investasi
infrastruktur yaitu meliputi :

Biaya pra operasi:

Yaitu biaya yang dikeluarkan untuk melakukan kajian tentang kelayakan usaha dibidang carbon riser yang
dilakukan oleh konsultan dengan hasil berupa studi kelayakan.

Tanah:

Pengadaan lahan/ tanah sebagai tempat kedudukan dan sekaligus tempat kediaman. Luas tanah yang
dibutuhkan adalah seluas 1 HA. Adapun lokasinya ditetap denat pantai dan dekat dengan konsumen. Jadi
disini lokasi ditetapkan di kawasan Cilegon dan sekitarnya. Luasnya area ini dikaitkan dengan rencana
pengadaan material green coke dengan pesanan ekonomis yaitu stock material 5000 ton/month. (kapasitas
tongkang sekali angkut dan kebutuhan material per bulan 2.500 ton).

Bangunan:

Pembangunan gedung dan pabrik seluas kurang lebih 2.000 m2 , termasuk didalamnya Konsultan arsitektur.
Dimana lay out didalamnya sudah termasuk untuk seluruh kebutuhan operasi perusahaan yaitu mulai dari
bangunan untuk kantor, pos satpam, laboratorium, jalan dan halaman parkir dan taman, mesin produksi,
gudang /lahan penyimpanan material maupun hasil produksi, dll.

Pengadaan mesin produksi, dalam pengadaan mesin ini dapat dilakukan dengan dua cara yaitu pembelian
mesin yang sudah jadi atau membangun mesin itu sendiri.

Perijinan dan Pemasangan jaringan listrik

Pengadaan peralatan pabrik meliputi alat ringan perawatan material, alat perawatan mesin, peralatan
keamanan kerja dll.

Peralatan kantor meliputi meubelair; komputer; sistem aplikasi; Mesin fotocopy dll.

26
Kendaraan Angkut meliputi, Forklift (2 unit) untuk , Mobil pick up (1 unit), Excavator mini (2 unit),
Truck Tronton ( 2 unit) untuk keperluan pengangkutan 100 ton perday (TPD) karena produksi 2500 ton
perbulan.

Kendaraan kantor meliputi : Kendaraan roda 4 pimpinan, Kendaraan roda 4 kantor, Kendaraan roda 2

3.3. Proses dan Waktu Pengadaan Asset

Dengan telah diketahui jenis aset yang dibutuhkan maka selanjutnya adalah membuat jadwal pelaksanaan
pengadaannya.

Pengadaan lahan/ tanah baik untuk pembelian dan pengurusan surat waktu perolehannya adalah 2 bulan.

Pembangunan dimulai dengan penunjukkan konsultan arsitektur yang membuat disain dengan jangka waktu
1 bulan, selanjutnya ditindaklanjuti pembangunan phisik meliputi pembuatan pagar, pembuatan jalan dan
halaman taman serta parkir, gedung kantor, bangunan laboratorium, pos satpam, gudang material, gudang
barang jadi, gedung pabrik, tandon air, instalasi yang diperlukan dll seluas 2.000 m2 . Dengan jangka waktu
5 bulan 3 minggu.

Pengadaan mesin produksi, termasuk didalamnya instalasi dan peralatan yang melekat didalamnya, elevator
(ban berjalan) dengan asumsi mesin dipesan atau beli jadi maka waktu yang dibutuhkan sampai mesin
terpasang adalah 6 bulan 2 minggu. Kegiatan ini dapat dilakukan bersamaan dengan waktu pembangunan
gedung tetapi pemasangannya waktu gedung selesai.

Perijinan dan Penyambungan listrik memakan waktu 2 bulan dan dapat dilakukan setelah lahan dibeli dan
sebelum gedung pabrik selesai dan dan selanjutnya pemasangan jaringan dilakukan ketika listrik diperlukan
untuk menyelesaikan pembangunan phisik.

Pengadaan peralatan pabrik dilakukan setelah gedung selesai dan listrik terpasang waktu pengadaan adalah 2
minggu,

Pengadaan Peralatan kantor meliputi meubelair; komputer; sistem aplikasi; Mesin fotocopy dll. Dilakukan
bisa bersamaan dengan pengadaan peralatan pabrik. Waktu pengadaan adalah sebanyak 2 minggu.

27
Pengadaan Kendaraan Angkut meliputi, Forklift (1 unit), Mobil pick up (1 unit), Excavator mini (1 unit),
Truck ( 1 unit). Waktu pengadaan adalah sebanyak 2 minggu. Dilakukan bisa bersamaan dengan pengadaan
peralatan pabrik dan kantor.

Pengadaan Kendaraan kantor meliputi :Kendaraan roda 4 pimpinan, Kendaraan roda 4 kantor, Kendaraan
roda 2 . Waktu pengadaan adalah sebanyak 2 minggu. Dilakukan bisa bersamaan dengan pengadaan
peralatan pabrik. Dan kantor.

Jika digambarkan dalam bentuk Gantt Chart adalah sebagai berikut:

GANTT CHART WAKTU PELAKSANAAN PENGADAAN

Mar 2010 Apr 2010 May 2010 Jun 2010 Jul 2010 Aug 2010 Sep 2010
NO URAIAN MULAI SELESAI DURASI
2/28 3/7 3/14 3/21 3/28 4/4 4/11 4/18 4/25 5/2 5/9 5/16 5/23 5/30 6/6 6/13 6/20 6/27 7/4 7/11 7/18 7/25 8/1 8/8 8/15 8/22 8/29 9/5 9/12 9/19

1 Tanah 10.000M2 : 3/1/2010 4/23/2010 8w

2 Pembelian 3/1/2010 3/26/2010 4w

3 Pengurusan dokumen 3/29/2010 4/23/2010 4w

4 Bangunan 2000 M2 3/29/2010 9/3/2010 23w

5 Konsultan 3/29/2010 4/23/2010 4w

6 Pembangunan fisik 4/26/2010 9/3/2010 19w

7 Mesin & Instalasi 3/26/2010 9/23/2010 26w


Pemesanan atau
8 3/26/2010 8/26/2010 22w
pembuatan
9 Pemasangan mesin 8/27/2010 9/23/2010 4w

10 Pemasangan listrik 4/26/2010 6/18/2010 8w

11 Pendaftaran/perijinan 4/26/2010 6/11/2010 7w

12 Penyambungan 6/14/2010 6/18/2010 1w


Pembelian Peralatan
13 9/10/2010 9/23/2010 2w
pabrik
Pembelian Peralatan
14 9/10/2010 9/23/2010 2w
kantor

Kendaraan Angkut :
Excavator mini
15 9/10/2010 9/23/2010 2w
Truck
Mobil bak terbuka

Kendaraan kantor:
Kendaraan roda 4
16 pimpinan 9/10/2010 9/23/2010 2w
Kendaraan roda 4 kantor
Kendaraan roda 2

3.4. PENDEKATAN DALAM PENYUSUNAN ORGANISASI

Ada dua Dalam pendekatan penyusunan organisasi yaitu pendekatan fungsi dan pendekatan proses. awal
perkembangannya dimulai bahwa dalam menyusun organisasi dibangun berdasarkan fungsi. selanjutnya
ketika ketika orientasi customer lebih dikedepankan serta pendekatan kompetensi mulai dilakukan seiring

28
dengan perkembangan teknologi maka pendekatan proses dikembangkan yaitu berbasis input proses dan
output.

a. Membangun organisasi berdasar fungsi.

Jika seorang eksekutif sekarang ditugasi untuk menyusun organisasi perusahaan umumnya secara otomatis ia
akan menentukan fungsi-fungsi (fungsi marketing, fungsi produksi, fungsi personalia, fungsi keuangan dll)
yang diperlukan untuk menjalankan bisnis perusahaan dan jenjang organisasi yang diperlukan untuk
mengkoordinasi dan mengendalikan fungsi-fungsi yang dibentuk dalam perusahaan tersebut. Semakin besar
ukuran organisasi semakin kompleks operasinya semakin banyak fungsi yang dibentuk dan semakin tinggi
jenjang organisasi yang disusun. Dengan demikian proses pengambilan keputusan pada semua lini yang harus
dilalui semakin panjang. Dasar pembangunan disini adalah kebiasaan yang telah lazim digunakan dan
dianggap berhasil. Fokus pendekatan berdasarkan fungsi ini sepenuh melihat pada kepentingan internal
perusahaan dalam mengelola. Dengan demikian kepentingan customer belum cukup terwakili didalamnya.
Keuntungan dalam menbangun organisasi dengan cara ini adalah bisa dengan cepat disusun dan
dioperasionalkan. Tetapi pada sisi lain pendekatan ini akan kurang memberikan kepuasan kepada customer
atau stake holder lainnya.

b. Membangun organisasi berbasis proses

Seiring dengan perubahan paradigma lingkungan bisnis global yaitu bahwa orientasi bukan lagi pada produk
dan penjualan beralih orientasi kepada kebutuhan konsumen. Dan juga pesatnya perkembangan teknologi
baik teknologi informasi maupun transportasi berdampak pada cepatnya perubahan disegala bidang, orientasi
berubah pada cepatnya layanan, inovasi dikedepankan dibandingkan pengendalian, spesialisasi berubah
menjadi integrasi, kualitas tidak lagi teknis tapi pada kualitas strategis. Persaingan dilingkungan bisnis
menjadi semakin ketat. Setiap perusahaan berusaha untuk selalu melakukan inovasi produk secara terus
menerus dan disamping itu melakukan improvement disegala aspek internal business proccess. Kecepatan
innovasi dan improvement sangat menentukan keberhasilan dalam memenangkan persaingan. disamping itu
sebelumnya di Indonesia banyak sekali perusahaan yang mengembangkan usahanya diberbagai sektor diluar
core competency nya, tetapi dalam kenyataan banyak yang menuai kegagalan. Saat ini banyak perusahaan
yang kembali memfokuskan usaha dibidang core business nya. Demikian juga halnya dengan C riser industri
disini lebih fokus pada produk c riser saja. dan selanjutnya guna mengantisipasi perubahan global yang cepat
dan tidak dapat dipastikan tersebut maka dalam menyusun organisasi juga dilakukan dengan pendekatan

29
proses. Maksud dari pendekatan proses disini adalah membangun organisasi berdasar proses bidang usaha
yang dimiliki, yaitu disusun berdasar kerangka proses utama (Company the big proccess). Dengan dilandasi
proses utama tersebut selanjutnya akan dibreakdown kepada sub proses dibawahnya. Dengan demikian
hirarkhi menjadi lebih pendek dan pengambilan keputusan untuk pelayanan customer akan lebih cepat.

3.5. ANALISA PEKERJAAN PADA CARBON RISER INDUSTRI

a. Proses Utama

Langkah awal dalam menyusun organisasi pada c riser industri ini adalah dengan menetapkan proses utama
berupa bagan alir terkait dengan proses bisnis yang dilakukan. Adapun gambaran jenis pekerjaan terkait
dengan proses bisnis utama tersebut dapat digambarkan sebagai berikut:

BAGAN ALIR
Pembelian
Bahan baku PROSES BISNIS UTAMA

Kemas
produk

Penerimaan Simpan
Bahan baku Proses
Bahan baku
Produksi

Jual Kirim
Simpan
Produk

b. Jenis Pekerjaan.

Langkah awal dalam menyusun organisasi pada c riser industri ini adalah dengan menetapkan jenis pekerjaan
terkait dengan proses bisnis yang dilakukan. Pada awal pendiriannya proses dikelompokkan dalam kelompok

30
besar utama dengan tujuan untuk menekan biaya tetapi harus mempertimbangkan faktor rentang kendali.
Proses tersebut dapat digambarkan sbb:

Proses Logistik/ Proses produksi

Pengadaan material/ Penyimpanan Material

Order Pembelian

Penerimaan Material dari supplier

Penyimpanan material di gudang

Pengiriman material dari gudang ke produksi

Pabrikasi/ Pengelolaan Barang jadi

Penerimaan material di produksi dari gudang

Pelaksana produksi

Pengawasan produksi

Perawatan mesin

Pengemasan produk

Penerimaan barang jadi dari pabrik di gudang

Penyimpanan Barang jadi di gudang

Pengiriman barang jadi ke customer

Proses pemasaran

R&D / Promosi dan penjualan

Survey pasar dan produk

Pelaksaan Promosi dan penawaran

Penjualan produk

Proses Keuangan / Proses SDM dan Umum

31
Proses Pembayaran dan penerimaan uang/ Proses laporan dan perencanaan keuangan

Transaksi Pembayaran dan penerimaan uang

laporan keuangan & Pajak

Analisa Keuangan

Penerimaan pegawai / Pemeliharaan dan Pemberhentian Pegawai/ Pengembangan SDM / Pelayanan

Umum

Pelaksanaan administrasi Penerimaan pegawai

Pelaksanaan administrasi penggajian dan pegawai

Pelaksanaan administrasi pengembangan SDM

Pelaksana administrasi Pelayanan umum

Penjelasan :

Untuk material dimaksudkan adalah bisa berupa bahan baku utama, bahan penolong, barang lainnya. dan
untuk proses produksi dimaksudkan adalah untuk bahan baku utama dan bahan penolong.

c. Penentuan Jabatan

Disini pendekatan yang dilakukan dalam pengelolaan sumberdaya manusia adalah berbasis kompetensi. Inti
dari management sumberdaya manusia berbasis kompetensi adalah informasi tentang persyaratan
kompetensi untuk setiap jabatan di organisasi dan informasi tentang kompetensi yang dimiliki oleh individu
pegawai. jadi sebelum menetapkan persyaratan jabatan maka disini ditetapkan terlebih dahulu nama jabatan
yang terkait dengan proses yang ada.Dasar dari penetapan nama adalah memperhatikan diskripsi pekerjaan
yang sejenis walau dilakukan pada proses yang berbeda yaitu :

32
Proses Bisnis Industri Carbon Riser . Jabatan DEWAN DIREKSI

Proses Logistik/ Proses produksi. Jabatan MANAGER LOGISTIK DAN PRODUKSI

Pengadaan material/ Penyimpanan Material. SUPERVISOR. LOGISTIK

Order Pembelian. STAF

Penerimaan Material dari supplier. OPERATOR BAHAN BAKU

Penyimpanan material di gudang . STAF GUDANG BAHAN BAKU

Pengiriman material dari gudang ke produksi. OPERATOR BAHAN BAKU

Pabrikasi/ Pengelolaan Barang jadi. SUPERVISOR. PRODUKSI

Proses tiap shift : LEADER

Penerimaan material di produksi dari gudang. OPERATOR PRODUKSI

Pelaksana produksi. OPERATOR MESIN

Pengawasan produksi . QUALITY CONTROL

Perawatan mesin. TEKNISI

Pengemasan barang jadi. OPERATOR PENGEMASAN

Penataan produk jadi digudang. OPERATOR GUDANG BARANG

Penyimpanan Barang jadi di gudang. STAF GUDANG BARANG

Pengiriman barang jadi ke customer. OPERATOR GUDANG BARANG

Proses pemasaran. Jabatan MANAGER PEMASARAN

R&D / Promosi dan penjualan STAF. ASMEN PEMASARAN

Survey pasar dan produk. STAF PEMASARAN

33
Pelaksaan Promosi dan penawaran. STAF PROMOSI

Penjualan produk. STAF PENJUALAN

Proses Keuangan / Proses SDM dan Umum . Jabatan MANAGER KEUANGAN DAN UMUM

Proses Pembayaran dan penerimaan uang/ Proses laporan dan perencanaan keuangan. ASMEN
KEUANGAN

Transaksi Pembayaran dan penerimaan uang . KASIR

laporan keuangan & Pajak . STAF ACCOUNTING

Analisa Keuangan. STAF KEUANGAN

Penerimaan pegawai / Pemeliharaan dan Pemberhentian Pegawai/ Pengembangan SDM / Pelayanan


Umum ASMEN KEPEGAWAIAN

Pelaksanaan administrasi Penerimaan pegawai.STAF KEPEGAWAIAN

Pelaksanaan administrasi penggajian dan pegawai. STAF PENGGAJIAN

Pelaksanaan administrasi pengembangan SDM. STAF KEPEGAWAIAN

Pelaksana administrasi Pelayanan umum. STAF UMUM

Penjelasan :

Yang diuraikan diatas adalah proses utama atau disain fungsi yang harus didiskripsikan menjadi bagian tugas
dan tanggung jawab lebih rinci.

Tidak semua proses yang ada masing masing harus ada pemegang jabatan dengan orang yang berbeda. Jadi
bisa saja kewenangan pemegang jabatan pada proses sebelumnya juga mempunyai kewenangan jabatan pada
proses sesudahnya.

d. Membangun struktur organisasi

34
Langkah selanjutnya adalah dengan mengelompokkan jabatan jabatan sama yang terdapat dalam proses dan
tempatkan atau strukturkan pada hirarkhi induk yang terkait. Adapun hasilnya sebagai berikut:

DEWAN DIREKSI

MANAGER LOGISTIK DAN PRODUKSI

SUPERVISOR. LOGISTIK

STAF PEMBELIAN

OPERATOR BAHAN BAKU

STAF GUDANG BAHAN BAKU

OPERATOR BAHAN BAKU

SUPERVISOR. PRODUKSI

LEADER

OPERATOR PRODUKSI

OPERATOR MESIN

QUALITY CONTROL

TEKNISI

OPERATOR PENGEMASAN

OPERATOR GUDANG BARANG

STAF GUDANG BARANG

OPERATOR GUDANG BARANG

MANAGER PEMASARAN

ASMEN PEMASARAN

STAF PROMOSI

STAF PEMASARAN

STAF PENJUALAN

MANAGER KEUANGAN DAN UMUM

35
ASMEN KEUANGAN

KASIR

STAF ACCOUNTING

STAF KEUANGAN

ASMEN KEPEGAWAIAN

STAF PERSONALIA

STAF PENGGAJIAN

STAF PERSONALIA

STAF UMUM

Hasil akhir sampai dengan proses ini adalah bagan struktur organisasi seperti yang tergambarkan sebagai
berikut:

Bagan Struktur Organisasi C Riser Industri


Dewan Direksi

Manager Manager Manager


Logistik/Produksi Keu/SDM & Umum Pemasaran

Supervisor
ASMEN ASMEN
logistik
SDM & Umum Pemasaran

Staf Pembelian
Staf
Staf
Staf gudang material

Operator Bahan baku

Staf Gudang barang ASMEN


Keuangan
Operator Gudang barang
Kasir
Supervisor Pabrik

Leader
Staf Penyerahan
Quality Control Produk

Operator Mesin

Teknisi Mesin

Operator Barang

36
3.6. ANALISA PEKERJAAN PADA CARBON RISER INDUSTRI

a. Kompetensi Pekerja.

Dengan telah diketahuinya jenis pekerjaan dan nama jabatan maka selanjutnya adalah menetapkan
kompetensi yang dibutuhkan untuk melakukan setiap proses.

Adapun kompetensi atau kecakapan dimaksudkan disini adalah pengetahuan, ketrampilan, dan kemampuan
yang dimiliki seseorang yang didukung oleh sistim nilai baik nilai dasar (core Value) dan keyakinan dasar
(core belief), motivasi, inisiatif yang menjadi landasannya. Kompetensi dibutuhkan oleh seseorang agar
dapat melaksanakan tugas secara efektif dan sukses. Kompetensi diperoleh melalui pendidikan, pelatihan,
penugasan/pengalaman atau pun bakat bawaan (talent). Kompetensi bisa didefinisikan untuk seorang
individu maupun sebuah organisasi. Kompetensi dianggap melekat pada sebuah organisasi bila organisasi
tersebut memiliki sebuah sistem untuk mengelola kompetensi para individu di dalamnya sehingga organisasi
tersebut dapat melaksanakan tugasnya dengan efektif dan sukses.

Disini pendekatan yang dilakukan dalam pengelolaan sumberdaya manusia adalah berbasis kompetensi. Inti
dari MSDM-BK adalah informasi tentang persyaratan kompetensi untuk setiap jabatan di organisasi dan
informasi tentang kompetensi yang dimiliki oleh individu pegawai.

Dengan telah terbangunnya struktur organisasi beserta jabatan didalamnya maka selanjutnya adalah
menetapkan kompetensi jabatan dan kompetensi individu. Adapun pemahaman mengenai kompetensi
Jabatan dan Kompetensi Individu adalah sbb:

Kompetensi Jabatan,

yaitu daftar kompetensi yang diperlukan untuk masing-masing jabatan terdiri dari kompetensi yang bersifat
generik dan yang berupa technical skill and knowledge.

Kompetensi Individu,

yaitu daftar kompetensi yang dimiliki oleh individu pegawai, dihasilkan dari assessment terhadap individu
tersebut menggunakan alat ukur yang telah ditentukan dengan merujuk kepada Kebutuhan Kompetensi
Jabatan.

37
Adapun kompetensi individu masih dikelompokkan menjadi beberapa kompetensi lagi yaitu :

core competency

yaitu kompetensi yang harus dimiliki oleh setiap individu pegawai, seperti Integritas, profesionalisme,
pembelajaran dll

leadership competency,

yaitu kompetensi yang diperlukan pada jabatan tertentu, baik jabatan manajerial, kepakaran maupun teknis-
operatif,

Technical competency

Yaitu kompetensi yang diperlukan pada jabatan tertentu, baik jabatan yang bersifat managerial, kepakaran
maupun teknis-operatif.

3.7. ANALISA KEBUTUHAN JUMLAH PEKERJA

Dalam menentukan jumlah pekerja maka yang dipakai sebagai dasar acuan adalah proses bisnis, rencana
produksi dan waktu kerja (jam kerja). untuk itu maka disini akan diuraikan terlebih dahulu mengenai dasar
acuan tersebut. Berdasarkan proses bisnis telah ditetapkan jabatan dan formasi yang telah dibangun pada
pembahasan sebelumnya. Dengan demikian maka yang akan menjadi pembahasan adalah :

a. Rencana produksi dan kebutuhan material

Dalam studi kelayakan ini rencana produksi c riser adalah sebesar 30.000 ton pertahun. Jika di breakdown
akan menjadi 2.500 ton perbulan. Adapun untuk produksi tersebut dibutuhkan bahan baku utama green
coke dan bahan baku tambahan berupa minyak dan air. Equivalen dari bahan baku sampai menjadi produk
green coke adalah 1 (satu) ton green coke akan menjadi 0,9 ton C riser. Sedangkan bahan pembantu lainnya
yaitu minyak dan air untuk memproduksi 1 ton c riser dibutuhkan masing masing 0,1 liter minyak, dan 1

38
m3 air. Ditinjau dari besaran volume kebutuhan bahan baku maka kebutuhan atas green coke adalah yang
tertinggi. Dengan demikian maka kebutuhan atas bahan baku green coke per tahun adalah 33.000 ton
(dibulatkan) dan menjadi 2.750 ton perbulan. kebutuhan minyak 3000 liter per tahun atau 2500 liter
perbulan, dan 30.000 liter air pertahun atau 2500 liter perbulan.

b. Waktu kerja

Waktu kerja adalah sesuai dengan waktu kerja mesin untuk 2 shift setiap shift adalah 8 jam kerja dengan
waktu istirahat 1 jam didalamnya perhari. Dengan asumsi satu bulan 30 hari disini ditetapkan secara rata rata
menjadi 25 hari dengan asumsi adanya waktu perawatan dan perbaikkan mesin sebanyak 60 hari ( dua bulan)
setiap tahunnya..

c. Beban Kerja.

Dalam mengukur beban kerja maka pekerja dikelompokkan menjadi dua kelompok besar yaitu kelompok
pekerja yang secara langsung terkait dengan proses produksi dan kelompok pekerja yang tidak secara
langsung terkait dengan proses produksi. Dasar pengelompokkannya adalah bobot kompetency untuk
leadership skill, managerial skill dan technical skill disamping keberadaannya ditempat kerja yang langsung
pada bagian logistik dan produksi atau tidak.

Bertitik tolak dari dua kelompok tersebut diatas maka beban kerjapun dasar perhitungannya untuk pekerja
dapat dibuat dengan dua metode. Untuk pekerja yang tidak terkait langsung dengan proses produksi maka
dasar pembebannya adalah pada pengelolaan dokumen dikaitkan dengan transaksi. Disamping itu juga span
of control.

Sedangkan untuk pekerja yang terkait langsung dengan proses produksi maka beban kerja adalah dikaitkan
dengan kemampuan teknisnya dikaitkan dengan produksi dan pengelolaan material.

39
Beban kerja pada pekerja yang tidak terkait dengan proses produksi dengan asumsi span of control dan
jumlah transaksi yang diperkirakan maka ditentukan setiap proses utama dibutuhkan 1 pekerja.

d. Kebutuhan jumlah pekerja.

Dalam menentukan jumlah pekerja untuk kelompok yang tidak terkait dengan proses produksi faktor shift
waktu kerja tidak dipergunakan. Disamping itu juga kapasitas produksi tidak diperhitungkan. Sedangkan
untuk pekerja yang secara langsung terkait dengan proses produksi maka dasar beban kerja termasuk
didalamnya shift dan kapasitas produksi, peralatan yang digunakan dan beban kerja yang diperkirakan.

Tahap awal operasional ada beberapa jabatan yang dirangkap oleh satu orang, dasar
pertimbangannya adalah kapasitas produksi dan beban kerja yang masih bisa dilakukan oleh orang yang sama
dengan mempertimbangkan faktor kompetensinya,

Dalam menjalankan tugasnya petugas yang bertanggung jawab secara langsung baik secara
administratif maupun phisik dibantu oleh pembantu petugas untuk penyiapan phisik baik material
maupun produk jadi yang akan diangkut,

Berdasar atas rencana produksi dan kebutuhan material dan waktu kerja maka disini dapat dihitung
besarnya kebutuhan tenaga kerja produksi adalah sebagai berikut :

KEBUTUHAN TENAGA KERJA PRODUKSI

JUMLAH OPERATOR JUMLAH

KETERANGAN SHIFT PENGGANTI PEKERJA

PRODUKSI

40
LEADER 3 0 3

QUALITY CONTROL 3 1 4

OPERATOR MESIN 3 1 4

TEKNISI 2 0 2

OPERATOR BAHAN BAKU 3 1 4

OPERATOR BAHAN BAKU 3 1 4

OPERATOR PRODUKSI 3 1 4

OPERATOR PENGEMASAN 3 1 4

OPERATOR GUDANG BAHAN BAKU 3 0 3

OPERATOR GUDANG BARANG 3 0 3

35

41
Adapun untuk tenaga kerja lainnya dapat digambarkan sbb:

KEBUTUHAN PEGAWAI

NO JABATAN JUMLAH ORANG


1 DIREKTUR 1
2 MANAGER PEMASARAN 0
3 MANAGER LOGISTIK DAN PRODUKSI 1
4 MANAGER KEUANGAN DAN UMUM 1
5 ASMEN PEMASARAN 1
6 ASMEN KEUANGAN 1
7 ASMEN KEPEGAWAIAN 0
8 SUPERVISOR. LOGISTIK 1
9 SUPERVISOR. PRODUKSI 1
10 KASIR 1
11 STAF PEMBELIAN 1
12 STAF GUDANG BAHAN BAKU 1
13 STAF GUDANG BARANG 1
14 STAF PEMASARAN 0
15 STAF PROMOSI 1
16 STAF PENJUALAN 1
17 STAF ACCOUNTING 1
18 STAF KEUANGAN 1
19 STAF PERSONALIA 1
20 STAF PENGGAJIAN 0
21 STAF UMUM 1
22 SOPIR 1
23 EKSPEDISI 1
24 OB 2
JUMLAH 17

42
Standard upah

Dasar utama dalam penentuan awal mengenai upah dan gaji adalah berdasarkan atas pertimbangan dua hal
yaitu :

1. Ketentuan mengenai Upah Minimum yang telah ditetapkan pemerintah, yang mana untuk setiap wilayah
berbeda

2009

Wilayah
Triwulan
Utama

I*) II*) III**)

Jawa Barat,
DKI Jakarta &
Banten

Upah Nominal
1242.7 1301.0 1344.4
(000 Rp)

2. Tingkat gaji rata – rata yang berlaku disetiap daerah

43
44
BAB V

ANALISIS RISIKO

Dalam setiap perencanaan bisnis, analisis risiko senantiasa diperlukan. Tujuanya adalah untuk meminimalkan
kerugian (loss) dan memaksimalkan manfaat (benefit) jika kejadian (event) yang menimbulkan risiko itu
terjadi.

Ada 3 tahap dalam proses analisis risiko ini, yaitu:

1. Identifikasi Risiko (Risk Identification)

2. Menilai Risiko (Risk Assessment)

3. Menyusun Risk Response Strategy

7.1 Identifikasi Risiko

Berdasarkan survey dan analisis, diidentifikasi faktor atau kejadian yang berisiko terhadap rencana
pembangunan dan pengembangan inndustri CR sebagai berikut:

Risiko Pasar & Persaingan:

1. Penurunan signifikan harga jual CR

2. Masuknya pemain (pabrik CR) baru

3. Persaingan (perang) harga CR

4. Adanya produk substitusi CR

Risiko Teknologi dan Produksi:

1. Ketidakstabilan teknologi produksi CR

2. Ketidakstabilan pasokan bahan baku (green coke)

45
3. Ketidakstabilan dukungan pemeliharaan dan pengembangan mesin dan perlatan produksi CR

Risiko Organisasi dan Manajemen:

1. Kompetensi manajemen terkait industri CR

2. Kompetensi teknis SDM

Risiko Lingkungan Industri dan Sosial Kemasyarakatan:

1. Ketidakstabilan kerja sama kemitraan dengan industri baja, khususnya dengan PT Krakatau Steel

2. Dukungan sosial pemerintah daerah dan masyrakat sekitar

Risiko Keuangan:

1. Kesiapan dan kecukupan dana investasi

2. Jangka waktu piutang dan kesiapan modal kerja

7.2 Menilai Risiko

Seluruh kejadian yang mempunyai risiko yang telah diidentifikasi sebelumnya, akan dievaluasi berdasarkan
besarnya dampak dan tingkat kemungkinan (probabilitas) terjadinya. Kejadian dengan dampak kecil
dan/atau tingkat probabilitas terjadinya kecil, akan diabaikan. Kejadian dengan dampak (negatif atau
posistif) besar (signifikan) dan berpeluang untuk terjadi (probabilitas tinggi) akan menjadi prioritas tinggi
dalam pengelolaannya.

Sebagai gambaran, perhatian tabel berikut:

Dampak dan Probabiltas terjadinya akan diskala dari 1 (kecil) sampai 5 (tinggi/besar).

46
Risiko A
5

Risiko C Risiko F
Tinggi
4

Risiko B
DAMPAK 3

Risiko E

Rendah 2

Risiko D
1 2 3 4 5

Rendah Tinggi

PROBABILITAS TERJADI

Sesuai tabel tersebut, maka urutan prioritas pengelolaan risiko adalah: A, F, C, B, E, D. Biasanya D dan E
akan diabaikan.

Dengan menggunakan metode penilaian risiko tersebut maka hasil identifikasi risiko pada sub bab diatas akan
di evaluasi untuk menentukan risiko mana yang akan di prioritaskan untuk di kelola.

47
Risiko Dampak Probabilitas Prioritas

1. Penurunan signifikan harga jual CR 4/Tinggi 3/Menengah 5

2. Masuknya pemain (pabrik CR) baru 4/Tinggi 3/Menengah 8

3. Persaingan (perang) harga CR 3/Menengah 2/Rendah 10

4. Adanya produk substitusi CR 4/Tinggi 1/Rendah 11

5. Ketidakstabilan teknologi produksi CR 4/Tinggi 3/Menengah 3

6. Ketidakstabilan pasokan bahan baku (green coke) 5/Tinggi 4/Tinggi 1

7. Ketidakstabilan dukungan pemeliharaan dan 4/Tinggi 4/Tinggi 4


pengembangan mesin dan peralatan produksi CR

8. Kurangnya Kompetensi manajemen terkait industri 3/Menengah 3/Menengah 9


CR

9. Kurangnya Kompetensi teknis SDM 4/Tinggi 3/Menengah 6

10. Kestidakstabilan kerja sama kemitraan dengan 5/Tinggi 4/Tinggi 2


industri baja, khususnya dengan PT Krakatau Steel

11. Kurangnya dukungan sosial pemerintah daerah dan 2/Kurang 1/Kurang 12


masyrakat sekitar

12. Ketidaksiapan dan ketidakcukupan dana investasi 5/Tinggi 1/Kurang 13

13. Lamanya Jangka waktu piutang dan kesiapan modal 4/Tinggi 3/Menengah 7
kerja

Isi tabel tersebut, selanjutnya akan diurut berdasarkan urutan prioritas.

48
7.3 Menyusun Risk Response Strategy

Risk Response Strategy adalah Strategi untuk mengelola risiko, jika kejadian yng berrisiko terjadi. Terdapat
berbagai strategi pengelolaan atau penanganan risiko, yaitu:

1. Strategi Meminimalkan Risiko dengan cara:

a. Menghidari Risiko, dengan cara mengubah rencana

b. Memindahkan Risiko, yaitu memindahkan dampak terjadinya kejadian berrisiko kepada pihak
ketiga, misalnya dengan cara Asuransi, Sub-kontrak/Outsourcing, dsb.

c. Mitigasi (Pengurangan) Risiko, yaitu cara mengurangi dampak atau mengurangi kemungkinan
(probabilitas) terjadinya risiko, mislnya dengan melakukan uji coba, simulasi, meminta jaminan,
dsb.

2. Strategi Menerima Risiko, karena tidak semua risiko bisa di hindari atau di kurangi. Pada kondisi ini,
jika kejadian berrisiko terjadi, maka organisasi mau tidak mau akan berhadapan langsung dengan
kejadian tersebut dan menerima dampaknya. Yang terbaik dapat dilakukan adalah dengan menyiapkan
Contigency Plan, yang akan di eksekusi pada saat terjadinya kejadian berrisiko tersebut. Misalnya, risiko
gangguan operasi peralatan komputer/elektronik pada saat Y2K, mau tak mau harus harus dihadapi,
tidak bisa dihindari, sehingga organisasi harus menyiapkan suatu contigency plan.

Tabel berikut menjabarkan risk response strategy yang dapat diambil untuk setiap kejadian berrisiko yang
telah diurut berdasrkan prioritas, sebagi berikut:

49
Risiko Risk Response Strategy

1. Ketidakstabilan pasokan bahan baku (green coke) MOU/Agreement dengan Pertamina

2. Ketidakstabilan kerja sama kemitraan dengan MOU/Agreement dengan PT


industri baja, khususnya dengan PT Krakatau Steel Krakatau Steel dan Produsen baja
lainnya

3. Ketidakstabilan teknologi produksi CR MOU/Agreement dengan Pabrikan


dan PT Krakatau Steel

4. Ketidakstabilan dukungan pemeliharaan dan MOU/Agreement dengan Pabrikan


pengembangan mesin dan peralatan produksi CR dan PT Krakatau Steel

5. Penurunan signifikan harga jual CR Kontrak Penjualan dengan PT


Krakatau Steel dan Produsen Baja
lainnya

6. Kurangnya Kompetensi teknis SDM Kontrak Kemitraan/Pelatihan dengan


Pabrikan dan/atau PT Krakatau Steel

7. Lamanya Jangka waktu piutang dan kesiapan modal Membangun hubungan yang baik
kerja dengan para pembeli dan menyiapkan
fasilitas kredit modal kerja dengan
perbankan

8. Masuknya pemain (pabrik CR) baru Meningkatkan kualitas produk dan


kualitas layanan, serta hubungan yang
baik dengan para customer

9. Kurangnya Kompetensi manajemen terkait industri Kontrak Kemitraan/Pelatihan dengan


CR Pabrikan dan/atau PT Krakatau Steel

50
10. Persaingan (perang) harga CR Meningkatkan kualitas produk dan
kualitas layanan, serta hubungan yang
baik dengan para customer

11. Adanya produk substitusi CR -

12. Kurangnya dukungan sosial pemerintah daerah dan -


masyrakat sekitar

13. Ketidaksiapan dan ketidakcukupan dana investasi -

51
BAB VI

ANALISIS KEUANGAN

Yang disajikan dalam analisa keuangan disini adalah meliputi seluruh besarnya modal yang dibutuhkan
baik untuk modal investasi asset maupun untuk kebutuhan modal kerja. Dalam rencana investasi asset
akan dirinci untuk kebutuhan seluruh asset yang diperlukan dalam menjalankan usaha dibidang c -
riser industry baik baik kuantitas maupun harganya. seluruh kebutuhan berdasarkan rencana produksi
dan penjualan yang akan dilakukan. Adapun untuk investasi modal kerja akan dirinci terkait dengan
kebutuhan operasional perusahaan dalam upaya menjaga likuiditasnya. yaitu baik untuk pengadaan
bahan baku dan bahan penolong, pembayaran upah pekerja maupun gaji pegawai serta kebutuhan
overhead lainnya seperti biaya kantor dan biaya pemasaran.

Selanjutnya dengan diketahuinya seluruh investasi yang dilakukan termasuk didalamnya biaya yang
dikeluarkan dan nilai penjualan bersih yang diperoleh maka dapat dilakukan perhitungan keuntungan
per ton produk.

Jika dalam kalkulasi perhitungan keuntungan perton produk dengan dasar kapasitas produksi yang
direncanakan pertahun memberikan nilai positif maka dilakukan perhitungan tingkat pengembalian
dengan memperhitungkan nilai waktu dari pada uang dengan membuat cash flow estimate.

6.1. INVESTASI AKTIVA TETAP

Dalam perencanaan ini yang menjadi ruang lingkup kegiatan meliputi :

a. Pengadaan tanah seluas 20.000 M2( 2 Ha)

52
b. Pendirian bangunan pabrik seluas 1000 m2

c. Investasi mesin.

d. investasi peralatan penunjang produksi

e. Instalasi listrik

f. Kendaraan pabrik

g. Kendaraan Pegawai

h. Investasi modal kerja.

Ad.a. Pengadaan tanah seluas 2 HA

Karena sifat produksi dan bahan baku yang digunakan maka kebutuhan akan lahan cukup luas.
Oleh karenanya disini ditetapkan pengadaan lahan seluas 2 HA. Demikian juga dengan sifat
pengadaannya tidak melalui sewa tetapi dengan pembelian langsung, ini dilakukan karena tujuan
pembangunan industri ini jangka panjang dan disamping itu nilai jual tanah semakin meningkat.
Harga tanah ditaksir USD 75/ M2. Jadi total investasi untuk pengadaan tanah USD 1.510.000

Ad. b Pendirian bangunan pabrik seluas 1000 m2

Untuk pembangunan usaha dibidang c – riser tersebut setelah melalui perhitungan dan
pertimbangan berbagai hal yaitu mesin dan lay out mesin yang disesuakan dengan proses produksi.
Maka ditentukan luas bangunan pabrik adalah 1000 M2.

Ad.c. Investasi mesin dan instalasi

Investasi mesin sebagai alat proses produksi disesuaikan dengan rencana kapasitas produksi yang
diinginkan. Pengadaan mesin dapat dilakukan dengan dua cara yaitu pertama dengan melakukan

53
pembelian atas mesin jadi. Dan kedua dapat dilakukan dengan membangun sendiri mesin
tersebut.. perkiraan nilai investasi Bangunan, mesin dan instalasi adalah USD 917.649

Ad.d. investasi peralatan

Dalam investasi peralatan disini dikelompokkan menjadi dua yaitu:

1. Investasi Peralatan pabrik penunjang produksi:

Disini meliputi tiga kebutuhan yaitu pertama terkait dengan persiapan produksi yaitu
sarana angkut bahan baku untuk masuk proses produksi beserta kelengkapannya. Kedua
peralatan penunjang dalam proses produksi dan terakhir adalah peralatan penunjang proses
penyimpanan hasil produksi. Besarnya investasi peralatan penunjang produksi diperkirakan
USD 10.000.

2. Investasi Peralatan kantor:

investasi disini meliputi kebutuhan atas meubelair termasuk penataan ruang, pengadaan
peralatan kantor dan perangkat computer beserta jaringannya serta pengadaan sistim aplikasi
untuk pembangunan sistim informasi management perusahaan. Besarnya investasi disini
adalah sebesar USD 10.000

Ad.e Instalasi listrik

Instalasi listrik disini adalah terkait dengan baik pisik maupun untuk persyaratan perijinan. Biaya
yang diperkirakan adalah sebesar USD 15.000

Ad.f. Kendaraan angkut (pabrik):.

Kendaraan angkut adalah kendaraan yang digunakan untuk mengangkut baik material maupun
barang lainnya terkait dengan kebutuhan proses produksi. yaitu meliputi Forklift (2 unit),

54
Excavator mini (1 unit), Truck ( 2 unit), Mobil pick up (2 unit) seluruh investasi diperkirakan
USD 90.000

Ad.g. Kendaraan kantor:

Kendaraan pegawai adalah kendaraan dinas yang diperlukan oleh manajemen. Baik untuk
pimpinan maupun pegawai lainnya dan baik untuk kendaraan roda empat maupun roda dua,
dalam membantu kelancaran tugas tugasnya. Investasi diperkirakan USD 137.000

Adapun besarnya kebutuhan investasi dapat dilihat pada tabel berikut :

INVESTASI AKTIVA TETAP:

55
56
3.2. INVESTASI MODAL KERJA

Ruang lingkup investasi modal kerja adalah meliputi seluruh kebutuhan modal untuk menjamin
terlaksananya kegiatan operasional perusahaan sehari hari guna menjaga likwiditasnya. Yaitu
meliputi pertama pengadaan bahan baku ( raw material) baik bahan baku utama (direct
material) maupun maupun material penunjang (indirect material). Kedua yaitu
gaji/upah tenaga kerja, baik upah pekerja pabrik (direct labour cost) maupun gaji
pegawai (indirect labour cost). Ketiga adalah biaya kantor overhead lainnya yaitu meliputi
biaya kantor, pemasaran dll. Adapun secara terinci biaya tersebut diuraikan sbb:

3.2.1. Bahan Baku Utama

Bahan baku utama untuk pembuatan c – riser adalah green coke dengan perbandingan 1,25
ton Green Coke sebagai bahan baku akan menghasilkan 1 ton c – riser. Dengan demikian
jika rencana produksi c – riser pertahun adalah 30.000 ton maka kebutuhan akan bahan
baku green coke adalah sebesar 30.000 ton x 1.25 = 37.500 ton. Jika harga per ton green
coke adalah USD 140 maka kebutuhan akan pengadaan green coke per tahun adalah
sebesar USD 5.250.000. Kebutuhan ini adalah kebutuhan pertahun dengan demikian
kebutuhan riil akan nampak pada cash flow karena syarat pembelian juga sangat
mempengaruhi besarannya.

3.2.2. Bahan Pembantu ( Indirect cost)

57
Pada produksi carbon riser seperti telah disebutkan dimuka , untuk
memproduksi 1 ton carbon riser ini dibutuhkan bahan pembantu dengan equivalent
sbb:

ENERGY COST
NO JENIS BIAYA VOL SATUAN HARGA

1 Oil Fuel 2 Liter 0,71


2 Electricity 85 KWH 0,07
3 Make Up Water 0,50 CM 0,52

Jika dikaitkan dengan harga satuan untuk produksi 1 ton carbon riser maka akan dapat disajikan
sbb:

ENERGY COST
NO JENIS BIAYA VOL SATUAN HARGA JUMLAH

1 Oil Fuel 2 Liter 0,71 1,420


2 Electricity 85 KWH 0,07 5,950
3 Make Up Water 0,50 CM 0,52 0,260

58
3.2.3. Biaya Tenaga Kerja produksi.

Pengertian dari biaya tenaga kerja disini adalah upah tenaga kerja langsung (Direct labour cost)
yaitu biaya tenaga kerja langsung terkait dengan proses produksi. baik karena sifat biayanya
maupun karena tempat bekerjanya. besarnya biaya tenaga kerja langsung ini seperti yang telah
disajikan pada bab organisasi dan management adalah sbb:

BIAYA TENAGA KERJA PRODUKSI / BULAN (USD)


(DIRECT LABOUR COST)
RATE TOTAL
NO NAMA PEKERJAAN JUMLAH /EMPL. USD

1 Supervisor Produksi 2 400 800


2 Petugas Pemeriksaan 2 250 500
3 Pembantu Pemeriksaan 2 145 290
4 Petugas Penerimaan 2 200 400
5 Pembantu Penerimaan 2 145 290
6 Petugas Gudang 4 200 800
7 Pembantu Gudang 4 145 580
8 Petugas Pengiriman 6 200 1,200
9 Pembantu Pengiriman 3 145 435
10 Petugas Persiapan 2 200 400
11 Pembantu Persiapan 2 145 290
12 Petugas Operator produksi 2 250 500
13 Petugas Teknisi mesin 2 250 500
14 Petugas Penyerahan 2 200 400
15 Pembantu Penyerahan 2 145 290
16 Petugas Perawatan Mesin 2 250 500
Biaya tenaga kerja per bulan 8,175

59
3.2.4. Biaya Gaji

Dasar penetapan biaya gaji adalah dari struktur organisasi yang telah dirancang sesuai dengan
kebutuhan organisasi seperti yang disebutkan sebelumnya dan dapat disampaikan dalam tabel
sebagai berikut :

BIAYA GAJI USD


NO JABATAN ORANG RATE GAJI
1 Direktur Utama 1 2,000 2,000
2 Direktur Logistik 1 1,250 1,250
3 Direktur Produksi 1 1,250 1,250
4 Direktur Pemasaran 1 1,250 1,250
5 Direktur Keuangan & Umum 1 1,250 1,250
6 Manager Gudang 1 1,250 1,250
7 Manager Pembelian 1 1,250 1,250
8 Manager Pabrik 1 1,250 1,250
9 Manager Gudang 1 1,250 1,250
10 Manager R&D 1 750 750
11 Manager Promosi & Penjualan 1 750 750
12 Manager Accounting 1 750 750
13 Manager Keuangan 1 750 750
14 Manager SDM 1 750 750
15 Manager Umum 1 750 750
16 Ass. Manager SDM 1 500 500
18 Staf Pembelian 1 250 250
19 Staf Accounting 1 250 250
20 Staf keuangan 1 250 250
21 Staf Kasir 1 250 250
22 Staf Adm & Umum 3 250 750
23 Staf Penelitian 1 250 250
24 Staf Promosi 1 250 250
25 Staf Penjualan 1 250 250
26 Sopir 3 175 525
27 Satpam 5 150 750
28 OB 4 125 500
SUB TOTAL 38 19,450 21,275

3.2.5. Biaya Kantor dan Pemasaran

Biaya kantor dan pemasaran ini ditetapkan sesuai dengan kebutuhan umum
perusahaan dengan memperhitungkan bahwa perusahaan baru mulai berdiri.
Untuk itu jika kelak ada rencana pengembangan tentu akan terjadi perubahan
atas biaya ini. Tetapi sebagai pengendali biaya – biaya ini dipertahankan pada
kisaran seperti yang dianggarkan dibawah ini:

60
BIAYA KANTOR DAN PEMASARAN USD
NAMA BIAYA JUMLAH
A BIAYA KANTOR :
1 By. Tilp 500
2 By. Listrik Kantor 750
3 BY.ATK 500
4 By. Transport 1,500
5 By. Jamuan 2,000
6 By. Lain lain 500
B BIAYA PEMASARAN 5,000
JUMLAH BIAYA KANTOR DAN PEMASARAN 10,750
JUMLAH BIAYA KANTOR DAN PEMASARAN DAN
GAJI 32,025

3.3. Perhitungan Harga Pokok dan Laba Per Ton

Untuk bisa menghitung harga pokok perton maka ada beberapa komponen biaya yang diperlukan
yaitu biaya abhan baku biaya tenaga kerja dan biaya tidak langsung (overhead) lainnya. Dimuka
sudah diketahui besarnya kebutuhan biaya atas bahan baku dan bahan penolong serta biaya tenaga
kerja. Yang perlu dihitung selanjutnya adalah overhead lainnya.

Untuk dapat menghitung biaya overhead lainnya yaitu meliputi biaya gaji, penyusutan, dan biaya
adminisitrasi sertalainnya maka ada dua hal yang perlu di pakai sebagai dasar pengukuran untuk
dapat menghitung harga pokok perton dari produk c – riser yaitu jumlah produksi yang
dihasilkan dan masa penghapusan (depresiasi) dari aset yang diinvestasikan.

Seperti diterangkan dimuka untuk produksi direncanakan 30.000 ton pertahun atau 2.500 ton
perbulan.

Adapun masa penyusutan ditetapkan selama 5 tahun untuk seluruh aset yang diinvestasikan
dengan pertimbangan sebagai dasar pengukuran tingkat pengembalian investasi.

61
3.3.1. Biaya Depresiasi perton

Biaya ini adalah biaya yang bukan merupakan pengeluaran ( out of pocket cost) tetapi
hanya sebatas biaya yang diperhitungkan (book cost). Dimunculkannya biaya ini disini
adalah untuk dasar perhitungan harga pokok produksi perton dari c- riser . dasar dari
penetapan biaya depresiasi ini adalah dari investasi , baik untuk aset tetap maupun biaya
pengurusan ijin dan pemasangan listrik sebagai biaya pra pembangunan. Untuk
menghitung depresiasi telah ada pedoman yang telah ditetapkan SAK (standard
Akuntansi Keuangan ) maupun departemen keuangan guna kepentingan pajak dalam
kaitannya dengan penyusunan laporan keuangan. Tetapi dalam perhitungan depresiasi
disini dasar penetapan waktu dan metode didasarkan pada jangka waktu rencana
pengembalian investasi. Adapun perhitungan tersebut dapat dilihat pada tabel sebagai
berikut :

62
63
3.3.2. Biaya Gaji perton

Seperti telah diuraikan sebelumnya bahwa biaya gaji telah dihitung berdasarkan
kebutuhan organisasi yang ada dapat diketahui kebutuhan pengeluaran untuk biaya
gaji sebulan. jiak produksi pertahun 30.000 ton maka perbulan 2.500 ton dengan
demikian alokasi gaji diserap dalam setiap ton produk adalah sebesar :

64
3.3.3. Biaya Kantor dan Pemasaran perton

Demikian juga halnya untuk biaya administrasi dan Pemasaran dihitung dengan cara yang
sama sehingga menghasilkan perhitungan sbb:

65
3.3.4. Biaya castable/Refractory

Disamping biaya biaya investasi baik untuk aset maupun modalkerja tersebut diatas ada
biaya yang juga harus diperhitungkan dalam menghitung harga pokok produksi yaitu
castable/refractory cost. Seperti diketahui proses produksi carbon riser ini adalah
menggunakan tungku pemanas. Untuk itu konstruksi yang digunakan pada dinding
adalah bahan yang tahan panas. Penggunaan dinding tahan panas ini secara berkala
memerlukan penggantian bahan dikarenakan rusak atau faktor lainnya. Adapun besarnya
kebutuhan atas biaya ini adalah USD 1.875 /bulan. Dengan dasar volume

3.3.5. Harga Pokok Produksi perton

Dengan direncanakan produksi c – riser pertahun 30.000 ton serta ketersediaan


komponen biaya yang telah diuraiakan seperti disebutkan diatas maka perhitungan harga
pokok produksi per ton dapat dihitung sbb:

66
3.3.5. Laba per Ton

Berdasrkan data perkembangan harga jual dari tahun ketahun sejak 2005 selama lima tahun
yaitu :

67
3.4. Cash flow Estimate

Dalam menghitung estimasi cash flow ada asumsi yang harus dipedomani dasar penentuan asumsi
sangat berpengaruh terhadap realisasi. Dalam kaitannya dengan penentuan asumsi, dasar yang
digunakan adalah konservatif yaitu:

1. pembebanan biaya terkait dengan pengeluaran diperhitungkan optimal sedangkan untuk


penjualan dikaitkan dengan penerimaan minimal.

2. Masa pembangunan sejak investasi pertama adalah selama 7 bulan

3. Biaya variable proporsional dengan produksi

4. Bunga investasi tidak diperhitungkan

5. Kenaikkan harga jual 10% setiap tahun

6. Semua transaksi baik pembelian dan Penjualan sudah nilai neto yaitu sudah dikurangi pajak
PPN dan biaya lainnya.

7. kenaikkan biaya 10% setiap tahun

8. Pembelian tunai

9. Penjualan kredit 1 bulan

10. Setiap akhir tahun ada upah atau gaji ke 13

68
BAB VII

KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

Sesuai analisis yang telah dilaksanakan dalam studi kelayakan ini, maka dapat disimpulkan hal-hal sebagai
berikut:

1. Carbon Riser (CR) sebagai deoksidator baja cair dan/atau sebagai alloy untuk
memperkuat/memperkeras sifat baja, merupakan bahan penunjang utama yang mutlak
dibutuhkan dalam proses pembuatan baja.

2. Permintaan CR dalam negeri adalah sebesar 88.000 ton per tahun, sedangkan produksi CR dalam
negeri adalah sebesar 110 ribu ton per tahun. Namun kebutuhan CR dalam negeri tidak semuany
terpenuhi oleh CR produksi dalam negeri, karena masalah kualitas dan/atau harga, sehingga masih
ada peluang pasar dalam negeri untuk menampung hasil produksi yang sesuai dengan kualitas dan
harga yang diminta.

3. Tujuan produksi CR kita adalah untuk memenuhi kebutuhan CR PT Krakatau Steel sesuai syarat
kualitas dan harga dari PT Krakatau Steel dengan jumlah kebutuhan mencapai 20.000 ton per
tahun.

4. Sisa 10.000 ton per tahun akan di jual bebas ke pasar domestik dan internasional.

5. Sesuai rencana kerja sama kemitraan dengan PT Krakatau Steel dan berdasarkan kelengkapan dan
kesiapan infrastruktur, maka pilihan lokasi industri CR ini adalah di Kawasan Industri PT Krakatau
Steel, Cilegon, Banten.

6. Kesimpulan soal teknologi produksi/mesin

7. Dari analisis manajemen risiko yang dilakukan, teridentifikasi faktor-faktor utama yang
memungkinkan terjadinya risiko dalam pembangunan industri dan pengembangan bisnis CR ini,
yaitu: risiko pasokan bahan baku (green coke), risiko pasar dan persaingan, risiko fluktuasi harga

69
jual CR, risiko teknis teknologis mesin dn fasilitas produksi CR. Respons strategik yang diusulkan
untuk disiapkan adalah dengan membuat kesepakatan kerja sama atau kemitraan dengan pihak-
pihak terkait, seperti: dengan PT Pertamina untuk untuk menjamin keberlanjutan pasokan green
coke, dengan PT Krakakatu Steel untuk menjamin kestabilan volume penjualan dan tingkat harga
jual serta dengan berbagai pabrikan (termasuk PT Krakatau Steel) untuk menjamin dukungan
teknis teknologis atas mesin produksi dan fasilitas prouksi yang digunakan.

8. Dari hasil analisis dan perhitungan untuk jangka waktu kerja 5 tahun, maka diperoleh angka-angka
keekonomian proyek sebagai berikut:

a. Internal Rate of Return (IRR) = 34.9%

b. Net Present Value (NPV, DF = 18%) = USD 1,991,164

c. Pay Back Period = 2 tahun 4 bulan dengan Nilai Investasi sebesar USD 4,826,443

9. Berdasarkan angka-angka keekonomian proyek tersebut, serta dengan melihat hasil analisis berbagai
aspek lainnya, maka dapat disimpulkan bahwa rencana pembangunan dan pengembangan industri
CR ini adalah layak (feasible) dan direkomendasikan untuk dilaksanakan.

70

Anda mungkin juga menyukai