Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH

TEORI BUNGA DAN BAGI HASIL

Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Teknik Perhitungan Bagi Hasil Dan Margin yang
diampu oleh Bapak Dr. H. Zainal Abidin, M.E.I.

Disusun Oleh :

Yogie Dharmawan (21383021134)

Syahda Adita (21383022126)

Yeyen Nuriani R E (21383022131)

PROGRAM STUDI PERBANKAN SYARIAH

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI MADURA

TAHUN PELAJARAN 2023


KATA PENGANTAR

Alhamdulillah puji syukur kehadirat Allah Swt. yang mana telah memberikan kita kesehatan
sehingga kita bisa menyelesaikan tugas makalah ini. Shalawat serta salam kita sampaikan kepada
Nabi Muhammad Saw. yang diutus untuk menjadi rahmat seluruh alam dan menjelaskan syariat
agama yang terang serta bukti-bukti yang jelas.

Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Teknik Perhitungan Bagi Hasil Dan
Margin yang dibimbing oleh Bapak Dr. H. Zainal Abidin, M.E.I. Makalah ini memuat tentang
“Teori Bunga Dan Bagi Hasil”, tema yang akan dibahas di makalah inisengaja dipilih oleh guru
pembina kami untuk kami pelajari lebih dalam. Butuhwaktu yang cukup baik untuk mendalami
materi ini sehingga kami dapat menyelesaikannya dengan baik.

Terima kasih yang seluas-luasnya saya haturkan kepada rekan-rekan serta berbagai pihak
yang telah membantu penulis dalam menyusun makalah ini. Penulis juga menyadari sepenuhnya
bahwa di dalam makalah ini terdapat kekurangan dan jauh dari kata sempurna. Oleh sebab itu,
Penulis berharap adanya kritik, saran dan usulan demi perbaikan makalah yang telah Penulis buat
di masa yang akan datang, mengingat tidak ada sesuatu yang sempurna tanpa saran yang
membangun.

Semoga makalah sederhana ini dapat dipahami bagi siapapun yang membacanya. Sekiranya
makalah yang telah disusun ini dapat bermanfaat bagi penulis sendiri maupun orang yang
membacanya.

Pamekasan, 03 Maret 2023

Penyusun

ii
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI................................................................................................................................. iii


BAB I ............................................................................................................................................. iv
PENDAHULUAN ........................................................................................................................ iv
BAB II ............................................................................................................................................ 1
PEMBAHASAN ............................................................................................................................ 1
A. Time Value of Money ........................................................................................................................ 1
B. Economic Value of Time .................................................................................................................. 2
C. Perbedaan Time Value of Money dan Economic Value of Time ...................................................... 3
D. Pengertian Teori Bunga ................................................................................................................... 4
E. Pengertian Bagi Hasil ...................................................................................................................... 6
F. Perbedaan Bunga dengan Bagi Hasil ............................................................................................. 10
BAB III ......................................................................................................................................... 12
PENUTUP .................................................................................................................................... 12
A. Kesimpulan ................................................................................................................................... 12
B. Saran ............................................................................................................................................. 12
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................................................. 13

iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang

Bunga adalah balas jasa yang diberikan oleh pihak bank (konvensional) untuk
nasabah yang memiliki simpanan dan harus dibayarkan nasabah yang memiliki pinjaman
kepada bank, dan riba adalah pengambilan tambahan sebagai syarat yang harus dibayarkan
oleh peminjam kepada pemberi pinjaman diluar biaya pokok.1
Bagi hasil adalah pembagian atas hasil usaha yang telah dilakukan oleh pihak-pihak
yang melakukan perjanjian yaitu pihak nasabah dan pihak bank syariah. Dalam hal
tersebut, maka hasil atas usaha yang dilakukan oleh kedua pihak atau salah satu pihak akan
dibagi sesuai porsi masing-masing yang melakukan akad perjanjian. Pembagian hasil
usaha dalam perbankan syariah ditetapkan dengan menggunakan nisabah. Nisabah yaitu
presentase yang disetujui oleh kedua pihak dalam menentukan bagi hasil atas usaha yang
dikerja samakan.2
Prinsip bagi hasil (profit sharing) merupakan karakteristik umum dan landasan
dasar bagi oprasional bank Islam secara keseluruhan. Menetapkan tingkat keuntungan dan
nisbah bagi hasil pembiayaan pada bank syariah. Dengan demikian bank syariah dapat
memberikan bagi hasil yang maksimal kepada dana pihak ketiga karena semakin tinggi
keuntungan yang diperoleh bank, semakin tinggi pula bagi hasil yang diberikan bank
kepada dana pihak ketiga dan begitu sebaliknya.3

B. Rumusan Masalah

1. Apa Pengertian Time value of money?


2. Apa Pengertian Economic value of time?
3. Apa Saja perbedaan Time value of money dan Economic value of time?
4. Apa Pengertian Teori bunga?
5. Apa Pengertian Teori bagi hasil?
6. Apa Perbedaan Teori bunga dan bagi hasil?

1 Ismail, Perbankan Syariah, (Jakarta : Kencana Prenadamedia Grup Jakarta, 2014), 95-96
2 Muhammad Syafi’I Antonio, Bank Syariah dari Teori ke Ptaktik, (Jakarta : Gema Insani Press, 2001), 137.
3 Ir. Adiwarman A. Karim, Bank Islam Analisis Fiqih dan Keuangan, (Jakarta : PT RajaGrafindo Persada, 2013), 279.

iv
C. Tujuan Masalah

1. Mengetahui apa itu pengertian time value of money


2. Mengetahui apa itu pengertian Economic value of time
3. Mengetahui apa itu perbedaan Time value of money dan economic value of time
4. Mengetahui apa itu pengertian Teori bunga
5. Mengetahui apa itu Teori bagi hasil
6. Mengetahui apa itu Perbedaan teori bunga dan bagi hasil

v
BAB II
PEMBAHASAN
A. Time Value of Money

Nilai uang dari waktu ke waktu (Time Value Of Money) adalah sebuah konsep
berbasis waktu untuk menghitung nilai uang. Artinya, uang yang dimiliki oleh seorang
individusaat ini tidak akan memiliki nilai yang sama dengan tahun-tahun yang akan
datang. Hal ini terjadi dikarenakan adanya faktor inflasi atau kenaikan biaya dan juga
berkurangnya nilai mata uang. Konsep ini umumnya sering digunakan
didalammanajemen keuangan suatu perusahaan serta dalam konsep perencanaan
keuangan (personal financial planning).4

➢ Manfaat Time Value Of Money

Manfaat dari penerapan Time Value of Money (TVM) yaitu agar kita bisa
mengetahuiapakah investasi yang sedang kita jalankan dapat menguntungkan atau
tidak. Umumnya, TVM digunakan untuk menghitung biaya yang ada.Dengan hal ini,
maka para investor bisa menganalisis, apakah proyek yang direalisasikanmenawarkan
keuntungan atau tidak. Tidak dapat disangkal, bahwa para investor lebihmemilih
proyek yang menghasilkan keuntungan setiap tahunnya, dari tahun pertamahingga ke
tahun-tahun berikutnya.5

➢ Contoh Time Value Of Money dalam kehidupan sehari-hari


1. Tabungan
Tabungan merupakan sebuah bukti seberapa banyak uang yang sudah
dimasukan oleh lembaga perbankan.
2. Pinjaman bank
Bank sering disebut sebagai agen menajemen keuangan publik yang tdiak
hanya bertindak sebagai setoran uang, tetapi juga memungkinkan anda untuk
melakukan pinjaman dana.
3. Asuransi penilaian proyek

4
Yudiana Fetria Eka “Dimensi Waktu Dalam Analisis Time Value Of Money dan Economic Value Of Time. “Muqtasid: Jurnal
Ekonomi dan Perbankan Syariah 4.1 (2013): 131-143
5
Ilyas, R. (2017). Time Value Of Money dalam Perspektif Hukum Islam. Al-‘Adalah, 14(1), 157.

1
Setiap kegiatan produksi yang dilakukan oleh suatu perusahaan pasti akan
membawa jalur keuangan dalam dirinya sendiri.6

B. Economic Value of Time

Economic value of time adalah sebuah konsep dimana waktulah yang memiliki
nilai ekonomi, bukanlah uang memiliki nilai waktu. Economic value of time memiliki
arti memaksimumkan nilai ekonomis suatu dana pada periodik waktu. Dalam
pandangan Islam mengenai waktu, waktu bagi semua orang adalah sama kuantitasnya,
yaitu 24 jam dalam sehari, 7 hari dalam sepekan. Nilai waktu antara satu orang dengan
orang lainnya, akan berbeda dari sisi kualitasnya. Jadi faktor yang menentukan nilai
waktu adalah bagaimana seseorang memanfaatkan waktu itu. Semakin efektif (tepat
guna) dan efisien (tepat cara), maka akan semakin tinggi nilai waktunnya. Efektif dan
efisien akan mendatangkan keuntungan di dunia bagi siapa saja yang melaksanakan.
Oleh karena itu, siapapun pelakunya tanpa memandang suku, agama, dan ras, secara
sunatullah akan mendapatkan keuntungan di dunia. Didalam Islam, keuntungan bukan
saja keuntungan di dunia, namun yang dicari adalah keuntungan di dunia dan di akhirat.
7

Oleh karena itu, pemanfaatan waktu itu bukan saja harus efektif dan efisien,
namun harus juga didasari dengan keimanan. Keimanan inilah yang akan
mendatangkan keuntungan di akhirat. Sebaliknya, keimanan yang tidak mampu
mendatangkan keuntungan di dunia berarti keimanan yang tidak di amalkan. Islam
tidak mengenal konsep time value of money, Dasar perhitungan pada kontrak berbasis
time value of money adalah bunga. Sedangkan Dasar perhitungan pada kontrak
berbasis Economic value of time adalah nisbah. Economic value of time relatif lebih
adil dalam perhitungan kontrak yang bersifat pembiayaan bagi hasil (profit sharing).

6
Maghfiroh, R. U. (2019). Konsep Nilai Waktu dari Uang dalam Sudut Pandang Ekonomi Islam. El- Qist : Journal of Islamic
Economics and Business (JIEB), 9(2), 186–195.
7
Muda, I., & Hasibuan, A. N. (2018). Public discovery of the concept of time value of money with economic value of time. Emerald
Reach Proceedings Series, 1, 251–257.

2
Konsep bagi hasil (profit sharing) berdampak pada tingkat nisbah yang menjadi
perjanjian kontrak dua belah pihak.8

C. Perbedaan Time Value of Money dan Economic Value of Time

Ada beberapa perbedaan dalam time value of money dan economic value of
time yaitu:
1. Rasionaliti ekonomi konvensional adalah rational economice man adalah
tindakan individu dianggap rasional jika tertumpu kepada kepentingan diri
sendiri (self interest) yang menjadi satu-satunya tujuan bagi seluruh aktivitas.
Ekonomi konvensional mengabaikan moral dan etika dalam pembelanjaan dan
unsur waktu adalah terbatas hanya di dunia saja tanpa mengambilkira hari
akhirat. Sedangkan dalam ekonomi Islam jenis manusia yang hendak dibentuk
adalah Islamic man ('Ibadurrahman), (QS 25:63). Islamic man dianggap
perilakunya rasional jika konsisten dengan prinsip-prinsip Islam yang bertujuan
untuk menciptakan masyarakat yang seimbang. Tauhidnya mendorong untuk
yakin, Allah-lah yang berhak membuat rules untuk mengantarkan kesuksesan
hidup. Ekonomi Islam menawarkan konsep rasionaliti secara lebih menyeluruh
tentang tingkah laku agen-agen ekonomi yang berlandaskan etika ke arah
mencapai al-falah, bukan kesuksesan di dunia malah yang lebih penting lagi
ialah kesuksesan di akhirat.
2. Tujuan utama ekonomi Islam adalah mencapai falah di dunia dan akhirat,
sedangkan ekonomi konvensional semata-mata kesejahteraan duniawi.
3. Sumber utama ekonomi Islam adalah Al-Quran dan Al-Sunnah atau ajaran
Islam. Berbeda dengan ekonomi konvensional yang berdasarkan pada hal-hal
yang bersifat positivistik.
4. Islam lebih menekankan pada konsep need daripada want dalam menuju
maslahah, karena need lebih bisa diukur daripada want. Menurut Islam, manusia
mesti mengendalikan dan mengarahkan want dan need sehingga dapat membawa
manfaat dan bukan madarat untuk kehidupan dunia dan akhirat.

8
Huda, Nurul. Naution, Mustafa Edwin. Idris Handirisza. Wiliasih, Ranti. Ekonomi Makro Islam Pendekatan Teoretis. Jakarta:
Kencana. 2008

3
5. Orientasi dari keseimbangan konsumen dan produsen dalam ekonomi
konvensional adalah untuk semata-mata mengutamakan keuntungan. Semua
tindakan ekonominya diarahkan untuk mendapatkan keuntungan semaksimal
mungkin. Jika tidak demikian justru dianggap tidak rasional. Lain halnya dengan
ekonomi Islam yang tidak hanya ingin mencapai keuntungan ekonomi akan
tetapi juga mengharapkan keuntungan rohani dan al-falah. Keseimbangan antara
konsumen dan produsen dapat diukur melalui asumsi asumsi secara jelas.
Memang untuk mengukur pahala dan dosa seorang hamba Allah, tidak dapat
diukur dengan uang, akan tetapi hanya merupakan ukuran seberapa besar dan
taat kita kepada Allah.9

D. Pengertian Teori Bunga

Teori bunga muncul sejak manusia mulai melakukan pemikiran ekonomi. Para
filosof Yunani Kuno telah melakukan pembahasan tentang bunga. Diantara para filosof
tersebut adalah Plato, Aristoteles. Mereka melarang dan mengutuk orang yang
melakukan aktivitas ekonomi dengan bunga. Mereka memandang uang bukan sesuatu
yang dapat berbunga atau membuahkan harta, akan tetapi uang merupakan alat tukar.
Setelah itu, maka pemikiran bunga semakin berkembang. Para pakar ekonomi masa
lalu telah mengembangkan berbagai teori bunga uang. Pro dan kontra pembahasannya
selalu terjadi di antara mereka.10
Smith dan Ricardo memandang bunga sebagai kompensasi yang bayarkan oleh
pengutang kepada pemilik uang sebagai jasa atas keuntungan yang diperoleh dari uang
pinjaman. Mereka berpendapat bahwa akumulasi uang adalah akibat dari penghematan
pemilik uang. Orang tidak akan melakukan penghematan untuk menabung tanpa
adanya harapan balas jasa atas pengorbanan penghematan tersebut. Oleh karena itu,
bunga sebagai harapan balas jasa atas tabungan merupakan faktor utama yang
mendorong orang untuk berhemat. Sehingga, teori bunga ini berpandangan bahwa
ekonomi tanpa bunga tidak mungkin bisa berjalan.

9
Muhammad. (2012). Rekonstruksi Time Value of Money Menuju Economic Vale of Money untuk Keuangan Islam. Islamic
Review : Jurnal Riset Dan Kajian Keislaman, 1(2), 163–190.
10 Muhammad, Teknik Perhitunga Bagi Hasil dan Profit Margin pada Bank Syariah. UUI Press Yogyakarta (Anggota IKAPI).

Hal: 12-15

4
Sementara itu, teori bunga abstinens (abstinace theory of interest) berupaya
menyempurnakan teori bunga yang diyakini Smith dan Ricardo. Pelopor teori ini
adalah senior, ia berpendapat bahwa bunga adalah harga yang dibayarkan sebagai
tindakan menahan nafsu (abstinens). Menurutnya, tindakan menahan nafsu ini
merupakan tindakan untuk tidak mengkonsumsi atau melakukan kegiatan produktif.
Hasil dari menahan nafsu ini memungkinkan orang menghemat, kemudian
menabungnya. Teori abstinens berhasil menyempurnakan teori bunga sebelumnya,
namun masih ada kelemahannya.
Pandangan Marshall tentang bunga, mendorongnya menyusun teori bunga yang
berbeda dengan pendahulunya. Teori bunga yang dikeluarkan Marshall disebut dengan
teori bunga produktivitas. Teori ini memperlakukan produktivitas sebagai suatu
kekayaan yang terkandung dalam kapital, dan produktivitas kapital tersebut
dipengaruhi oleh suku bunga. Suku bunga sendiri, menurut Marshall, adalah ditentukan
oleh interaksi kurver penawaran dan permintaan tabungan. Marshall, beranggapan
bahwa sisi penawaran, suku bunga merupakan balas jasa atas pengorbanan tabungan
atau pengorbanan "menunggu". Sisi permintaan akan kapital bergantung pada
produktivitas marginal dan suku bunga. Jika penawaran tabungan lebih besar dari
permintaan tabungan untuk investasi, maka suku bunga akan turun dan investasi akan
meningkat terus sampai tercapai keseimbangan antara tabungan dan investasi.
Sebaliknya, apabila permintaan akan tabungan lebih besar dari penawaran tabungan,
maka suku bunga akan naik dan investasi akan turun sampai tercapai tingkat
keseimbangan baru.11
Bomh Bowerk telah mengembangan teori bunga yang mirip dengan teori yang
dikembangkan oleh Senior. Teori bunga Bomh Bowerk lebih dikenal dengan teori
preferensi waktu. Teori ini meyakini bahwa orang selalu lebih senang terhadap barang
yang ada sekarang dari pada barang yang diperoleh pada masa yang akan datang.
Sebab produktivitas marginal barang sekarang lebih tinggi dari pada
produktivitas marginal barang untuk masa yang akan datang. Teori ini akhirnya banyak
ditentang oleh pakar ekonomi lainnya, diantaranya adalah Hayek yang secara tegas

11 Abdullah Saeed, Bank Islam dan Bunga, ( Yogyakarta : Pustaka pelajar, 2008), 97-98

5
menolak teori ini dan memandang aspek produktivitas kapital lebih berperan.
Demikian juga Fisher, lebih menekankan pada prinsip investasi oportunitas.
Pandangan Kelompok Kedua: Kelompok pemikir ekonomi kedua yang berbicara
tentang teori bunga ini adalah teori the loanable funds theory. Teori ini pertama kali
digagas oleh Ohlin (1937), kemudian disempurkan oleh Lerner (1938), teori ini
berangkat dari konsep bunga yang berasal dari tabungan dan investasi. Menurut teori
ini, bunga ditentukan oleh interaksi penawaran dan permintaan akan dana pinjaman.
Oleh karena itu, mereka percaya bahwa tabungan dan investasi selalu sama besarnya
(seimbang). Lerner berpendapat bahwa suku bunga ditentukan oleh harga kredit, dan
karena itu diatur oleh interaksi penawaran dan permintaan modal. Suku bunga tidak
lain adalah harga yang menyamakan tabungan atau penawaran kredit ditambah dengan
tambahan bersih dari kenaikan jumlah uang dalam suatu periode tertentu, dan
permintaan kredit atau investasi ditambah uang kas neto dalam periode tersebut. Dari
sini kita dapat memahami bahwa teori ini mencampuradukkan antara pengertian
persediaan (stock) dengan pengertian aliran (flow).12

E. Pengertian Bagi Hasil

Bagi hasil menurut terminologi asing (Inggris) dikenal dengan profit sharing.
Profit Sharing dalam kamus ekonomi diartikan pembagian laba. Secara definitif profit
sharing diartikan: "distribusi beberapa bagian dari laba pada para pegawai dari suatu
perusahaan". Lebih lanjut dikatakan, bahwa hal itu dapat berbentuk suatu bonus uang
tunai tahunan yang didasarkan pada laba yang diperoleh pada tahun-tahun sebelumnya,
atau dapat berbentuk pembayaran mingguan atau bulanan.13
Bentuk-bentuk pembagian laba yang tidak langsung mencakup alokasi saham-
saham (penyertaan) perusahaan pada para pegawai, dibayar melalui laba perusahaan,
dan memberikan para pegawai opsi untuk membeli saham-saham sampai pada jumlah
tertentu di masa yang akan datang pada tingkat harga sekarang, sehingga
memungkinkan para pegawai memperoleh keuntungan baik dari pembagian deviden
maupun setiap pertumbuhan dalam nilai saham yang dihasilkan dari peningkatan dalam

12
Gita Danupranata, Buku Ajar Manajemen Perbankan Syariah ( Jakarta: Salemba 4, 2013), 35-36
13
Lauda huruniang dan noven suprayogi, “Variabel-Variabel yang Mempengaruhi Tingkat Bagi Hasil Tabungan Mudharabah pada
Industri Perbankan Syariah di Indonesia, “ JESST, Vol. 2, No. 7, (juli, 2015), 584-583.

6
kemampuan memperoleh laba. Jika dalam suatu perusahaan, maka perolehan bagian
laba sering dianjurkan untuk meningkatkan tanggungjawab pegawai dan dengan
demikian meningkatkan produktivitas.
Pada mekanisme lembaga keuangan syariah atau bagi hasil, pendapatan bagi
hasil ini berlaku untuk produk-produk penyertaan, baik penyertaan menyeluruh
maupun sebagian-sebagian, atau bentuk bisnis korporasi (kerjasama). Pihak-pihak
yang terlibat dalam kepentingan bisnis yang disebutkan tadi, harus melakukan
transparansi dan kemitraan secara baik dan ideal. Sebab semua pengeluaran dan
pemasukan rutin yang berkaitan dengan bisnis penyertaan, bukan untuk kepentingan
pribadi yang menjalankan proyek.
Keuntungan yang dibagihasilkan harus dibagi secara proporsional antara
shohibul maal dengan mudharib. Dengan demikian, semua pengeluaran rutin yang
berkaitan dengan bisnis mudharabah, bukan untuk kepentingan pribadi mudharib,
dapat dimasukkan ke dalam biaya operasional. Keuntungan bersih harus dibagi antara
shahibul maal dan mudharib sesuai dengan proporsi yang disepakati sebelumnya dan
secara eksplisit disebutkan dalam perjanjian awal. Tidak ada pembagian laba sampai
semua kerugian telah ditutup dan ekuiti shahibul maal telah dibayar kembali. Jika ada
pembagian keuntungan sebelum habis masa perjanjian akan dianggap sebagai
pembagian keuntungan di muka.14

a. Investasi Berdasarkan Bagi Hasil

Inti mekanisme investasi bagi hasil pada dasarnya adalah terletak pada
kerjasama yang baik antara shahibul maal dengan mudharib. Kerjasama atau
partnership merupakan karakter dalam masyarakat ekonomi Islam. Kerjasama
ekonomi harus dilakukan dalam semua lini kegiatan ekonomi, yaitu: produksi,
distribusi barang maupun jasa. Salah satu bentuk kerjasama dalam bisnis atau
ekonomi Islam adalah qirad atau mudharabah. Qirad atau mudharabah adalah
kerjasama antara pemilik modal atau uang dengan pengusaha pemilik keahlian
atau keterampilan atau tenaga dalam pelaksanaan unit-unit ekonomi atau proyek

14
Eliza Fitriah dan Nur S. Buchori, “Pengaruh Nisbah Bagi Hasil Terhadap Penghimpunan Dana Bank Syariah, “Maslahah, Vol.2,
No. 2, (Agustus, 2011), 43.

7
usaha. Melalui qirad atau mudharabah kedua belah pihak yang bermitra tidak akan
mendapatkan bunga, tetapi mendapatkan bagi hasil atau profit dan loss sharing
dari proyek ekonomi yang disepakati bersama.

b. Stabilitas Ekonomi dalam Sistem Bagi Hasil

Dalam sistem ekonomi Islam, tingkat bunga yang dibayarkan bank kepada
nasabah (deposan)nya digantikan dengan persentase atau porsi bagi hasil, dan
tingkat bunga yang diterima oleh bank (dari debitur) akan digantikan dengan
persentase bagi hasil. Dua bentuk rasio keuntungan dijadikan instrumen untuk
memobilisasi tabungan dan disalurkan pada aktivitas-aktivitas bisnis produktif.
Walaupun rasio bagi hasil ditetapkan lebih dahulu, namun ketika tingkat
keuntungan berfluktuasi maka tingkat pendapatannyapun akan berfluktuasi.
Dengan kata lain, pendapatan akan berfluktuasi dan tidak menentu. Walaupun, para
ahli ekonomi Muslim menekankan bahwa ada kekuatan built-in dalam sistem
ekonomi Islam dalam menjamin stabilitas. Oleh karena itu, mereka berpandangan
bahwa dalam mekanisme bagi hasil tidak akan ada faktor yang menyebabkan
terjadinya ketidakstabilan ekonomi. Nejatullah Siddiqi melakukan analisis terhadap
perilaku bagi hasil terhadap kondisi stabilitas ekonomi, bahwa: " the introduction
of ratios of profit-sharing to replace rate of interest will not destabilize the economy
and that the change in the entrepreneural profit will not get communicated back all
along the line (dalam Iqbal & Khan, 1981: 72).

Pernyataan di atas menetapkan bahwa sistem ekonomi berdasarkan bagi


hasil akan juga menjamin alokasi sumber ekonomi yang lebih baik dan terjadinya
distribusi pendapatan yang lebih sesuai. Analisis terhadap persoalan peran bagi
hasil terhadap pencapaian stabilitas ekonomi harus dengan menggunakan
pendekatan analisis keseimbangan (equilibrium). Mekanisme analisis
keseimbangan menyajikan bagaimana mekanisme penentuan sup- ply dan demand
atas tabungan. Perilaku ini nampaknya sama dengan penerapan teori loanable funds
dalam ekonomi moderen sehingga bagaimana sistem ini akan cenderung kembali
kepada posisi keseimbangan jika kekuatan tertentu menciptakan
ketidakseimbangan.

8
c. Alokasi Sumber Dalam Sistem Bagi Hasil
Dalam ekonomi moderen, pengalokasian sumber sektoral dalam ekonomi
yang bersifat persaingan ini sepenuhnya dapat dijelaskan, dengan berdasarkan pada
tingkat keuntungan yang diharapkan. Pengenalan tentang sistem bagi hasil tidak
akan mengacaukan mekanisme ini. Pembagian diantara para pengusaha secara
proporsional oleh pemilik modal tidak mempengaruhi peranan ekonomi dari
tingkat keuntungan yang diharapkan. Alasan pengusaha untuk memaksimalkan
laba dan kecenderungan berkompetisi akan menjamin keseimbangan dalam tingkat
keuntungan pada berbagai sektor. Hal ini tidak dipengaruhi oleh penyusunan
kelembagaan, sehingga pengusaha harus menggantungkan pada persentase bagian
keuntungan bagi pemilik modal. Tidak adanya tingkat bunga dalam mekanisme
bagi hasil tidak akan menjadikan situasi ekonomi labil. Peranan bunga dalam
keputusan investasi saat ini secara nyata tergantung pada realitas kelembagaan dari
pada kebutuhan ekonomi.
Tidak adanya tingkat suku bunga, masih dapat ditemukan alat-alat
kebijakan moneter. Tingkat bagi hasil dapat membantu sebagai alat kebijakan
moneter. Walaupun ada pandangan yang menjadi jiwa dari sistem bagi hasil, yaitu
didasarkan pada konsep iquitable distribution keuntungan dan karena itu, alat-alat
tersebut tidak dapat digunakan untuk tujuan pengalokasian. Cara yang paling
mungkin adalah dengan menggunakan alat otoritas moneter dalam rangka
mencapai tujuan pengalokasian tanpa mempengaruhi konsep equity.

d. Bagi Hasil Sebagai Alat Untuk Distribusi Pendapatan

Salah satu aspek sistem bagi hasil juga dapat mengundang diskusi. Salah
satu diantaranya adalah aspek yang berkaitan dengan bagi resiko. Dalam kerangka
kerja kelembagaan saat ini, pemilik modal dapat mendistribusikan resiko melalui
pembagian manajemen dan utang dalam bentuk bergabung dalam pemilikan saham.
Sementara pemilik tenaga, tidak dapat membagikan tenaganya kepada pemilik
modal. Dalam kaitan ini, Iqbal dan Khan menegaskan, bahwa:

“Jika akses ke pendapatan risiko dibuat lebih mudah tersedia bagi mereka
yang hanya memiliki sumber daya manusia, ini tidak hanya akan mengarah pada
distribusi pendapatan tetapi juga akan mengoptimalkan alokasi risiko. Hal ini dapat
dicapai dengan membiarkan tenaga kerja berbagi risiko dan keuntungan perusahaan
dalam arti bahwa mereka akan diizinkan memperoleh klaim untuk berbagi
keuntungan perusahaan di masa depan yang tidak pasti. Karena ketidakpastian total
tentang upah tidak diperbolehkan dalam Islam, akan ada upah tetap minimum dan
juga buruh akan memiliki pilihan untuk tidak mengambil risiko sama sekali dan
memiliki lebih banyak pendapatan tetap.”

9
Jadi, jika dalam usaha bersama mengalami resiko, maka dalam konsep bagi
hasil kedua belah pihak akan sama-sama menanggung resiko. Di satu pihak,
pemilik modal menanggung kerugian modalnya, di pihak lain pelaksana proyek
akan mengalami kerugian atas tenaga atau biaya tenaga kerja yang telah
dikeluarkan. Dengan kata lain, masing-masing pihak yang melakukan kerjasama
dalam sistem bagi hasil akan berpartisipasi dalam kerugian dan keuntungan. Hal
demikian menunjukkan keadilan dalam distribusi pendapatan.15

F. Perbedaan Bunga dengan Bagi Hasil

Islam mengharamkan bunga dan menghalalkan bagi hasil. Keduanya


memberikan keuntungan, tetapi memiliki perbedaan mendasar sebagai akibat
adanya perbedaan antara investasi dan pembungaan uang. Dalam investasi, usaha
yang dilakukan mengandung risiko, dan karenanya mengandung unsur
ketidakpastian. Sebaliknya, pem- bungaan uang adalah aktivitas yang tidak
memiliki risiko, karena adanya persentase suku bunga tertentu yang ditetapkan
berdasarkan besarnya modal.16
Sesuai dengan definisi di atas, menyimpan uang di Bank Islam termasuk
kategori investasi. Besar kecilnya perolehan kembalian itu tergantung pada hasil
usaha yang benar-benar terjadi dan dilakukan bank sebagai pengelola dana. Dengan
demikian, Bank Islam tidak dapat hanya sekadar menyalurkan uang. Bank Islam
harus terus-mene- rus berusaha meningkatkan return on investment sehingga Jebih
menarik dan lebih memberikan kepercayaan bagi pemilik dana.
Bunga Bagi Hasil

Penentuan keuntungan Pada waktu perjanjian Pada aktu akad dengan


dengan asumsi harus pedoman kemungkinan
selalu untung untung rugi

Besarnya presentase Berdasarkan jumlah Berdasarkan jumlah


uang (modal) yang keuntungan yang
dipinjamkan diperoleh

15
Muhammad Syafi’i Antonio, Bank Syariah Dari Teori Ke Praktik, Jakarta: Gema Insani,2001, 90-98
16
Wirdiyaningsih, Bank dan Asuransi Islam di Indonesia, Jakarta: Kencana 2005, 46-50

10
Pembayaran Seperti yang dijanjikan Beruntung pada
tanpa pertimbangan keuntungan proyek bila
untung atau rugi rugi di tanggung
bersama

Jumlah pembayaran Tetap, tidak meningkat Sesuai dengan peningkat


walau keuntungan jumlah pendapatan
berlipat
Eksistensi Diragukan oleh semua Tidak ada yang
agama meragukan ke
absahannya

11
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan

Bunga adalah balas jasa yang diberikan oleh pihak bank (konvensional) untuk
nasabah yang memiliki simpanan dan harus dibayarkan nasabah yang memiliki pinjaman
kepada bank, dan riba adalah pengambilan tambahan sebagai syarat yang harus dibayarkan
oleh peminjam kepada pemberi pinjaman diluar biaya pokok.
Bagi hasil adalah pembagian atas hasil usaha yang telah dilakukan oleh pihak-pihak
yang melakukan perjanjian yaitu pihak nasabah dan pihak bank syariah. Dalam hal
tersebut, maka hasil atas usaha yang dilakukan oleh kedua pihak atau salah satu pihak akan
dibagi sesuai porsi masing-masing yang melakukan akad perjanjian. Pembagian hasil
usaha dalam perbankan syariah ditetapkan dengan menggunakan nisabah. Nisabah yaitu
presentase yang disetujui oleh kedua pihak dalam menentukan bagi hasil atas usaha yang
dikerja samakan.
Bagi hasil menurut terminologi asing (Inggris) dikenal dengan profit sharing. Profit
Sharing dalam kamus ekonomi diartikan pembagian laba. Secara definitif profit sharing
diartikan: "distribusi beberapa bagian dari laba pada para pegawai dari suatu perusahaan".
Lebih lanjut dikatakan, bahwa hal itu dapat berbentuk suatu bonus uang tunai tahunan yang
didasarkan pada laba yang diperoleh pada tahun-tahun sebelumnya, atau dapat berbentuk
pembayaran mingguan atau bulanan.

B. Saran

Semoga setelah mempelajari dan memahami makalah ini, kita dapat mengerti akan
Teori Bunga dan Bagi Hasil. Untuk itu, kita sebagai generasi penerus mampu memahami
dan menelaah berbagai kesalahan yang tidak sesuai dengan aturan.
Kami menyadari makalah ini banyak kekurangan, maka dari itu kritik dan saran
yang membangun kami butuhkan dari teman-teman ataupun Dosen Pengampu mata kuliah
Tehnik Perhitungan Bagi Hasil dan Margin.

12
DAFTAR PUSTAKA

Ismail, Perbankan Syariah, (Jakarta : Kencana Prenadamedia Grup Jakarta, 2014), 95-96
Muhammad Syafi’I Antonio, Bank Syariah dari Teori ke Ptaktik, (Jakarta : Gema Insani
Press, 2001), 137.

Ir. Adiwarman A. Karim, Bank Islam Analisis Fiqih dan Keuangan, (Jakarta : PT RajaGrafindo
Persada, 2013), 279.

Yudiana Fetria Eka “Dimensi Waktu Dalam Analisis Time Value Of Money dan Economic
Value Of Time. “Muqtasid: Jurnal Ekonomi dan Perbankan Syariah 4.1 (2013): 131
143

Ilyas, R. (2017). Time Value Of Money dalam Perspektif Hukum Islam. Al-‘Adalah, 14(1), 157.

Maghfiroh, R. U. (2019). Konsep Nilai Waktu dari Uang dalam Sudut Pandang Ekonomi Islam.
El- Qist : Journal of Islamic Economics and Business (JIEB), 9(2), 186–195.

Muda, I., & Hasibuan, A. N. (2018). Public discovery of the concept of time value of money
with economic value of time. Emerald Reach Proceedings Series, 1, 251–257.

Huda, Nurul. Naution, Mustafa Edwin. Idris Handirisza. Wiliasih, Ranti. Ekonomi Makro Islam
Pendekatan Teoretis. Jakarta: Kencana. 2008

Muhammad. (2012). Rekonstruksi Time Value of Money Menuju Economic Vale of Money untuk
Keuangan Islam. Islamic Review : Jurnal Riset Dan Kajian Keislaman, 1(2), 163–190.

Muhammad, Teknik Perhitunga Bagi Hasil dan Profit Margin pada Bank Syariah. UUI Press
Yogyakarta (Anggota IKAPI). Hal: 12-15

Abdullah Saeed, Bank Islam dan Bunga, ( Yogyakarta : Pustaka pelajar, 2008), 97-98

Gita Danupranata, Buku Ajar Manajemen Perbankan Syariah ( Jakarta: Salemba 4, 2013), 35-36

Lauda huruniang dan noven suprayogi, “Variabel-Variabel yang Mempengaruhi Tingkat Bagi
Hasil Tabungan Mudharabah pada Industri Perbankan Syariah di Indonesia, “ JESST, Vol.
2, No. 7, (juli, 2015), 584-583.

Eliza Fitriah dan Nur S. Buchori, “Pengaruh Nisbah Bagi Hasil Terhadap Penghimpunan Dana
Bank Syariah, “Maslahah, Vol.2, No. 2, (Agustus, 2011), 43.

Muhammad Syafi’i Antonio, Bank Syariah Dari Teori Ke Praktik, Jakarta: Gema Insani,2001, 90
98

Wirdiyaningsih, Bank dan Asuransi Islam di Indonesia, Jakarta: Kencana 2005, 46-50

13

Anda mungkin juga menyukai