Anda di halaman 1dari 11

HUKUM DALAM PERSPEKTIF AGAMA HINDU

Disusun Oleh:

NI PUTU DIVA MAHASANTHI 2207311026


I PUTU ANGGA PRAMUDYA PRAMESWARA 2207311028
I MADE SATRIA WIBAWA 2207311030

PROGRAM STUDI DIPLOMA III AKUNTANSI


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS UDAYANA
TAHUN 2022
KATA PENGANTAR

Dengan memanjatkan puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas segala limpahan rahmat
dan karunia-Nya kepada kita semua, sehingga penulis dapat menyelesaikan karya ilmiah ini yang
berjudul: “Hukum Dalam Perspektif Hindu”.

Penulis menyadari bahwa di dalam pembuatan karya ilmiah ini berkat bantuan dan tuntunan Tuhan
Yang Maha Esa dan tidak lepas dari bantuan berbagai pihak, untuk itu dalam kesempatan ini
penulis menghaturkan rasa hormat dan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak
yang membantu dalam pembuatan makalah ini.

Penulis menyadari bahwa dalam proses penulisan karya ilmiah ini masih dari jauh dari
kesempurnaan baik materi maupun cara penulisannya. Namun demikian, penulis telah berupaya
dengan segala kemampuan dan pengetahuan yang dimiliki sehingga dapat selesai dengan baik dan
oleh karenanya, penulis dengan rendah hati menerima masukan, saran dan usul guna
penyempurnaan karya ilmiah ini.

Akhir kata, penulis berharap semoga karya ilmiah ini dapat bermanfaat bagi pembaca.

Bali, 31 Oktober 2022

ii
DAFTAR ISI
COVER .............................................................................................................................. i
KATA PENGANTAR....................................................................................................... ii
DAFTAR ISI...................................................................................................................... iii
BAB I:PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang ............................................................................................................. 4
1.2. Rumusan Masalah ........................................................................................................ 5
1.3. Tujuan Penulisan .......................................................................................................... 5
BAB II:PEMBAHASAN
2.1. Uraian Permasalahan ................................................................................................... 6
2.2. Pemecahan Permasalahan ............................................................................................ 6
2.2.a. Hukum Dalam Perspektif Agama Hindu .................................................................. 6
2.2.b. Penerapan Hukum Dalam Agama Hindu .................................................................. 7

BAB III:PENDAHULUAN
3.1. Kesimpulan .................................................................................................................. 10
3.2. Saran ........................................................................................................................... 10

DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................................... 11

iii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Tujuan negara adalah untuk melindungi dan memberikan rasa aman dan nyaman kepada rakyat
melalui pembentukan norma dan hukum dalam bernegara. Berdasarkan hal tersebut negara
menjamin adanya hukum yang berkembang di masyarakat, baik hukum agama atau hukum adat.
Alat untuk menciptakan keharmonisan suatu komunitas adalah melalui adanya norma-norma yang
selanjutnya akan menjadi sebuah hukum. Adat istiadat yang berkembang menjadi sebuah hukum
adat di lingkungan masyarakat adat. Hukum adat adalah norma yang mengatur tingkah laku
masyarakat di lingkungan masyarakat adat tertentu. Indonesia yang terdiri dari berbagai suku
bangsa dan berbagai macam adat dan hukum adat, salah satunya masyarakat adat Bali. Masyarakat
adat Bali memiliki sistem hukum yang disebut dengan awig-awig. Awig-awig merupakan norma
tingkah laku sebagai pedoman dalam bermasyarakat, yang bertujuan memelihara ketertiban dalam
kehidupan. Pedoman ini sebagai sistem hukum yang digunakan di dalam kehidupan bermasyarakat
sesuai dengan adat, budaya, dan keagamaan. Hukum adat pada masyarakat Hindu Bali
mengandung nilai-nilai dari ajaran agama Hindu seperti ajaran Tri Hita Karana, Catur Purusa
Artha, Moksartham Jagadhita Ya Ca Iti Dharma, Desa, Kala, Patra, Tat Twam Asi, dan Tri
Upasaksi (Yasmini, 2019). Hukum yang berlaku di masyarakat tertentu yang disebut sebagai
hukum adat tidak dapat dilepaskan dari Hukum Agama yang dianut oleh masyarakat tersebut,
misalnya masyarakat adat Bali. Sistem hukum adat masyarakat Bali mengandung inti sari dari
ajaran-ajaran Agama Hindu yang yang dapat disebut pula sebagai Hukum Agama Hindu. Hukum
Agama Hindu yang bersumber dari kitab suci Weda memberikan ketentuan untuk melaksanakan
Tri Hita Karana di masyarakat. Tri Hita Karana sebagai salah satu ajaran Agama Hindu yang
mengajarkan cara pencapaian keseimbangan alam melalui saling menghormati dan menjaga antara
manusia dengan Tuhan, manusia dengann manusia dan manusia dengan alam. Berdasarkan uraian
di atas, hukum pada umumnya bertujuan untuk menciptakan kedamaian dan ketentraman di
masyarakat. Agama Hindu sebagai ajaran agama dan sekaligus hukum bagi pemeluk Agama Hindu
memiliki nilai-nilai ajaran untuk memberikan rasa aman dan nyaman di dalam kehidupan
bermasyarakat melalui saling menghormati, kasih mengasihi, tepo saliro dan saling menghargai.

4
Sejalan dengan hal tersebut, karya ilmiah ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana hukum dalam
perspektif agama hindu.

1.2. Rumusan Masalah


1. Bagaimana pespektif hukum dalam agama Hindu?
2. Bagaimana penerapan hukum dalam agama Hindu?

1.3. Tujuan Penulisan


1. Untuk mengetahui perspektif hukum dalam agama hindu
2. Untuk mengetahui perspektif hukum dalam agama hindu

5
BAB II
PEMBAHASAN
2.1. Uraian Permasalahan
Konsep keadilan memiliki sejarah yang panjang. Tema keadilan merupakan tema utama
dalam hukum sejak jaman Yunani Kuno, karena salah satu tujuan hukum adalah keadilan. Begitu
juga tidak salah jika ada yang mengatakan salah satu dharma dari hukum adalah keadilan.
Berbicara keadilan, maka erat kaitannya dengan tujuan dan fungsi hukum dalam masyarakat. Cinta
akan kemajuan dan pembangunan. Tujuan hukum tidak bisa dilepaskan dari tujuan akhir dari hidup
bernegara dan bermasyarakat yang tidak dapat dilepaskan dari nilai-nilai dan falsafah hidup
masyarakat itu sendiri, yakni keadilan (rechsvaardigheid atau justice). Dengan demikian
keberadaan hukum merupakan sarana untuk mewujudkan kebahagiaan dan kesejahteraan hidup
lahir batin dalam kehidupan bersama. Dalam agama Hindu, keadilan dirumuskan dalam hukum
karma. Hukum karma mengajarkan untuk bertanggungjawab atas perbuatan yang dilakukan, baik
perilaku buruk atau baik. Dari hukum karma, agama Hindu sudah mengimplementasikan konsep
keadilan. Ajaran ini berlandaskan dari Rta dan Dharma. Dilihat dari hukum karma, agama Hindu
memiliki perspektif yang menarik dan mampu mengimplementasikan konsep hukum.
Pengimplementasian hukum dalam Agama Hindu dilakukan dengan landasan agama. Perspektif
dan penerapan hukum dalam Agama Hindu akan diuraikan pada poin selanjutnya.

2.2. Pemecahan Permasalahan


2.2a. Hukum Dalam Perspektif Agama Hindu
Kedamaian adalah cita-cita dari seluruh umat manusia, maka dari itu sudah merupakan
sebuah keharusan ketika umat manusia di seluruh dunia memiliki suatu sistem yang dapat menjaga
keteraturan tersebut. Hukum merupakan sarana penunjang sistem tersebut melalui aturan,
larangan, perintah, hak dan kewajiban yang berada di dalamnya. Kita mengetahui bersama bahwa
hukum akan selalu berkembang sesuai apa yang terjadi dengan peristiwa. Namun adanya hukum
akan selalu terlambat dari peristiwa itu sendiri. Adagium ini biasa dikenal dengan het recht hink
achter de feiten aan. Yang perlu disadari adalah hukum haruslah tidak kaku (flexible) dalam
perkembangan.
Dapat diketahui bahwa pengertian hukum merupakan aturan tingkah laku dalam pergaulan
masyarakat yang sifatnya mengikat dan memaksa satiap individu, sebab peraturan tersebut dibuat

6
oleh badan-badan resmi dan setiap pelanggaran yang dilakukan terhadap perauran yang telah
ditetapkan akan dikenakan sanksi yang tegas. Pengertian hukum menurut ajaran Agama Hindu
sebagaimana yang tertuang dalam pustaka suci Weda ialah rta dan dharma. Menurut Gde Pudja
dalam (Surpha, 2005) “Rta ialah hukum alam yang bersifat abadi, sementara dharma ialah hukum
duniawi, baik diterapkan maupun tidak”. Rta ialah hukum Tuhan yang tidak dapat dielakan oleh
siapapun. Ketika Tuhan menghendaki itu terjadi maka tidak ada manusia yang dapat mangkir dari
aturan tersebut. Adanya siang dan malam, gelap dan terang, manusia lapar dan haus, hidup dan
mati manusia semua diatur oleh hukum Rta. Hukum Rta bersifat kekal dan tidak pernah berubah.
Dapat diketahui bahwa hukum Hindu ialah hukum yang bersumber dari ajaran Agama Hindu yaitu
rta dan dharma. Rta ialah hukum alam yang bersifat absolut yang tidak satupun makhluk di dunia
ini dapat mengingkarinya. Sementara Dharma ialah hukum duniawi, hukum yang berlaku bagi
makhluk di dunia ini yang berlandaskan kebenaran sebagai pedoman pelaksanaanya. Hukum
Hindu ialah hukum yang mengatur tingkah laku serta kepentingan masyarakat Hindu bersangkutan
dengan urusan kegamaan, tentu saja pelaksanaan hukum Hindu harus berlandaskan dharma.
Masyarakat Hindu meyakini hukum karma (karmaphala) sebagai realitas nyata dari ajaran Rta.
Masyarakat Hindu yakin bahwa pelanggaran pada suatu ketentuan yang telah disepakati bersama
atau yang telah melembaga, akan mendapatkan balasan (phala) yang setimpal. Hukum Hindu
diyakini merupakan penjelmaan dari hukum Tuhan yang paling ditakuti oleh manusia. Oleh sebab
itu, Hukum Hindu sangat berperan penting untuk mengatur bagaimana masyarakat Hindu untuk
berperilaku.
Berdasarkan pernyataan tersebut, Agama Hindu memiliki perspektif bahwa hukum digunakan
untuk mengatur tingkah laku, adab, cara berpikir di masyarakat agama Hindu.

2.2b Penerapan Hukum Dalam Agama Hindu


Hukum Hindu memiliki substansi yang sangat luas karena menyangkut barbagai materi
hukum, baik bidang hukum pidana maupun hukum perdata. Seperti yang mengatur tentang
perkawinan, keluarga, penghinaan, perjanjian, dagang, zina, tindak kekerasan, pencurian,
pembunuhan dan sebagainya. Menurut pustaka suci Manawa Dharmasastra adhiaya VIII sloka 4-
7 berbagai macam bidang hukum yang dijadikan sandaran dalam memutuskan perkara ialah
sebagai berikut:
1. Rinadana (ketentuan-ketentuan tentang hutang-piutang)

7
2. Niksepa (ketentuan-ketentuan tentang perjanjian dan deposito)
3. Aswamiwikarya (ketentuan-ketentuan tentang penjualan barang tidak bertuan)
4. Sambhuya-Samutthana (ketentuan-ketentuan tentang perikatan antar badan-baan usaha)
5. Dattasyanapakarma (ketentuan-ketentuan tentang hibah)
6. Watenadana (ketentuan-ketentuan tentang tidak membayar upah)
7. Samwidwyatikrama (ketentuan-ketentuan tentang pelanggaran terhadap perjanjian)
8. Krayawikrayanusaya (ketentuan-ketentuan tentang jual-beli)
9. Swamipalawiwada (ketentuan-ketentuan tentang perselisihan antara buruh dan majikan)
10. Simawiwada (ketentuan-ketentuan tentang perselisihan mengenai perbatasan)
11. Wak parusya (ketentuan-ketentuan tentang penghinaan)
12. Danda parusya (ketentuan-ketentuan tentang ancaman dan kekerasan)
13. Steya (ketentuan-ketentuan tentang pencurian)
14. Sahasa (ketentuan-ketentuan tentang tindak kekerasan)
15. Stisamgragrahan (ketentuan-ketentuan tentang hubungan suami istri)
16. Stripundharma (ketentuan-ketentuan tentang kewajiban seorang isteri)
17. Wibhaga (ketentuan-ketentuan tentang waris)
18. Dyutasamahyawa (ketentuan-ketentuan tentang perjudian dan pertaruhan) (Gelgel & Hadriani,
2016).
Menurut penjelasan di atas diketahui bahwa Hukum Agama Hindu mengatur berbagai aspek
kehidupan di masyarakat. Salah satunya hukum yang terkait dengan perkawinan masih banyak
diimplementasikan di dalam kehidupan masyarakat Hindu. Selain itu, agama Hindu mempunyai
hukum berdasarkan sistem.
Hukum Hindu sebagai Sistem Hukum terdiri dari:
1. Rta (hukum abadi), sebagai sesuatu kekuatan yang tidak dapat dilihat oleh manusia, namun
hanya dapat dirasakan berdasarkan atas keyakinan akan adanya kebenaran yang absolut.
2. Dharma, merupakan penjabaran dari bentuk hukum yang idiil dalam (Rta) kedalam
peraturan tingkah laku manusia. Sifatnya relatif, artinya Dharma sebagai hukum tidak sama
bentuknya disemua tempat, melainkan dihubungkan dengan kebiasaan-kebiasaan setempat
(dresta). Hukum Hindu bertujuan mengantarkan umat Hindu menuju kehidupan yang adil,
sejahtera, dan membuat umat Hindu bahagia. Sumber hukum merupakan segala sesuatu

8
yang menimbulkan aturan yang mengikat dan memaksa, sehingga apabila aturan-aturan itu
dilanggar akan menimbulkan sanksi yang tegas dan nyata bagi pelanggarnya.
3. Hukum Karma Phala, Hukum ini berarti buah perbuatan. Dalam ajaran ini, semua
perbuatan akan menetapkan hasil. Apapun yang kita perbuat, seperti itulah hasil yang akan
kita terima. Hukum ini memiliki tiga jenis :
1. Sancita Karma Phala
Jenis phala/hasil yang diterima pada kehidupan sekarang atas perbuatannya di
kehidupan sebelumnya.
2. Prarabdha Karma Phala
Jenis perbuatan yang dilakukan pada kehidupan saat ini dan phalanya akan diterima
pada kehidupan saat ini juga.
3. Kryamana Karma Phala
Jenis perbuatan yang dilakukan pada kehidupan saat ini, namun phalanya akan
dinikmati pada kehidupan yang akan datang.

Dalam implementasinya pada kehidupan masyarakat sehari-hari, masyarakat dapat


menaati berbagai hukum agama hindu dengan cara melakukan pemujaan dengan penuh
penghayatan terhadap Tuhan Yang Maha Esa serta menjaga hubungan baik dengan lingkungan
dan sesame manusia.

9
BAB III
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
Kewajiban moral masyarakat secara individu untuk mentaati hukum, terlebih pada hukum Karma
dan Rta sehingga terkadang secara moral, tanpa disadari manusia bisa saja atau dapat melanggar
hukum, namun perlu kesadaran agar tidak menggulang atau berpikir kembali disaat memutuskan
sebuah tindakan. Manusia memiliki alasan moral yang kuat untuk melakukan apa yang
diperintahkan oleh hukum, sebagai manusia juga harus mentaati hukum, jika telah ada aturan
hukum tentu ada ancaman atau sanksi yang mengikuti. Rta mengandung nilai-nilai kesucian dan
kebenaran, sebuah nilai yang senantiasa ditegakkan oleh manusia yang berbudaya tinggi dan luhur.
Rta adalah ajaran yang abadi, oleh karena itu patut dipahami secara mendalam. Rta yang
menyatupadukan alam dengan hukum alam merupakan disiplin hidup dan tentunya juga
merupakan disiplin untuk menciptakan keindahan serta keharmonisan dalam hidup ini, selain hal
tersebut rta juga mewujudkan kemakmuran dan kesejahteraan segala mahluk hidup di dunia ini
bahkan seluruh alam semesta.

3.2. Saran

Dengan adanya makalah ini, penulis berharap ajaran ini dapat dilaksanakan didalam kehidupan
sehari-hari dan dapat dijadikan sebagai sumber pembelajaran.

10
Daftar Pustaka

Juliawan, I Nengah & Ersa Rahayu Dewi, Putu. Rta: Menumbuhkan Kesadaran Manusia Taat
Hukum Brahman (Absolut Transcedental), 36-37.
Gede Agung Dharmakusuma, A.A. Keadilan Dalam Hukum Karma (Karmaphala) Pada Agama
Hindu, 14-15.
Susilawati, Natalia & Eka Sumartini, Ni Wayan. Peranan Hukum Hindu Mendukung Tujuan
Hukum Indonesia, 55-58.

11

Anda mungkin juga menyukai