Laporan Akhir Kelompok Wisma Teratai - 2022
Laporan Akhir Kelompok Wisma Teratai - 2022
1
KATA PENGANTAR
Puji syukur peneliti panjatkan kehadirat Allah SWT atas rahmat taufik
serta hidayah-Nya atas terselesaikannya Mini Riset yang berjudul “Laporan Akhir
Kelompok Keperawatan Gerontik dengan Masalah Nyeri Akut Di Wisma Teratai
UPT PSTW Pasuruan “
Mini riset ini disusun guna memenuhi persyaratan dalam menyesuaikan
tugas program profesi keperawatan gerontik di Stikes Ngudia Husada Madura.
Pada penyusunan mini riset ini, tidak lepas dan kesulitan dan hambatan
namun berkat bimbingan pengarahan dan bantuan dari berbagai pihak, sehingga
dari mini riset ini dapat terselesaikan, untuk itu dengan segala hormat peneliti
sampaikan terma kasih kepada :
1 Dr. Mustofa Haris S.Kp., Ns., M. Kes selaku Ketua Yayasan Ngudia Husada
Madura.
2. Dr. M. Hasinudin S.Kep ., Ns., M.Kep selaku Ketua STIKES Ngudia Husada
Madura.
3. Kepala UPT PSTW Pasuruan Dra Cici Suarsih MSi yang telah memberikan
izin untuk menjadi lahan praktek dan memberikan ilmu pengetahuan yang baru
bagi kami
4. Mulia Mayangsari S.Kep ., Ns ., M.Kep Sp.KMB selaku Ketua Prodi Profesi
Keperawatan STIKES Ngudia Husada Madura.
5. Alvin Abdillah .,S. Kep NS. ,M.Kep selaku pembimbing yang banyak
meluangkan waktu, pikiran serta petunjuk demi perbaikan mini riset kami
6. Sri Neky Purwandari, S.Sos, M.Si selaku pembimbing lahan yang banyak
meluangkan waktu, pikiran serta petunjuk demi perbaikan mini riset kami
7. Dewi Senjayati dan Novita Maharani, S.Tr, Kep selaku pembimbing wisma
yang banyak meluangkan waktu, pikiran sera petunjuk demi perbaikan mini riset
kami
8. Semua klien wisma teratai yang telah yang banyak meluangkan waktu untuk
kami.
9. Semua rekan seperjuangan dalam suka dan duka yang membantu demi
terselesaikan mini riset ini
2
10. Bapak dan ibu yang selalu mensupport baik moral dan material hingga
terselesaikannya mini riset ini.
Semoga Allah SWT memberikan balasan pahala atas segala amal yang di berikan
dan semoga mini riset ini berguna baik bagi penulis maupun pihak lain yang
memanfaatkan.
3
DAFTAR ISI
4
BAB 1
PENDAHULUAN
5
masalah kesehatan yang cukup berbahaya di seluruh dunia karena hipertensi
merupakan faktor risiko utama yang mengarah kepada penyakit
kardiovaskuler seperti serangan jantung, gagal jantung, stroke dan penyakit
ginjal yang mana pada tahun 2016 penyakit jantung iskemik dan stroke
menjadi dua penyebab kematian utama di dunia (WHO, 2018).
Menurut Riskesdas (2018) penderita hipertensi di Indonesia mencapai
8,4% berdasarkan diagnosa dokter pada penduduk umur ≥ 18 tahun,
Berdasarkan hasil pengukuran tekanan darah pada penduduk prevalensi
penderita hipertensi di Indonesia adalah sekita 34,1%, sedangkan pada tahun
2013 hasil prevalensi penderita hipertensi di Indonesia adalah sekitar 25,8%.
Lansia memiliki masalah yang berbeda-beda terhadap penyakit
hipertensinya, ada lansia yang tidak patuh minum obat dan tidak mengkontrol
tekanan darahnya secara rutin, dan ada juga lansia yang tidak mengontrol
makanan yang tinggi garam sehingga tekanan darah pada lansia meningkat,
dan juga lansia yang tidak membiasakan hidup sehat dengan olahraga dan
kurangnya pengetahuan terhadap cara mengontrol hipertensi. Faktor resiko
hipertensi dapat dibedakan menjadi 2 kelompok yaitu faktor resiko yang
dapat diubah dan faktor risiko yang tidak dapat diubah, faktor resiko yang
tidak dapat diubah yaitu umur, jenis kelamin dan keturunan. Faktor yang
dapat diubah yaitu obesitas, stress, merokok, kurang olahraga, mengkonsumsi
alkohol, konsumsi garam berlebih dan kelebihan lemak (Widyanto dkk,
2013).
Perawat gerontik sebagai salah satu tenaga kesehatan profesional yang
berhubungan langsung dengan klien dan keluarganya dalam hal perilaku
hidup bersih dan sehat yang berada di Panti Werdha. Perawat memiliki
tanggung jawab terhadap derajat kesehatan komunitas dan
mengimplementasikan peran dan fungsinya melalui aktifitas promotif,
preventif, kuratif dan rehabilitatif. Sehingga seorang perwat harus
mampu memberikan asuhan keperawatan yang tepat dan komprahensif
yang meliputi pengkajian untuk menegakkan diagnosa masalah
keperawatan, perencanaan dan tindakan keperawatan, sampai
6
mengevaluasi hasil asuhan keperawatan pada masalah perilaku hidup
bersih dan sehat pada lansia di Panti Werdha.
Berdasarkan hasil observasi dan wawancara dengan lansia di wisma
teratai didapatkan bahwa lansia di wisma teratai sebagian besar mengeluh
nyeri kepala, dan juga nyeri pada persendian serta kaki kesemutan. Ketika
berada di dalam wisma lansia menggunakan alas kaki khusus ketika berjalan
ke kamar mandi hal tersebut dapat meningkatkan resiko jatuh terhadap lansia.
Pada saat dilakukan pemeriksaan tekanan darah pada tanggal 31 Mei 2022
sebanyak 5 lansia mengalami hipertensi (tekanan darah tinggi) dengan nilai
diatas nilai normal. Selain itu pada perawatan diri cukup baik dalam perilaku
hidup bersih dan sehat dalam hal mandi, menggosok gigi, mencuci rambut,
mencuci tangan mencuci baju sendiri, bersih bersih di kamarnya sendiri.
Namun ada beberapa lansia yang masih kurang dalam menjaga kebersihan
dalam hal mandi, mencuci baju sendiri, dan membersihkan kamar sendiri.
Pada pasien dengan hipertensi dapat diberikan tindakan yang dapat
mengurangi nyeri kepala pada lansia yaitu ada beberapa cara, seperti
mengajarkan tehnik distraksi relaksasi pengurang rasa nyeri, rendam kaki
dengan air hangat, senam anti hipertensi dan juga diet hipertensi. Jika tidak
dapat diatasi maka dapat diberikan managemen obat – obatan.
Pada pasien lansia dengan perilaku hidup bersih dan sehat yang masih
kurang dilakukan dapat diberikan intervensi berupa penyuluhan kesehatan
dan demonstrasi langsung yang dilakukan setiap pagi dan sore agar para lansia
mengikuti arahan untuk selalu menerapkan perilaku hidup bersih dan sehat
agar para lansia di wisma selalu sehat.
1.2 Tujuan
7
1.2.2 Tujuan Khusus
a. Menerapkan strategi yang tepat dalam mengkaji lansia.
b. Menentukan diagnosa kesehatan dan keperawatan gerontik
berdasarkan analisa data yang pengakajian.
c. Menerapkan pendidikan kesehatan yang spesifik untuk meningkatkan
kemandiarian dan kesejahteraan lansia
d. Melaksanakan perawatan kesehatan gerontik berdasarkan faktor resiko
personal, sosial dan lingkungan
e. Mengkoordinasi sumber-sumber yang ada untuk meningkatkan
kesehatan lansia
1.3 Manfaat
8
1.3.4 Untuk Profesi
a. Upaya menyiapkan tenaga perawat yang profesional, berpotensi secara
mandiri sesuai dengan kompetensi yang telah ditentukan.
b. Memberikan suatu model baru dalam keperawatan gerontik sehingga
profesi mampu mengembangkannya.
9
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
tidak secara tiba-tiba menjadi tua, tetapi berkembang dari bayi, anak-anak,
dewasa, dan akhirnya menjadi tua. Lansia merupakan suatu proses alami
lanjut usia pada bab 1 pasal 1 ayat 2, yang dimaksud lansia adalah
pertama fase iufentus, antara 25-40 tahun, kedua fase vertilitas, antara 40
dan 50 tahun tahun ketiga, fase prasenium antara 55 dan 65 tahun dan
tahun sebagai permulaan lanjut usia (Brunner dan suddart, 2001) dalam
(Lilik, 2011). Menurut surini dan Utomo (2003) dalam (Lilik, 2011), lanjut
usia bukanlah suatu penyakit, namun merupakan tahap lanjut dari proses
10
Stanley dan Beare (2007) mendifinisikan lansia berdasarkan
tua jika menunjukkan ciri fisik seperti rambut beruban, kerutan kulit, dan
fungsi peran orang dewasa, seperti pria yang tidak lagi terikat dalam
ekonomi produktif, dan untuk wanita tidak dapat memenui tugas ibu
pertamanya lahir.
disebut lanjut usia adalah orang yang telah berumur 65 tahun ke atas.
(Potter dan Perry, 2005). Tujuh kategori utama tugas perkembangan lansia
meliputi:
11
Lansia harus menyesuaikan dengan perubahan fisik seiring
pension.
tehadap kehilangan.
12
bantuan dalam tugas yang menempatkan keamanan mereka pada
untuk bertemu orang baru dan mendapat minat baru. Akan tetapi,
13
Proses menua merupakan proses yang terus menerus (berlanjut)
maupun luar tubuh. Menuanya manusia seperti ausnya suku cadang suatu
Proses menua setiap individu pada organ tubuh juga tidak sama
umurnya, namun sudah terlihat tua dan begitu juga sebaliknya. Banyak
asupan gizi, kondisi mental, pola hidup, lingkungan, dan pekerjaan sehari
1. Teori Biologi
a. Teori Seluler
membelah 50 kali. Jika sebuah sel pada lansia dilepas dari tubuh
14
Pada beberapa system, seperti system saraf, musculoskeletal
dan jantung, sel pada jaringan dan organ dalm system itu dapat
diganti jika sel tersebut dibuang karena rusak atau mati. Ternyata
(Lilik, 2011).
konsep ini, jika jam ini berhenti, maka spesies akan meninggal
elastin pada kulit) dibuat oleh tubuh dengan bentuk dan struktur
15
flesibilitasnya serta menjadi lebih tebal, seiring dengan
(Lilik, 2011).
d. Keracunan Oksigen
e. Sistem Imun
16
Kemampuan system imun mengalami kemunduran pada
system yang terdiri dari system limfatik dan khususnya sel darah
f. Mutasi Somatik
17
di dalam mitokondria. Karena 90% oksigen yang diambil tubuh
asam lemak tak jenuh, seperti di dalam membrane sel, dan dengan
2. Teori Psikologis
optimum (pola hidup) dilanjutkan pada cara hidup dari usia lanjut.
18
seseorang yang lanjut usia sangat dipengaruhi oleh tipe
2011).
relationships)
a. Perubahan Fisik
1) Sistem Indra
19
(gangguan pada pendengaran) oleh karena kehilangan
2) Sistem Muskuloskeletal
otot.
a) Sistem Kardiovaskuler
20
b) Sistem Respirasi
5) System perkemihan
6) Sistem Saraf
21
Mengalami perubahan anatomi dan atrofi yang progresif
7) Sistem Reproduksi
2011).
b. Perubahan kognitif
22
2) IQ (Intellegent Quocient)
23
menghadapi perubahan hidup melalui mekanisme keimanan
orang yang lebih muda yaitu sikap mereka terhadap kematian. Hal
d. Perubahan psikososial
1) Pensiun
a) Kehilangan Finansial
b) Kehilangan status
dapat menikmati hari tua atau jaminan hari tua, namun dalam
24
menentramkan diri lansia dan dampak negative akan
(Lilik, 2011).
perubahan.
25
2.1.6 Permasalahan Pada Lansia
berikut :
a. Demensia
b. Stres
lansia. Usia bukan merupakan faktor untuk menjadi depresi atau stres
lansia dengan orang dewasa muda berbeda dimana pada lansia terdapat
keluhan somatik.
c. Skizofrenia
26
skizofrenia lambat dibanding pria. Perbedaan onset lambat dengan awal
d. Gangguan Delusi
terjadi kapan saja. Pada gangguan delusi terdapat waham yang tersering
e. Gangguan Kecemasan
stres akut, gangguan stres pasca traumatik. Onset awal gangguan panik
pada lansia adalah jarang, tetapi dapat terjadi. Tanda dan gejala fobia
pada lansia kurang serius daripada dewasa muda, tetapi efeknya sama,
jika tidak lebih dapat menimbulkan debilitasi pada pasien lanjut usia.
kronis.
kecemasan setelah suatu stresor yang berat. Gangguan stres lebih sering
pada lansia terutama jenis stres pasca traumatik karena pada lansia akan
f. Gangguan Somatiform
27
Gangguan somatiform ditandai oleh gejala yang sering ditemukan
malnutrisi dan efek pemaparan. Zat yang dijual bebas seperti kafein dan
adalah gangguan tidur, ngantuk siang hari dan tidur sejenak di siang
28
yang lebih tinggi dibanding dewasa muda. Disamping perubahan sistem
adalah insomnia. Selain itu gangguan mental lain, kondisi medis umum,
napas, nyeri perut. Keluhan utama pada lansia sebenarnya adalah lebih
2011).
2.2.1 Definisi
29
mendukung terciptanya kualitas hidup yang lebih baik. Setiap kelompok
Termasuk dalam hal ini adalah kelompok usia lanjut (lansia) (Ronasari,
2019). Perilaku hidup bersih sehat (PHBS) adalah cara memberikan atau
kesehatan.
(Notoadmodjo S, 2007).
30
Perilaku hidup bersih dan sehat merupakan hak asasi manusia untuk
tetap mempertahankan hidupnya hal ini telah disepakati oleh dunia pada
tahun 1948 bahwa setiap individu memiliki hak atas derajat kesehatan
dianut dan tingkat sosial ekonomi ( Sri, 2015, ressy dkk, 2019). Perilaku
hidup bersih dan sehat merupakan perilaku kesehatan yang erat kaitannya
2012).
31
PHBS merupakan upaya masyarakat untuk menerapkan serta
terlarang.
agar hidup sehat dan terjaga dari serangan penyakit, (Depkes RI, 2007):
32
a. Mandi
minimal 2x sehari pada pagi dan sore hari yang bertujuan untuk :
dan air bersih, bertujuan untuk membersihkan rambut dan kulit kepala
c. Membersihkan hidung
mandi guna membuang kotoran yang ada dan melancarkan jalan udara
hidung, mata, mulut dan menyentuh muka dengan tangan yang tidak
dalam tubuh. Tutuplah mulut dan hidung dengan siku terlipat saat batuk
atau bersin.
d. Membersihkan telinga
Sama halnya dengan hidung, telinga juga harus di bersihkan saat mandi.
33
tajam seperti penjepet rambut. Jika ada kotoran yang mengeras, minta
e. Menggosok gigi
f. Kesehatan mata
pernafasan akut (ISPA), kurang gizi, dll. 7. Mencuci tangan pakai sabun
bakteri yang berasal dari kotoran hewan, manusia, sampah busuk, dll
disebarkan melalui berbagai cara yaitu lalat, debu, tangan, air, dll.
34
Tangan yang kotor menjadi salah satu media penyebaran penyakit. Cuci
Corona.
h. Memotong kuku
j. Kebersihan pakaian
Pakaian harus selalu bersih dan diganti setiap hari. Hal ini bertujuan
agar kita terhindar dari penyakit kulit yang disebabkan pakaian basah
atau kotor.
35
Gizi seimbang adalah nutrisi dan zat gizi yang disesuaikan dengan
dan protein.
mengganti sel-sel atau jaringan didalam tubuh yang telah rusak. Zat
menyeimbangkan antara “zat gizi yang masuk dan zat gizi yang keluar”
2.3.1 Pengertian
36
yang lama. Hipertensi tidak akan terjadi secara tiba – tiba, melainkan
melalui proses yang cukup lama. Tekanan darah tinggi yang tidak
keadaan dimana tekanan darah sistolik lebih dari 140 mmHg dan tekanan
peningkatan tekanan darah sistolik lebih dari 140 mmHg dan tekanan
darah diastolik lebih dari 90 mmHg pada dua kali pengukuran selang
waktu sekitar lima menit dalam keadaan istirahat atau tenang. Peningkatan
tekanan darah yang berlangsung dalam jangka waktu yang lama dapat
koroner) dan otak yang bisa menyebabkan stroke bila tidak dideteksi
2018).
2.3.2 Etiologi
37
a. Genetik : respon neurologi terhadap stress atau kelainan ekresi atau
transport Na.
meningkat
c. Stress lingkungan.
2.3.3 Manifestasi
kelainan apapun selain hasil pengukuran tekanan darah yang tinggi. Klien
darah pada dua kunjungan berturut-turut berada pada nilai tekanan sistolik
lebih dari 150 mmHg dan tekanan darah diastolik lebih dari 90 mmHg
gejala yang dikeluhkan oleh klien, jika keadaan terus tidak terdeteksi
selama pemeriksaan rutin, klien akan tetap tidak sadar bahwa tekanan
maka tekanan darah akan terus naik, sehingga manifestasi klinis akan
menjadi jelas dan klien akan mengeluhkan sakit kepala terus menerus,
38
seperti kelelahan berlebih, pusing, jantung berdebar dan gangguan pola
dapat dimodifikasi yaitu faktor genetik, usia, jenis kelamin dan etnis.
nutrisi.
a. Jenis kelamin
pada usia muda dan paruh baya lebih tinggi pada laki – laki dan pada
b. Usia
mmHg. Hal ini merupakan pengaruh degenerasi yang terjadi pada orang
c. Riwayat Keluarga
d. Stress
39
Stress merupakan masalah yang memicu terjadinya hipertensi
menentu.
e. Obesitas
2.3.5 Penatalaksanaan
asupan garam tidak lebih dari 6 gram per hari, menurunkan berat badan,
raga juga dianjurkan bagi penderita hipertensi seperti jalan sehat, jogging,
lain :
a. makanan yang berkadar lemak jenuh tinggi (minyak kelapa, gajih, otak,
paru)
c. makanan dan minuman dalam kaleng (sarden, sosis, korned, soft drink)
40
d. susu full cream, margarin, keju mayonnaise, serta sumber protein
hewani yang tinggi kolesterol seperti daging merah sapi atau kambing,
e. alcohol dan makanan yang mengandung alcohol seperti durian dan tape.
1. Nyeri akut
Nyeri akut adalah nyeri yang terjadi setelah cedera akut, penyakit
atau intervensi bedah dan memiliki proses yang cepat 29 dengan
intensitas yang bervariasi (ringan sampai berat), dan berlangsung
untuk waktu yang singkat (Andarmoyo, 2013) dalam Dian (2018).
41
Nyeri akut berdurasi singkat dan akan menghilang tanpa
hambatansetelah area yang rusak pulih kembali.
2. Nyeri kronik
b. Berdasarkan intensitas
42
2.4.4 Komplikasi
Nyeri dapat menimbulkan efek yang membahayakan diluar
ketidaknyamanan yang ditimbulkan. Nyeri akut yang tidak kunjung reda
dapat mempengaruhi system pulmonary, kardiovaskuler, gastrointestinal,
endokrin dan immunoligi. Sam aseperti halnya nyeri akut, nyeri kronis pun
juga mempunyai efek yang merugikan salah satunya dapat meningkatkan
pertumbuhan tumor akibat dari supresi fungsi imun, serta nyeri kronis juga
sering mengakibatkan depresi dan ketidak mampuan. (Smeltzer, 2013)
dalam Dian (2018).
43
Meskipun tindakan tersebut bukan merupakan pengganti obat-obatan,
tindakan tersebut mungkin diperlukan atau sesuai untuk mempersingkat
episode nyeri yang berlangsung hanya beberapa detik atau menit. Dalam
hal lain, terutama saat nyeri hebat yang berlangsung selama berjam-jam 32
atau berhari-hari, mengkombinasikan tehnik nonfarmakologis dengan
obat-obatan mungkin cara yang paling efektif untuk menghilangkan nyeri.
Penanganan nyeri melalui tehnik nonfarmakologis pun beragam
diantaranya yaitu tehnik masase, tetapi es dan panas, stimulasi saraf
elektris transkutan, distraksi, tehnik relaksasi yang sudah sangat umum
dilakukan dalam menangani nyeri, imajinasi terbimbing, serta hypnosis
(Smeltzer, 2013) dalam Dian (2018).
2.5 Pengaruh Pendidikan Kesehatan PHBS Terhadap Pencegahan
Hipertensi
pada kategori baik dari yang sebelum dilakukan penyuluhan sebesar 57% dan
Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) penting untuk diterapkan. Hipertensi adalah
suatu kondisi ketika tekanan darah terhadap dinding arteri terlalu tinggi.
Faktor penyebab hipertensi sering terjadi oleh para lansia sehingga Perilaku
44
penyuluhan kesehatan diharapkan mampu merubah sikap masyarakat
terhadap perilaku hidup bersih dan sehat dan diet hipertensi. Proses
B. Alamat Panti : Jl. Dr. Soetomo Pandaan, Kec. Pandaan, Kab. Pasuruan
melayani 30 orang,
dengan kapasitas tampung 107 orang dan menempati areal seluas 16.454
M²
45
c. Pada tahun 1994 mengalami pembakuan penamaan UPT Pusat / Panti /
Timur.
melalui Perda No.14 Tahun 2002 tentang perubahan atas Perda No.12
Tahun 2000 tentang Dinas Sosial, bahwa Panti Sosial Tresna Werdha
di Bangkalan.
Organisasi dan Tata Kerja Unit Pelaksana Teknis Dinas Sosial Provinsi
46
Kab./Kota sekitarnya ditambah Pelayanan Sosial Lanjut Usia di
organisasi, uraian tugas dan fungsi serta tata kerja unit pelaksana teknis
dinas social provimsi jawa timur 2016 bahwa UPT Pelayanan Sosial
nomenklatur, susunan organisasi, uraian tugas dan fungsi serta tata kerja
b. Misi :
terlantar.
47
2.6.4 TUJUAN PANTI
b. Tujuan Khusus :
luang
48
b. Terlantar secara sosial dan ekonomi
c. Potensial dan Tidak potensial
d. Atas kemauan sendiri dan tidak ada unsur paksaan
e. Berbadan sehat tidak mempunyai penyakit menular yang dinyatakan
dengan surat keterangan sehat dari Dokter.
f. Direkomendasi dari kantor Dinas sosial / Pemda setempat.
g. Calon klien dinyatakan lulus seleksi oleh petugas panti.
2.6.7 KAPASITAS PANTI
A. Jumlah Usia Lanjut berdasarkan Kriteria di UPT PSTW
1. Perempuan : 110 Orang
2. Laki-Laki : 55
2.7.8 SARANA DAN PRA SARANA PANTI
a. Nama UPT : UPT. Pelayanan Sosial Lanjut Usia Pasuruan
b. Lokasi Pandaan – Pasuruan :
➢ Luas Lahan / Tanah : 13.968 m2
➢ Tanah makam : 3.222 m2
➢ Daya listrik terpasang : 16.000 Kwh
➢ Jumlah bangunan :
a) Wisma Klien : 9 unit
b) Wisma Perawatan Khusus : 2 unit 38
c) Gedung PoliKlinik : 1 unit
d) Gedung Dapur Umum : 1 unit
e) Gedung Kantor : 2 unit
f) Gedung Serba Guna : 1 unit
g) Gedung Lokal Kerja : 1 unit
h) Wisma 2 Lantai : 16 Kamar
i) Masjid : 1 unit
j) Rumah Dinas Kepala : 1 unit
k) Pos Keamanan : 1 unit
l) Ruang Jenset : 1 unit
m) Sumur bor : 1 unit
n) Tandon air besar : 2 unit
49
o) Water tower : 8 unit
p) Kandang ternak : 2 unit
q) Kolam ikan : 7 petak
r) Tempat pemandian jenazah : 1 unit
s) Gazebo : 1 unit
t) Keranda Jenazah : 1 buah
u) Mobil dinas Kepala : 1 unit
v) Mobil Ambulance : 1 unit
w) Sepeda motor : 2 unit
x) Perabot karawitan : 1 set
y) Electone (keyboard) : 1 unit
z) Sound system : 1 set
➢ Jumlah lansia : 165 orang
➢ Lokasi : Pandaan : Jl. Dr. Sutomo Pandaan, Kec. Pandaan,
Kab. Pasuruan Telepon/Fax : (0343) 631255
2.7.9 HUBUNGAN LINTAS PROGRAM DAN SEKTORAL
A. Lintas Program 1. Departemen Agama dalam bimbingan mental agama
2. Dinas Pendidikan, Kebudayaan, dan Pariwisata dalam bimbingan
ketrampilan kesenian 3. Dinas Kesehatan (Puskesmas, RSUD)
membantu bidang kesehatan 4. Sekolah/Perguruan Tinggi/Akademisi
dalam rangka pengembangan Ilmu Pengetahuan dan sebagai pusat
informasi di masyarakat.
B. Lintas Sektoral 1. Pemerintah Kabupaten atau Kota Madya khususnya di
wilayah kerja UPT.PSTW.PASURUAN 2. Muspika Kecamatan 3.
Tokoh Masyarakat/LSM
2.7.10 DATA KESEHATAN PER BULAN JANUARI – MEI 2022
A. Urutan (5) Lima Penyakit terbanyak pada Usia Lanjut
Chapter 2 Hipertensi
Chapter 3 Arthritis reumatoid
Chapter 4 Gangguan pendengaran
Chapter 5 Gangguan penglihatan
Chapter 6 Resiko jatuh
50
A. Tempat Pelayanan Kesehatan & Keperawatan
1. Rumah Sakit : Rumah sakit rujukan bekerja sama dengan RSUD
Bangil - Pasuruan dan RSSA (Rumah Sakit Saiful Anwar) Malang
2. Puskesmas : Puskesmas rujukan bekerja sama dengan Puskesmas
Pandaan
3. Dokter Praktik : dr. Praktik di Puskesmas Pandaan
51
52
BAB 3
PENGKAJIAN GERONTIK
3.1 Pengkajian
53
2. Distribusi Warga Berdasarkan Agama/Kepercayaan
No Agama Jumlah Persentase
1 Protestan 1 14%
2 Islam 6 86%
Total 7 100%
Sumber : Wawancara dan data klinik di UPT Pelayanan Sosial Tresna Werdha Pasuruan
4 PT 0 0
5 Tidak Sekolah 3 43%
Total 7 100%
Sumber : Wawamcara dan data klinik di UPT Pelayanan Sosial Tresna Werdha
Pasuruan
54
Berdasarkan tabel di atas, didapatkan data bahwa sebagian besar
persentase (72%).
memiliki riwayat pekerjaan yaitu swasta dengan jumlah 4 orang lansia (80%).
55
3.1.2 DATA KESEHATAN LANSIA
Dari 7 lansia yang didata, didapatkan data kesehatan lansia sebagai
berikut:
Sumber : Wawancara dan data klinik di UPT Pelayanan Sosial Tresna Werdha Pasuruan
56
Total 7 100%
Sumber : Observasi dan data klinik di UPT Pelayanan Sosial Tresna Werdha Pasuruan
5 10 ( tidak tertahankan) 0 0%
Total 7 100%
Sumber : Observasi dan Wawancara di UPT Pelayanan Sosial Tresna Werdha Pasuruan
Wisma Teratai
5 10 ( tidak tertahankan) 0 0
Total 7 100%
57
Sumber : Observasi dan Wawancara di UPT Pelayanan Sosial Tresna Werdha Pasuruan
Wisma Teratai
6. Distribusi lansia berdasarkan hasil test pre dan post 9 Juni -11 Juni 2022
58
3.1.4 PENGKAJIAN PSIKOSOSIAL
1. Distribusi lansia berdasarkan hubungan dengan orang lain dalam wisma
Berdasarkan table diatas, didapatkan mayoritas hubungan lansia dengan orang lain
dalam wisma mampu berinteraksi sebanyak 4 lansia (57%)
59
3 Iritabel 0 0%
4 Datar 0 0%
Total 7 100%
Sumber : Observasi, Wawancara dan data klinik di UPT Pelayanan Sosial Tresna
Werdha Pasuruan
60
Sumber : Observasi, Wawancara di UPT Pelayanan Sosial Tresna Werdha Pasuruan
Wisma Teratai
2 Teh 0 0
3 Kopi 0 0
4 Lain-lain 0 0
Total 7 100%
Sumber : Wawancara di UPT Pelayanan Sosial Tresna Werdha Pasuruan Wisma Teratai
61
2 4-6 jam 0 0%
3 >6 jam 7 100%
Total 7 100%
Sumber : Wawancara di UPT Pelayanan Sosial Tresna Werdha Pasuruan Wisma Teratai
64
Berdasarkan table di atas, dapat diinterpretasikan bahwa seluruh lansia
tidak ada gangguan dalam BAK dengan persentase 100%
Pola Aktifitas
65
1. Tingkat kerusakan intelektual
66
berpakaian, ke toilet dan satu
fungsi lain
E Mandiri kecuali mandi, 0 0%
berpakaian, ke toilet berpindah
dan satu fungsi lain
F Ketergantungan untuk semua 0 0%
fungsi di atas
G Lain-lain 0 0%
Total 7 100%
Sumber : Observasi dan wawancara di UPT Pelayanan Sosial Tresna Werdha Pasuruan Wisma
cendan
67
ANALISA DATA
2.
DS :
a. 6 dari 7 Lansia mengatakan
Nyeri akut Agen pencedera
mengeluh nyeri kepala,
fisiologi
sendi (lutut) dan kaki
kesemutan.
DO :
a. Jumlah lansia dengan
hipertensi berjumlah 4
orang, 2 orang dengan
rheumatoid arthritis, dan 1
dengan diabetes melitus.
b. Jumlah lansia dengan
keluhan nyeri sedang
berjumlah 6 lansia dan
tidak nyeri 1 lansia.
68
DIAGNOSA KEPERAWATAN
NO DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Terjadinya nyeri akut pada kelompok lansia di Wisma Teratai berhubungan
dengan agen pencedera fisik, agen pencedera fisiologis dibuktikan dengan
mengeluh nyeri dan tampak meringis, gelisah, bersikap protektif
69
RENCANA INTERVENSI KEPERAWATAN GERONTIK
Nama wisma : Wisma Teratai
Hari/tanggal : 3 Juni 2022
70
1. Jelaskan penyebab, dapat memperberat dan P : intervensi dilanjutkan
periode dan penyebab memperingan nyeri
nyeri 1. Identifikasi lokasi,
2. Jelaskan strategi R/ nyeri yang dirasakan lansia karakteriristik, durasi,
meredakan nyeri ketika beraktifitas dan frekuensi, kualitas,
3. Anjurkan memonitor ringan ketika beristirahat intensitas nyeri
nyeri secara mandiri 2. Identifikasi skala nyeri
T1 : Memberikan kompres 3. Identifikasi respon nyeri
Kolaborasi
hangat untuk mengurangi non verbal
1. Kolaborasi pemberian
nyeri 4. Identifikasi faktor yang
analgetik, jika perlu
memperberat dan
R/ lansia melakukan kompres
memperingan nyeri
hangat jika terasa nyeri
5. Berikan tekhnik non
T2 : menyarankan pasien untuk farmakologis untuk
beristirahat dan tidur yang mengurangi nyeri
cukup 6. Fasilitasi istirahat dan
tidur
R/ beberapa pasien mengatakan 7. Jelaskan strategi
sering terbangun pada meredakan nyeri
malam hari
E1 : memberikan penjelasan
kepada pasien penyebab
nyeri yang dirasakan
71
E2 : mengajari pasien tekhnik
relaksasi napas dalam
untuk meredakan nyeri
O : Mengobservasi TTV
N : 67x/menit
72
RENCANA INTERVENSI KEPERAWATAN GERONTIK
2. Terjadinya defisitSetelah dilakukan asuhan Intervensi utama : dukungan O1 : bertanya kepada pasien S : 1 dari 7 Lansia mengatakan
perawatan dirikeperawatan maka perawatan diri : mandi tentang usia dan budaya mengatakan mandi hanya 1 kali
pada kelompok didapatkan perawatan diri pasien terkait kebersihan sehari
Observasi
lansia di Wisma meningkat dengan kriteria diri
hasil : 1. Identifikasi usia dan budaya O : -Kesadaran lansia
Teratai R/ rata-rata lansia di Wisma
a. Kemampuan mandi dalam membantu Composmentis.
berhubungan Teratai berumur 60-70
b. Kemampuan
dengan kebersihan diri tahun, 2 dari 7 lansia GCS 4-5-6.
mengenakan pakaian
penurunan meningkat 2. Identifikasi bantuan yang mengatakan mandi hanya 1
2 dari 7 lansia masih
motivasi atau c. Kemampuan ke toilet dibutuhkan x sehari.
mengganti pakai 1 kali dalam
minat dibuktikan (BAB/BAK) O2 : bertanya tentang bantuan
3. Monitor kebersihan tubuh sehari.
dengan menolak meningkat yang dibutuhkan lansia
melakukan d. Minat melakukan (mis. Rambut mulut, R/ lansia masih dapat mandi 2 dari 7 lansia masih dipaksa
perawatan perawatan diri kulit,kuku) sendiri untuk mandi
diri,minat meningkat 4. Monitor integritas kulit O3 :melihat dan memantau
e. Mempertahankan 1 dari 7 lansia masih belum
melakukan Terapeutik kebersihan tubuh lansia,
kebersihan diri mau mencuci baju sendiri
perawatan diri (rambut,mulut,kulit dan
meningkat 1. Sediakan peralatan mandi
kurang kuku) A : Defisit perawatan diri belum
2. Fasilitasi mandi, sesuai R/ para lannsia memotong teratasi
kebutuhan rambut jika rambut dirasa sudah
73
3. Pertahankan kebiasaan panjang, kulit bersih dan kuku P : Intervensi dilanjutkan
kebersihan diri sudah dipotong
1. Identifikasi bantuan yang
4. Berikan bantuan sesuai dibutuhkan
O4 : memeriksa kerusakan
tingkat kemandirian
kulit/jaringan pada lansia 2. Monitor kebersihan tubuh
Edukasi R/ tidak ada lansia yang (mis. Rambut mulut,
1. Jelaskan manfaat mandi dan mengalami luka kulit,kuku)
dampak tidak mandi
3. Monitor integritas kulit
terhadap kesehatan T2 : menemani atau membantu
pasien untuk mandi 4. Fasilitasi mandi, sesuai
R/ 1 dari 7 lansia menggunakan kebutuhan
walker pada saat beraktivitas
5. Pertahankan kebiasaan
termasuk mandi
kebersihan diri
T3 : Memantau dan menanyakan 6. Berikan bantuan sesuai
mandi dann ganti pakaian tingkat kemandirian
setiap hari
7. Jelaskan manfaat mandi
R/ 2 dari 7 lansia yang mandi
dan dampak tidak mandi
hanya 1 kali dan ganti pakaian
terhadap kesehatan
1 kali dalam sehari
E1 : Memberikan Edukasi
kepada para lansia tentang
pentingnya mandi dan dampak
jika tidak mandi
R/melakukan penyuluhan tentang
74
PHBS kepada para lansia
75
BAB 4
PEMBAHASAN
Berdasarkan hasil pengkajian ada perbedaan pada skala nyeri sebelum dan
pre dan post. Salah satu dari penanganan dalam penatalaksanaan nyeri yaitu
dengan pemberian edukasi kesehatan PHBS (Perilaku Hidup Bersih dan Sehat),
terapi non farmakologis dengan teknik distraksi relaksasi nafas dalam, dan
rendam kaki dengan air hangat di Wisma Teratai UPT PSTW Pasuruan.
kategori baik dari yang sebelum dilakukan penyuluhan sebesar 57% dan setelah
sebelum dan sesudah dilakukan penyuluhan. Hal ini sejalan dengan penelitian
sikap masyarakat terhadap perilaku hidup bersih dan sehat dan diet hipertensi.
Proses pembentukan sikap dapat terjadi karena adanya rangsangan seperti salah
76
Relaksasi napas dalam pernapasan pada abdomen dengan frekuensi lambat
serta perlahan, berirama, dan nyaman dengan cara memejamkan mata saat
menarik nafas, Efek dari terapi ini ialah distraksi atau pengalihan perhatian
(Setyoadi dkk,2011) dalam (Retno, 2020). Teknik relaksasi napas dalam berkerja
akan meningkatkan aliran darah, teknik relaksasi nafas dalam mampu merangsang
tubuh untuk melepaskan endogen yaitu endorphin dan enkefalin, prinsip yang
mendasari penurunan nyeri oleh teknik relaksasi terletak pada fisiologi system
saraf otonom yang merupakan bagian dari system saraf perifer yang
2018).
pencedera fisiologis
77
4.2 Tahap Perencanaan
Teratai yaitu :
78
3. Monitor kebersihan tubuh (mis. Rambut mulut, kulit,kuku)
4. Monitor integritas kulit
Terapeutik
1. Sediakan peralatan mandi
2. Fasilitasi mandi, sesuai kebutuhan
3. Pertahankan kebiasaan kebersihan diri
4. Berikan bantuan sesuai tingkat kemandirian
Edukasi
1. Jelaskan manfaat mandi dan dampak tidak mandi terhadap kesehatan
79
4.3 Tahap Implementasi
Pelaksanaan implementasi dilaksanakan berdasarkan rencana intervensi yang telah dibuat berdasarkan dari masing –
masing diagnose keperawatan yang muncul, yaitu dilaksanakan selama 3 hari tanggal 9 Juni 2022 – 11 Juni 2022.
1. Terjadinya nyeri akut pada kelompok lansia di Wisma Teratai berhubungan dengan agen pencedera fisik, agen
pencedera fisiologis dibuktikan dengan mengeluh nyeri dan tampak meringis, gelisah, bersikap protektif.
O1 : Menanyakan kepada pasien O1 : Menanyakan kepada pasien O1 : Menanyakan kepada pasien lokasi,
lokasi, , durasi, , kualitas, lokasi, , durasi, , kualitas, , durasi, , kualitas,
R/ nyeri dibagian sendi, dan nyeri R/ nyeri dibagian sendi, dan nyeri R/ nyeri dibagian sendi, dan nyeri kepala
kepala , nyeri seperti ditusuk- kepala sudah berkurang, nyeri sudah berkurang
tusuk, nyeri di kepala menjalar hilang timbul.
ke tengkuk nyeri hilang O2 : menanyakan kepada pasien skala
timbul. O2 : menanyakan kepada pasien nyeri
skala nyeri
O2 : menanyakan kepada pasien R/ skala nyeri 3
skala nyeri R/ skala nyeri 3
O3 :menanyakan respon nyeri non
R/ skala nyeri 4 O3 :menanyakan respon nyeri non verbal kepada pasien
verbal kepada pasien
O3 :menanyakan respon nyeri non R/ lansia mengatakan nyeri
verbal kepada pasien R/ lansia mengatakan nyeri
O4 : menanyakan hal-hal yanag dapat
R/ lansia mengatakan nyeri O4 : menanyakan hal-hal yanag memperberat dan memperingan
dapat memperberat dan nyeri
80
memperingan nyeri
O4 : menanyakan hal-hal yanag R/ nyeri yang dirasakan lansia ketika
dapat memperberat dan R/ nyeri yang dirasakan lansia beraktifitas dan ringan ketika
memperingan nyeri ketika beraktifitas dan ringan beristirahat
ketika beristirahat
R/ nyeri yang dirasakan lansia ketika T1 : Memberikan kompres hangat untuk
beraktifitas dan ringan ketika T1 : Memberikan kompres hangat mengurangi nyeri
beristirahat untuk mengurangi nyeri
R/ lansia melakukan kompres hangat
T1 : Memberikan kompres hangat R/ lansia melakukan kompres jika terasa nyeri
untuk mengurangi nyeri hangat jika terasa nyeri
T2 : menyarankan pasien untuk
R/ lansia melakukan kompres hangat T2 : menyarankan pasien untuk beristirahat dan tidur yang cukup
jika terasa nyeri beristirahat dan tidur yang
cukup R/ pasien sudah tidak terbangun lagi
T2 : menyarankan pasien untuk ketika malam hari, dan dapat tidur
beristirahat dan tidur yang R/ pasien memilih istirahat/tidur dengan nyaman.
cukup untuk mengalihkan rasa nyeri
yang dirasakan E1 : memberikan penjelasan kepada
R/ beberapa pasien mengatakan pasien penyebab nyeri yang
sering terbangun pada malam hari E1 : memberikan penjelasan kepada dirasakan
pasien penyebab nyeri yang
E1 : memberikan penjelasan kepada dirasakan R/ pasien memahami penjelasan dari
pasien penyebab nyeri yang perawat
dirasakan R/ pasien memahami penjelasan dari
perawat E2 : mengajari pasien tekhnik relaksasi
R/ pasien memahami penjelasan dari napas dalam untuk meredakan nyeri
perawat E2 : mengajari pasien tekhnik
81
relaksasi napas dalam untuk
E2 : mengajari pasien tekhnik meredakan nyeri R/ pasien melakukan praktik tekhnik
relaksasi napas dalam untuk relaksasi napas dalam
meredakan nyeri R/ pasien melakukan praktik tekhnik
relaksasi napas dalam K1 : memberikan pasien obat anti nyeri
R/ pasien melakukan praktik tekhnik dan hipertensi
relaksasi napas dalam K1 : memberikan pasien obat anti
nyeri dan hipertensi R/ pasien meminum amlodipin 2 x 10
K1 : memberikan pasien obat anti mg atau Piroxicam 2 x 20 mg
nyeri dan hipertensi R/ pasien meminum amlodipin 2 x
10 mg atau Piroxicam 2 x 20 mg O : Mengobservasi TTV
R/ pasien meminum amlodipin 2 x
10 mg atau Piroxicam 2 x 20 mg O : Mengobservasi TTV R/ TTV : TD : 164/83 mmHg
N : 88x/menit
82
2. Terjadinya defisit perawatan diri pada kelompok lansia di Wisma Teratai berhubungan dengan penurunan motivasi
atau minat dibuktikan dengan menolak melakukan perawatan diri,minat melakukan perawatan diri kurang
KAMIS JUMAT SABTU
O1 : bertanya kepada pasien tentang O1 : bertanya kepada pasien tentang O1 : bertanya kepada pasien tentang
usia dan budaya pasien terkait usia dan budaya pasien terkait usia dan budaya pasien terkait
kebersihan diri kebersihan diri kebersihan diri
R/ rata-rata lansia di Wisma Teratai R/ rata-rata lansia di Wisma Teratai R/ rata-rata lansia di Wisma Teratai
berumur 60-70 tahun, 2 dari 7 berumur 60-70 tahun, 1 dari 7 berumur 60-70 tahun, 1 dari 7
lansia mengatakan mandi lansia mengatakan mandi lansia mengatakan mandi hanya 1
hanya 1 x sehari. Dan 2 dari 7 hanya 1 x sehari. 1 dari 7 x sehari.
lansia masih menggunakan lansia tidak mengganti baju
pakaian yang sama atau tidak seharian. O2 : bertanya tentang bantuan yang
mengganti baju. dibutuhkan lansia
O2 : bertanya tentang bantuan yang O2 : bertanya tentang bantuan yang R/ lansia masih dapat mandi sendiri
dibutuhkan lansia dibutuhkan lansia O3 :melihat dan memantau kebersihan
R/ lansia masih dapat mandi sendiri R/ lansia masih dapat mandi sendiri tubuh lansia, (rambut,mulut,kulit
O3 :melihat dan memantau O3 :melihat dan memantau dan kuku)
kebersihan tubuh lansia, kebersihan tubuh lansia, R/ para lannsia memotong rambut jika
(rambut,mulut,kulit dan kuku) (rambut,mulut,kulit dan kuku) rambut dirasa sudah panjang, kulit
R/ para lannsia memotong rambut R/ para lannsia memotong rambut bersih dan kuku sudah dipotong
jika rambut dirasa sudah panjang, jika rambut dirasa sudah panjang,
kulit bersih dan kuku sudah kulit bersih dan kuku sudah O4 : memeriksa kerusakan kulit/jaringan
dipotong dipotong pada lansia
R/ tidak ada lansia yang mengalami
83
O4 : memeriksa kerusakan O4 : memeriksa kerusakan luka
kulit/jaringan pada lansia kulit/jaringan pada lansia
R/ tidak ada lansia yang mengalami R/ tidak ada lansia yang mengalami T2 : menemani atau membantu pasien
luka luka untuk mandi
R/ 1 dari 7 lansia menggunakan walker
T2 : menemani atau membantu T2 : menemani atau membantu pada saat beraktivitas termasuk mandi
pasien untuk mandi pasien untuk mandi
R/ 1 dari 7 lansia menggunakan R/ 1 dari 7 lansia menggunakan T3 : Memantau dan menanyakan mandi
walker pada saat beraktivitas walker pada saat beraktivitas dann ganti pakaian setiap hari
termasuk mandi termasuk mandi R/ 1 dari 7 lansia yang mandi hanya 1
kali dan ganti pakaian 1 kali dalam
T3 : Memantau dan menanyakan T3 : Memantau dan menanyakan sehari
mandi dann ganti pakaian setiap mandi dann ganti pakaian setiap
hari hari E1 : Memberikan Edukasi kepada para
R/ 2 dari 7 lansia yang mandi hanya R/ 1 dari 7 lansia yang mandi hanya lansia tentang pentingnya mandi dan
1 kali dan ganti pakaian 1 kali 1 kali dan ganti pakaian 1 kali dampak jika tidak mandi
dalam sehari dalam sehari R/melakukan penyuluhan tentang PHBS
kepada para lansia
E1 : Memberikan Edukasi kepada E1 : Memberikan Edukasi kepada
para lansia tentang pentingnya para lansia tentang pentingnya
mandi dan dampak jika tidak mandi dan dampak jika tidak
mandi mandi
R/melakukan penyuluhan tentang R/melakukan penyuluhan tentang
PHBS kepada para lansia PHBS kepada para lansia
84
Tabel Distribusi Hasil Pre dan Post Skala Nyeri Intervensi Di Wisma Teratai
1. Tidak Nyeri 1 3
5. 10 (Tidak tertahankan) - -
Total 7 7
Indikator Jumlah
Baik 6
Cukup 1
Kurang 0
Total 7
85
Terjadi peningkatan perawatan diri sebelum dan sesudah dilakukan
intervensi pada 7 lansia di Wisma Teratai yang dilakukan intervensi selama 3 hari.
Setelah diberikan intervensi kriteria defisit perawatan diri baik sebanyak 6 lansia
dan cukup sebanyak 1 lansia.
86
BAB 5
PENUTUP
5.1 Evaluasi
perilaku hidup bersih dan sehat. Terjadi penurunan skala nyeri sebelum dan
lansia yang mengalami nyeri ringan (1-3) sebanyak 4 lansia dan lansia yang
87
5.2 Kesimpulan
88
Distribusi tabulasi silang tekanan darah pre dan post intervensi (9-11
Juni 2022 )
No. Nama Klien Pre Post
1. Ny. S 145/90 127/81
2. Ny. T 136/89 102/73
3. Ny. S 148/79 119/97
4. Ny. M 101/62 128/67
5. Ny. S 158/51 102/63
6. Ny. S 161/90 125/85
7. Ny. S 144/80 114/74
Distribusi tabulasi silang Personal Hygiene pre dan post intervensi (9-
11 Juni 2022 )
No. Indikator Pre Post
1. Kurang 2 -
2. Cukup - 1
3. Baik 5 6
Total 7 7
5.3 Saran
89
6.2.3 Bagi Petugas Panti
Diharapkan pengawai panti untuk terus melakukan pemantauan dan
pendampingan kepada para lansia di Wisma Teratai dalam melakukan
aktivitas fisik dan dalam melakukan perilaku hidup bersih dan sehat,
misalkan mengontrol tekanan darah lansia, menganjurkan lansia senam anti
hipertensi, rendam kaki dengan air hangat, makanan apa saja yang menjadi
pantangan bagi lansia dengan hipertensi selain itu mengontrol lansia apakah
sudah mandi apa belum di pagi dan sore hari, dan apakah baju yang sudah
dipakai dicuci atau dimasukan kembali ke dalam lemari.
6.2.4 Bagi Institusi Pedidikan
Diharapkan pihak institusi lebih menekankan dalam pemberian
materi tentang keperawatan gerontik demi tercapainya mahasiswa yang
berkompeten dan professional dalam bidang keperawatan terutama
keperawatan gerontik
90
DAFTAR PUSTAKA
91
LAMPIRAN
Implementasi keperawatan
a. Penyuluhan kesehatan
92
b. Mengajarkan teknik relaksasi nafas dalam
93
c. Pemeriksaan Tekanan darah secara berkala setiap hari pagi dan sore
94
e. Senam anti hipertensi bersama keluarga wisma teratai
95
g. Pembuatan Mading di Wisma Teratai
96