Anda di halaman 1dari 61

IDENTIFIKASI FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENURUNAN

PRODUKSI SAGU DI DESA PASAMAI KECAMATAN BELOPA


KABUPATEN LUWU

RIRIN RESKIA AMIRUDDIN


1602405087

FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS COKROAMINOTO PALOPO
2020

i
IDENTIFIKASI FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENURUNAN
PRODUKSI SAGU DI DESA PASAMAI KECAMATAN BELOPA
KABUPATEN LUWU

SKRIPSI

Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian pada
Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian
Universitas Cokroaminoto Palopo

RIRIN RESKIA AMIRUDDIN


1602405087

PROGRAM STUDI AGRIBISNIS


FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS COKROAMINOTO PALOPO
2020

i
PENGESAHAN SKRIPSI

Judul Skripsi : Identifikasi Faktor yang Mempengaruhi Penurunan


Produksi Sagu di Desa Pasamai Kecamatan Belopa
Kabupaten Luwu
Nama : Ririn Reskia Amiruddin
NIM : 1602405087
Program Studi : Agribisnis
Tanggal Ujian : 22 Agustus 2020

Menyetujui,

Pembimbing II, Pembimbing I,

Dharma Fidyansari, S.Pi., M.M. Dr. Suaedi, S.Pd., M.Si.

Mengesahkan,

Ketua Program Studi Agribisnis, Dekan Fakultas Pertanian,

Abdul Rais, S.Si., M.Ling. Rahman Hairuddin, S.P., M.Si.


Tanggal: Tanggal:

ii
iii
iv
ABSTRAK

Ririn Reskia Amiruddin. 2020. Identifikasi Faktor Yang Mempengaruhi


Penurunan Produksi Sagu di Desa Pasamai Kecamatan Belopa Kabupten Luwu
(Dibimbing oleh Suaedi dan Dharma Fidyansari).

Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi faktor yang mempengaruhi


penurunan produksi sagu di Desa Pasamai Kecamatan Belopa Kabupaten Luwu.
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif kualitatif
dengan mengambil data di lapangan. Pengambilan sampel menggunakan total
sampling artinya sampel yang ada diambil sama dengan jumlah populasi yang ada
yaitu sebanyak 10 petani responden. Data dianalisis dengan menggunakan analisis
deskriptif. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat tiga faktor yang
mempengaruhi penurunan produksi sagu di Desa Pasamai Kecamatan Belopa
Kabupaten Luwu yaitu umur tanaman luas lahan dan modal. Umur tanaman sagu
yang masih muda dimana sebagian besar umur tanaman sagu petani responden di
Desa Pasamai berumur 4 sampai 5 tahun sedangkan umur tanaman sagu yang
produktivitasnya yang optimal yaitu umur 8 sampai 12 tahun. Adapun luas lahan
petani responden di Desa Pasamai yang semakin berkurang. Sedangkan tenaga
kerja dan hama penyakit tidak mempengaruhi penurunan produksi di Desa
Pasamai.

Kata kunci : Sagu, Umur Tanaman, Luas Lahan, Modal, Tenaga Kerja, Hama dan
Penyakit, Produksi.

v
KATA PENGANTAR

Assalamu Alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh


Bismillahirrahmanirrahim, Alhamdulillahirrabbilalamin penulis panjatkan
rasa syukur kepada Allah SWT karena hanya dengan rahmat dan hidayah-Nya lah
yang telah memberikan kemudahan kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan
penulisan skripsi ini yang berjudul “Identifikasi Faktor Yang Mempengaruhi
Penurunan Produksi di Desa Pasamai Kecamatan Belopa Kabupaten Luwu”.
Skripsi ini disusun sebagai salah satu persyaratan dalam menyelesaikan
pendidikan di Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas
Cokroaminoto Palopo.
Dalam proses penulisan skripsi ini, penulis tidak lepas dari berbagai
hambatan dan rintangan, tetapi berkat usaha dan kerja keras yang senantiasa
diiringi doa serta dukungan dari berbagai pihak, semua dapat terselesaikan dengan
baik. Penulis menyadari sepenuhnya bahwa skripsi ini tidak mungkin terwujud
tanpa bantuan, dorongan, semangat, dan bimbingan dari berbagai pihak. Oleh
karena itu, pada kesempatan ini penulis patut dan wajar menyampaikan ucapan
terima kasih kepada orang tua tercinta Bapak Amiruddin dan Ibu Kartini yang tak
henti-hentinya mendoakan, memberi dukungan, materi, serta motivasi kepada
penulis sehingga skripsi ini dapat terselesaikan. Selain itu penulis juga
menyampaikan banyak terima kasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya
kepada:
1. Prof. Drs. H. Hanafie Mahtika, M.Si., selaku Rektor Universitas
Cokroaminoto Palopo.
2. Rahman Hairuddin, S.P., M.Si., selaku Dekan Fakultas Pertanian Universitas
Cokroaminoto Palopo.
3. Abdul Rais, S.Si., M.Ling., selaku Ketua Program Studi Agribisnis Fakultas
Pertanian Universitas Cokroaminoto Palopo.
4. Dr. Suaedi, S.Pd., M.Si., selaku Pembimbing I yang telah rela meluangkan
waktunya disela-sela tugas dalam rangka membimbing penulis dalam
menyusun skripsi ini.
5. Dharma Fidyansari, S.Pi., M.M., selaku dosen Pembimbing II yang telah
mengarahkan dan membimbing penulis untuk menyelesaikan skripsi ini.

vi
6. Seluruh staf dan Dosen Program Studi Agribisnis Universitas Cokroaminoto
Palopo.
7. Rekan-rekan sesama mahasiswa yang telah memberikan bantuan dalam
menyelesaikan penyusunan skripsi ini.
Akhir kata semoga skripsi ini memberikan manfaat, khususnya bagi
penulis dan umumnya bagi semua pihak yang membutuhkan. Semoga budi baik
dan amal dari semua pihak yang telah memberikan bantuan moril maupun
material senantiasa mendaapatkan limpahan rahmat dari Allah SWT, Amin.
Wassalamu Alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Palopo, Agustus 2020

Ririn Reskia Amiruddin

vii
RIWAYAT HIDUP

Ririn Reskia Amiruddin, lahir di Desa Pasamai Kecamatan


Belopa Kabupaten Luwu, pada tanggal 28 April 1998,
merupakan anak kedua dari pasangan Bapak Amiruddin dan
Ibu Kartini. Pendidikan formal yang telah dilulusi penulis
yaitu sekolah dasar SDN 306 Pasamai 2004-2010. Kemudian
melanjutkan ke sekolah menengah pertama SMPN 1 Belopa
2010-2013, kemudian pada tahun yang sama melanjutkan pendidikan di SMAN 1
Belopa 2013-2016. Kemudian pada tahun 2016 mendaftar di perguruan tinggi
swasta Palopo atau Universitas Cokroaminoto Palopo dan di terima sebagai salah
satu mahasiswa di Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas
Cokroaminoto Palopo. Diakhiri studi penulis menyusun skripsi dengan judul
“Identifikasi Faktor yang Mempengaruhi Penurunan Produksi Sagu di Desa
Pasamai Kecamatan Belopa Kabupaten Luwu”. Selama mengikuti pendidikan di
Universitas Cokroaminoto Palopo penulis menaati peraturan dan aktif dalam
proses perkuliahan.

viii
DAFTAR ISI

Halaman
HALAMAN JUDUL........................................................................................... i
HALAMAN PENGESAHAN ............................................................................. ii
SURAT KETERANGAN HASIL SIMILARITY .............................................. iii
SURAT PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI............................................... iv
ABSTRAK .......................................................................................................... v
KATA PENGANTAR ............................ ........................................................... vi
RIWAYAT HIDUP ................................. ........................................................... viii
DAFTAR ISI ....................................................................................................... ix
DAFTAR TABEL ............................................................................................... xi
DAFTAR GAMBAR .......................................................................................... xii
DAFTAR LAMPIRAN ....................................................................................... xiii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang.................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah............................................................................... 2
1.3 Tujuan Penelitian ................................................................................ 3
1.4 Manfaat Penelitian .............................................................................. 3
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Kajian Teori ........................................................................................ 4
2.2 Penelitian yang Relevan ...................................................................... 9
2.3 Kerangka Pikir ..................................................................................... 11
BAB III METODE PENELITIAN
3.1 Jenis dan Desain Penelitian ................................................................. 12
3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian ............................................................... 12
3.3 Populasi dan Sampel ............................................................................ 12
3.4 Teknik Pengumpulan Data .................................................................. 13
3.5 Jenis dan Sumber Data ........................................................................ 13
3.6 Teknik Analisis Data ........................................................................... 14
3.7 Defenisi Operasional ........................................................................... 14
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil Penelitian .................................................................................... 15

ix
4.2 Pembahasan ......................................................................................... 26
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan .......................................................................................... 31
5.2 Saran .................................................................................................... 31
DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................... 32
LAMPIRAN ........................................................................................................ 34

x
DAFTAR TABEL

Halaman
1. Keadaan Penduduk Berdasarkan Umur. ....................................................... 16
2. Keadaan Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin ........................................... 16
3. Jumlah Penduduk Berdasarkan Mata Pencaharian ....................................... 17
4. Sarana dan Prasarana..................................................................................... 18
5. Umur Responden ........................................................................................... 19
6. Pendidikan Responden .................................................................................. 20
7. Luas Lahan Responden ................................................................................. 20
8. Tenaga Kerja Responden .............................................................................. 21
9. Lama Bekerja Responden ............................................................................. 21
10. Umur Tanaman Sagu Responden .................................................................. 22
11. Hasil Produksi Tanaman Sagu Petani Responden di Desa Pasamai
Kecamatan Belopa Kabupaten Luwu ............................................................ 23
12. Identifikasi Faktor dalam Penurunan Produksi Sagu .................................... 24
13. Identitas Petani Responden ........................................................................... 41
14. Faktor Yang Mempengaruhi Penurunan Produksi Sagu .............................. 42

xi
DAFTAR GAMBAR

Halaman
1. Kerangka Pikir. ............................................................................................... 11
2. Pohon Tanaman Sagu ..................................................................................... 44
3. Air Untuk Memproduksi Sagu ....................................................................... 44
4. Wawancara Dengan Responden ..................................................................... 45
5. Wawancara Dengan Responden ..................................................................... 45
6. Wawancara Dengan Responden ..................................................................... 45

xii
DAFTAR LAMPIRAN

Halaman
1. Surat Izin Penelitian ....................................................................................... 35
2. Surat Keterangan Telah Melaksanakan Penelitian ......................................... 36
3. Koesioner Penelitian....................................................................................... 37
4. Wawancara Penelitian .................................................................................... 39
5. Observasi Penelitian ....................................................................................... 41
6. Identitas Responden ....................................................................................... 43
7. Faktor yang Mempengaruhi Penurunan Produksi Sagu ................................. 44
8. Hasil Produksi Sagu ....................................................................................... 45
9. Dokumentasi Penelitian.................................................................................. 46

xiii
1

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Sektor pertanian merupakan sektor yang mampu bertahan dalam kondisi
apapun, termasuk saat krisis ekonomi melanda berbagai negara di dunia termasuk
Indonesia. Sektor pertanian ikut berperan penting dalam pemulihan ekonomi di
Indonesia. Sektor pertanian juga menjadi salah satu komponen utama dalam
program dan strategi pemerintah untuk mengentaskan kemiskinan.
Tanaman sagu (Metroxylon sago) merupakan tanaman yang tersebar di
Indonesia, dan termasuk tumbuhan monokotil dari keluarga Palmae, marga
Metroxylon, dengan ordo Sfadiciflorae. Tanaman sagu (Metroxylon sp)
merupakan salah satu komoditi bahan pangan yang banyak mengandung
karbohidrat, sehingga sagu merupakan bahan makanan pokok untuk beberapa
daerah di Indonesia seperti Maluku, Irian Jaya dan sebagian Sulawesi. Sagu juga
dapat dimanfaatkan sebagai bahan baku industri pangan yang dapat diolah
menjadi bahan makanan seperti bagea, mutiara sagu, kue kering, mie, biskuit,
kerupuk dan laksa (Harsanto, 2011).
Tanaman sagu memiliki peranan sosial, ekonomi dan ekologis yang cukup
penting bagi sebagian besar masyarakat di Indonesia timur. Secara kultural
masyarakat lokal mengkonsumsi tanaman sagu sebagai makanan pokok secara
turun temurun (Ibrahim dan Gunawan, 2015). Daun dari pohon sagu digunakan
sebagai atap rumah, pelepah untuk dinding rumah dan ampasnya dapat
dimanfaatkan sebagai pulp untuk pembuatan kertas atau pakan ternak (Batseba,
dkk., 2000).
Potensi luas hutan sagu Indonesia adalah kurang lebih 1.250.000 ha dan
budidaya sagu kurang lebih 148.000 ha. Potensi tersebut sampai saat ini belum
dimanfaatkan secara maksimal. Sagu dapat tumbuh di daerah rawa atau tanah
marginal (terbengkalai) dimana tanaman penghasil karbohidrat lainnya sukar
untuk tumbuh dengan wajar (Budiono, 2009).
Potensi sagu di Indonesia dari sisi luas areal sangat besar. Sekitar 60% areal
sagu dunia berasal dari Indonesia. Data yang ada menunjukkan bahwa areal sagu
Indonesia menurut Prof. Flach mencapai 1,2 juta ha dengan produksi berkisar
2

antara 8,4-13,6 juta ton per tahun, dan sekitar 90% berada di Papua (Harsanto,
2011). Sagu merupakan salah satu makanan pokok beberapa daerah di Indonesia
Bagian Timur, bukan hanya di Provinsi Sulawesi Selatan (daerah Luwu), tapi juga
di Papua, sebagai makanan pokok, antara lain dalam bentusk makanan tradisional
seperti papeda, kapurung, dange, bagea, sinole, cendol dan sagu bakar (Pusat
Penelitian dan Pengembangan Perkebunan, 2013).
Sulawesi Selatan merupakan salah satu provinsi yang masyarakatnya telah
lama mengelolah dan memanfaatkan sagu secara tradisional, dan Kabupaten
Luwu merupakan salah satunya. Menurut Badan Pusat Statistika Kabupaten Luwu
(2019), produksi sagu di Kecamatan Belopa pada tahun 2014 sebesar 475, 45 ton
dengan luas areal 1.437 Ha. Pada tahun 2015 produksi sagu sebesar 687,62 ton
dengan luas areal 1.385 Ha. Pada tahun 2016 produksi sagu sebesar 876 ton
dengan luas areal 1.342 Ha. Pada tahun 2017 produksi sagu sebesar 845 ton
dengan luas areal 1.335. Sedangkan pada tahun 2018 produksinya sebesar 790 ton
dengan luas areal 947 Ha. Dari data yang diperoleh produksi sagu di Kecamatan
Belopa Kabupaten Luwu mengalami penurunan di tiga tahun terakhir yaitu pada
tahun 2016, 2017 dan 2018.
Desa Pasamai merupakan salah satu desa penghasil sagu di Kecamatan
Belopa. Desa Pasamai sebagian masyarakatnya berprofesi sebagai petani sagu,
dimana sebagian besar masyarakatnya juga mengkonsumsi hasil olahan sagu.
Akan tetapi produksi sagu yang ada di Desa Pasamai mengalami penurunan
diakibatkan beberapa faktor. Maka dari itu penulis kemudian perlu untuk
melakukan penelitian lebih lanjut tentang penyebab menurunnya produksi sagu di
Desa Pasamai Kecamatan Belopa. Oleh karena itu penulis kemudian mengangkat
judul penelitian yaitu “Identifikasi faktor yang mempengaruhi penurunan produksi
sagu di Desa Pasamai Kecamatan Belopa Kabupaten Luwu”.

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan uraian latar belakang di atas maka dapat dirumuskan
permasalahan dalam penelitian ini, yaitu: faktor apa yang mempengaruhi
penurunan produksi sagu di Desa Pasamai Kecamatan Belopa Kabupaten Luwu?
3

1.3 Tujuan Penelitian


Berdasarkan rumusan masalah diatas maka tujuan penelitian ini adalah
mengidentifikasi faktor yang mempengaruhi penurunan produksi sagu di Desa
Pasamai Kecamatan Belopa Kabupaten Luwu.

1.4 Manfaat Penelitian


Adapun manfaat penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Bagi peneliti, sebagai proses awal dari penerapan ilmu pengetahuan yang di
peroleh dibangku perkuliahan yang dijadikan sebagai pengalaman.
2. Bagi petani, sebagai informasi tambahan bagi para petani dalam memproduksi
sagu dan mahasiswa ini menjadi ilmu pengetahuan tambahan atau referensi
untuk penelitian selanjutnya.
4

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Kajian Teori


1. Sagu
a. Tinjauan umum tanaman sagu
Pengembangan sagu merupakan kegiatan berusaha tani secara intensif pada
kawasan yang sesuai dengan habitat/tempat tumbuh asli tanaman sagu.
Pengembangan kebun sagu akan diarahkan ke tingkat petani dengan tujuan untuk
menjaga kontinuitas sumber genetik, pelestarian komoditi unggul serta
meningkatkan kesejahteraan petani di sentra-sentra produksi. Selain itu,
pengembangan sagu dapat dilakukan dengan menata hutan sagu menjadi kebun
sagu (Permentan, 2013).
Tanaman sagu adalah spesies dari genus Metroxylon yang termasuk ke
dalam family Palmae. Sagu tumbuh di daerah tropis yang panas dan lembab di
Asia Tenggara (Indonesia, Thailand, Filipina, dan Vietnam) dan Oseania (Papua
Nugini, Kepulauan Mikronesia, dan Kepulauan Oseania). Indonesia memiliki
hutan sagu liar yang luas >700.000 ha (Jumantara, 2011).
b. Klasifikasi tanaman sagu
Sagu termasuk tumbuhan monokotil dari famili Palmae, ordo Spadiciflorae
dan genus Metroxylon. Tanaman sagu terdiri atas sagu berduri dan sagu tidak
berduri. Sagu berduri adalah sagu Tuni (M. Rumpii), sagu Ihur (M. Sylvestre),
sagu Makanaru (M. Longispinum) dan sagu dari rotan (M. Microcanthum) serta
satu jenis sagu yang tidak berduri yaitu sagu molat (M. Sagu). Kelima jenis sagu
ini mempunyai nilai ekonomis yang tinggi di Maluku (Sangadji, 2009).
c. Morfologi tanaman sagu
Sistem perakaran pada sagu berakar serabut yang ulet dengan jumlah yang
besar, mempunyai akar nafas. Sehingga sagu dapat menyesuaikan diri pada lahan
yang air tanahnya aerobik (Chafid, 2010).
Batang sagu merupakan bagian terpenting dari tanaman sagu karena
merupakan gudang penyimpanan karbohidrat. Bentuk pohon yang tegak dan kuat
dengan ukuran sagu berbeda-beda, tergantung dari jenis, umur, dan lingkungan
tumbuhnya (Dewi, 2009).
5

Daun merupakan bagian sagu yang peranannya sangat penting karena


merupakan tempat pembentukan pati melalui proses fotosintesis. Apabila
pertumbuhan dan perkembangan daun berlangsung dengan baik, maka secara
keseluruhan pertumbuhan dan perkembangan organ lain seperti batang, kulit, dan
empulur akan berlangsung dengan baik pula dan proses pembentukan pati dari
daun yang kemudian disimpan di dalam batang sagu akan berlangsung secara
optimal (Dewi, 2009)
Berbunga dan berbuah sekali (monocarpic) dan sudah itu mati. Karangan
bunga bentuk tongkol, panjang hingga 5 m. Berumah satu (monoesis), bunga
rumbia berbau kurang enak. Buah sagu berbentuk bulat menyerupai buah salak
dan mengandung biji fertil. Waktu antara bunga mulai muncul sampai fase
pembentukan buah diduga berlangsung sekitar dua tahun. Pohon sagu
mengandung tepung maksimun pada fase antara waktu setelah berbunga dan
sebelum buah berbentuk sempurna (Chafid, 2010).
d. Syarat tumbuh tanaman sagu
Jumlah curah hujan yang optimal bagi pertumbuhan sagu antara 2.000-4.000
mm/tahun, yang tersebar merata sepanjang tahun. Sagu dapat tumbuh sampai pada
ketinggian 700 m diatas permukaan laut (dpl), namun produksi sagu terbaik
ditemukan sampai ketinggian 400 m dpl. Suhu optimal untuk pertumbuhan sagu
berkisar antara 24,50-29C dan suhu minimal 15C, dengan kelembaban nisbi
90%. Sagu dapat tumbuh baik di daerah 100 LS-150 LU dan 90-180 derajat BT,
yang menerima energi cahaya matahari sepanjang tahun. Sagu dapat ditanam di
daerah dengan kelembaban nisbi udara 40%. Kelembaban yang optimal untuk
pertumbuhannya adalah 60%.
Pertumbuhan sagu yang paling baik adalah pada tanah liat kuning coklat
atau hitam dengan kadar bahan organik tinggi. Sagu dapat tumbuh pada tanah
vulkanik, latosol, andosol, podsolik merah kuning, alluvial, hidromorfik kelabu
dan tipe-tipe tanah lainnya. Sagu mampu tumbuh pada lahan yang memliki
keasaman tinggi. Pertumbuhan yang paling baik terjadi pada tanah yang kadar
bahan organiknya tinggi dan bereaksi sedikit asam pH 5,5 - 6,5 (Harsanto, 2010).
6

2. Proses Produksi Sagu


Pada dasarnya, tepung sagu dibuat dari empulur batang sagu. Tahapan
proses pembuatan tepung sagu secara umum meliputi: penebangan pohon,
pemotongan dan pembelahan, penokokan atau pemarutan, pemerasan,
penyaringan, pengendapan dan pengemasan. Ditinjau dari cara dan alat yang
digunakan, pembuatan tepung sagu yang dilakukan di daerah-daerah penghasil
sagu di Indonesia saat ini dapat dikelompokkan atas cara tradisional, semi-
mekanis dan mekanis (Fadila, 2010).
a. Pembuatan Tepung Sagu secara Tradisional
Pada umumnya cara ini banyak dijumpai di Maluku, Papua, Sulawesi dan
Kalimantan. Pengambilan tepung sagu secara tradisional umumnya diusahakan
oleh penduduk setempat, dan digunakan sebagai bahan makanan pokok sehari-
hari. Pelarutan tepung sagu dilakukan dengan cara peremasan dengan tangan, atau
diinjak dengan kaki dan dibantu dengan penyiraman air, yang berasal dari rawa-
rawa yang ada di lokasi tersebut. Tepung sagu yang terlarut kemudian dialirkan
dengan menggunakan kulit batang sagu yang telah diambil empulurnya. Tepung
sagu ini kemudian diendapkan, dan dipisahkan dari airnya.
Tepung yang diperoleh dari cara tradisional ini masih basah, dan biasanya
dikemas dalam anyaman daun sagu yang disebut tampin (Riau), tumang (Maluku)
dan Papua), balabba (Sulawesi Selatan) dan basung (Kendari). Sagu yang sudah
dikemas ini kemudian disimpan dalam jangka waktu tertentu sebagai persediaan
pangan rumah tangga dan sebagian lainnya dijual. Sagu yang sudah dikemas
masih basah, maka penyimpanan hanya dapat dilakukan selama beberapa hari.
Biasanya, cenndawa atau mikroba lainnya akan tumbuh, dan megakibatkan tepung
sagu berbau asam setelah beberapa hari penyimpanan.
b. Pembuatan Tepung sagu secara Semi-Mekanis
Pembuatan tepung sagu secara semi-mekanis pada prinsipnya sama dengan
cara tradisonal. Perbedaannya hanyalah pada penggunaan alat atau mesin pada
sebagian proses pembuatan sagu dengan cara semi-mekanis ini. Perbedaan
tersebut misalnya pada proses penghancuran empulur digunakan mesin pemarut,
pada proses pelarutan tepung sagu digunakan alat berupa bak atau tangki yang
dilengkapi dengan pengaduk mekanik, dan pada proses pemisahan tepung sagu
7

digunakan oleh penghasil sagi di daerah Luwu Sulawesi Selatan, dan daerah Riau,
khususnya di daerah Selat Panjang (Kabupaten Meranti).
c. Pembuatan Tepung Sagu secara Mekanis
Pada pembuatan tepung sagu secara mekanis ini, urutan prosesnya sama
dengan cara semi-mekanis. Pembuatan tepung sagu dilakukan melalui suatu
sistem yang kontinu, dan biasanya dalam bentuk sebuah pabrik pengolahan.
Untuk mempercepat prosesnya pada pabrik-pabrik yang sudah modern, seperti di
Sarawak Malaysia, proses pengendapan tepung dilakukan dengan mengguankan
alat centrifuge atau spinner, dan pengeringannya dilakukan dengan menggunakan
alat pengering buatan. Produk tepung sagu yang dihasilkan dari pabrik-pabrik
pengolahan ini adalah berupa tepung kering, sehingga memiliki daya simpan yang
lebih lama.
3. Faktor yang mempengaruhi penurunan produksi
Adapun faktor yang mempengaruhi penurunan produksi sagu sebagai
berikut:
a. Luas Lahan
Luas lahan adalah areal atau tempat yang dilakukan untuk melakukan usaha
tani diatas sebidang tanah, yang diukur dalam satuan hektar (Ha). Luas lahan
merupakan salah satu faktor yang berpengaruh terhadap psikologis petani. Petani
yang mempunyai lahan luas dan berstatus sebagai pemilik akan merasa lebih
aman dibanding dengan penduduk yang mempunyai lahan sempit. Luas lahan
berpengaruh terhadap produksi, pendapatan dan produktivitas yang akan diperoleh
petani nantinya. Semakin luas usaha tani maka semakin giat petani untuk
meningkatkan produksinya.
Zulmi (2011), menyimpulkan bahwa, nilai kesetimbangan produksi-
konsumsi mengalami penurunan karena faktor berkurangnya lahan sawah
sehingga produksi padi menurun.
Menurut Irmayani Noer dan Agus (2007), luas areal tanam dan produksi per
hektar dipengaruhi oleh perubahan harga dan produksi per hektar juga
dipengaruhi oleh perubahan luas areal tanam. Dalam penelitiannya, Irmayani Noer
dan Agus (2007) menyimpulkan bahwa peningkatan produksi sebagai akibat
peningkatan jumlah areal tanam.
8

Luas penguasaan lahan pertanian merupakan sesuatu yang sangat penting


dalam proses produksi ataupun usaha tani dan usaha pertanian. Semakin luas
lahan (yang digarap/ditanam), semakin besar jumlah produksi yang dihasilkan
oleh lahan tersebut. (Abd. Rahim, 2007) dalam usaha tani misalnya pemilikan
atau penguasaan lahan sempit sudah pasti kurang efesien dibanding lahan yang
lebih luas. Semakin sempit lahan usaha, semakin tidak efisien usaha tani
dilakukan. Kecuali bila suatu usaha tani dijalankan dengan tertib dan administrasi
yang baik serta teknologi yang tepat. Tingkat efisiensi sebenarnya terletak pada
penerapan teknologi, karena pada luasan yang lebih sempit, penerapan teknologi
cenderung berlebihan (hal ini berhubungan erat dengan konversi luas lahan ke
hektar), dan menjadikan usaha tidak efesien (Murdiantoro, 2011).
b. Umur Tanaman
Faktor yang cenderung mempengaruhi produktivitas yaitu umur tanaman.
Umur tanaman yaitu berapa lama tanaman sagu tumbuh dan berproduksi diukur
dalam pertahun (Tahun). Pada umunya tanaman perkebunan termasuk sagu
produktivitas akan meningkat seiring pertambahan usia hingga batas umur
maksimun dan makin tua atau terlalu muda umur tanaman sagu maka
produktivitasnya cenderung menurun.
c. Hama dan Penyakit
Hama dan penyakit adalah organisme yang menganggu tanaman budidaya
sehingga pertumbuhan dan perkembangan tanaman budidaya terhambat. Tanaman
sagu tidak luput dari hama dan penyakit. Karena hama dan penyakit bisa
menyerang dimana dan kapan saja, hama dan penyakit bisa menyerang dari akar
sampai pohon, sehingga apabila tanaman sagu diserang oleh hama dan penyakit
maka tanaman sagu sulit teratasi bahkan sampai menurunkan produksi.
d. Tenaga Kerja
Tenaga kerja merupakan salah satu faktor produksi yang memegang peran
penting didalam kegiatan usaha tani.Tenaga kerja dapat juga berupa sebagai
pemilik (pertanian tradisional) maupun sebagai buruh biasa (pertanian komersial).
Menurut (Vink, GJ, 1984) tenaga kerja dapat berarti sebagai hasil jerih payah
yang dilakukan oleh seseorang, pengerah tenaga untuk mencapai suatu tujuan
9

kebutuhan tenaga kerja dalam pertanian sangat tergantung pada jenis tanaman di
usahakan.
e. Modal
Modal adalah salah satu faktor penting untuk meningkatkan produktivitas
usaha. Bahkan pemerataan pada akses modal (kredit) bagi semua golongan
masyarkat diyakini sebagai salah satu alternatif untuk pemertaan pendapatan.
Modal merupakan sarana atau bekal untuk melaksanakan usaha. Secara ekonomi
modal adalah barang-barang yang bernilai ekonomi yang digunakan untuk
menghasilkan tambahan kekayaan ataupun untuk meningkatkan produksi.

2.2 Penelitian yang Relevan


1. Erawati (2017), “Faktor-faktor yang Mempengaruhi Berkurangnya Produksi
Kakao di Desa Tampumia Kecamatan Bupon Kabupaten Luwu”.
Tujuannya dari penelitian ini yaitu: 1. Mengidentifikasi faktor-faktor apa
yang menyebabkan berkurangnya produksi kakao di Desa Tampumia Kecamatan
Bupon Kabupaten Luwu. 2. Mengetahui upaya-upaya apa yang dilakukan petani
untuk menanggulangi masalah berkurangnya produksi kakao di Desa Tampumia
Kecamatan Bupon Kabupaten Luwu. Menggunakan Analisis Regresi Linier
Berganda, hasil penelitian menunjukkan yaitu: 1. Faktor-faktor mempengaruhi
berkurangnya produksi kakao di Desa Tampumia Kecamatan Bupon Kabupaten
Luwu disebabkan oleh beberapa faktor yaitu usia tanaman yang sudah tua, luas
lahan, pemupukan, serangan hama dan penyakit. 2. Upaya yang dilakukan untuk
meningkatkan produksi kakao di Desa Tampumia Kecamatan Bupon Kabupaten
Luwu yaitu petani kakao melakukan peremajaan baik itu menanam bibit baru
ataupun melakukan sambung samping. Tetapi yang paling banyak digunakan oleh
petani kakao adalah sistem sambung samping yaitu berjumlah 20 orang atau
sebanyak 78% sedangkan sistem penanaman bibit baru yaitu berjumlah 5 orang
atau sebanyak 22%.

2. Ana Yunita S (2010), “Analisis faktor Penyebab penurunan Produktivitas


Kelapa Sawit di Kebun Sei Lala, PT Tunggal Perkasa Plantations, Indragiri
Hulu, Riau”.
Tujuan Penelitian yaitu: untuk mengetahui faktor-faktor yang
menyebabkan penurunan produktivitas tanaman kelapa sawit. Hasil penelitian
10

tersebut penurunan produktivitas tanaman kelapa sawit disebabkan oleh curah


hujan, jenis pupuk, umur tanaman, buah mentah, dan interaksi antar beberapa
faktor. Penurunan produktivitas tanaman kelapa sawit dipengaruhi oleh curah
hujan. Produktivitas tanaman kelapa sawit tersebar diperoleh saat curah hujan
terbesar pula (CH>100 mm/bulan). Produktivitas tanaman kelapa sawit yang
diberi pupuk campuran (tunggal+majemuk) lebih tinggi daripada produktivitas
tanaman kelapa sawit yang diberi pupuk tunggal. Umur tanaman yang masih
muda, yaitu >7 tahun merupakan faktor terbesar yang menyebab penurunan
produktivitas tanaman kelapa sawit. Semakin banyak buah mentah dipanen,
semakin tinggi penurunan produktivitas tanaman kelapa sawit untuk periode
pemanenan berikutnya.
3. Tumanggor (2009), “Faktor-faktor yang Mempengaruhi Berkurangnya
Produksi Kakao di Kabupaten Dairi”.
Menggunakan Analisis Regresi Linier Berganda, hasil penelitian
menunjukkan bahwa nilai variabel luas lahan, waktu kerja, umur tanaman,
pestisida, pupuk, berpengaruh terhadap hasil produksi kakao di Kabupaten Dairi.
4. Moortri Bramantyo A (2017), “Analisis Penurunan Produksi studi pada UD
Genteng Sokka MTY”.
Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif deskriptif yang bertujuan
mengidentifikasi faktor-faktor penyebab penurunan produksi dengan
menggunakan analisis isi dan dibantu dengan alat visualisasi data berupa diagram
tulang ikan. Sumber data utama penelitian ini adalah data primer dengan metode
pengambilan data wawancara mendalam. Penelitian ini menemukan sembilan
faktor penyebab penurunan produksi yang terjadi di UD Genteng Sokka MTY.
Kesembilan faktor ini adalah tidak beriklan, pencatatan buruk, lokasi tidak
strategis, lahan sempit, mesin rusak, karyawan berhenti, tenaga kerja tidak
terampil, minim pengawasan dan hujan.

2.3 Kerangka Pikir


Tanaman sagu (Metroxylon sp) banyak dijumpai didaerah rawa dan pinggir
sungai di Indonesia dan terpusat di Papua, Maluku, Sulawesi dan Riau. Sejak
lama tanaman sagu dikenal sebagai makanan bagi masyarakat Papua, Maluku
maupun Sulawesi. Sagu merupakan komoditas potensial sebagai bahan substitusi
11

dan bahan baku untuk industri. Sebagai salah satu sumber karbohidrat, potensinya
belum dimanfaatkan secara maksimal.
Desa Pasamai merupakan desa yang sebagian besar masyarakatnya bekerja
sebagai petani sagu. Dalam usaha tani sagu yang dilakukan terjadi penurunan
produksi sagu yang diakibatkan beberapa faktor yang akan di identifikasi dalam
penelitian ini. Adapun skema kerangka berpikir dalam penelitian ini sebagai
berikut:

Komoditi Sagu

Faktor yang mempengaruhi


produksi sagu

Identifikasi Faktor yang Mempengaruhi


Penurunan Produksi Sagu

Gambar 1. Kerangka Pikir


12

BAB III
METODE PENELITIAN

3.1 Jenis dan Desain Penelitian


Metode dasar yang digunakan dalam penelitian ini ialah deskriptif kualitatif.
Metode kualitatif adalah metode yang memfokuskan pada pemahaman fenomena
sosial dari sudut pandang partisipan secara deskriptif. Dengan kata lain, metode
ini lebih menekankan pada penelitian yang bersifat memberikan gambaran secara
jelas dan sesuai fakta yang dilapangan.
Metode kualitatif inilah yang digunakan peneliti untuk mengidentifikasi
faktor yang mempengaruhi penurunan produksi sagu di Desa Pasamai Kecamatan
Belopa Kabupaten Luwu.

3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian


Tempat penelitian ini ditentukan secara sengaja (purposive method) yaitu
di Desa Pasamai Kecamatan Belopa Kabupaten Luwu. Daerah ini dipilih sebagai
objek penelitian didasarkan atas pertimbangan bahwa daerah tersebut merupakan
daerah yang potensial dalam usaha tani sagu.
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Januari sampai dengan Februari
2020. Alasan pemilihan lokasi penelitian ini dikarenakan Desa Pasamai
Kecamatan Belopa merupakan salah satu desa yang memiliki lahan sagu, yang
akan tetapi produksi sagu yang ada di desa tersebut mengalami penurunan karena
beberapa faktor. Dan penulis ingin mengidentifikasi faktor yang mempengaruhi
penurunan produksi sagu yang ada di Desa Pasamai.

3.3 Populasi dan Sampel


Populasi merupakan keseluruhan dari objek penelitian yang menjadi pusat
perhatian dan menjadi sumber data penelitian. Dengan demikian sampel adalah
bagian dari populasi yang akan diteliti. Populasi dalam penelitian ini adalah
semua petani sagu di Desa Pasamai Kecamatan Belopa sebanyak 10 orang.
Pengambilan sampel menggunakan total sampling artinya sampel yang diambil
sama dengan jumlah populasi yang ada.
13

3.4 Teknik Pengumpulan Data


Pengumpulan data pada penelitian ini untuk mendapatkan data yang
diperlukan dengan menggunakan teknik sebagai berikut:
1. Observasi
Pengamatan langsung terhadap objek kajian yang sedang berlangsung
untuk memperoleh keterangan dan informasi sebagai data yang akurat tentang hal-
hal yang diteliti serta untuk mengetahui relevansi antara jawaban informasi
dengan kenyataan yang ada, dengan melakukan pengamatan langsung yang ada di
lapangan yang erat kaitannya dengan objek penelitian.
2. Kuesioner
Kuesioner merupakan teknik pengumpulan data yang dapat dilakukan
dengan cara memberikan beberapa pertanyaan-pertanyaan yang telah disediakan
peneliti pada responden untuk dijawab.
3. Wawancara
Teknik pengumpulan data melalui proses tanya jawab dalam penelitian
yang berlangsung secara lisan antara dua orang atau lebih bertatap muka
mendengarkan secara langsung informasi-informasi atau keterangan-keterangan
lisan melalui dialog langsung antara peneliti dengan para responden.

3.5 Jenis dan Sumber Data


Jenis data merupakan sumber informasi yang dikelompokkan serta memiliki
arti bagi sipengguna. Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu:
1. Data Primer
Data primer adalah sumber data yang langsung memberikan data kepada
pengumpul data. Data primer diperoleh melalui kuesioner atau daftar pertanyaan
yang disebar kepada responden.
2. Data Sekunder
Data sekunder yaitu data yang diperoleh dari pihak-pihak lain atau data
yang diperoleh secara tidak langsung melalui media perantara, data ini umumnya
berupa buku, jurnal catatan atau laporan historis yang telah tersusun dengan arsip.
14

3.6 Teknik Analisis Data


Teknik analisis data yang digunakan untuk menjawab rumusan masalah
dalam penelitian ini. Apakah sesuai dengan yang terjadi di lokasi penelitian yaitu
menggunakan teknik analisis deskriptif, yaitu merupakan teknik analisis yang
digunakan untuk menganalisis data dengan mendeskripsikan atau menggambarkan
data-data yang sudah dikumpulkan yang diperoleh dari responden dengan
menggunakan kuesioner untuk mendapatkan informasi, wawancara langsung
dengan narasumber (petani sagu), catatan pengamatan, dan pengambilan foto.

3.7 Definisi Operasional


1. Mengidentifikasi adalah kegiatan untuk mengetahui faktor yang
memperngaruhi penurunan produksi sagu di Desa Pasamai Kecamatan Belopa
Kabupaten Luwu.
2. Sagu merupakan jenis tanaman yang merupakan salah satu komoditi bahan
pangan yang terdapat di Desa Pasamai Kecamatan Belopa Kabupaten Luwu
dan sebagai salah satu komoditi yang diproduksi di daerah tersebut.
3. Faktor yang mempengaruhi penurunan produksi yaitu merupakan hal yang
menyebabkan atau mempengaruhi produksi dari sagu di Desa Pasamai
Kecamatan Belopa Kabupaten Luwu.
4. Produksi adalah kegiatan yang dilakukan oleh petani sagu dalam
menghasilkan sagu dalam satu kali produksi, dan dalam satu kali produksi
terdapat kuantitas yang dicapai untuk memenuhi kebutuhan akan sagu di Desa
Pasamai Kecamatan Belopa Kabupaten Luwu.
15

BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Penelitian


1. Gambaran Umum Desa Pasamai
Desa Pasamai merupakan salah satu desa di Kecamatan Belopa Kabupaten
Luwu, Provinsi Sulawesi Selatan. Desa Pasamai memiliki luas wilayah 342,87 Ha
yang terdiri dari tiga Dusun yaitu Dusun Pasamai, Dusun Lempo Majang dan
Dusun To’Bulo. Secara geografis Desa Pasamai berbatasan dengan wilayah
sebagai berikut:
a. Sebelah Utara : Kelurahan Balo-Balo
b. Sebelah Timur : Desa Cakkeawo
c. Sebelah Selatan : Desa Padang Lambe
d. Sebelah Barat : Desa Kurrusumanga
Secara umum tipologi Desa Pasamai terdiri dari persawahan, perkebunan,
peternakan, pertambangan/galian, kerajinan dan industri kecil, industri sedang dan
besar, jasa dan perdagangan.
Topografis Desa Pasamai secara umum termasuk daerah landai atau
daratan rendah, berbukit gelombang, dan berdasarkan ketinggian wilayah Desa
Pasamai diklasifikasikan kepada daratan rendah (0-100 m dpl)/daratan sedang
>100-500 m dpl.
a. Keadaan Penduduk
Penduduk adalah orang tinggal, bermukim, atau menempati sebuah
daerah/wilayah tertentu. Jumlah penduduk merupakan salah satu syarat bagi
terbentuknya suatu Negara dan sekaligus sebagai aset atau modal bagi suksesnya
pembangunan disegala bidang kehidupan. Oleh karena itu kehadiran dan peranan
sangat menentukan bagi perkembangan suatu wilayah, baik dalam skala kecil
maupun dalam skala besar. Untuk mengetahui keadaan penduduk Desa Pasamai,
dapat dilihat dari segi umur, jenis kelamin, mata pencaharian dan sarana dan
prasarana.
1) Keadaan Penduduk Berdasarkan Umur
Umur merupakan salah satu faktor yang penting dalam menyusun
perencanaan pemenuhan kebutuhan dasar bagi penduduk sesuai dengan kebutuhan
16

kelompok umur masing-masing baik kebutuhan pangan, sandang, papan,


pendidikan, kesehatan, pekerjaan dan lain sebagainya. Adapun jumlah penduduk
berdasarkan umur yang ada di Desa Pasamai dapat dilihat pada tabel 1 sebagai
berikut:

Tabel 1. Jumlah Penduduk Berdasarkan Umur di Desa Pasamai Kecamatan


Belopa Kabupaten Luwu
No Umur (Tahun) Jumlah (Orang) Persentase (%)
1 0-4 92 10,21
2 5 – 14 153 16,98
3 15 – 39 410 45,50
4 40 – 64 188 20,87
5 65 Tahun Keatas 58 6,44
Jumlah 901 100,00
Sumber: Kantor Desa Pasamai Kecamatan Belopa (2019)

Berdasarkan tabel 1 di atas dapat dilihat bahwa jumlah penduduk terendah


ada pada umur 0-4 tahun. Dan jumlah penduduk terbanyak berumur 15-39 tahun.
Hal ini menunjukkan bahwa di Desa Pasamai di dominasi remaja dan dewasa.
2) Keadaan Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin
Keadaan penduduk berdasarkan jenis kelamin yaitu mengelompokkan
penduduk yang ada di Desa Pasamai sehingga dapat diketahui jumlah penduduk
berdasarkan jenis kelamin laki-laki dan perempuan. Untuk melihat jumlah
penduduk di Desa Pasamai Kecamatan Belopa Kabupaten Luwu yang
dikelompokkan berdasarkan jenis kelamin dapat dilihat pada tabel 2 sebagai
berikut:

Tabel 2. Jumlah Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin di Desa Pasamai


Kecamatan Belopa Kabupaten Luwu
No Jenis Kelamin Jumlah (Orang) Persentase (%)
1 Laki-Laki 450 49,95
2 Perempuan 451 50,05
Jumlah 901 100,00
Sumber: Kantor Desa Pasamai Kecamatan Belopa (2019)

Penduduk di Desa Pasamai memiliki jumlah yang hampir seimbang. Hal


ini dapat dilihat pada tabel 2 yang menunjukkan bahwa jumlah penduduk
perempuan hanya berbanding satu dengan jumlah penduduk laki-laki.
17

3) Jumlah Penduduk Berdasarkan Mata Pencaharian


Mata pencaharian merupakan hal yang sangat penting dalam kehidupan
masyarakat utamanya dalam hal peningkatan ekonomi masyarakat akan berguna
dalam pemenuhan kebutuhan hidup sehari-hari masyarakat tersebut. Penduduk di
Desa Pasamai sangat bervariasi, hal ini juga dapat berdampak pada tingkat
pendapatan masyarakat yang berbeda-beda pula. Adapun sebaran jumlah
penduduk menurut mata pencaharian dapat dilihat pada tabel 3 sebagai berikut:

Tabel 3.Jumlah Penduduk Berdasarkan Mata Pencaharian di Desa Pasamai


Kecamatan Belopa Kabupaten Luwu.
No Pekerjaan Jumlah (orang) Persentase (%)
1 Petani 148 44,85
2 Buruh Tani 50 15,15
3 Pedagang 15 4,54
4 Pegawai Negeri Sipil 11 3,33
5 Perangkat Desa 10 3,03
6 Pegawai Swasta 16 4,85
7 Pekerja Tidak Tetap 80 24,25
Jumlah 330 100,00
Sumber: Kantor Desa Pasamai Kecamatan Belopa (2019)

Berdasarkan data pada tabel 3 di atas, penduduk Desa Pasamai rata-rata


bekerja sebagai petani dikarenakan wilayah tersebut memiliki tanah yang subur
selain itu kurangnya lapangan pekerjaan membuat masyarakat disana lebih
memilih untuk bertani.
b. Sarana dan Prasarana
Sarana dan prasarana sangat diperlukan sebagai penunjang kelancaran
pembangunan di Desa Pasamai.Sarana dan prasarana ini memliki fungsi untuk
mewujudkan suatu tujuan yang diharapkan sesuai dengan rencana yang telah
disiapkan. Selain sebagai faktor penunjang kemajuan sebuah desa, sarana dan
prasarana juga menjadi salah satu faktor yang dapat membantu keberlangsungan
kehidupan masyarakat desa. Di Desa Pasamai sendiri, potensi sarana dan
prasarana sudah cukup baik dan dapat memenuhi kebutuhan masyarakat. Adapun
sarana dan prasarana umum yang ada di Desa Pasamai yaitu:
18

Tabel 4. Jenis dan Jumlah Sarana dan Prasarana di Desa Pasamai Kecamatan
Belopa Kabupaten Luwu
No Sarana dan Prasarana Jumlah Keterangan
1 Masjid 1 Baik
2 Posyandu 1 Baik
3 Gedung TK 1 Baik
4 Gedung SD 1 Baik
5 Perpustakaan Desa 1 Baik
6 Kantor Desa 1 Baik
7 Jalan Tani 2 Baik
Jumlah 8 Baik
Sumber: Kantor Desa Pasamai Kecamatan Belopa (2019)

Semua sarana dan prasarana di Desa Pasamai masih aktif digunakan


masyarakat. Selain itu jalur transportasi di Desa tersebut sudah bagus sehingga
mempermudah masyarakat mengakses sarana dan prasarana yang disediakan oleh
Desa.

2. Karakteristik Responden
Karakteristik responden merupakan ciri-ciri yang dimiliki oleh petani yang
berkaitan dengan usahataninya yang dapat berpengaruh terhadap perkembangan
dan hasil produksinya. Deskripsi mengenai karakteristik responden yaitu dengan
menggambarkan mengenai identitas responden. Pada hasil penelitian ini
karakteristik petani responden yang dijelaskan mengenai umur, pendidikan, dan
luas lahan usahatani yang digarap oleh petani responden.
a. Umur Responden
Umur petani responden merupakan lamanya petani responden hidup
hingga diaksanakannya penelitian ini. Umur berkaitan dengan kemampuan dan
aktivitas petani dalam mengelola usahataninya. Menurut BPS (2012), berdasarkan
komposisi penduduk umur dikelompokkan menjadi 3 yaitu, umur 0-14 tahun
dianggap sebagai kelompok belum produktif, kelompok 15-64 tahun sebagai
kelompok produktif yang akan sangat berpengaruh terhadap hasil usahatani dan
kelompok 65 tahun keatas sebagai kelompok penduduk yang tidak lagi produktif
dan dianggap mengalami penurunan fisik, sehingga pengelolaan usahatani kurang
maksimal.
19

Umur merupakan suatu tolak ukur dalam kehidupan seseorang yang


diukur setiap tahunnya dari tahun seseorang tersebut lahir hingga sampai dengan
sekarang, maka dari itu umur sangat mempengaruhi kemampuan seseorang baik
dari segi kemampuan fisik, dan cara berfikir. Seorang petani yang umurnya masih
muda, maka dengan sangat mudah petani tersebut menerima informasi serta
penggunaan teknologi dalam bidang pertanian dibandingkan dengan umur petani
yang sudah tua yang nyatanya sudah sulit berinteraksi baik dari segi pendengaran,
pengliatan sehingga dapat mempengaruhi cara berfikir dan kemampuan untuk
bekerja. Adapun karakteristik responden berdasarkan umur ditunjukkan pada tabel
5 berikut ini:

Tabel 5. Karakteristik Responden Berdasarkan Umur di Desa Pasamai Kecamatan


Belopa Kabupaten Luwu.
No Kelompok Umur Jumlah Responden Persentase
(Tahun) (Orang) (%)
1 0 – 14 0 0
2 15 – 64 9 90
3 >65 1 10
Jumlah 10 100
Sumber: Data penelitian setelah diolah (2020)

Berdasarkan hasil penelitian pada tabel 5 di atas, diketahui bahwa tidak


ada petani responden yang berusia belum produktif yaitu berkisar 0-14 tahun,
petani responden yang berusia produktif yaitu berkisar antara 15-64 tahun
berjumlah 9 orang dan petani responden yang berusia tidak lagi produktif yaitu
kelompok umur >65 tahun berjumlah 1 orang.
b. Pendidikan Responden
Pendidikan merupakan sarana belajar mengajar yang dapat menanamkan
pengertian tentang etika dan moral yang dapat menuntungkan dalam melakukan
praktek-praktek pengembangan pertanian yang lebih modern. Semakin tinggi
pendidikan yang dimiliki maka semakin tinggi pula tingkat intelektualnya.
Oleh karena itu pendidikan juga dapat dijadikan sebagai alat dan sarana
untuk mengikuti dan memahami perkembangan teknologi. Dalam melakukan
praktek-praktek teknologi pertanian yang lebih modern, responden yang memiliki
tingkat pendidikan tinggi akan lebih muda memahami dan menerapkan teknologi
yang diterima dibanding dengan petani yang berpendidikan rendah. Tingkat
20

pendidikan petani akan berpengaruh terhadap pengetahuan dan kemampuan petani


dalam mengelola usahatani yang dilakukannya termasuk kemampuan petani
dalam menerima inovasi baru. Dalam penelitian ini, tingkat pendidikan petani
dapat dilihat pada tabel 6 berikut ini:

Tabel 6. Karakteristik Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan di Desa


Pasamai Kecamatan Belopa Kabupaten Luwu
No Pendidikan Jumlah (Orang) Persentase (%)
1 SD 5 50
2 SMP 4 40
3 SMA 1 10
Jumlah 10 100
Sumber: Data penelitian setelah diolah (2020)

Berdasarkan data pada tabel 6 di atas, pendidikan responden di Desa


Pasamai lebih dominan SD dikarenakan pada saat itu perekonomian masyarakat
rendah dan kurangnya perhatian masyarakat akan pentingnya pendidikan.
c. Luas Lahan Responden
Lahan merupakan tempat petani dalam melakukan kegiatan proses
produksi luas lahan sangat berpengaruh terhadap pendapatan para petani. Semakin
luas lahan yang diolah oleh petani maka semakin banyak pula hasil yang akan
didapatkan. Luas lahan dalam penelitian ini yaitu, seluruh lahan yang digunakan
petani dalam memproduksi komoditi sagu, baik itu lahan milik sendiri maupun
lahan sewaan.
Pada penelitian ini luas lahan petani responden bervariasi, yaitu mulai dari
petani yang memiliki luas lahan <0,5 hektar sampai pada petani yang memiliki
luas lahan>1,5 hektar. Dibawah ini data mengenai karakteristik luas lahan
responden yang dapat dilihat pada tabel 7.

Tabel 7. Luas Kepemilikan Lahan Usahatani Responden di Desa Pasamai


Kecamatan Belopa Kabupaten Luwu
No Luas Lahan (Ha) Jumlah Persentase (%)
1 <0,5 0 0
2 0,5 - <1 5 50
3 1 - 1,5 4 40
4 >1,5 1 10
Jumlah 10 100
Sumber: Data penelitian setelah diolah (2020)
21

Berdasarkan pada tabel di atas luas lahan reponden di Desa Pasamai lebih
dominan memiliki luas lahan 0,5-<1 Ha, karena sebagian lahan responden
diahlikan ketanaman holtikultura.
d. Tenaga Kerja Responden
Tenaga kerja merupakan salah satu unsur penentu terutama bagi petani
dalam berusahatani. Kurangnya tenaga kerja yang dimiliki oleh petani responden
dapat berpengaruh terhadap kurangnya produksi. Tenaga kerja usahatani biasanya
terdiri atas petani beserta keluarga dan tenaga kerja dari luar yang semuanya
berperan dalam usaha tani. Adapun karakteristik responden menurut tenaga kerja
dapat di lihat pada tabel 8 sebagai berikut:

Tabel 8. Karakteristik Responden Menurut Tenaga Kerja di Desa Pasamai


Kecamatan Belopa Kabupaten Luwu
No Tenaga Kerja (Orang) Jumlah Persentase (%)
1 2 2 20
2 3 4 40
3 4 2 20
4 5 2 20
Jumlah 10 100
Sumber: Data penelitian setelah diolah (2020)

Berdasarkan tabel 8 di atas, tenaga kerja yang dibutuhkan oleh responden


lebih sedikit dikarenakan semakin berkurangnya produksi sagu yang dihasilkan.
e. Lama Bekerja Responden
Lama berusahatani sagu dapat dihitung sejak orang tersebut terlibat dalam
usahatani yang dilakukannya. Berikut ini merupakan lama bekerja petani sagu di
Desa Pasamai pada usahatani yang dilakukannya
Tabel 9. Lama Bekerja Responden di Desa Pasamai Kecamatan Belopa
Kabupaten Luwu

No Lama Bekerja Jumlah Persentase (%)


1 4 – 15 6 60
2 16 – 15 3 30
3 26 – 35 2 20
4 36 – 40 1 10
Jumlah 10 100
Sumber: Data penelitian setelah diolah (2020)
22

Berdasarkan pada tabel 9 di atas dapat dilihat lama waktu bekerja


responden di Desa Pasamai pada usahatani sagu yang dilakukannya dapat
dikatakan bahwa pengalaman kerja pada usahatani sagu sudah cukup lama hal ini
menandakan petani sudah memiliki perencanaan yang baik dalam mengelola
usahatani sagu kedepannya.
f. Umur Tanaman Sagu Responden
Umur tanaman sagu merupakan salah satu faktor yang dapat
mempengaruhi hasil produksi dari sagu, begitupun juga di Desa Pasamai
Kecamatan Belopa Kabupaten Luwu dimana sagu yang masih berumur muda
akan mengalami penurunan produktivitas. Sebab produksi optimal dari sagu yaitu
pada saat sagu berumur >8 tahun. Berikut umur tanaman sagu di Desa Pasamai
Kecamatan Belopa Kabupaten luwu:

Tabel 10. Umur Tanaman Sagu Responden di Desa Pasamai Kecamatan Belopa
Kabupaten Luwu
No Umur Tanaman Jumlah Persentase (%)
1 0–5 7 70
2 6 – 10 2 20
3 >10 1 10
Jumlah 10 100
Sumber: Data penelitian setelah diolah (2020)
Berdasakan tabel 10 di atas, proses pemanenan dilakukan saat umur
tanaman masih muda. Proses pemanenan ini dilakukan karena beberapa faktor
seperti kebutuhan yang mendesak dan perekonomian yang menurun sehingga
produsen melakukan pemanenan lebih awal.
g. Status Kepemilikan Lahan Responden
Lahan merupakan luas tanah yang bisa dimanfaatkan untuk keperluan
manusia. Lahan pertanian adalah lahan yang ditujukan atau cocok untuk dijadikan
lahan usaha tani untuk memproduksi tanaman pertanian. Dan dalam pemanfaatan
lahan pertanian petani dapat menggarap lahan tersebut baik itu lahan sewa
maupun lahan milik sendiri. Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan di Desa
Pasamai mayoritas lahan yang digarap untuk tanaman sagu mereka merupakan
lahan milik sendiri.
23

h. Alasan Responden Lebih Memilih Komoditi Sagu


Sagu merupakan makanan khas sebagian masyarakat Indonesia. Sagu
dapat diolah menjadi berbagai macam olahan makanan salah satunya papeda
sehingga sagu banyak diminati oleh masyarakat. Berdasarkan penelitian yang
dilakukan alasan responden di Desa Pasamai lebih memilih komoditi sagu
menjadi pekerjaan utamanya dibandingkan komoditi lainnya karena peminat sagu
banyak sehingga permintaan sagu dipasaran tinggi. Selain itu dalam proses
pemanenan sagu mudah sehingga tidak membutuhkan tenaga kerja yang banyak
dan dalam pembudidayaan komoditi sagu sangat mudah tidak memelurkan
perawatan yang ekstra seperti pemupukan dan penyemprotan dibandingkan
komoditi lain.
i. Hasil Produksi Sagu Responden
Produksi merupakan hasil dari setiap usaha seseorang atau usaha manusia
dalam menambah nilai guna barang dan jasa. Produksi juga dapat diartikan yaitu
output yang dihasilkan dari proses atau kegiatan yang dilakukan untuk
menciptakan, menghasilkan, atau menambah nilai guna terhadap suatu barang
atau jasa untuk memenuhi suatu kebutuhan. Kualitas dan kuantitas output
tergantung pada keadaan input, karena saling terkait erat maka sangat berpengaruh
pada hasil produksi. Berikut merupakan tabel hasil produksi tanaman sagu
responden di Desa Pasamai Kecamatan Belopa Kabupaten Luwu:

Tabel 12. Hasil Produksi Tanaman Sagu Responden di Desa Pasamai Kecamatan
Belopa Kabupaten Luwu
Ket Hasil Produksi Hasil Produksi Penurunan
(2018) (2019) Produksi
Jumlah 406.800 266.200 158.600
Rata-rata 40.680 26.620 15.860
Sumber: Data penelitian setelah diolah (2020)

Berdasarkan tabel 12 di atas, satu tahun terakhir produksi sagu di Desa


Pasamai mengalami penurunan.
3. Observasi Lapangan
Observasi dalam penelitian digunakan untuk melihat dan juga untuk
mengamati perubahan dari fenomena-fenomena sosial yang berkembang atau
tumbuh yang selanjutnya dapat dilakukan perubahan dari penilaian tersebut.
24

Adapun hasil observasi lapangan di Desa Pasamai dimana kondisi air bersih
tersebut untuk memproduksi tanaman sagu 60% responden memiliki kondisi air
bersih yang baik atau layak digunakan. Sedangkan 40% responden memiliki
kondisi air bersih yang sedang dikarenakan responden tersebut hanya bergantung
dari air sungai yang terkadang tidak mengalir dan kotor.
Dalam proses produksi tanaman sagu kinerja petani sangat berpengaruh
dimana hasil kerja atau keberhasilan usaha petani dalam berusahatani yang diukur
berdasarkan produksi atau hasil panen tanaman sagu dalam satu kali musim
panen. Adapun kondisi kinerja petani tanaman sagu di Desa Pasamai 100%
responden memiliki kondisi yang baik. Sarana dan prasarana juga sangat
diperlukan dimana sarana dan prasarana tersebut dapat membantu atau
mempermudah petani dalam proses produksi tanaman sagu. Adapun sarana dan
prasarana dalam proses produksi tanaman sagu responden di Desa Pasamai 100%
memiliki kondisi yang baik.

5. Identifikasi Faktor dalam Penurunan Produksi Sagu


Penurunan produksi sagu di Desa Pasamai dipengaruhi oleh beberapa
faktor. Adapun faktor dalam penurunan produksi sagu di Desa Pasamai sebagai
berikut:
Tabel 13. Identifikasi Faktor dalam Penurunan Poduksi Sagu di Desa Pasamai
Kecamatan Belopa Kabupaten Luwu
No Faktor-Faktor Mempengaruhi Persentase Tidak Persentaase
(Ya) (%) Mempengaruhi (%)
1 Tenaga Kerja 0 0 10 100
2 Hama dan 0 0 10 100
Penyakit
3 Modal 4 40 6 60
4 Luas Lahan 8 80 2 20
5 Umur 9 90 1 10
Tanaman
Sumber: Data penelitian setelah diolah (2020)
Berdasarkan tabel di atas dapat dilihat bahwa faktor yang tidak
mempengaruhi penurunan produksi sagu yaitu tenaga kerja dengan persentase
100% tidak mempengaruhi penurunan produksi sagu karena responden tidak
memelurkan tenaga kerja yang banyak. Menurut responden di Desa Pasamai
faktor hama dan penyakit dengan persentase 100% tidak mempengaruhi
25

penurunan produksi sagu karena pohon sagu yang diproduksi tersebut tidak
memiliki hama dan penyakit. Untuk tenaga kerja dengan persentase 100% tidak
mempengaruhi penurunan produksi sagu karena bagi responden di Desa Pasamai
kurangnya tenaga kerja responden tetap memproduksi sagu sehingga tidak
mempengaruhi penurunan produksi sagu dimana petani tersebut sudah ahli dalam
memproduksi sagu.
Adapun faktor yang mempengaruhi penurunan produksi sagu di Desa
Pasamai yaitu:
1. Modal
Berdasarkan data pada tabel 13 diatas modal 40% mempengaruhi
penurunan produksi sagu responden sedangkan 60% tidak mempengaruhi
penurunan produksi sagu di Desa Pasamai karena modal adalah salah satu faktor
penting untuk meningkatkan produktivitas usaha.
2. Umur Tanaman Sagu
Pada tabel 13 di atas dapat dilihat umur tanaman 90% mempengaruhi
penurunan produksi sagu sedangkan 10% tidak mempengaruhi penurunan
produksi sagu di Desa Pasamai. Dapat dilihat juga data pada tabel 10 di atas,
dimana sebagian besar umur tanaman sagu petani responden di Desa Pasamai
berumur 4-5 tahun berjumlah 7 orang, umur tanaman sagu yang berumur 6-8
tahun berjumlah 2 dan umur tanaman sagu 9-15 tahun hanya berjumlah 1 orang.
Dimana proses pemanenan dilakukan saat umur tanaman masih muda. Proses
pemanenan ini dilakukan karena beberapa faktor seperti kebutuhan yang
mendesak dan perekonomian yang menurun sehingga produsen melakukan
pemanenan lebih awal.
3. Luas Lahan
Berdasarkan data pada tabel 13 di atas luas lahan 80% mempengaruhi
penurunan produksi sagu sedangkan 20% tidak mempengaruhi penurunan
produksi sagu di Desa Pasamai karena beberapa responden sebagian lahannya
ditanami komoditi lain dikarenakan tanaman sagu bisa lama untuk dipanen atau
diproduksi yang bisa memakan waktu bertahun-tahun dibandingkan dengan
komoditi lain yang dapat diproduksi dengan cepat. Adapun dapat dilihat pada
tabel 7 di atas, luas lahan tanaman sagu yang dimiliki petani di Desa Pasamai
26

bervariasi dimana petani lebih dominan memiliki luas lahan 0,5 - <1 Ha dengan
jumlah persentase 50%. Untuk luas lahan 1 – 1,5 Ha hanya berjumlah 4 orang
dengan persentase 40% sedangkan luas lahan >1,5 Ha hanya berjumlah 1 orang
dengan persentase 10%.

4.2 Pembahasan
Dalam melakukan produksi terdapat faktor-faktor yang merupakan segala
sesuatu yang harus ada dan diperlukan dalam menjalankan kegiatan produksi
terhadap suatu barang dan jasa. Kualitas dan kuantitas output dari barang dan jasa
yang diproduksi tergantung pada keadaan input, karena saling terkait erat maka
sangat berpengaruh pada hasil produksi.
Produksi merupakan hasil dari setiap uasaha seseorang atau usaha manusia
dalam menambah nilai guna barang dan jasa. Terjadinya penurunan produksi sagu
diakibatkan karena adanya pengaruh dari beberapa faktor. Dari hasil observasi,
kuesioner dan wawancara yang dilakukan di daerah penelitian dijelaskan bahwa
hasil produksi sagu responden di Desa Pasamai mengalami penurunan produksi
karena adanya pengaruh tiga faktor. Berikut merupakan faktor-faktor yang
mempengaruhi menurunnya produksi sagi di Desa Pasamai Kecamatan Belopa
Kabupaten Luwu.
a. Umur Tanaman Sagu
Umur tanaman merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi
penurunan produksi sagu di Desa Pasamai dimana umur tanaman sagu di Desa
tersebut yang masih muda yaitu <7 tahun. Umur tanaman sagu yang masih muda
dapat mempengaruhi penurunan jumlah produksi yang dihasilkan akan semakin
berkurang sedangkan di Desa Pasamai mayoritas responden memiliki umur
tanaman sagu yang masih muda yaitu berumur <7 tahun dan apabila umur
tanaman sagu >8 tahun jumlah produksi yang dihasilkan akan semakin meningkat
karena umur tanaman sagu yang produktivitasnya yang optimal yaitu umur 8
sampai 12 tahun.
Responden di Desa Pasamai memproduksi tanaman sagu di umur yang
masih muda disebabkan permintaan sagu dipasaran yang tinggi sehingga proses
pemanenan dilakukan saat umur tanaman masih muda. Proses pemanenan ini
dilakukan karena beberapa faktor seperti kebutuhan yang mendesak dan
27

perekonomian yang menurun sehingga produsen melakukan pemanenan lebih


awal.
Hal ini sejalan dengan penelitianAna Yunita S (2010), yang menyatakan
bahwa umur tanaman menjadi salah satu faktor menurunnya produksi sagu. Umur
tanaman yang masih muda, yaitu <7 tahun merupakan faktor terbesar yang
menyebabkan penurunan produktivitas tanaman sagu. Semakin banyak pohon
tanaman sagu yang muda untuk diproduksi, maka semakin tinggi penurunan
produktivitas tanaman sagu untuk periode produksi berikutnya.
b. Luas Lahan.
Lahan untuk pertanian merupakan salah satu faktor yang sangat penting
karena mempunyai kontribusi yang cukup besar terhadap usahatani yang akan
berpengaruh terhadap banyaknya produksi yang didapat dari hasil pertanian dan
lahan pertanian biasanya terletak di daerah tropis atau subtropiks. Lahan pertanian
dimanfaatkan manusia untuk menghasilkan komoditi pertanian bukan hanya untuk
memenuhi konsumsi lokal tetapi dapat diperdagangkan ke tempat yang jauh.
Ukuran luas lahan pertanian sangat relatif dan untuk mendapatkan produksi yang
maksimal tentunya harus didukung dengan lahan yang luas karena luas sempitnya
lahan akan berpengaruh terhadap produksi.
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan dapat dijelaskan bahwa luas
lahan juga merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi penurunan produksi
sagu di Desa Pasamai.Lahan sebagai salah satu faktor produksi yang merupakan
pabriknya hasil pertanian yang mempunyai kontribusi yang cukup besar terhadap
usahatani. Besar kecilnya produksi dari usahatani ini dipengaruhi oleh luas
sempitnya lahan yang digunakan. Luas lahan tanaman sagu yang dimiliki
responden di Desa Pasamai bermacam-macam dimana mayoritas memiliki luas
lahan 0,5 sampai 1 Ha sedangkan untuk tanaman sagu memelurkan lahan yang
luas. Akan tetapi luas lahan yang dimiliki responden di Desa Pasamai tidak semua
digunakan untuk berusahatani tanaman sagu tetapi sebagian lahannya tersebut
digunakan menanam komoditi lain karena tanaman sagu bisa lama dipanen atau
diproduksi yang bisa memakan waktu bertahun-tahun dibandingkan dengan
komoditi lain yang dapat diproduksi dengan cepat.
28

Hal ini sejalan dengan pendapat Irmayanani Noer dan Agus (2007), yang
menyatakan bahwa luas lahan juga mempengaruhi menurunnya produksi sagu.
Hal ini menyebabkan produksi sagu rendah karena hal produksi juga dipengaruhi
oleh luas sempitnya lahan yang digunakan, semakin luas lahan digunakan
menanam sagu maka semakin besar juga hal produksinya dan semakin sempit
lahan digunakan menanam sagu maka semakin sedikit pula hasil produksi sagu
tersebut. Luas lahan pertanian dan produksi perhektar juga dipengaruhi oleh luas
areal tanam.
Hasil penelitian ini sejalan penelitian yang dilakukan oleh Dwi (2017)
yang menyatakan bahwa luas lahan berpengaruh terhadap jumlah produksi. Secara
teoritis, hal tersebut diperkuat oleh pendapat Rahim (2007) yang mengatakan
bahwa semakin luas lahan yang digunakan dalam proses produksi pertanian, maka
semakin besar jumlah produksinya. Dimana luas lahan merupakan faktor yang
memegang peranan penting dalam proses produksi untuk menghasilkan jumlah
produksi. Luas lahan petani merupakan luas lahan yang ditumbuhi tanaman sagu
yang telah menghasilkan (luas panen), dengan luas lahan yang mereka miliki akan
dapat memproduksi sejumlah output, maka dengan meningkatnya luas lahan maka
kemampuan petani untuk menghasilkan produksi juga akan bertambah demikian
sebaliknya.
c. Modal
Modal adalah salah satu faktor penting untuk meningkatkan produktivitas
usaha. Modal juga dapat diartikan sebagai sarana atau bekal untuk melaksanakan
usaha. Secara ekonomi modal adalah barang-barang yang bernilai ekonomi yang
digunakan untuk menghasilkan tambahan kekayaan ataupun untuk meningkatkan
produksi.
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan modal merupakan salah
satu faktor yang mempengaruhi penurunan produksi sagu sebagian responden di
Desa Pasamai karena dalam memproduksi tanaman sagu reponden memerlukan
modal yang cukup baik itu untuk sarana dan prasarana atau keperluan lainnya.
Karena tidak adanya modal responden tidak dapat memproduksi sagu. Akan tetapi
menurut beberapa responden modal tersebut tidak mempengaruhi penurunan
29

produksi sagu karena dalam memproduksi sagu sarana dan prasarana yang
digunakan mudah dijangkau sehingga tidak memelurkan modal yang banyak.
Hasil penelitian sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Andari
(2004) bahwa modal berpengaruh positif dan signifikan terhadap jumlah produksi.
Lebih lanjut, Tambunan (2002) mengemukakan bahwa dalam faktor produksi
penting untuk setiap usaha, baik itu usaha kecil maupun besar yang dapat
meningkatkan jumlah produksi. Hal ini dikemukakan oleh Daniel (2004) modal
merupakan faktor penting dalam usahatani dalam hal membiayai proses produksi
dan biaya tenaga kerja.
d. Tenaga Kerja
Tenaga kerja merupakan salah satu faktor produksi yang memegang peran
penting didalam kegiatan usaha tani. Tenaga kerja dapat juga berupa sebagai
pemilik (pertanian tradisional) maupun sebagai buruh biasa (pertanian komersial).
Tenaga kerja juga dapat diartikan sebagai hasil jerih payah yang dilakukan oleh
seseorang, pengerah tenaga untuk mencapai suatu tujuan kebutuhan tenaga kerja
dalam pertanian sangat tergantung pada jenis tanaman di usahakan.
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan bahwa tenaga kerja tidak
mempengaruhi penurunan produksi sagu di Desa Pasamai. Menurut responden di
Desa Pasamai tenaga kerja tidak mempengaruhi penurunan produksi sagu karena
dalam memproduksi sagu tidak membutuhkan tenaga kerja yang banyak cukup
dengan 1 sampai 3 orang tenaga kerja atau tenaga kerja keluarga.
Hasil penelitian ini tidak sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh
Dewi (2017) yang menyatakan tenaga kerja berpengaruh signifikat terhadap
jumlah produksi. Lebih lanjut Mankiw (2000) mengemukakan bahwa semakin
banyak tenaga kerja yang digunakan maka semakin banyak pula output dapat
dihasilkan dalam proses produksi.
e. Hama dan Penyakit
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan bahwa hama dan
penyakit tidak mempengaruhi penurunan produksi sagu responden di Desa
Pasamai. Karena batang pada tanaman sagu sangat keras sehingga salah satu hama
dan penyakit seperti kumbang sagu tidak merusak pati pada sagu tersebut.
30

Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitin yang dilakukan oleh Ernawati
(2017) yang menyatakan bahwa serangan hama dan penyakit pada tanaman sagu
tidak mempengaruhi penurunan produksi sagu sehingga tidak menggurangi hasil
panen.
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan maka ditemukan
kelemahan dan kelebihan dalam penelitian ini. Adapun kelemahannya yaitu
adanya kata dan penulisan huruf yang kurang tepat atau jelas di dalam penulisan
skripsi ini. Sedangkan kelebihan dalam penelitian ini yaitu peneliti dapat
mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi penurunan produksi sagu di Desa
Pasamai Kecamatan Belopa Kabupaten Luwu dan penelitian ini merupakan jenis
penelitian kualitatif-deskriptif yang berusaha mengungkap keadaan yang bersifat
alamiah secara holistik.
31

BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan oleh peneliti dapat
diidentifikasi faktor yang mempengaruhi penurunan produksi sagu di Desa
Pasamai Kecamatan Belopa Kabupaten Luwu. Dapat di identifikasi bahwa
menurunnya produksi sagu di Desa Pasamai di sebabkan oleh tiga faktor yaitu
umur tanaman, luas lahan dan modal. Umur tanaman sagu yang masih muda
dimana sebagian besar umur tanaman sagu petani responden di Desa Pasamai
berumur 4 sampai 5 tahun sedangkan umur tanaman sagu yang produktivitasnya
yang optimal yaitu umur 8 sampai 12 tahun. Luas lahan petani responden di Desa
Pasamai yang semakin berkurang. Sedangkan tenaga kerja dan hama penyakit
tidak mempengaruhi penurunan produksi di Desa Pasamai.

5.2 Saran
Masyarakat di Desa Pasamai rata-rata memiliki lahan yang cukup luas
akan tetapi tidak semua lahan dimanfaatkan dengan baik. Adapun saran penulis
dalam penelitian ini adalah lahan yang kosong dimanfaatkan seperti
membudidayakan sagu agar pendapatan petani memperoleh penghasilan tambahan
dari budidaya tersebut.
32

DAFTAR PUSTAKA

Badan Pusat Statistika Sulsel. 2018. Data BPS. Badan Pusat Statistika Sulawesi
Selatan. Https://sulsel.bps.go.id.

Batseba, M.W. Tiro, S. Tijaroh, dan Usman. 2000. Teknologi peningkatan


produktivitas ayam buras. Loka Pengkajian Teknologi Pertanian Koya
Barat Jayapura.Hal 24-28.

Budiono. 2009. Statistika untuk Penelitian (Edisi Ke-2). UNS Press. Surakarta.

Chafid, Achmad dan K, Galuh. 2010. Modifikasi Tepung Sagu Menjadi


Maltodekstrin Menggunakan Enzim A-Amylase. Skripsi. Jurusan Teknik
Kimia Fakultas Teknik Universitas Diponegoro. Semarang.

Dewi, Kemala, R. 2009. Pengelolaan Sagu (Metroxylon spp). Khususnya Aspek


Pemupukan Di Pt. National Timber And Forest Product, Selat Panjang,
Riau. Fakultas Pertanian. Bogor.

Fadila, I. 2010. Potensi Sagu dalam Upaya Diversifikasi Pangan. Skripsi tidak
diterbitkan. Tangerang. Universitas Terbuka.

Harsanto. 2010. Tanaman Sagu.https://erizco.wordpress.com. Diakses tanggal 21


November 2019.

Ibrahim, K. dan H. Gunawan. 2015. Dampak kebijakan konversi lahan sagu


sebagai upaya mendukung program pengembangan padi sawah di
Kabupaten Halmahera Barat, Maluku Utara. Pros seminar Nasional
Masyarakat Biodiversity Indonesia.1 (5), 48-53.

Jumantara, Agus, Bayu. 2011. Modifikasi Selulosa Ampas Sagu Dengan


Polimerisasi Pencangkokan Dan Penautan-Silangan. Skripsi. Departemen
Kimia. Bogor.

Louhenapessy, J.E. 2010. Potensi dan Pengelolaan Sagu di Maluku. Prosiding


Lokakarya Sagu.

Murdiantoro, Bayu. 2011. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Produksi Padi di


Desa Pulorejo Kecamatan Wlnong Kabupaten Pati. Skripsi. Fakultas
Ekonomi Universitas Negeri Semarang.

Noer, I. dan Agus. 2007. Analisis Respon Produksi Kopi di Provinsi Lampung.
Jurnal Esai-Ekonomi Jurnal Vol.2 No.4 Tahun 2007.

Pusat Penelitian dan Pengembangan Perkebunan. 2013. Seminar Triwulan Ke-4:


Arti Penting Budidaya dan Pemanfaatan Sagu untuk Ketahanan Pangan
dan Energi Nasional. Diunggah dari http://perkebunan.Litbang.deptan.go.id.
33

Rahim, Abdul dan Diah Retno Dwi Hastuti, 2007. Ekonomika Pertanian
(Pengantar, teori dan kasus).Jakarta: Penebar Swadaya.

Zulmi, Rizal. 2011. Pengaruh Luas Lahan, Tenaga Kerja, Penggunaan Beih dan
Pupuk terhadap Produksi Padi di Jawa Tengah 1994-2008. Skripsi.
Fakultas Ekonomi Universitas Diponegoro.
34

LAMPIRAN
35
36
37

Lampiran 3. Kuesioner
No. Responden :
Tanggal Wawancara :

PROGRAM STUDI AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN


UNIVERSITAS COKROAMINOTO PALOPO
Jalan Latmacelling No. 19 Kota Palopo, Sulawesi Selatan
Telp (0471) 22111,Fax,0471-523055,Website: www.uncp.ac.id

KUESIONER
IDENTIFIKASI FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENURUNAN
PRODUKSI SAGU DI DESA PASAMAI KECAMATAN BELOPA
KABUPATEN LUWU

I. Identitas Responden
1. Responden : Petani
2. Nama :
3. Umur :
4. Jenis Kelamin :
5. Alamat :
6. Pendidikan Terakhir :
7. Pekerjaan :

II. Daftar Pertanyaan


1. Apakah menjadi petani sagu pekerjaan utama anda?
a. Ya
b. Tidak
2. Apakah tenaga kerja mempengaruhi penurunan produksi sagu anda?
a. Ya
b. Tidak
3. Apakah hama dan penyakit mempengaruhi penurunan produksi sagu anda?
a. Ya
b. Tidak
4. Apakah Modal juga mempengaruhi penurunan produksi sagu anda?
a. Ya
b. Tidak
38

5. Apakah luas lahan juga mempengaruhi penurunan produksi sagu anda?


a. Ya
b. Tidak
6. Apakah umur tanaman juga mempengaruhi produksi sagu anda?
a. Ya
b. Tidak
39

Lampiran 4. Wawancara

No. Responden :
Tanggal Wawancara :

PROGRAM STUDI AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN


UNIVERSITAS COKROAMINOTO PALOPO
Jalan Latmacelling No. 19 Kota Palopo, Sulawesi Selatan
Telp (0471) 22111,Fax,0471-523055,Website: www.uncp.ac.id

PEDOMAN WAWANCARA
IDENTIFIKASI FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENURUNAN
PRODUKSI SAGU DI DESA PASAMAI KECAMATAN BELOPA
KABUPATEN LUWU

I. Identitas Responden
1. Responden : Petani
2. Nama :
3. Umur :
4. Jenis Kelamin :
5. Alamat :
6. Pendidikan Terakhir :
7. Pekerjaan :

II. Daftar Pertanyaan


1. Sudah berapa lama anda menjadi petani sagu?
Jawab: ..............................................................................................................
..........................................................................................................................
2. Apa alasan anda lebih memilih komoditi sagu dibandingkan komoditi lainnya?
Jawab: ..............................................................................................................
..........................................................................................................................
3. Bagaimana status kepemilikan lahan tanaman sagu anda? (milik sendiri atau
sewa)
Jawab: ..............................................................................................................
..........................................................................................................................
40

4. Berapa luas lahan tanaman sagu anda?


Jawab: ..............................................................................................................
..........................................................................................................................
5. Berapa produksi sagu anda pada tahun lalu?
Jawab: ..............................................................................................................
..........................................................................................................................
6. Berapa produksi sagu anda pada tahun sekarang?
Jawab: ..............................................................................................................
..........................................................................................................................
7. Berapa hasil produksi sagu anda dalam satu kali produksi?
Jawab: ..............................................................................................................
..........................................................................................................................
8. Berapa usia tanaman sagu anda saat ini?
Jawab: ..............................................................................................................
..........................................................................................................................
9. Berapa jumlah tenaga kerja yang membantu anda dalam memproduksi sagu?
Jawab: ..............................................................................................................
..........................................................................................................................
10. Apa yang menyebabkan produksi sagu anda bisa menurun?
Jawab: ..............................................................................................................
..........................................................................................................................
41

Lampiran 5. Observasi

No. Responden :
Tanggal Wawancara :

PROGRAM STUDI AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN


UNIVERSITAS COKROAMINOTO PALOPO
Jalan Latmacelling No. 19 Kota Palopo, Sulawesi Selatan
Telp (0471) 22111,Fax,0471-523055,Website: www.uncp.ac.id

PEDOMAN OBSERVASI

IDENTIFIKASI FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENURUNAN


PRODUKSI SAGU DI DESA PASAMAI KECAMATAN BELOPA
KABUPATEN LUWU

1. Identitas Responden
1. Responden : Petani
2. Nama :
3. Umur :
4. Jenis Kelamin :
5. Alamat :
6. Pendidikan Terakhir :
7. Pekerjaan :

Dalam pengamatan (Observasi) yang dilakukan adalah mengamati faktor yang


mempengaruhi penurunan produksi sagu di Desa Pasamai Kecamatan Belopa
Kabupaten Luwu.
A. Tujuan
Untuk memperoleh informasi mengenai faktor yang mempengaruhi
penurunan produksi sagu di Desa Pasamai Kecamatan Belopa Kabupaten
Luwu.
B. Aspek yang diamati:
1. Tempat/lokasi memproduksi sagu
2. Pelaku/petani yang memproduksi sagu
3. Sarana dan prasarana dalam memproduksi sagu
42

No Aspek yang diamati Kondisi


1. Lokasi
a. Air bersih a. Baik
b. Sedang
c. Buruk
2. Petani sagu
a. Kinerja petani a. Baik
b. Sedang
c. Buruk
3. Sarana dan prasarana
a. Mesin gergaji (senso) a. Baik
b. Sedang
c. Buruk
b. Kapak a. Baik
b. Sedang
c. Buruk
c. Parang a. Baik
b. Sedang
c. Buruk
d. Dinamo (mesin air) a. Baik
b. Sedang
c. Buruk
e. Parut sagu a. Baik
b. Sedang
c. Buruk
f. Karung a. Baik
b. Sedang
c. Buruk
g. Ember stainless a. Baik
b. Sedang
c. Buruk
h. Alat pengirik a. Baik
b. Sedang
c. Buruk
i. Tikar/wadah tempat sagu a. Baik
b. Sedang
c. Buruk
j. Timba air a. Baik
b. Sedang
c. Buruk
k. Kain saring/alat penyaring a. Baik
b. Sedang
c. Buruk
43

Lampiran 6. Identitas Responden

Tabel 14. Identitas Petani Responden di Desa Pasamai Kecamatan Belopa


Kabupaten Luwu.
No Nama Jenis Kelamin Umur Pendidikan Luas Lahan
1 Basman Laki-Laki 62 SD 2
2 Saharuddin Laki-Laki 30 SMP 0,5
3 Samsuddin Laki-Laki 38 SD 0,5
4 Anton Laki-Laki 63 SD 1,5
5 Abdul Hamid Laki-Laki 65 SMP 1
6 Riswan Laki-Laki 23 SMA 0,5
7 Sumiati Perempuan 48 SMP 1
8 Sultan Laki-Laki 63 SMP 1,5
9 Muliadi Laki-Laki 29 SD 0,5
10 Rahman Laki-Laki 47 SD 0,5
Sumber: Data penelitian setelah diolah (2020)
44

Lampiran 7. Faktor yang Mempengaruhi Penurunan Produksi Sagu

Tabel 15. Faktor yang mempengaruhi penurunan produksi sagu di Desa Pasamai
Kecamatan Belopa Kabupaten Luwu
No Nama Responden Umur Tanaman Luas Lahan Modal
1 Basman 
2 Saharuddin   
3 Samsuddin  
4 Anton  
5 Abdul Hamid   
6 Riswan  
7 Sumiati  
8 Sultan 
9 Muliadi   
10 Rahman  
Sumber: Data penelitian setelah diolah (2020)
45

Lampiran 8. Hasil Produksi Sagu

Tabel 16. Hasil Produksi Sagu di Desa Pasamai Kecamatan Belopa Kabupten
Luwu pada tahun 2018 dan tahun 2019.
No Nama Hasil Produksi Hasil Produksi Penurunan
Responden (2018) (2019) Produksi
1 Basman 90.000 75.000 15.000
2 Saharuddin 27.000 12.000 15.000
3 Samsuddin 20.400 7.800 12.600
4 Anton 72.000 36.000 36.000
5 Abdul Hamid 45.000 27.000 36.000
6 Riswan 23.400 15.000 8.400
7 Sumiati 45.000 41.400 3.600
8 Sultan 42.000 30.000 12.000
9 Muliadi 18.000 12.000 6.000
10 Rahman 24.000 10.000 14.000
Jumlah 406.800 266.200 158.600
Rata-rata 40.680 26.620 15.860
Sumber: Data penelitian setelah diolah (2020)
46

Lampiran 9. Dokumentasi

Gambar 2. Pohon tanaman sagu

Gambar 3. Air untuk memproduksi sagu


47

Gambar 4. Wawancara dengan bapak Anton

Gambar 5. Wawancara dengan Gambar 6. Wawancara dengan


bapak Abdul Hamid ibu Sumiati

Anda mungkin juga menyukai