Anda di halaman 1dari 3

BUKU JAWABAN TUGAS MATA KULIAH

TUGAS 1

Nama Mahasiswa : NIZAM

Nomor Induk Mahasiswa/ NIM : 044964675

Kode/Nama Mata Kuliah : HKUM4202/HUKUM PERDATA

Kode/Nama UPBJJ : PANGKALPINANNG

Masa Ujian : 2022/23.2(2023.1)

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN


KEBUDAYAAN UNIVERSITAS
TERBUKA

HKUM4202-3
NASKAH TUGAS MATA
KULIAH UNIVERSITAS
TERBUKA SEMESTER:
2022/23.2 (2023.1)

Fakultas: FHISIP/Fakultas Hukum, Ilmu Sosial dan Ilmu Politik


Kode/Nama MK : HKUM4202/Hukum Perdata
Tugas 1

No. Soal
1. Andi dan Riska melakukan nikah secara agama. Dalam pernikahan tersebut, mereka
berdua mendapat seorang anak bernama Betty.

Pertanyaannya:
1. Berdasarkan analisis Anda, apakah perkawinan antara Andi dan Riska sah?
Kemukakan argumentasi Anda dengan menyertakan dasar hukumnya.
2. Adakah konsekuensi perdata terhadap anak di luar kawin, jika kasus posisinya
Bety lahir di luar perkawinan? Analisislah dengan menyertakan dasar
hukumnya.

1. Pada dasarnya, berdasarkan Pasal 2 ayat (1) Undang-Undang No. 1 Tahun 1974tentang
Perkawinan(“UU Perkawinan”), perkawinan adalah sah jika dilakukan menurut hukum
masing-masing agamanya dan kepercayaannya. Kemudian, tiap-tiap perkawinan dicatatkan di
Kantor Catatan Sipil atau Kantor Urusan Agama (bagi yangberagama Islam) (Pasal 2 UU
Perkawinan jo. Pasal 2 Peraturan Pemerintah No. 9Tahun 1975 tentang Pelaksanaan UU No. 1
Tahun 1974 tentang Perkawinan).Pencatatan perkawinan ini wajib dilakukan
berdasarkanPasal 34 ayat (1) Undang-Undang No. 23 Tahun 2006 tentang Administrasi
Kependudukan(“UUAdminduk”).Atas pencatatan perkawinan ini, akan diterbitkan Kutipan
Akta Perkawinan yang masing-masing diberikan kepada suami dan istri (Pasal 34 ayat (2) dan
ayat (3) UUAdminduk). Untuk yang beragama Islam, dalamPasal 1 angka 7 Peraturan Menteri
Agama No. 11 Tahun 2007 tentang Pencatatan Nikah, buku nikah adalah kutipan akta nikah.
2. Jika dilihat menurut Pasal 43 Ayat (1) Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang
Perkawinan, anak yang dilahirkan di dalam perkawinan dianggap sah sebagai anak kandung
dari suami-istri yang bersangkutan. Namun, bagi anak yang dilahirkan di luar perkawinan,
status kekeluargaannya harus ditetapkan melalui proses penetapan anak di pengadilan.

Jika perkawinan kedua dilangsungkan agar anak yang dilahirkan dianggap anak yang sah
dalam perkawinan tersebut, maka perkawinan kedua tersebut tidakmempunyai dasar
hukum.Ini karena berdasarkan Pasal 42 UU Perkawinan, anak yang sah adalah anak yang
dilahirkan dalam atau sebagai akibat perkawinan yang sah.Selain itu, dilihat dari Hukum
Islam, ada yang dinamakan dengan kawin hamil.Mengenai kawin hamil dijelaskan dalamPasal
53 Kompilasi Hukum Islam(“KHI”),yaitu seorang wanita hamil di luar nikah, dapat
dikawinkan dengan pria yangmenghamilinya. Perkawinan dengan wanita hamil tersebut dapat
dilangsungkan tanpamenunggu lebih dahulu kelahiran anaknya. Dengan dilangsungkannya
perkawinan pada saat wanita hamil, tidak diperlukan perkawinan ulang setelah anak
yangdikandung lahir.Jika wanita tersebut telah menikah dengan pria yang menghamilinya
sebelum anaknya dilahirkan, maka berdasarkanPasal 99 KHI, anak tersebut adalah anak yang
sah. Ini karena anak yang sah adalah:

a.anak yang dilahirkan dalam atau akibat perkawinan yang sah

b.hasil pembuahan suami istri yang sah di luar rahim dan dilahirkan oleh istri tersebut.

Anda mungkin juga menyukai