Anda di halaman 1dari 30

LAPORAN SEMINAR

KEPERAWATAN GERONTIK

ASUHAN KEPERAWATAN PADA NY. Z DENGAN KASUS GOUT


ARTHRITIS DI WISMA VIII PANTI SOSIAL LANJUT USIA
HARAPAN KITA INDRALAYA

DISUSUN OLEH :
KELOMPOK 2

1. Melly Triska Lutfiany NIM. 149012216013


2. Nabila Yudistya NIM. 149012216015
3. Nadella Prianis Utami NIM. 149012216016
4. Nyayu Uswatun Hasanah NIM. 149012216019
5. Riska Nawang Laraswati NIM. 149012216020
6. Sella Nandya Nurcahyati NIM. 149012216021
7. Selvi Oktariza NIM. 149012216022
8. Siti Zulaiha NIM. 149012216023
9. Vanny Yoriko NIM. 149012216024
10. Ade Susanti NIM. 149012216025
11. Rini Apriani NIM. 149012216026

GOUT ARTHRITIS / ASAM URAT


SERAGAM DR BAB 1 -5
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN TAHAP PROFESI NERS
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
SITI KHADIJAH PALEMBANG
TAHUN 2022/2023
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Arthritis Gout merupakan suatu penyakit dengan serangan mendadak dan berulang

pada sendi,ditandai timbulnya nyeri pada daerah yang disebabkan adanya endapan kristal

monosodium (peradangan) yang mengumpul didalam sendi sebagai akibat tingginya

kadar asam urat didalam darah (hiperurisemia). (Iskandar Junaidi, 2020)

Gout merupakan suatu penyakit dengan kecenderungan adanya peranan faktor

keturunan, kebanyakan penyakit Goutmenyerang pria dewasa dibandingkan wanita. Hal

ini disebabkan pria dewasa lebih cenderung peminum alkohol, alkohol bisa

menyebabkan pembuangan Arthritis Goutlewat urin berkurang, sehingga Gout tetap

bertahan dalam peredaran darah dan menumpuk di persendian. Hal ini disebabkan oleh

episode arthritis akut kemudian arthritis kronis disertai kerusakan jaringan lunak atau

ginjal. Kejadian Gout sekitar 3-4 per 1.000 orang.(Iskandar Junaidi, 2020)

Berdasarkan data World Health Organization (WHO), angka penyakit asam urat

mencapai 4,75% dari 10% populasi, sedangkan angka di Ingris, Spanyol, dan Belanda di

atas 3%. Orang Amerika dewasa berusia di atas 20 tahun yang memiliki penyakit asam

urat tercatat sebanyak 3,9%. Sementara itu suku aborigin dewasa Australia dan Selandia

Baru mencapai angka 3,8%. Angka ini jauh lebih tinggi dibandingkan dengan penduduk

kulit putihnya yang rata-rata mencapai angka 1,22%. Meski demikian, angka penderita

asam urat pada suku Maori dan penduduk Kepulauan Pasifik bisa mencapai 7,63%.

(Tandra, 2022)

Berdasarkan data di Indonesia diperkirakan sekitar 2,3% dari 273.879.750 orang yang

menderita Arthritis Gout, kebanyakan pada pria yang berasal dari Manado dan Minahasa
karena penduduknya sering mengkonsumsi makanan laut tertentu dan alkohol.Sedangkan

yang melakukan pengobatan hanya 25% penderita. (Tandra, 2022). Data indonesia????

Berdasarkan data Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Selatan penyakit Arthritis Gout

menduduki peringkat kedua dari sepuluh penyakit terbanyak, sebesar 9.212 orang

(14,83%) setelah hipertensi. ( Dinkes Provinsi Sumatera Selatan, 2020, 2021,2022

Berdasarkan data dari Dinas Kesehatan Kota Palembang tahun 2020 sebanyak 10.228

pasien dan pada tahun 2021 jumlah kasus Arthritis Gout di Kota Palembang sebanyak

11.874 pasien, sedangkan pada tahun 2022 pada bulan januari-maret sebanyak 2.055

pasien. (Dinkes Kota Palembang, 2021) 2020, 2021,2022

Berdasarkan data dari panti sosial harapan kita Indralaya penyakit asam urat pada

tahun 2022 mencapai…….orang. 2020, 2021,2022, 2023????

Menurut Helmi ZN (2012), penanganan Arthritis Gout dapat dilakukan dengan terapi

farmakologi dan non farmakologi. Terapi farmakologi dengan pemberian non steroidal

anti inflamatory drugs (NSAID), colchicine, corticosteroid, probenecid, allopurinol, dan

uricosuric. Sedangkan terapi non farmakologi yang dapat dilakukan antara lain

menggunakan tanaman herbal, dan teknik relaksasi (kompres hangat), SALAH SATU

TEKNIK RELAKSASI ..... terapi non farmakologi bertujuan untuk membuka pori-pori,

melebarkan pembuluh darah yang dapat meningkatkan sirkulasi darah kebagian yang

nyeri, menurunkan ketegangan otot sehingga mengurangi nyeri akibat spasme atau

kekakuan pada otot maupun sendi (Potter,P.A PA, 2010). BENANG MERAH

Pemberian kompres hangat juga dapat dikombinasikan dengan tanaman herbal untuk

memberikan khasiat yang lebih, salah satunya dengan serai (Cymbopogan Citratus).

Serai (Cymbopogan Citratus) merupakan tumbuhan sejenis rumput-rumputan yang

mengandung minyak atsiri dengan komponen sitronelal (antioksidan) 32-45%, geraniol

(antioksidan) 12-18%, sitronellil asetat 2-4% sitral, kavikol eugenol, elemol dan
seskwiterpene laim 2-5%, elemen dan cadinene 2-5%, kadinol, kadinen, vanilin, limonen

kamfen (Hayulita S, 2013).

Penelitian terkait???? Sama dengan trend dan issue

Penelitian ttg asuhan kep dgn menggunakan kompres serai

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas maka rumusan masalah yang dapat di simpulkan

adalah Bagaimana Asuhan Keperawatan Ny. Z Dengan masalah utama gout artritis di

Wisma VIII Panti Sosial Lanjut Usia Harapan Kita Indralaya.

1.3 Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Tujuan umum penulis adalah untuk memberikan gambaran pelaksanaan Asuhan

Keperawatan Pasien dengan asam urat

2. Tujuan khusus

a. Untuk mengetahui pengkajian keperawatan Asam urat

b. Untuk mengetahui dignosa keperawatan Asam urat

c. Untuk mengetahui perencanaan keperawatan Asam urat

d. Untuk mengetahui implementasi dan evaluasi keperawatan Asam urat


BAB II

TINJAUAN PANTI

2.1 Sejarah Panti

Panti Sosial Lanjut Usia Harapan Kita berdiri pada tahun 1971 diatas lahan seluas +

1,5 Ha yang berlokasi di Jl. Djompo Rt. 16 Rw.03 No.796 Kel. Sukabangun Kec.

Sukarami Palembang. Dalam usaha mewujudkan kesejahteraan sosial bagi para lanjut

usia / jompo sebagaimana ditetapkan dalam Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1965

tentang Pemberian Bantunan Penghidupan Orang Jompo (peraturan pelaksanaannya

dituangkan dalam surat Keputusan Menteri Soaial RI Nomor Huk. 3-1-5/107 tahun

1971), Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1974 tentang ketentuan-ketentuan pokok

kesejahteraan sosial telah diberikan bantuan pelayanan bagi para lanjut usia / Jompo.

Panti Sosial Lanjut Usia Harapan Kita Palembang sebagai unit pelaksana teknis dari

Dinas Sosial Provinsi Sumatera Selatan, bertugas memberikan bantuan dan penyantunan

terhadap para lanjut usia / jompo yang kondisi fisik dan ekonominya lemah. Pemberian

bantuan ini berupa pelayanan dan pemeliharaan, pembinaan kerohanian, dan pelayanan

yang bersifat rekreatif.


2.2 Struktur dan fungsi

Di Panti Sosial Lanjut Usia Harapan kita yang mempunyai struktrur sebagai berikut :

KOORDINATOR PANTI PSLU HK


PARLAN, S. KEP
NIP. 197810112006041005

PENYANTUNAN BIMBINGAN DAN ADM/TU


KETERAMPILAN
PURWANINGSIH SUNARNO, S. Sos
HERYANTO
NIP. 196610021989012002 NIP. 1963121019830331
NIP. 197412182002121005

PARIAM MARYAMAH

2.3 Visi, Misi, Motto dan Nilai

a. Visi

Visi Di Panti Sosial Lanjut Usia Harapan Kita yaitu yang merupakan Terciptanya

warga binaan sosial lanjut usia yang sejahtera, sehat, jasmani rohani, dan mandiri

dalam melaksanakan fungsi sosialnya.

b. Misi

Misi Di Panti Sosial Lanjut Usia Harapan Kita yaitu sebagai berikut :
1. Menyelenggarakan perlindungan sosial lanjut usia

2. Menyelenggarakan pelayanan dan bantuan sosial dalam rangka memulihkan

kemampuan, kemauan, kepercayaan, martabat, dan harga diri lanjut usia.

3. Menyelenggarakan pelayanan perawatan medis, bimbingan fisik, sosial dan mental

spritual.

4. Menyelenggarakan penyaluran bina lanjut usia dan pemulasaran jenazah.


5. Menjalin keterpaduan dan kerja sama lintas sektoral dalam meningkatkan

kesejahteraan lanjut usia.

6. Menggalang peran serta sosial masyarakat dan dunia usaha dalam pengembangan

lanjut usia yang sejahtera.

c. Motto

Moto Di Panti Sosial Lanjut Usia Harapan Kita yaitu selalu ikhlas dalam pelayanan

bagi lanjut usia.


BAB III

KONSEPTUAL TEORI

3.1 Konsep penyakit

A. Definisi

Asam urat atau arthritis gout merupakan hasil metabolisme akhir dari purin,

yaitu salah satu komponen asam nukleat yang terdapat dalam inti sel tubuh. Asam urat

memiliki hubungan erat dengan gangguan metabolisme purin yang dapat memicu

terjadinya peningkatan kadar asam urat dalam darah, kadar sam urat dalam darah

dikatakan tinggi apabila jika kadar asam urat lebih dari 7 mg/dl pada laki-laki dan 6

mg/dl pada perempuan. Peningkatan kadar asam urat ini dapat menyebabkan

gangguan pada tubuh, seperti rasa nyeri didaerah persendian yang sering, disertai

dengan rasa nyeri yang teramat sangat bagi penderitanya (Untari & Wijayanti, 2017).

Asam urat merupakan hasil metabolisme didalam tubuh yang kadarnya tidak

boleh berlebih, setiap individu memiliki asam urat didalam tubuh, karena pada setiap

metabolisme yang normal akan dihasilkan asam urat. Asam urat merupakan hasil dari

metabolisme akhir dari purin yaitu sebagai salah satu komponen asam nukleat yang

terdapat dalam inti sel tubuh (Andri & Yudha, 2017).

Menurut WHO asam urat merupakan bagian dari metabolisme purin, namun

apabila metabolisme terjadi secara tidak normal maka akan terjadi sebuah proses

penumpukan kristal dari asam urat pada persendian yang menyebabkan rasa sakit

yang cukup tinggi. Pada keadaan normal, kadar asam urat pada laki-laki mulai

meningkat setelah pubertas sedangkan pada perempuan kadar asam urat tidak

mengalami peningkatan sampai setelah menopause ini disebabkan karena estrogen


meningkatkan ekskrsi asam urat melalui ginjal. Setelah menopause, kadar asam urat

akan mengalami peningkatan seperti yang dialami pria (Fajarina, 2011 dalam Kussoy,

2019).

Kadar asam urat tinggi atau hiperurisemia merupakan keadaan terjadinya

peningkatan kadar asam urat di atas normal dan juga merupakan suatu keadaan

dimana konsentrasi monosodium berlebih dalam kelarutannya dan lebih banyak

menyerang pada pria dibandingkan wanita (Andri & Yudha, 2017).

Hiperurisemia atau asam urat yang normal-tinggi juga diketahui terkait dengan

sejumlah marker sindrom metabolik (obesitas, dyslipidemia, intoleransi glukosa dan

tekanan darah tinggi) hal ini menjadi faktor risiko dalam perkembangan penyakit

kardiovaskuler dan gangguan ginjal (Kim, 2018).

B. Etiologi

C. Patofisiologi

Adanya gangguan metabolisme purin, intake bahan yang mengandung kadar

asam urat tinggi dan sistem ekresi asam urat yang tidak adekuat dapat menghasilkan

akumulasi gout yang berlebih dalam plasma darah, sehingga mengakibatkan kristal

asam urat mengalami penumpukan. Penimbunan kristal ini dapat menimbulkan iritasi

lokal dan menyebabkan inflamasi (Sudoyo, 2009 dalam Hidayah, 2019). Terdapat

banyak faktor yang berperan dalam mekanisme serangan gout, salah satunya yang

diketahui perananya adalah konsentrasi asam urat dalam darah. Mekanisme serangan

gout berlangsung melalui beberapa fase secara berurutan, terjadinya presipitasi kristal

monosodium dijaringan apabila konsentrasinya dalam plasma lebih dari 9mg/dl.


Presipitasi terjadi di rawan, sonovium, jaringan para artikuler misalnya seperti bursa,

tendon dan selaput. kristal urat yang memiliki muatan negative akan dibungkus oleh

berbagai macam jenis protein. Pembungkusan dengan IgG akan merangsang netrofil

untuk memberikan respon terhadap pembentukan kristal. Pembentukan Kristal

tersebut kemudian menghasilkan faktor kemoktasis yang dapat menimbulkan respon

leukosit PMN dan selanjutnya akan terjadi fagositosis Kristal oleh leukosit (Nurafif,

2015).

Kristal difagositosis oleh leukosit yang membentuk fagolisosom, akhirnya

membrane vakula dikeliling oleh kristal dan membrane leukositik lisosom yang dapat

menyebabkan kerusakan lisosom. Sesudah selaput protein dirusak, maka terjadilah

ikatan hydrogen antara permukaan kristal membrane lisosom. Peristiwa ini

menyebabkan terjadinya robekan membrane, pelepasan enzim-enzim dan oksidase

radikal kedalam sitoplasma yang dapat menyebabkan terjadinya keruskan jaringan.

Setelah terjadi kerusakan terhadap sel, enzim-enzim lisosom akan dilepaskan kedalam

cairan synovial yang dapat menyebabkan peningkatan intensitas inflamasi dan

kerusakan jaringan (Nurafif, 2015).

Saat asam urat mengalami penumpukan dalam darah dan pada cairan tubuh

lain maka asam urat tersebut akan megalami pengkristalan dan akan membentuk

garam-garam urat yang akan berakumulasi atau menumpuk dijaringan konektif di

seluruh tubuh, penumpukan ini disebut dengan tofi. Adanya Kristal akan memicu

respon inflamasi akut dan netrofil untuk melepaskan lisosomnya. Lisosom ini tidak

hanya bersifat merusak jaringan tapi juga mampu mengakibatkan inflamasi. Serangan

gout akut pada awalnya cenderung sangat sakit dan cepat memuncak. Serangan ini

hanya meliputi satu tulang sendi, pada serangan pertama akan timbul rasa nyeri berat
yang menyebabkan tulang sendi terasa panas dan memerah. Tulang sendi metatar

sophangeal biasanya menjadi yang paling pertama teinflamasi, kemudian mata kaki,

tumit, lutut dan tulang sendi pada daerah pinggang. Terkadang gejala yang dirasakan

akan disertai dengan demam ringan, gejala biasanya berlangsung cepat namun

cenderung berulang (Sudoyo,2009 dalam Hidayah,2019).

D. Manifestasi Klinis

Akut, serangan awal gout berupa nyeri berat, terjadinya pembengkakan,

berlangsung cepat dan lebih sering sering dijumpai pada ibu jari atau jempol kaki.

Ada kalanya serangan disertai kelelahan, sakit kepala dan demam. Interkrit, tahap ini

adalah tahap yang terjadi diantara serangan asam urat akut, namun sakit peradangan

berikutnya mungkin tidak terjadi selama berbulan-bulan atau bertahun-tahun. Ikal,

stadium ini merupakan kelanjutan dari stadium akut, dimana pada periode ini terjadi

interkritikal asimtomatik, namun secara klinik tidak dapat ditemukan tanda-tanda

radang akut. Kronis, pada tahap kronis terjadi penumpukan tofi (monosodium urat)

dalam jaringan yaitu dibagian telinga, pangkal jari dan ibu jari kaki.

Tanda dan gejala asam urat yang sering dialami berupa rasa nyeri di persendian

yang terjadi secara mendadak, biasanya terjadi pada malam hari atau menjelang pagi.

Gejala lain yang muncul diantaranya terjadinya kemerahan dan pembengkakan

pada bagian yang diserang.Terjadinya demam disertai kedinginan Irama detak jantung

yang berubah menjadi cepat.

Pada umumnya serangan pertama terjadi pada satu bagian sendi lalu serangan

akan dengan cepat menghilang. Serangan berikutnya dapat terjadi lagi namun dalam

jangka waktu yang lama hingga bertahun-tahun. Serangan awal yang dengan cepat
menghilang ini membuat banyak para penderitanya tidak menyadari bahwa telah

mengalami gejala asam urat (Misnadiarly, 2007 dalam Komariah, 2017).

E. Penatalaksanaan

Penanganan gout dibagi menjadi penanganan terhadap serangan akut dan penanganan

terhadap serangan kronis. Ada 3 tahap dalam mengatasi penyakit ini :

a. Mengatasi serangan gout akut

b. Mengurangi kadarasam urat dengan mencegah terjadinya penimbunan kristal urat

pada jaringan, terutama persendian.

c. Melakukan terapi untuk mencegah terjadinya gout dengan menggunakan terapi

hipourisemik yang dibagi menjadi terapi non farmakologi dan terapi farmakologi.

a) Terapi non farmakologi seperti melakukan istirahat yang cukup, menggunakan

kompres air hangat, memodifikasi diet rendah purin, mengurangi asupan yang

mengandung alcohol dan menurunkan berat badan.

b) Terapi farmakologi dalam penyakit gout dibagi menjadi penanganan akut dan

kronis, sebagai berikut :

1. Serangan akut, melakukan istirahat dan terapi cepat dengan memberikan

NSAID, misal (Indometasin 200mg/hari atau Diklofenak 150mg/hari),

asalkan tidak ada kontra indikasi terhadap NSAID. Keputusan untuk

menggunakan NSAID juga harus mempertimbangkan kembali keadaan

klien, identifikasi apakah penderita memiliki penyakit lain atau tidak

(Nurafif, 2015).

2. Serangan kronis, pengontrolan jangka panjang diperlukan dalam

pemantauan penderita hiperurisemia untuk mencegah terjadinya serangan

gout arthritis.
3.2 Konsep Keperawatan

A. Pengkajian

Pengkajian merupakan kegiatan menganalisis informasi, yang dihasilkan dari

pengkajian skrining untuk menilai suatu keadaan normal atau abnormal, kemudian

nantinya akan digunakan sebagai pertimbangan dengan diagnosa keperawatan yang

berfokus pada masalah atau resiko. Pengkajian harus dilakukan dengan dua tahap

yaitu pengumpulan data (informasi subjektif maupun objektif) dan peninjauan

informasi riwayat pasien pada rekam medic (Nuarif, 2016).

Fokus pengkajian pada Lansia dengan gout arthritis:

1) Identitas : Meliputi nama, usia, jenis kelamin, alamat, pendidikan dan pekerjaan.

2) Keluhan Utama :

Keluhan utama yang menonjol pada klien gout arthritis adalah nyeri dan terjadi

peradangan sehingga dapat menggangu aktivitas klien.

3) Riwayat Penyakit Sekarang :

Didapatkan adanya keluhan nyeri yang terjadi di otot sendi. Sifat dari nyerinya

umumnya seperti pegal/di tusuk-tusuk/panas/di tarik-tarik dan nyeri yang

dirasakan terus menerus atau pada saat bergerak, terdapat kekakuan sendi, keluhan

biasanya dirasakan sejak lama dan sampai menggangu pergerakan dan pada gout

arthritis kronis didapakan benjolan atan Tofi pada sendi atau jaringan sekitar.

4) Riwayat Penyakit Dahulu :

Penyakit apa saja yang pernah diderita oleh klien, apakah keluhan penyakit gout

arthritis sudah diderita sejak lama dan apakah mendapat pertolongan sebelumnya

dan umumnya klien gout arthritis disertai dengan Hipertensi.

5) Riwayat Penyakit Keluarga :


Kaji adakah riwayat gout arthritis dalam keluarga.

6) Riwayat Psikososial :

Kaji respon emosi klien terhadap penyakit yang diderita dan penyakit klien dalam

lingkungannya. Respon yang didapat meliputi adanya kecemasan individu dengan

rentan variasi tingkat kecemasan yang berbeda dan berhubungan erat dengan

adanya sensasi nyeri, hambatan mobilitas fisik akibat respon nyeri dan kurang

pengetahuan akan program pengobatan dan perjalanan penyakit. Adanya

perubahan aktivitas fisik akibat adanya nyeri dan hambatan mobilitas fisik

memberikan respon terhadap konsep diri yang maladaptif.

7) Riwayat Nutrisi :

Kaji riwayat nutisi klien apakah klien sering menkonsumsi makanan yang

mengandung tinggi Purin.

8) Pemeriksaan Fisik :

Pemeriksaan fisik meliputi inspeksi, palpasi, perkusi dan auskultasi dari ujung

rambut hingga ujung kaki (head to toe). Pemeriksaan fisik pada daerah sendi

dilakukan dengan inspeksi dan palpasi. Inspeksi yaitu melihat dan mengamati

daerah keluhan klien seperti kulit, daerah sendi, bentuknya dan posisi saat

bergerak dan saat diam. Palpasi yaitu meraba daerah nyeri pada kulit apakah

terdapat kelainan seperti benjolan dan merasakan suhu di daerah sendi dan

anjurkan klien melakukan pergerakan yaitu klien melakukan beberapa gerakan

bandingkan antara kiri dan kanan serta lihat apakah gerakan tersebut aktif, pasif

atau abnormal.

9) Pemeriksaan Diagnosis :

- Asam Urat meningkat dalam darah dan urin.

- Sel darah putih dan laju endap darah meningkat (selama fase akut).
- Pada aspirasi cairan sendi ditemukan kristal urat.

B. Diagnosa keperawatan

Menurut Tim Pokja SDKI (2016) Nyeri akut adalah pengalaman sensorik atau

emosional yang berkaitan dengan kerusakan jaringan aktual atau fungsional, dengan

onset mendadak atau lambat dan berintensitas ringan hingga berat yang berlangsung

kurang dari tiga bulan. Terdapat tiga penyebab utama nyeri akut, yaitu:

- Agen pencedera fisiologis yaitu seperti inflamasi, iskemia, neoplasma

- Agen pencedera kimiawi yaitu seperti, terbakar, bahan kimia iritan

- Agen pencedera fisik yaitu seperti, abses, amputasi, terbakar, terpotong, mengankat

berat, prosedur operasi, trauma, latihan fisik berlebihan.

Rumusan diagnosa keperawatan yang diangkat dalam kasus ini adalah nyeri

akut berhubungan dengan agen pencedera fisiologis (meningkatnya kadar asam urat

dalam darah) ditandai dengan pasien mengeluh nyeri, pasien tampak meringis,

bersikap protektif, gelisah, frekuensi nadi meningkat, tampak kemerahan dan bengkak

pada area lutut.

C. Intervensi

Diagnosa Tujuan Intervensi


keperawatan
Nyeri akut Setelah dilakukan Manajemen nyeri
berhubungan dengan : intervensi selama 3 x 24 Observasi :
- Agen pencedera jam tingkat nyeri - Identifikasi lokasi, karakteristik,
fisiologis yaitu menurun dengan durasi, frekuensi, kualitas, intesitas
seperti inflamasi, kriteria hasil : nyeri
iskemia, neoplasma 1. Keluhan nyeri - Identifikasi skala nyeri
- Agen pencedera menurun - Identifikasi respon nyeri non verbal
kimiawi yaitu 2. Meringis menurun - Identifikasi faktor yang
seperti, terbakar, 3. Kesulitan tidur memperberat dan memperingan
bahan kimia iritan menurun nyeri
- Agen pencedera 4. Gelisah menurun - Monitor keberhasilan terapu
fisik yaitu seperti, komplementer yang sudah
abses, amputasi, diberikan’monitor efek samping
terbakar, terpotong, penggunaan analgetik
mengankat berat, Terapeutik :
prosedur operasi, - Berikan teknik nonfarmakologis
trauma, latihan fisik untuk mengurangi nyeri (mis.
berlebihan. TENS, hipnosis, akupresur, nafas
dalam).
- Kontrol lingkungan yang
memperberat rasa nyeri (mis. suhu
ruangan, pencahayaan, kebisingan)
- Fasilitasi istirahat dan tidur
- Pertimbangkan jenis dan sumber
nyeri dalam pemilihan strategi
meredakan nyeri
Edukasi :
- Jelaskan penyebab, periode, dan
pemicu nyeri
- Jelaskan strategi meredakan nyeri
- Anjurkan memonitor nyeri secara
mandiri
- Anjurkan menggunakan analgetik
secara tepat
- Ajarkan teknik nonfarmakologis
untuk mengurangi rasa nyeri
Kolaborasi :
- Kolaborasi pemberian analgetik,
jika perlu

D. Evaluasi

Evaluasi penting dilakukan untuk menilai status kesehatan pasien setelah tindakan
keperawatan (Tarwoto and Wartonah, 2015). Evaluasi keperawatan terhadap pasien
yang mengalami nyeri akut yang diharapkan adalah :

- Tidak mengeluh nyeri


- Tidak meringis
- Tidak bersikap protektif
- Tidak gelisah
- Frekuensi nadi membaik
- Melaporkan nyeri terkontrol
- Kemampuan mengenali onset nyeri meningkat
- Kemampuan mengenali penyebab nyeri meningkat
- Kemampuan menggunakan teknik non-farmakologis meningkat memicu oksidasi
asam urat dalam darah tersebut.

KOMPOSISI DAN KEGUNAAN

SOP TTG KOMPRES HANGAT DGN SERAI


BAB IV

TINJAUAN KASUS

4.1 Pengkajian

4.2 Analisa Data


Nama Klien : Ny. Z
Hari / tanggal : Selasa / 21 Maret 2023
Usia : 70 tahun
Diagnosa : Gout Athritis
Jenis Kelamin : Perempuan

No Data Senjang Etiologi Masalah


Keperawatan
1. DS :
Agen pencedera fisiologis
- Pasien mengatakan Nyeri Akut
(inflamasi)
nyeri di Ibu jari
sebelah kanan dan
pergelanga kaki kiri
dan kanan Alkohol , makanan, penyakit, dan
- Pasien mengatakan obat - obatan
nyeri seperti di
tusuk – tusuk
- Pasien mengatakan Menghambat eksresi asam urat di

nyeri sering tubulus ginjal

dirasakan pada
mala hari dan
Penimbunan kristal urat
hilang timbul
DO :
Inflamasi
- Kaki pasien tampak
bengkak di
pergelangan kaki
kanan dan kiri Nyeri
- Pasien tampak
meringis jika nyeri
tekan
- Skala nyeri 6
- Kadar asam urat
10,2 mg/dl
- TTV :
 TD : 150/80
mmHg
 P : 80x/m
 RR : 20x/m
 T : 36, 2o C
2. DS : Gangguan
- Pasien mengatakan Mobilisasi Mobilitas Fisik
aktivitas nya dibantu
sebagian seperti Tidak mampu beraktivitas
menyapu, mengepel,
dan mencuci baju
- Pasien mengatakan Tirah baring yang lama
sulit untuk berjalan
jauh
Kehilangan daya tahan otot
- Pasien mengatakan
kakinya sulit
digerakkan Penurunan otot
- Pasien mengatakan
rasa nyeri di kakinya
mengganggu Perubahan sistem

aktivitas muskuloskeletal

DO :
- Pasien tampak tidak
Gangguan
tegap dan lambat
mobilitas fisik
saat berjalan
- Pasien tampak
menggunakan
tongkat
- Pasien tampak
mengalami
perubahan dalam
pergerakkan
- Kekuatan otot :
- TTV :
 T5 5
D : 1 5 0 / 8 0

3 3

mmHg
 P : 80x/m
 RR : 20x/m
 T : 36, 2o C

4.3 Diagnosa Keperawatan


1. Nyeri akut berhubungan dengan Agen pencedera fisiologis (inflamasi) ditandai
dengan edema pada pergelangan kaki ka/ki
2. Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan penurunan dengan kekuatan otot
ditandai dengan rentang gerak (ROM) menurun

4.4 Intervensi Keperawatan

Diagnosa Rencana Keperawatan


No Tgl Keperawatan SLKI SIKI
(SDKI)
1. 21 Nyeri akut b.d Setelah diberikan Tindakan : Kompres
Maret agen pencedera intervensi selama 3x7 panas
2023 fisiologis jam diharapkan tingkat Observasi :
(inflamasi) nyeri menurun. - Identifikasi
Dengan kriteria hasil : kontraindikasi
1. Keluhan nyeri kompres hangat
menurun rebusan air serai
2. Meringis membaik (penurunan sirkulasi)
3. Skala nyeri - Identifikasi kondisi
menurun kulit yang akan
dilakukan kompres
hangat rebusan air
serai
- Periksa suhu air dan
alat kompres
- Monitor iritasi kulit
atau jaingan selama 5
menit pertama
Terapeutik :
- Pilih metode kompres
yang nyaman dan
mudah didapat
- Pilih lokasi kompres
- Lakukan
kompreshangan
rebusan air serai pada
daerah yang cedera
- Hindari penggunaan
kompres pada jaringan
yang terpapar radiasi
Edukasi :
- Jelaskan prosedur
penggunaan kompres
hangat
- Anjurkan tidak
menyesuaikan
pengaturan suhu air
secara mandiri tanpa
pemberitahuan
sebelumnya
Kolaborasi :
- Kolaborasi dengan
perawat panti dalam
pemberian analgesik

4.5 Implementasi Keperawatan

Tgl Diagnosa Jam Implementasi Jam Evaluasi (SOAP)


Keperawatan Keperawatan
22 Nyeri akut b.d 09.0  Mengidentifikasi 13.00 S :
Maret agen 0 lokasi, karakteristik, - Pasien mengatakan
2023
pencedera durasi, dan masih nyeri di
fisiologis frekuensi nyeri pergelangan kaki ka /
(inflamasi)  Mengidentifikasi ki
skala nyeri - Pasien mengatakan
 Mengidentifikasi nyeri berkurang pada
kontra indikasi ibu jari sebelah kanan
kompres hangat O:
rebusan serai - Pasien tampak

 Mengidentifikasi menahan sakit sambil

kondisi kulit pasien memegang kakinya

yang akan - Pasien tampak tenang

dilakukan kompres saat dikompres hangat

hangat rebusan serai

 Memeriksa suhu air - Skala nyeri 6

kompres - Kaki pasien tampak

 Memonitor iritasi masih bengkak

kulit - TTV :

 Memilih metode  TD : 148/82 mmHg

dengan handuk  P : 84x/m


untuk mengkompres  RR : 22x/m
 Memilih lokasi  T : 36OC
kompres pada - Kadar asam urat 8,9
pergelangan kaki mg/dl
ka/ki dan ibu jari A:
kaki kanan Masalah belum teratasi
 Melakukan P:
kompres hangat - Lanjutkan intervensi
 Menjelaskan kompres hangat
prosedur rebusan serai
penggunaan - Kolaborasi dan
kompres hangat memantau pemberian
rebusan serai dosis obat
 Berkolaborasi
dalam pemberian
analgesik
(Dexamethason 0,5
mg dan Kaditic 50
mg)
23 Nyeri akut b.d 09.0  Mengidentifikasi 13.00 S :
Maret agen 0 lokasi, karakteristik, - Pasien mengatakan
2023 pencedera durasi, dan nyerinya berkurang
fisiologis frekuensi nyeri pada bagian
(inflamasi)  Mengidentifikasi pergelangan kaki ka/ki
skala nyeri tetapi masih terasa
 Mengidentifikasi nyeri dibagian ibunjari
kondisi kulit pasien kaki kanan
yang akan - Pasien mengatakan
dilakukan kompres nyeri hilang timbul,
hangat nyeri timbul saat

 Memeriksa suhu air melakukan aktivitas

kompres O:

 Memonitor iritasi - Pasien tampak tenang


kulit saat dikompres
 Melakukan kompres - Pergelangan kaki
hangat rebusan serai pasien tampak
pada pergelangan berkurang bengkaknya
kaki ka/ki dan ibu - Skala nyeri 5
jari kanan - TTV :
menggunakan  TD : 151/90 mmHg
handuk  P : 84x/m
 Menjelaskan  RR : 20x/m
prosedur  T : 36OC
penggunaan - Kadar asam urat 7,8
kompres hangat mg/dl
rebusan serai A:
 Berkolaborasi Masalah belum teratasi
dalam pemberian P:
analgesik - Lanjutkan intervensi
(Dexamethason 0,5 - Kolaborasi dan
mg dan Kaditic 50 memantau pemberian
mg) dosis obat
24 Nyeri akut b.d 09.0  Mengidentifikasi 13.00 S :
Maret agen 0 lokasi, karakteristik, - Pasien mengatakan
2023 pencedera durasi, dan nyeri di pergelangan
fisiologis frekuensi nyeri kaki ka/ki nya
(inflamasi)  Mengidentifikasi berkurang
skala nyeri - Pasien mengatakan
 Mengidentifikasi nyeri di ibu jari kanan
kondisi kulit pasien nya berkurang
yang akan O:
dilakukan kompres - Pasien tampak tenang
hangat dan rileks saat di

 Memeriksa suhu air kompres hangat

kompres - Tampak bengkak di

 Melakukan kompres kaki ka/ki berkurang


hangat rebusan serai - Pasien tampak tidak
pada pergelangan meringis lagi saat
kaki ka/ki dan ibu nyeri tekan
jari kanan - Skala nyeri 3
menggunakan - TTV :
handuk  TD : 147/82
 Menjelaskan mmHg
prosedur  P : 80x/m
penggunaan  T : 36,1o C
kompres hangat  RR : 20x/m
rebusan serai - Kadar asam urat 6,7
 Berkolaborasi mg/dl
dalam pemberian A:
analgesik Masalah teratasi
 (Dexamethason 0,5 P:
mg dan Kaditic 50 - Pertahankan kondisi
mg) - Lanjutkan intervensi
dan kolaborasi tim
medis jika pasien
kambuh
BAB V

PEMBAHASAN

A. Pembahasan

Di dalam bab V ini penulis akan membahas tentang pembahasan pada

pelaksanaan kasus di lapangan. Asuhan keperawatan pada Ny. Z dengan gout artritis

di Panti Sosial Lanjut Usia Harapan Kita Indralaya. Tindakan tersebut di temukan

adanya maslah dan harus di selesaikan, maka dari itu penulis akan membahas

pelaksanaan Asuhan Keperawtan yang dilakukan pada Ny. Z


1. Pengkajian

Pengkajian di lakukan pada tanggal 21 maret 2023 data yang di dapatkan

adalah pasien megatakan nyeri di ibu jari sebelah kanan dan pergelangan kaki kiri

dan kanan, akibatnya aktivitas pasien dibantu sebagian seperti menyapu,

mengepel, mencuci baju , sulit untuk berjalan jauh, dan kaki nya sulit digerakkan

2. Tahap diagnosa keperawatan

a. Nyeri akut b.d agen pencedera fisiologis (inflamasi) d.d nyeri dan sulit tidur

pada Ny. Z

b. Gangguan mobilitas fisik b.d nyeri d.d kekurangan otot okstremitas bawah

menurun pada Ny. Z

Pada kasus ini diagnosa pada Ny. Z di tegakkan karena didapatkan

tanda-tanda sebagai berikut : pasien mengatakan nyeri di ibu jari sebelah

kanan dan pergelangan kaki kiri dan kanan, pasien mengatakan aktivitasnya

di bantu sebagian seperti menyapu, mengepel, mencuci baju, dan sulit untuk

berjalan jauh. Pada Ny. Z diagnosa dan masalah yang di prioritaskan untuk

memberikan metode pengobatan non farmakologis dengan melakukan

kompres hangat yang dapat mengurangi rasa nyeri serta memusatkan

perhatian objek tertentu pada saat nyeri timbul.

3. Intervensi keperawatan

Pada intervensi keperawatan pada pasien dengan diagnosa Nyeri akut

berhubungan dengan agen pencedera fisiologis (inflamasi) dibuktikan dengan

adanya nyeri pada ibu jari sebelah kanan dan pergelangan kaki kiri dan kanan

dilakukan dalam bentuk memberikan kompres hangat. Sedangkan pada intervensi

keperawatan dengan diagnosa Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan

nyeri dibuktikan dengan aktivitas klien dibantu sebagian seperti menyapu,


mengepel, mencuci baju, sulit untuk berjalan jauh, dan kaki nya sulit digerakan

dilakukan dalam bentuk terapi ROM (ROM aktif dan ROM pasif).

4. Implementasi keperawatan

Pada implementasi keperawatan pertama pada Ny. Z dilakukan pada

sealasa, 22 Maret 2023 penulis memfokuskan prioritas masalah diagnosa Nyeri

akut berhubungan dengan agen pencedera fisiologis (inflamsi) untuk memberikan

implementasi kompres hangat terhadap penurunan nyeri gout

arthritis..............................

5. Evaluasi keperawatan

Pada evaluasi keperawatan dilakukan selama 3 hari berturut-turut dengan

hasil pasien mengatakan rasa nyeri dan ngilunya berkurang dengan skala nyeri

3...............

Anda mungkin juga menyukai