Anda di halaman 1dari 15

BAB 3

BATUAN SEDIMEN KLASTIK

3.1 Pendahuluan Batuan Sedimen Klastik


Batuan sedimen merupakan jenis batuan yang paling melimpah di permukaan
bumi. Menurut proses terbentuknya batuan sedimen dikelompokkan menjadi dua
jenis lagi, yaitu batuan sedimen klastik dan non klastik.
Kata klastik diadaptasi dari bahasa Yunani yang memilik arti jatuh. Menurut
Pettjohn (1975), batuan sedimen klastik adalah batuan sedimen yang terbentuk
dari pengendapan kembali detritus atau pecahan batuan asal yang berupa batuan
metamorf, batuan beku, atau batuan sedimen itu sendiri.
Pengertian lain dari batuan sedimen klastik adalah batuan yang berasal dari
pengendapan kembali sedimen yang berasal dari hancuran batuan atau mineral
yang telah ada, kemudian mengalami serangkaian proses litifikasi hingga sedimen
lepas menjadi batuan sedimen klastik.

Gambar 3.1 Siklus batuan sedimen


(Duval, 2002)

3.2 Genesa Batuan Sedimen Klastik


Berikut ini merupakan proses pembentukan sedimen lepas menjadi batuan
sedimen klastik:
1. Sementasi

30
31

Sementasi adalah proses ketika endapan sedimen tersemenkan atau terikat


oleh senyawa silika, karbonat, atau oksida besi.
2. Pemadatan
Proses pemadatan endapan sedimen terjadi setelah pengisian semen.
3. Pemampatan
Proses keluarnya air yang berada di rongga-rongga batuan.
4. Litifikasi
Proses perubahan sedimen yang perlahan-lahan mengeras dan berubah
menjadi batuan sedimen.

3.3 Klasifikasi Batuan Sedimen Klastik


Batuan sedimen memiliki susunan kimia yang sama dengan susunan kimia
materi pembentuk sedimennya. Proses pembentukan batuan mengalami
penghancuran secara mekanik tanpa proses perubahan kimia. Batu yang besar
mengalami pelapukan dan menjadi material lebih kecil yang tererosi.

Gambar 3.2 Klasifikasi batuan sedimen klastik


(Pettijohn, 1987)

3.4 Batuan Silika


3.4.1 Pengertian
Batuan sedimen klastik silika terbentuk dari proses kimiawi atau
biokimia dan kandungan silikanya mencapai lebih daru 90%. Umumnya
terendapkan di lingkungan darat hingga transisi. Kadang-kadang batuan karbo
32

nat dapat menjadi batuan bersilika apabila terjadi reaksi kimia, dimana minera
l silika mengganti kalsium karbonat. Memiliki tekstur bervariasi, tergantung
ukuran butir penyusunnya. Ukuran butir didasarkan pada skala Wentworth.
Contoh adalah batupasir silika.

Gambar 3.3 Batupasir silika


(geology.com)

3.5 Pengertian Batuan Sedimen Klastik Karbonat


3.5.1 Pengertian
Batuan sedimen klastik karbonat terbentuk dari akumulasi dan litifikasi
butiran-butiran karbonat yang berasal dari aktivitas biologis organisme laut.
Biasanya batuan sedimen klastik karbonat terdiri dari fragmen-fragmen
karbonat yang tererosi dan tertransportasi oleh air laut lalu terdepositkan.
Komposisi penyusunnya lebih dari 50% mineral karbonat. Contohnya adalah
breksi karbonat dan konglomerat karbonat.

Gambar 3.4 Breksi karbonat


(Anonim, 2012)
3.6 Cara Pemerian Batuan Sedimen Klastik
33

Berikut adalah cara pendeskripsian batuan sedimen klastik silika.


1. Jenis batuan
Dalam mendeskripsi batuan sedimen, hal pertama yang dilakukan adalah
menentukan jenisnya. Untuk jenis batuan sedimen sendiri, ada beberapa
penggolongan berdasarkan cara terbentuknya yaitu batuan sedimen klastik
dan non klastik. Dalam hal ini, jenisnya adalah batuan sedimen klastik.
2. Warna
Warna meliputi warna segar dan warna lapuk.
a. Warna segar
Merupakan warna dari batuan yang belum tercampur dengan lingkunga
n sekitarnya. Warna segar ini warna di dalam batuan yang tidak terkena ud
ara luar, biasanya batuan harus dipecah terlebih dahulu untuk melihat warn
a segarnya.
b. Warna lapuk
Merupakan warna dari batuan yang sudah tercampur dengan lingkun
gan sekitarnya sehingga mengalami pelapukan maupun perubahan warna.
Warna lapuk ini warna batuan yang tersingkap, warna luarnya.
3. Struktur
Struktur adalah hubungan antara golongan butir-butir penyusun batuan
sedimen. Beberapa di antaranya adalah:
a. Masif
Yaitu apabila tidak terlihat struktur dalam atau ketebalan lebih dari 120
cm.
b. Perlapisan
Terjadi karena adanya variasi warna, perbedaan besar butir,
perbedaan komposisi mineral, ataupun perubahan macam batuan. Dibagi
lagi menjadi:
1) Perlapisan sejajar.
2) Perlapisan pilihan (graded bedding).
3) Perlapisan silang siur (current bedding).
4) Laminasi (perlapisan yang berukuran lebih kecil dari 1 cm).
34

5) Gelembur gelombang (ripple mark).


c. Berfosil

Tabel 3.5 Macam-macam struktur sedimen


(Miftahussalam dkk, 2013)

4. Tekstur
Tekstur yaitu suatu kenampakan pada batuan sedimen yang berhubungan
dengnan ukuran butir dan bentuk butir serta susunannya (Pettijohn, 1975). Te
kstur pada batuan sedimen klastik meliputi:
a. Ukuran butir
Merupakan ukuran besar kecilnya butiran penyusun pada batuan sedimen
klastik dalam pemberian ukuran butir pada batuan sedimen klastik mengacu
pada klasifikasi Grabau, 1904.

Tabel 3.1 Klasifikasi Grabau, 1904.


35

b. Derajat pemilahan (sortasi)


Merupakan tingkat keseragaman besar butir dalam batuan sedimen. Dalam p
endeskripsian batuan sedimen kalstik khususnya derajat pemilahan butir dipaka
i istilah:
1) Pemilahan sangat jelek (verry poorly sorted).
2) Pemilahan jelek (poorly sorted).
3) Pemilahan sedang (moderately sorted).
4) Pemilahan baik (well sorted).
5) Pemilahan sangat baik (verry well sorted).

Gambar 3.6 Derajat pemilahan batuan sedimen klastik


(Miftahussalam, 2013)

c. Kebundaran (rounding)
Merupakan nilai dari membulat atau meruncingnya butiran. Di antaranya
adalah sebagai berikut:
1) Sangat menyudut (very angular)
2) Menyudut (angular)
3) Menyudut tanggung (subangular)
4) Membulat tangggung (subrounded)
5) Membulat (rounded)
6) Sangat membulat (well rounded)
36

Gambar 3.7 Kebundaran


(Miftahussalam, 2013)

d. Kemas
Hubungan antar butir dalam mineral bataun sedimen. Ada dua macam kema
s dalam bataun sedimen:
1) Kemas terbuka: hubungan antar butiran materialnya tidak saling
bersinggungan.
2) Kemas tertutup: hubungan anta butiran materialnya saling
bersinggungan.

Gambar 3.8 Kemas


(Purnamawati, 2022)

e. Komposisi mineral
Komposisi mineral pada batuan sedimen klastik dibedakan menjadi:
1) Allochem: Butiran yang besar, dapat sebagai butiran mineral, batuan
atau fosil.
2) Mikrit: Butiran yang ukurannya lebih kecil dari fragmen dan biasanya
terletak diantara fragmen.
37

3) Sparit: Bahan pengikat matrik dan fragmen. Ada tiga macam semen
yaitu semen karbonat (kalsit, dolomit), semen silika (kuarsa), dan
semen oksida besi (siderit).

Gambar 3.9 Komposisi batuan sedimen klastik


(Wingmannarows, 2013)

f. Nama Batuan
Setelah mengetahui jenis batuan, warna, tekstur, struktur komposisi batuan
dan petrogenesanya langkah terakhir yaitu menetukan nama batuan yang telah
dideskripsi baik dilapangan maupun di laboratorium.F. Petrogenesa Batuan
g. Petrogenesa
Langkah selanjutnya adalah menentukan petrogenesa batuan. Petrogenesa a
dalah bagaimana menceritakan proses dari awal terbentuknya, dan semua aspek
yang mempengaruhi sehingga batuan terbentuk.
38

BAB 4
PETROLOGI BATUAN SEDIMEN NON-KLASTIK

4.1 Pendahuluan Batuan Sedimen Non-Klastik


Batuan sedimen non-klastik terbentuk dari hasil proses kimiawi seperti batu
halit yang berasal dari hasil evaporasi. Batuan sedimen non klastik dapat juga
terbentuk sebagai hasil proses organik seperti batugamping terumbu yang berasal
dari organisme yang telah mati atau batubara yang berasal dari sisa tumbuhan
yang terubah selama jutaan tahun.
Batuan sedimen non klastik terbentuk secara insitu sehingga ciri-cirinya
adalah tidak berbutir. Contoh batuan sedimen non klastik adalah batubara,
batugamping kristalin, batu halit, dan batu gipsum.

Gambar 4.1 Batubara


(geologinesia.net)

4.2 Genesa Batuan Sedimen Non-Klastik


Batuan sedimen non klastik merupakan batuan sedimen yang terbentuk
sebagai hasil penguapan suatu larutan, atau pengendapan material di tempat itu
juga (insitu). Proses pembentukan batuan sedimen kelompok ini dapat secara
kimiawi, biologi atau organik, dan kombinasi di antara keduanya (biokimia).

4.3 Klasifikasi Batuan Sedimen Non-Klastik


Secara umum, batuan sedimen non-klastik dapat diklasifikasikan menjadi dua
kelompok berdasarkan cara pembentukannya:
39

1. Batuan sedimen non klastik organik


Batuan ini terbentuk dari sisa-sisa organisme yang terkubur dalam tanah
dan mengalami proses diagenesis. Beberapa contoh batuan sedimen organik
adalah batu bara, batugamping, dan batu kapur.
2. Batuan sedimen non klastik kimia
Batuan ini terbentuk dari kristalisasi mineral yang terjadi karena
pengendapan larutan yang jenuh. Contohnya termasuk batuan evaporit seperti
garam dapur atau halit, gipsum, dan kalsit.

Tabel 4.1
(Aras, 2022)
KLASIFIKASI BATUAN SEDIMEN NON-KLASTIK

Kelompok Tekstur Komposisi Nama Batuan

An-organi Klastik atau Non-kl Calcite, CaCO3 Batugamping Klasti


k astik k

Klastik atau Non-kl Dolomite, CaMg(CO3)2 Dolomite


astik

Non-klastik Mikrokristalin quartz, SiO Rijang (Chert)


2

Non-klastik Halite, NaCl Batu Garam

Non-klastik Gypsum, CaSO4-2H2O Batu Gypsum

Biokimia Klastik atau Non-kl Calcite, CaCO3 Batugamping Teru


astik mbu

Non-klastik Mikrokristalin Quartz Rijang (Chert)

Non-klastik Sisa Tumbuhan yang terub Batubara


ah

4.4 Batuan Sedimen Non-Klastik Silika


4.4.1 Pengertian
40

Batuan sedimen non klastik silika tersusun dari sebagian besar mineral
dengan komposisi silika. Batuan ini hasil dari proses kimiawi dan biokimia.
Dapat berasal dari kumpulan organisme berkomposisi silika seperti diatome,
radiolaria, dan sponge. Kadang juga terbentuk dari reaksi kimia dimana
mineral silika mengganti kalsium karbonat.
Karateristik endapan silika berbeda dengan sedimen klastik, sangat jelas
endapan tersebut tidak tergolong dalam sedimen klastik karena komponen-
komponen bukan berasal dari pecahan, transportasi maupun mekanik lainnya.
Contohnya adalah rijang, batuan yang sangat keras dan tahan terhadap
proses lelehan. Rijang dapat terbentuk dari proses biologi (kelompok organisme
bersilika atau dari proses diagenesis batuan karbonat. Terbentuk di zona CCD.

Gambar 4.2 Rijang


(geologinesia.net)
4.5 Batuan Sedimen Non-Klastik Karbonat
5.5.1 Pengertian
Batuan sedimen non-klastik karbonat adalah jenis batuan sedimen yang
terbentuk dari endapan kalsium karbonat (CaCO3) yang dihasilkan oleh
organisme laut seperti karang, foraminifera, dan alga. Batuan sedimen non-
klastik karbonat terdiri dari dua jenis batuan utama, yaitu batugamping dan
batu kapur.
Batugamping terbentuk dari endapan kalsium karbonat yang dihasilkan
oleh organisme laut seperti karang, foraminifera, dan alga. Batugamping
umumnya terbentuk di lingkungan laut dangkal dan terumbu karang.
41

Batugamping memiliki struktur dan tekstur yang bervariasi, termasuk struktur


breksi, laminasi, dan stratifikasi.

Gambar 4.3 Batugamping


(geologinesia.net)

4.6 Batuan Sedimen Non-Klastik Organik


4.6.1 Pengertian
Batuan sedimen non klastik organik adalah jenis batuan sedimen yang
terbentuk dari sisa-sisa organisme yang terkubur dalam tanah dan mengalami
proses diagenesis. Batuan sedimen non klastik organik terbentuk dari tiga
jenis organisme, yaitu tumbuhan, hewan, dan mikroba.
Contoh batuan sedimen non klastik organik termasuk batu bara. Batubara
digolongkan pada batuan sedimen non-klastik, yaitu batuan sedimen organik.
Batubara adalah batuan sedimen yang berasal dari tumbuhan, berwarna coklat
sampai hitam, yang sejak pengendapannya terkena proses fisika dan kimia
yang akan mengakibatkan pengkayaan kandungan karbonnya.
Proses pembentukan batubara terdiri dari dua tahap yaitu tahap biokimia
(penggambutan) dan tahap geokimia (pembatubaraan). Tahap penggambutan
(peatification) adalah tahap dimana sisa-sisa tumbuhan yang terakumulasi
dalam kondisi reduksi di daerah rawa dengan sistem pengeringan yang buruk
dan selalu tergenang air pada kedalaman 0,5 – 10 meter. Material tumbuhan
yang busuk ini melepaskan H, N, O, dan C dalam bentuk senyawa CO 2, H2O,
dan NH3 untuk menjadi humus. Selanjutnya oleh bakteri anaerobik dan fungsi
diubah menjadi gambut (Stach, 1982, op cit Susilawati 1992).
42

Tahap pembatubaraan (coalification) merupakan gabungan proses


biologi, kimia, dan fisika yang terjadi karena pengaruh pembebanan dari
sedimen yang menutupinya, temperatur, tekanan, dan waktu terhadap
komponen organik dari gambut (Stach, 1982, op cit Susilawati 1992). Pada
tahap ini persentase karbon akan meningkat, sedangkan persentase hidrogen
dan oksigen akan berkurang (Fischer, 1927, op cit Susilawati 1992). Proses ini
akan menghasilkan batubara dalam berbagai tingkat kematangan material
organiknya mulai dari lignit, sub-bituminous, bituminous, semi antrasit,
antrasit, hingga meta antrasit.

Gambar 4.4 Batubara


(geologinesia.net)

4.7 Batuan Sedimen Non-Klastik Evaporit


4.7.1 Pengertian
Batuan sedimen non-klastik evaporitik adalah jenis batuan sedimen
yang terbentuk dari endapan mineral evaporit seperti garam, gipsum, atau
halit. Batuan ini terbentuk melalui proses penguapan air di lingkungan
sedimentasi yang kering atau asin seperti danau atau laut tertutup. Proses
penguapan menyebabkan mineral-mineral yang terlarut dalam air menjadi
terkonsentrasi dan membentuk endapan yang kemudian menjadi bahan dasar
pembentukan batuan sedimen evaporitik.
Endapan mineral evaporit umumnya terbentuk dalam lingkungan
sedimentasi yang kering atau sangat asin. Hal ini dapat terjadi di lingkungan
gurun, rawa-rawa, atau laut tertutup seperti Laut Mati atau Danau Great Salt
di Amerika Serikat. Lingkungan sedimentasi yang sangat asin dapat
43

mengurangi pelarutan mineral-mineral dalam air, sehingga mineral-mineral


tersebut terendapkan dan akhirnya membentuk lapisan mineral yang tebal dan
padat.
Jenis mineral evaporit yang terkandung dalam batuan sedimen non-
klastik evaporitik sangat bervariasi. Beberapa jenis mineral evaporit yang
umum terdapat dalam batuan sedimen non-klastik evaporitik antara lain halit
(natrium klorida), kalsit (kalsium karbonat), gipsum (kalsium sulfat), anhidrit
(kalsium sulfat), dan sylvite (kalium klorida).
Batuan sedimen non-klastik evaporitik terbentuk melalui beberapa tahap.
Tahap pertama adalah pembentukan endapan mineral evaporit yang
terkumpul di dasar danau atau laut yang asin atau kering. Tahap selanjutnya
adalah diagenesis, yaitu proses perubahan fisik dan kimia yang terjadi pada
endapan mineral evaporit menjadi batuan sedimen evaporitik yang padat dan
keras. Tahap diagenesis ini meliputi kompakasi, pengeringan, kristalisasi, dan
rekristalisasi mineral.

Gambar 4.5 Batugipsum


(geology.com)

4.8 Cara Pemerian Batuan Sedimen Non-Klastik


Pemerian batuan sedimen non klastik didasarkan pada :
1. Jenis batuan
2. Warna
3. Struktur
Struktur batuan sedimen non klastik meliputi masif, berfosil (jika mengand
ung fosil), oolitis, dan pisolitis.
44

4. Tekstur
a.    Kristalin
Terdiri dari kristal yang pemeriannya menggunakan skala wentworth
sebagai berikut:

Tabel 4.2 Skala Wenworth


(Wentworth, 1967)
Nama Butir Besar Butir
Berbutir kasar >2
Berbutir sedang 1/16 – 2
Berbutir halus 1/256 – 1/16
Berbutir sangat halus < 1/256

b.    Amorf
                  Terdiri dari mineral yang tidak membentuk kristal-kristal atau amorf.
5. Komposisi
Mineral pada batuan sedimen non klastik biasanya sederhana terdiri dari
satu atau dua mineral (monomineralik). Sebagai contoh:
a. Batugamping : Kalsit, dolomit.
b. Chert             : Kalsedon.
c. Gipsum         : Mineral gypsum.
d.  Anhidrit        : Mineral anhidrit.
6. Nama batuan
7. Petrogenesa

Anda mungkin juga menyukai