SURAT KEPUTUSAN
PENGURUS CABANG IKATAN APOTEKER INDONESIA KABUPATEN TASIKMALAYA
Nomor : 011/SK/PC IAI/KABTSM/II/2020
Tentang
STANDAR MINIMAL JASA PROFESI APOTEKER DI SARANA PELAYANAN
KEFARMASIAN DI KABUPATEN TASIKMALAYA
Menimbang : a. Bahwa dalam rangka menindak lanjuti amanat pasal 5 butir 3 pedoman pelaksanaan
kode etik apoteker, mengamanatkan apoteker dapat memperoleh jasa pelayanan
b. Bahwa dalam rangka membina, menjaga dan meningkatkan profesionalisme
apoteker agar mampu menjalankan praktik kefarmasian secara bertanggung jawab
c. Bahwa beragamnya imbal jasa praktik apoteker yang telah dan sedang diterapkan
selama ini mengakibatkan ketidakpastian pembinaan dan pengelolaan praktik
kefarmasian oleh organisasi
d. Bahwa Surat Keputusan ketua PD IAI Jawa Barat No :
006/SK/IAI/PD.JBR/XII/2016 tentang pedoman penerapan jadwal, imbalan, jasa
dan kerjasama 3 (tiga) SIPA di wilayah pembinaan PD IAI Jawa Barat di pandang
tidak relevan lagi
e. Bahwa sehubungan dengan butir a, b, c dan d diatas perlu ditetapkan Surat Keputusan
tentang Standar Jasa Minimal Praktik Apoteker di Wilayah Kabupaten Tasikmalaya
Mengingat : 1. Anggaran Dasar Ikatan Apoteker Indonesia tahun 2018
2. Anggaran Rumah Tangga Ikatan Apoteker Indonesia tahun 2018
3. Peraturan Organisasi Nomor: PO. 002/PP.IAI/1418/IX/2016 tentang PO tentang
Rekomendasi Surat Izin Praktek Apoteker
4. Peraturan Organisasi Nomor: PO. 003/PP.IAI/1418/IX/2016 tentang PO tentang
Pembinaan Praktik Kefarmasian di Fasilitas Pelayanan Kefarmasian Ikatan
Apoteker Indonesia
5. Peraturan Organisasi Nomor: PO. 001/PP.IAI/1418/IX/2017 tentang ketentuan
penetapan keputusan oleh Pengurus Daerah/Cabang Ikatan Apoteker Indonesia
6. Peraturan Organisasi Nomor: PO 002/PP.IAI/1822/III/2019 tentang Standar
Minimal Jasa Apoteker di Apotek dan Klinik Ikatan Apoteker Indonesia
7. Surat Keputusan ketua PD IAI Jawa Barat No :Kep-007/PD IAI-JBR/IX/2019
tentang Standar Minimal Jasa Apoteker di Apotek dan Klinik Ikatan Apoteker
Indonesia di
Daerah Jawa Barat
Memperhatikan : 1. Hasil Rapat Kerja Nasional Ikatan Apoteker Indonesia pada tanggal 13- 15 Maret
2019 di Bandung Pengurus Daerah Jawa Barat IKATAN APOTEKER
INDONESIA
2. Hasil Rapat Kerja Pengurus Daerah Ikatan Apoteker Indonesia Jawa Barat Pada
tanggal 30 Maret 2019
3. Hasil Rapat Pengurus Cabang Ikatan Apoteker Indonesia pada Tanggal 01 Februari
2020
Pengurus Cabang Kabupaten Tasikmalaya
IKATAN APOTEKER INDONESIA
Sekretariat : Apotek Tiga Empat,
Jl. Panugaran No. 34 Ds./Kec. Mangunreja, Kab. Tasikmalaya; Telp.
Email : iaikabtasikmalaya@gmail.com
082219006434
MEMUTUSKAN
Menetapkan : Keputusan Pengurus Cabang Ikatan Apoteker Indonesia Nomor : 011/SK/PC
IAI/KABTSM/II/2020 tentang Standar Minimal Jasa Profesi Apoteker di Sarana Pelayanan
Kefarmasian di Kabupaten Tasikmalaya
Pertama : Setiap apoteker yang melaksanakan praktik di pelayanan kefarmasian berhak memperoleh
Jasa praktik yang dibawah ini sesuai dengan praktik kefarmasiannya :
1. Jasa praktik pengelolaan kefarmasian
2. Jasa praktik pelayanan kefarmasian
Kedua : Selain jasa sebagaimana dimaksud pada diktum pertama, setiap apoteker juga berhak
memperoleh tunjangan kesejahteraan
Ketiga : Besaran jasa sebagaimana diatur pada lampiran surat keputusan ini adalah jasa minimal yang
diterima apoteker adalah sebagai bagian yang tidak terpisahkan dari surat keputusan ini
Keempat : Setiap ketentuan yang sudah berlaku hingga saat ini harus melakukan penyesuaian selambat
lambatnya 6 (enam) bulan setelah surat keputusan diterbitkan, bagi yang sudah
mendapatkan jasa praktik kefarmasian lebih besar dari ketentuan ini maka nilainya
tetap berlaku dan
komponen komponennya disesuaikan
Kelima : Surat Keputusan ini berlaku sejak tanggal ditetapkan dan apabila dikemudian hari terdapat
kekeliruan, maka akan ditinjau ulang sebagaimana mestinya
PENGURUS CABANG
IKATAN APOTEKER INDONESIA KABUPATEN TASIKMALAYA
PROVINSI JAWA BARAT
Ketua, Sekretaris,
Lampiran
SURAT KEPUTUSAN
PENGURUS CABANG IKATAN APOTEKER INDONESIA KABUPATEN TASIKMALAYA
Nomor : 011/SK/PC IAI/KABTSM/II/2020
TENTANG STANDAR MINIMAL JASA PROFESI APOTEKER DI SARANA PELAYANAN
KEFARMASIAN
DI KABUPATEN TASIKMALAYA
I. KETENTUAN UMUM
1. Praktik kefarmasian yang meliputi pembuatan termasuk pengendalian mutu sediaan farmasi,
pengamanan, pengadaan, penyimpanan dan pendistribusian obat, pelayanan obat atas resep dokter,
pelayanan informasi obat serta pengembangan obat, bahan obat dan obat tradisional harus dilakukan oleh
tenaga kesehatan yang mempunyai keahlian dan kewenangan sesuai ketentuan peraturan perundang
undangan
2. Pengelolaan Kefarmasian meliputi perencanaan, pengadaan, penerimaan ,penyimpanan, pemusnahan,
pengendalian, pencatatan dan pelaporan, termasuk audit kefarmasian
3. Pelayanan Kefarmasian adalah suatu pelayanan langsung dan bertanggungjawab kepada pasien yang
berkaitan dengan Sediaan Farmasi dengan maksud mencapai hasil yang pasti untuk meningkatkan mutu
kehidupan pasien
4. Apoteker Pemegang SIA adalah apoteker yang melaksanakan praktik pelayanan kefarmasian dan praktik
pengelolaan kefarmasian di Apotek
5. Jasa praktik pelayanan kefarmasian adalah imbalan yang di terima oleh apoteker atas praktik kefarmasian
yang meliputi sitting fee, swamedikasi, konseling, visite, home pharmacy care
6. Sitting Fee adalah imbalan yang di terima oleh apoteker atas evaluasi kendali mutu di fasilitas Pelayanan
Kefarmasian meliputi : Pengkajian resep, penelurusan riwayat pengobatan, rekonsiliasi obat, dispensing,
PTO, MESO, EPO, PKOD
7. Swamedikasi meliputi praktik penyerahan obat OTC, DOWA, disertai dengan pemberian informasi obat
8. Konseling meliputi praktik penyerahan obat atas resep dokter dengan edukasi farmasi sesuai dengan
kriteria yang ditetapkan dalam standar pelayanan kefarmasian yang berlaku
9. Visite meliputi praktik pelayanan kefarmasian diruang perawatan yang dilakukan difasilitas pelayanan
kesehatan yang memiliki ruang rawat inap
10. Home pharmacy care meliputi praktik pelayanan kefarmasian ke rumah pasien (disesuaikan dengan
peraturan yang berlaku)
11. Biaya Operasional adalah biaya yang dikeluarkan atas beban operasional di fasilitas kefarmasian
12. Surat Izin Praktik Apoteker yang selanjutnya disingkat SIPA adalah bukti tertulis yang diberikan oleh
pemerintah daerah kabupaten/kota kepada Apoteker sebagai pemberian kewenangan untuk menjalankan
praktik kefarmasian
13. Surat Izin Apotek yang selanjutnya disingkat SIA adalah bukti tertulis yang diberikan oleh pemerintah
daerah kabupaten/kota kepada Apoteker sebagai izin untuk menyelenggarakan Apotek
Pengurus Cabang Kabupaten Tasikmalaya
IKATAN APOTEKER
Sekretariat Apotek Tiga Empat,
Jl. Panugaran No. 34 Ds./Kec. Mangunreja, Kab. Tasikmalaya; Telp.
Em :
Catatan :
1. Bagi Apoteker yang sedang melaksanakan cuti hamil, yang bersangkutan hanya mendapatkan Jasa Praktik
Pengelolaan Kefarmasian yang terdapat pada point pertama. Sedangkan komponen lainnya menjadi hak
Apoteker pengganti
2. Total Take Home Pay yang didapatkan Apoteker tidak lebih rendah dari UMK di Kabupaten Tasikmalaya dan
tidak termasuk pendapatan atas layanan Homecare, Konseling, Visite dan Fasilitas lainnya
3. Jasa akibat layanan swamedikasi sebesar 0,5 % x omset swamedikasi yang dihasilkan, akan menjadi hak
Apoteker didasarkan pada jumlah dan waktu Apoteker pemberi layanan
PENGURUS CABANG
IKATAN APOTEKER INDONESIA KABUPATEN TASIKMALAYA
PROVINSI JAWA BARAT
Ketua, Sekretaris,
Lampiran
SURAT KEPUTUSAN
PENGURUS CABANG IKATAN APOTEKER INDONESIA KABUPATEN TASIKMALAYA
Nomor : 011/SK/PC IAI/KABTSM/II/2020
TENTANG STANDAR MINIMAL JASA PROFESI APOTEKER DI SARANA PELAYANAN
KEFARMASIAN
DI KABUPATEN TASIKMALAYA
Sebagai berikut :
1. Imbalan Pokok Sebesar..................................................................per bulan*)
2. Sitting Fee......................................................................................per praktik
3. Swamedikasi..................................................................................per layanan
4. Tunjangan Kesehatan.....................................................................per bulan
5. Tunjangan Tenaga Kerja.................................................................per bulan
6. Tunjangan Hari Raya.....................................................................per tahun
7. Insetif Lainnya :................................................................
.............................................
(.............................) (...................................)