Anda di halaman 1dari 13

Volume 4, No.

1, Oktober 2020: 1 – 13

EVALUASI PURNA HUNI PASAR TRADISIONAL KOTA PONTIANAK


DITINJAU DARI ASPEK PERILAKU
(STUDI KASUS: PASAR KEMUNING DAN PASAR DAHLIA)
M. Nurhamsyah
Jurusan/Program Studi Arsitektur, Fakultas Teknik, Universitas Tanjungpura
Jln. Prof. H. Hadari Nawawi, Pontianak, e-mail: nurhamsyah@teknik.untan.ac.id

M. Ridha Alhamdhani
Jurusan/Program Studi Arsitektur, Fakultas Teknik, Universitas Tanjungpura
Jln. Prof. H. Hadari Nawawi, Pontianak, e-mail: Mridhaalhamdani@teknik.untan.ac.id

Rudiyono
Jurusan/Program Studi Arsitektur, Fakultas Teknik, Universitas Tanjungpura
Jln. Prof. H. Hadari Nawawi, Pontianak, e-mail: rudiyono@teknik.untan.ac.id

Abstract: Traditional market arrangement is a work program that has been carried out by the Pontianak City
Government. This policy is an effort to maintain the existence of traditional markets as one of the economic drivers
for middle and lower middle income people. Traditional market structuring programs that have been implemented
include the arrangement of Pasar Kemuning and Pasar Dahlia which are the selected objects in this study. In line with
the functioning of this market, there are still several obstacles, including not all of the kiosks / stalls used to function,
changes in the capacity of lapak users, and changes in the position of lapak spaces from the initial planning. This study
aims to evaluate the building by looking at the scope of the market user behavior problems. The method used is the
Post-Occupancy Evaluation (EPH) from the aspect of behavior which includes human factors as building users,
circulation access, movement node points, territorial area and orientation. This study uses 2 (two) elements of data,
namely literature data (standards) and field observation data (quantitative data). Literature data is used to see the
suitability of building designs with predetermined standards. Field observation data is primary data in the form of
observations of market user behavior using the person center mapping method.The two data are then analyzed to see
the condition of building performance based on existing standards and aspects of market user behavior so that it can
describe the level of performance quality and function of the market building. The results showed that there were
some similarities in the quality of building performance from the aspect of behavior between the two markets,
especially on circulation access, node points, territories and orientation, although there were differences and certain
characteristics between the two markets.

Keywords: market, post-occupancy evaluation, and behavioral aspects

Abstrak: Penataan pasar tradisional merupakan program kerja yang telah dijalankan Pemerintah Kota Pontianak.
Kebijakan tersebut sebagai upaya untuk mempertahankan eksistensi pasar tradisional sebagai salah satu penggerak
ekonomi bagi masyarakat berpenghasilan menengah dan menengah kebawah. Program penataan pasar tradisional
yang telah diwujudkan antara lain penataan Pasar Kemuning dan Pasar Dahlia yang merupakan objek terpilih dalam
penelitian ini. Sejalan berfungsinya pasar tersebut masih terdapat beberapa kendala, antara lain tidak semua kios/lapak
yang digunakan dapat berfungsi, perubahan kapasitas pengguna lapak, dan perubahan posisi ruang lapak dari
perencanaan awal. Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi bangunan dengan melihat lingkup permasalahan
perilaku pengguna pasar. Metode yang digunakan adalah Evaluasi Purna Huni (EPH) dari aspek perilaku yang
mencakup faktor manusia sebagai pengguna bangunan, akses sirkulasi, titik simpul pergerakan, area teritori dan
orientasi. Penelitian ini menggunakan 2 (dua) unsur data yaitu data literatur (standar), dan data observasi lapangan
(data kuantitatif). Data literatur digunakan untuk melihat kesesuaian desain bangunan dengan standar yang telah
ditetapkan. Data observasi lapangan adalah data primer berupa hasil pengamatan perilaku pengguna pasar dengan
metode person center mapping. Kedua data tersebut kemudian dianalisis untuk melihat kondisi performa bangunan
berdasarkan standar yang ada dan aspek perilaku pengguna pasar sehingga dapat menggambarkan tingkat kualitas
performansi dan fungsi bangunan pasar. Hasil penelitian menunjukkan terdapat beberapa kesamaan kualitas
perfomansi bangunan dari aspek perilaku antara kedua pasar terutama pada akses sirkulasi, titik simpul, teritori dan
orientasi, meskipun diantara keduanya terdapat perbedaan dan ciri khas tertentu berdasarkan lokasi.

Kata kunci: pasar, evaluasi purna huni, dan aspek perilaku

1
Nurhamsyah, M., dkk/ Evaluasi Purna Huni … / Jurnal Teknika, Vol. 4, No. 1, Oktober 2020, hlm 1-13

PENDAHULUAN Hasil evaluasi ini nantinya sebagai upaya


perbaikan atau optimalisasi peningkatan kualitas
Penataan pasar tradisional merupakan program performansi fungsi bangunan pasar dan
kerja yang telah dijalankan Pemerintah Kota lingkungan sekitarnya, dalam waktu jangka
Pontianak dalam upaya untuk mempertahankan pendek, menengah dan jangka panjang
eksistensi pasar tradisional sebagai salah satu (pengembangan di masa mendatang).
penggerak ekonomi bagi masyarakat, khususnya
bagi masyarakat berpenghasilan menengah dan KAJIAN LITERATUR
menengah kebawah. Program penataan pasar
tradisional yang telah diwujudkan oleh Menurut Keputusan Menteri Perindustrian dan
Pemerintah Kota Pontianak diantaranya adalah Perdagangan Nomor 23/MPP/KEP/1/1998 pasar
Pasar Kemuning dan Pasar Dahlia. dikelompokkan menurut kelas pelayanannya
Sejalan dengan berfungsinya pasar-pasar tersebut, terbagi menjadi pasar tradisional dan pasar
ditemukan fenomena belum optimalnya fungsi modern, sedangkan menurut sifat
pasar secara keseluruhan. Fenomena ini pendistribusiannya dapat dikelompokkan menjadi
cenderung berulang dan menjadi permasalahan pasar eceran dan pasar kulakan/grosir. Pasar
yang sama di pasar-pasar tersebut. Permasalahan tradisional diartikan sebagai pasar yang oleh
tersebut antara lain belum berfungsinya kios-kios pemerintah, swasta, koperasi, atau swadaya
yang berada di lantai dua bangunan. Kios-kios masyarakat dengan tempat usaha berupa toko,
tersebut terlihat sepi dan tidak digunakan untuk kios, los, dan tenda yang dikelola pedagang kecil
usaha. Fenomena ini terjadi pada kedua pasar yang dan menengah atau koperasi dengan skala usaha
menjadi objek penelitian ini yaitu : Pasar kecil dan modal kecil dengan proses jual beli
Kemuning dan Pasar Dahlia yang telah ditata dan melalui tawar menawar.
berfungsi lebih dari 5 tahun. Permasalahan lainnya Pasar tradisional juga didefinisikan sebagai pasar
adalah kapasitas pengguna yang meningkat yang bentuk bangunannya relatif sederhana
sehingga menimbulkan ruang dan posisi baru dengan suasana yang relatif kurang memadai,
untuk usaha dan telah berubah dari fungsi atau termasuk dalam kebersihan dan penerangan.
perencanaan sebelumnya, kemudian munculnya Barang-barang yang diperdagangkan juga berupa
titik simpul pergerakan pada zona tertentu yang barang kebutuhan sehari-hari dengan mutu bukan
mengakibatkan kepadatan, munculnya area parkir menjadi prioritas atau perhatian. (Departemen
yang tidak direncanakan sebelumnya, serta Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah dalam
kondisi pasar yang sulit untuk diakses dan tidak Sukriswanto, 2012)
nyaman bagi yang berkebutuhan khusus. Evaluasi Purna Huni (EPH) atau disebut juga Post
Semua permasalahan yang muncul ini akan Occupancy Evaluation (POE) adalah sebuah
mempengaruhi tingkat kualitas perfomansi metoda standar akademis yang digunakan oleh
bangunan, untuk itu diperlukan suatu metode kalangan ilmiah dan konsultan di bidang kawasan
pengukuran kinerja performansi bangunan melalui binaan dan arsitektur untuk mengetahui sejauh
metode Evaluasi Purna Huni (EPH) atau Post mana hasil sebuah karya arsitektur dan lingkungan
Occupancy Evaluation (POE). Metode ini adalah binaan terbangun mempunyai dampak pada
evaluasi yang terukur untuk mengetahui penghuninya.
performansi bangunan dan dampaknya bagi Menurut Zimring dan Reizenstein (1980) evaluasi
pengguna dan lingkungannya setelah dihuni atau purna huni didefinisikan sebagai pengujian
dipergunakan. Berdasarkan permasalahan yang efektivitas sebuah lingkungan binaan bagi
terjadi pada kasus pasar yang menjadi objek kebutuhan manusia, baik pengujian efektivitas
penelitian, maka evaluasi difokuskan pada aspek bangunannya sendiri maupun efektivitas
perilaku dikarenakan fenomena permasalahan programnya terhadap kebutuhan pengguna.
yang ditemui dalam penataan pasar tradisional Evaluasi Purna Huni (EPH) / Post Occupancy
adalah permasalahan terhadap perilaku pengguna Evaluation (POE) menurut Vischer (2002) dalam
baik penjual atau pembeli, selain dari faktor Khalil (2008), adalah suatu metode evaluasi yang
teknikal dan faktor fungsional bangunan. Aspek digunakan untuk menemukan kegagalan atau
perilaku mencakup faktor manusia, kegiatan yang kesalahan kriteria desain dan konstruksi,
berlangsung, ruang gerak dan fleksibilitas, akses mengukur kinerja aset dan manajemen fasilitas,
sirkulasi, titik simpul pergerakan, area teritori mengefisiensikan biaya siklus hidup fasilitas aset
kegiatan, dan orientasi ke bangunan. dengan mengidentifikasi kesalahan desain yang

2
Nurhamsyah, M., dkk/ Evaluasi Purna Huni … / Jurnal Teknika, Vol. 4, No. 1, Oktober 2020, hlm 1-13

dapat menyebabkan peningkatan pemeliharaan lingkungan dan perilaku dalam kaitannya dengan
dan biaya operasional, memperjelas tujuan desain tata ruang, perilaku dioperasionalisasikan sebagai
dan meningkatkan kinerja bangunan. Dengan kegiatan manusia yang membutuhkan setting (tata
melakukan evaluasi purna huni, menurut Snyder ruang yang terkait dengan kegiatan) atau wadah
(1984) keputusan-keputusan yang diambil dimasa kegiatan yang berupa ruang. Berbagai kegiatan
yang akan datang menjadi lebih baik karena manusia saling berkaitan dalam satu sistem
akibat-akibat dari keputusan di masa lalu dapat kegiatan, dengan demikian wadah-wadah
diketahui (baik hukum maupun metode). berbagai kegiatan tersebut juga terkait dalam satu
Tujuan dari Evaluasi Purna Huni (EPH) / POE sistem pula. Keterkaitan wadah-wadah kegiatan
adalah mengevaluasi suatu bangunan yang telah inilah yang membentuk tata ruang yang
difungsikan secara sistematik dan cermat untuk merupakan bagian dari bentuk arsitektur (Haryadi,
mengetahui performansi tingkat keberhasilan dan 1995:7-8).
kekurangan dalam bangunan yang berpengaruh Ruang adalah sistem lingkungan binaan terkecil
pada penguhuni atau penggunanya, dan kemudian yang sangat penting, terutama karena sebagian
untuk memberikan masukan perbaikan bagi besar waktu manusia modern saat ini banyak
desain bangunaan tersebut kedepannya. dihabiskan di dalamnya sebagai tempat aktivitas
Menurut Snyder (1984), evaluasi purna huni dan kegiatan. Dalam kajian arsitektur lingkungan
terutama terfokus pada tiga faktor elemen evaluasi dan perilaku, ruang diartikan sebagai suatu petak
yaitu evaluasi teknis, evaluasi fungsional, dan yang dibatasi oleh bidang permanen atau tidak
evaluasi perilaku. Evaluasi perilaku merupakan permanen, oleh dinding, lantai, atap, atau penanda
evaluasi yang menekankan pada hubungan antara yang tak permanen. Dalam kaitannya dengan
perilaku dan lingkungan fisik. Palm, P (2007) manusia, hal paling penting dari pengaruh ruang
dalam Chikezie (2013). Perilaku manusia terhadap perilaku manusia adalah fungsi atau
merupakan aspek sosial dan psikologis dari pemakaian ruang tersebut.
tingkat kepuasan penghuni/pengguna bangunan. Menurut Friedman, dkk (1978) dalam Laurens
Aspek ini menghubungkan pemakai dengan (2004:156-157), setting adalah projek yang akan
lingkungan fisiknya; yang meliputi privasi dan dievaluasi dengan aspek karakteristik sosial dan
interaksi penghuni, persepsi lingkungan, rasa fisiknya, seperti kualitas dari keseluruhan desain
kepemilikan, pemahaman desain bangunan, dengan nilai simbolik bagi penggunan dan orang
kognisi penghuni, dan orientasi Iingkungan. lain, kondisi elemen permanen atau temporer
Arsitektur perilaku adalah hubungan timbal balik termasuk pemeliharaan, tujuan organisasi,
antara arsitektur, lingkungan dan perilaku kebutuhan, interaksi manusia, dan pola
manusia. Lingkungan tempat tinggal akan komunikasi. Lebih lanjut Laurens menjelaskan
mempengaruhi perilaku manusia dan sebaliknya bahwa setting meliputi bangunan dan lingkungan
perilaku manusia akan membentuk ruang luar yang dirancang dan juga organisasi
lingkungannya. Dalam pendekatan studi perilaku, yang akan menempati lingkungan binaan tersebut.
lingkungan dalam skala kecil adalah arsitektur dan Menurut Haryadi (1995:55), ada 2 macam ruang
dalam skala besar merupakan kawasan atau kota yang dapat mempengaruhi perilaku yaitu :
sedangkan perilaku manusia diartikan sebagai 1. Ruang yang dirancang untuk memenuhi
aktivitas dan perilaku pengguna / pelaku (Haryadi suatu fungsi atau tujuan tertentu.
dan Bakti Setiawan, 1995). 2. Ruang yang dirancang untuk memenuhi
Evaluasi bangunan dalam kajian arsitektur fungsi yang fleksibel.
perilaku bertujuan mewujudkan suatu lingkungan Masing-masing perancangan fisik ruang tersebut
binaan yang lebih baik dan bermakna dimana mempunyai variable independent yang
terjadinya hubungan yang positif antara pengguna, berpengaruh terhadap perilaku pengguna.
bangunan, dan lingkungan. Disamping itu juga
bertujuan untuk meningkatkan kualitas METODE PENELITIAN
lingkungan yang lebih baik dengan mengurangi
dampak-dampak kerusakan lingkungan, serta Penelitian ini merupakan penelitian deduktif-
sebagai acuan dan arahan bagi proses eksploratif yang dilakukan di lapangan (field
perencanaan, pengembangan, perancangan research). Dalam penelitian ini menggunakan
arsitektur dan kota yang lebih sistematis dengan metode Evaluasi Purna Huni (EPH) atau Post
melihat interaksi antara manusia dan lingkungan. Occupancy Evaluation (POE) dari aspek perilaku.
Dalam studi tentang hubungan arsitektur EPH aspek perilaku merupakan suatu langkah

3
Nurhamsyah, M., dkk/ Evaluasi Purna Huni … / Jurnal Teknika, Vol. 4, No. 1, Oktober 2020, hlm 1-13

evaluasi terhadap bangunan guna mengetahui Bangunan pasar ini terletak di Jalan Prof. Muh
kualitas bangunan yang telah digunakan, Yamin, tepatnya kurang lebih 50 meter dari titik
berdasarkan faktor perilaku manusia, persepsi dan awal jalan. Pengunjung dapat langsung mengenali
kebutuhan pengguna. Model EPH/POE yang lokasi pasar tersebut ditandai dengan aktivitas
dipilih dalam penelitian ini adalah model yang dilakukan pada pagi hari, sehingga bangunan
tingkatan Investigative, dimana tingkatan evaluasi tersebut cukup menjadi area yang ramai dengan
model ini memerlukan waktu yang cukup lama di kegiatan membeli kebutuhan sehari-hari.
lapangan, lebih mensyaratkan teknik
pengumpulan data dan analisa yang baik,
memakai kriteria-kriteria penelitian yang secara
obyektif dan eksplisit, dan dengan bentuk kegiatan
yaitu penilaian berdasarkan literatur (teori) dan
perbandingan dengan bangunan atau fasilitas
sejenis.
Tahapan proses penelitian yang dilakukan adalah Gambar 1. Suasana Pasar Kemuning
sebagai berikut :
1. Mengidentifikasi dan melakukan studi Berdasarkan hasil survei data yang di dapatkan di
pendahuluan terhadap kasus pasar terpilih. lapangan, terdapat beberapa jalur akses masuk
2. Mendokumentasikan dan mendiskripsikan menuju pasar, yakni melalui dua pintu depan serta
kondisi faktual bangunan pasar ditinjau dari akses yang di dapatkan pejalan kaki dari
aspek perilaku. permukiman belakang pasar. Pembeli yang berasal
3. Melakukan pengumpulan data dengan dari luar pasar cenderung melewati akses dari
metode : pintu kedua di banding pintu pertama. Kedua pintu
a) Place – centered mapping → memetakan masuk di depan memiliki satu area parkir dengan
amatan setting atau ruang, tempat sirkulasi menuju pasar di sayap kiri dan kanan
berlangsungnya aktifitas atau kegiatan oleh bangunan.
pengguna atau pengunjung dalam Pejalan dan pengendara motor selalu mengakses
memfungsikan bangunan pada waktu kedua jalur sirkulasi untuk mencapai bagian dalam
tertentu. pasar. Sedangkan pada bagian depan pasar
b) Person – centered mapping → melakukan terdapat tangga yang menghubungkan ke lantai
pengamatan terhadap subjek atau pengguna atas bangunan pasar. Oleh karena itu tersedia
secara rinci dengan memetakan pergerakan multiakses pada pasar tradisional ini. Proses
pengguna, aktivitas pengguna dalam setting kegiatan membeli kebutuhan rumah tangga tidak
ruang tertentu dengan waktu yang rinci. hanya pada bangunan pasar tersebut, namun juga
4. Mendokumentasikan kondisi objek pada bangunan sekitar pasar yang menjual
penelitian, pengamatan terhadap pengguna kebutuhan pokok pembeli. Melewati sirkulasi
pasar. sebelah kiri dan kanan bangunan pembeli juga
5. Melakukan evaluasi terhadap aspek perilaku bisa mengakses ke bangunan sekitar pasar,
dari masing-masing objek penelitian; sehingga kegiatan pemenuhan kebutuhan tidak
6. Menganalisa data dari hasil evaluasi hanya di dalam bagunan pasar, namun di sekitar
pemetaan pada kedua objek penelitian pasar terdapat toko-toko yang menyediakan
berdasarkan teori atau standar yang ada dan kebutuhan pembeli. Tidak hanya toko-toko yang
berlaku, untuk kemudian dibandingkan hasil berada di sekitar bangunan, namun terdapat juga
analisanya. kios-kios yang memenuhi bagian depan pasar.
7. Menyimpulkan hasil evaluasi untuk memberi Kios tersebut menjual kebutuhan tambahan yang
gambaran kualitas bangunan dan indikasi diperlukan pembeli, seperti jajanan pasar ataupun
keberhasilan desain objek penelitian. kios spesifik lainnya. Kios ini juga mengundang
8. Memberikan usulan terhadap hasil evaluasi pengendara dari tepi jalan untuk berhenti,
yang telah dilakukan. sehingga menjadi salah satu kemudahan
pengendara di luar pasar untuk membeli
HASIL DAN PEMBAHASAN kebutuhan tambahan.
Susunan area-area dalam pasar terbagi atas area
Pasar Kemuning basah dan area kering. Susunan zonasi kebutuhan
bagian dalam cukup teratur dengan beberapa akses

4
Nurhamsyah, M., dkk/ Evaluasi Purna Huni … / Jurnal Teknika, Vol. 4, No. 1, Oktober 2020, hlm 1-13

sirkulasi utama. Pembeli juga dapat menuju lantai pembeli, karena tidak tersedianya aturan lalu
atas untuk membeli kebutuhan tambahan seperti lintas yang baku di sekitar kawasan. Oleh karena
gadget ataupun kebutuhan tersier lainnya. Untuk itu lebar ataupun sempitnya jalur mempengaruhi
mengkases lantai atas, pembeli harus melalui kecenderungan akses pembeli, selain itu peletakan
tangga yang terdapat pada bagian muka bangunan, jalur yang strategis pada titik tiga membuat
sehingga tidak dapat di akses melalui dalam pembeli dapat menjangkau pasar lebih baik.
bangunan. 2. Titik simpul sirkulasi
1. Akses pencapaian Pada pasar ini juga terdapat beberapa titik
Akses untuk pencapaian ke area parkir melalui pertemuan jalur sirkulasi yang menjadi titik
tiga titik jalur menuju pasar, sehingga berpotensi simpul pada akhirnya, yakni pada bagian depan
menciptakan ketidakteraturan dalam mencapai pasar dan belakang pasar. Hal tersebut menjadi
lokasi studi kasus. salah potensi dalam mengetahui titik-titik
keramaian pembeli. Oleh sebab itu titik simpul
menjadi salah satu alat dalam penelitian ini untuk
melihat titik pertemuan terbanyak manusia dalam
kawasan pasar ini.
Terdapat dua titik pada bagian depan, yang
Akses 1 (depan, Akses 2 (depan, Akses 3 (belakang,
memiliki ciri khas sekitar dan fungsi yang sama.
kanan bangunan) kiri bangunan) permukiman Titik tersebut menjadi penentu pembeli dalam
warga) menentukan tujuan kedatangannya menuju pasar
Gambar 2. Akses pengunjung pada eksisting pasar tersebut, dengan ciri khas memiliki potensi untuk
merubah awal kedatangannya menuju pasar serta
Titik masuk pengunjung yang pertama terletak memiliki fungsi untuk sebagai area yang sering
pada pintu masuk pertama kali yang ditemukan dilalui pembeli karena pertemuan jalur sirkulasi
pengunjung yakni di sebelah kanan bangunan. pada eksisting kawasan
Kondisi jalur yang tidak terhubung langsung ke Titik simpul 1 sering dilalui pembeli yang berasal
bagian utama pasar membuat titik ini digunakan dari dalam atau luar kawasan pasar. Dari luar pasar
pembeli untuk membeli kebutuhan tambahan yang dikarenakan letaknya yang strategis antara
berada di sekitar area pasar seperti sembako pada pertemuan zona parkir dan zona pasar utama di
bangunan sebelah kiri kanan pasar ataupun kios- dalam kawasan. Pengunjung berlalu-lalang pada
kios lainnya yang hadir di sekitar pasar. Hal itulah titik ini, oleh sebab itu juga sebagai potensi dalam
yang membuat jalur pertama ini sangat jarang menentukan titik keramaian pembeli pasar.
digunakan pembeli untuk membeli kebutuhan
utama yang dipasarkan.
Titik masuk kedua pengunjung berada sebelah
kanan bangunan pasar. Selain luasan yang cukup
lebar sebagai akses masuk, jalur tersebut terbilang
cukup strategis sebab dapat mengakses sirkulasi
menuju pasar secara langsung. Namun jalur ini
dijadikan juga sebagai jalur keluar masuknya Gambar 3. Titik simpul sirkulasi pasar
kendaraan, sehingga sering terjadi kapadatan saat
pengunjung ramai menuju pasar. Titik simpul 2 terdapat di bagian belakang pasar
Titik terakhir yang ditemukan dari pergerakan dengan ciri khas dan fungsi yang berbeda dari titik
pembeli yaitu melalui jalur belakang bangunan sebelumnya. Titik pada bagian belakang ini
pasar. Jalur ini dilewati oleh para pejalan kaki yag memilki ciri khas yakni pembeli yang berasal dari
berasal dari area permukima warga. Data ini permukiman sekitar pasar melewati sirkulasi ini.
didapatkan berdasarkan hasil pengamatan serta Selain berfungsi sebagai jalur pejalan kaki, jalur
kedekatannya pasar dengan permukiman warga. ini juga sering dilewati pengendara sepeda motor
Oleh karena itu jalur belakang menjadi salah satu yang berlalu - lalang di jalur tersebut.
potensi kehadiran pembeli menuju pasar. 3. Teritori
Penjelasan ketiga titik sebelumnya menjadi Teritori pertama yang terbentuk terdapat pada
pertimbangan dalam menentukan jalur yang bagian awal akses masuk pasar, dikarenakan pada
mudah di jangkau oleh pembeli. Masing-masing bagian awal ini dipenuhi oleh kios-kios yang tidak
jalur memiliki kepentingannya sendiri bagi hanya menjadi daya tarik dari dalam kawasan

5
Nurhamsyah, M., dkk/ Evaluasi Purna Huni … / Jurnal Teknika, Vol. 4, No. 1, Oktober 2020, hlm 1-13

pasar, namun menjadi daya tarik dari bagian luar bagian depan bangunan, yang digunakan untuk
kawasan pasar. Hal-hal yang diperjual belikan mengakses lantai atas bangunan pasar. Oleh
juga beragam meliputi hal yang dijual bagi karena itu tangga dan kios-kios menjadi perhatian
kebutuhan utama pasar serta hal yang dijual pandangan terhadap pasar ini.
berkenaan dengan kebutuhan tambahan pasar
maupun kebutuhan di luar pasar. Oleh sebab itu Pasar Dahlia
penentuan teritori awal ini juga dapat menunjukan Pasar Dahlia merupakan salah satu pasar
daerah titik keramaian kawasan. tradisional dengan bentuk yang melebar ke
samping ataupun horizontal sehingga mudah
dikenali oleh pengunjung. Pasar ini merupakan
salah satu pasar yang besar, yang berdiri di
Pontianak Barat, tepatnya di Jl. H. Rais A.
Rachman. Oleh karena itu pasar ini menarik untuk
Gambar 4. Area teritori Pasar Kemuning dijadikan sebagai studi kasus penelitian.

Terdapat teritori kedua yang cukup berkembang


yaitu warung kopi. Warung ini terbentuk karena
kebutuhan aktivitas masyarakat pasar yang
dilakukan pada pagi hari sehingga selain
menyediakan minuman kopi, juga tersedia menu
sarapan lainnya yang menjadi daya tarik
pengunjung pasar. Pengunjung pasar dapat Gambar 6. Suasana Pasar Dahlia
menikmati sarapan pagi yang tersedia di kios-kios
terdekat warung kopi tersebut. Oleh karena itu Berdasarkan hasil observasi, bahwa pengunjung
warung kopi ini juga dapat dinyatakan sebagai dapat memasuki bangunan melalui berbagai akses,
area teritori yang berada pada bagian eksisting baik dari sisi depan maupun sisi lainnya.
pasar. Pengunjung yang masuk melalui bagian depan
4. Orientasi rata-rata berasal dari luar kawasan pasar dengan
Orientasi pada bagian eksisting secara view to site kendaraan bermotor, sedangkan yang melalui
tidak terlalu baik dikarenakan terdapat kios-kios akses bagian belakang berasal dari warga sekitar
yang mengahalangi pandangan ke bangunan permukiman sekitar pasar dengan berjalan kaki.
utama pasar, sehingga bangunan pasar tidak Pengunjung juga bisa mengakses dari pintu
mudah di kenal. Pengenalan terhadap pasar dapat samping bangunan, yaitu dari area terminal
ditemui dengan barang dagangan yang dijual pada dengan rata-rata pengunjung berasal dari
sekitar pasar tersebut. pengguna transportasi massal. Oleh sebab itu titik
akses pintu masuk bisa dari berbagai arah sesuai
kebutuhan pembeli.
Pasar Dahlia berdiri di area kawasan permukiman
dengan jalur-jalur akses yang mengelilinginya.
Pada bagian sayap kanan bangunan terdapat jalur
akses masuk permukiman sekaligus sebagai jalur
masuk ke pasar untuk mengunjungi area basah
bagi pembeli dengan berjalan kaki atau kendaraan
bermotor, sehingga perletakan kebutuhan utama
pembeli rata-rata terdapat di sayap kanan ini.
Jalur akses yang berikutnya berasal dari sayap kiri
Gambar 5. Orientasi pasar kemuning dari jalan utama yang berdekatan dengan area terminal kendaraan
publik. Pembeli dapat mengakses bagian pasar
Selain view to site, data view from site juga melalui pintu samping pasar atau melalui teras
ditemukan pada pasar ini. Pandangan bangunan pasar pada bagian depan ataupun menuju belakang
terhadap eksisting masih memiliki karakter yang pasar. Jalur akses berikutnya berasal dari belakang
sama dengan sebelumnya dikarenakan terhalang pasar yang diperuntukan bagi kawasan
oleh kios-kios pada bagian depan. Selain itu, permukiman serta pemasok barang menuju pasar.
bangunan memiliki tangga yang terdapat pada Karakter jalur belakang dan depan memiliki

6
Nurhamsyah, M., dkk/ Evaluasi Purna Huni … / Jurnal Teknika, Vol. 4, No. 1, Oktober 2020, hlm 1-13

karakteristik yaitu multiakses, sehingga pembeli Keseluruhan zona memiliki karakteristik dalam
bebas dalam mengkases pasar. Kondisi sekitar pencapaiannya. Jika pembeli ingin menuju ke area
eksisting dipenuhi dengan kios-kios bagi basah maka langsung mencapai area di sebelah
kebutuhan pembeli, seperti kios-kios buah, kue, kanan bangunan dan area kering sebaliknya. Pasar
dan lainnya. Kios diletakan pada bagian depan dengan kebutuhan utama yakni kebutuhan
karena banyaknya pengunjung luar yang dapat konsumsi sehari-hari membuat pembeli menjadi
mengakses langsung kios tanpa masuk ke area menumpuk ke salah satu sisi bangunan daripada
pasar. Pertokoan juga terdapat di bagian kawasan memenuhi kebutuhan tambahan.
pasar yang menjual kebutuhan tambahan dengan 2. Titik simpul sirkulasi
pisah massa dari bangunan utama, sehingga kios Pasar Dahlia berdiri di kawasan padat penduduk
dan pertokoan tersebut menjadi salah satu serta jalan raya yang terbentang di bagian depan
kebutuhan pembeli. bangunan. Di sebelah kanan bangunan terdapat
Pada bagian dalam bangunan di lantai dasar jalur menuju permukiman yang terhubung dengan
terdapat pembagian zonasi seperti area basah, jalan raya. Terdapat area terminal di sebeleh kiri
kering dan area pertokoan, sedangkan pada lantai bangunan yang terhubung denga jalur belakang
atas di khususkan untuk pertokoan sebagai area permukiman. Oleh karena itu keterhubungan
kebutuhan tambahan pasar. Kebutuhan utama jalur tersubut dapat dipakai sebagai titik simpul
pasar dapat di dapatkan pada bagian sayap kanan sirkulasi dalam penelitian ini.
pasar sedangkan kebutuhan tambahan pasar Di ruang dalam bangunan pasar terdapat berbagai
terdapat pada bagian sayap kiri pasar yang jalur yang saling terhubung karena tipikal
berdekatan dengan kawasan terminal. Untuk bangunan yang multiakses, namun terlihat jalur
menuju lantai atas, pembeli harus mengakses dari utama di dalamnya yang dapat menghubungkan
tangga bagian depan bangunan. Lantai atas pembeli dari titik-titik awalnya yakni dari area
menjual kebutuhan tambahan pasar, namun parkir, terminal dan jalur permukiman, sehingga
kondisinya tidak terlalu banyak diisi oleh pembeli, jalur utama ruang dalam tersebut dapat dijadikan
dikarenakan tidak ramai dilalui pembeli. Oleh titik simpul pergerakan.
sebab itu pembeli cenderung lebih banyak ke 3. Teritori
lantai dasar untuk membeli kebutuhan utama. Kondisi Pasar pada area eksisting dipenuhi oleh
1. Akses pencapaian kios-kios buah yang terdapat pada bagian luar
Pada bagian eksisting pasar, pegunjung memiliki kawasan Pasar Dahlia. Hal ini menjadi salah satu
kecenderungan dalam melakukan akses ke bagian teritori dikarenakan batas-batas area yang
bangunan melalui beberapa titik seperti melalui diciptakan penjual bagi kebutuhan pembeli yang
area parkir, area terminal dan jalur belakang area tidak hanya dari dalam pasar namun juga untuk
permukiman. Ketiga titik tersebut hadir bagi para pengguna jalan. Tidak hanya kios di bagian
pembeli dengan latar belakang tempat tinggalnya tepi jalan, namun di dalam kawasan sendiri
masing-masing. Pasar Dahlia memberikan terdapat kios-kios yang menyediaka kebutuhan
kemudahan dengan ketiga akses tersebut, warga pasarnya seperti warung makan dsb. Oleh
sehingga karakter bangunan yang muncul yaitu karena itu kemunculan kios-kios pada eksisting
memliki pintu multiakses, yang dapat dimasuki menjadi salah satu bagian dari parameter teritori.
pembeli dengan bebas. Oleh sebab itu
pembahasan mengenai akses juga menjadi salah
satu parameter dalam melihat persebaran pembeli
dalam suatu ruang.

Gambar 8. Teritori pada area luar dan dalam pasar

Ruang-ruang yang terbentuk di dalam pasar juga


menjadi salah satu indikasi untuk menemukan
Gambar 7. Akses pada kawasan luar dan dalam pasar area teritori di dalamnya, baik di lantai atas
maupun bawah. Di lantai bawah selain area basah
Pasar menyediakan beberapa zonasi sebagai dan kering sebagai kebutuhan utama pasar, juga
pembagian ruang yakni area kering dan basah terdapat area kering yang menjual kebutuhan
pada lantai dasar dan area pertokoan di lantai atas. tambahan. Ruang-ruang yang terbentuk secara

7
Nurhamsyah, M., dkk/ Evaluasi Purna Huni … / Jurnal Teknika, Vol. 4, No. 1, Oktober 2020, hlm 1-13

tertutup dan berjarak menjadi salah satu potensi a. Sampel (1a) titik yang dikunjungi berurutan
pengembangan area teritori bagi warga pasar. Hal :(1) Parkir ; (2) Sembako ; (3) Warung Makan
tersebut juga terjadi di lantai atas, dengan ; (4) Buah-buahan ; (5) Parkir.
pembentukan ruang yang sama pada area b. Sampel (1b) titik yang dikunjungi berurutan :
keringnya. (1) Parkir ; (2) Sembako ; (3) Daging ; (4)
4. Orientasi Bumbu Dapur ; (5) Sembako ; (6) Parkir.
Bentuk bangunan pasar yang melebar cukup c. Sampel (1c) titik yang dikunjungi berurutan :
menjadikannya sebagai bangunan yang dapat di (1) Parkir ; (2) Warung Makan ; (3) Sembako
pandang dari berbagai sudut. Pada bagian ; (4) Buah-buahan ; (5) Parkir.
eksisting, pandangan terhadap pasar langsung
tertuju pada kios-kios yang membentang pada
bagian depan pasar, sehingga pengunjung tidak
dapat langsung melihat bagian lantai dasar pasar.
Hal tersebut cukup mengurangi identitas pasar
tradisional sendiri, namun dengan keberadaan
lapak buah bisa menjadi pertimbangan mengenai
keberadaan pasar. Jika sudah berada di area parkir
pada halaman depan pasar, maka dapat melihat Sample 1a Sample 1b Sample 1c
tampak pasar dengan ciri multiakses, yakni
tersedia lorong ruang bagi sirkulasi ruang dalam Gambar 9. Mapping titik 1 Pasar Kemuning
pasar.
Sebaliknya jika pandangan pasar dari ruang dalam Berdasarkan mapping diatas, didapat hasil
maka akan terjadi yang seperti sebelumnya. pengunjung pasar pada titik pertama ini memiliki
Namun kesan ruang yang cukup gelap keberagaman zona yang dikunjungi. Hal tersebut
dikarenakan bangunan memiliki lantai atasnya, terlihat dari perpindahan yang terjadi di mulai
sehingga cahaya kurang masuk pada ruang dalam. pada titik awal menuju titik selanjutnya hingga
Pembeli juga tidak dapat terkoneksi dengan lantai titik akhir. Selama berada diantara titik awal dan
atas jika dilihat dari bawah. Pembeli harus menuju akhir tersebut, perpindahan pelaku tidak beraturan
ke ruang luar untuk mengakses serta melihat dalam perpindahannya. Dalam proses
penjualan di lantai atas. ketidakteraturan pergerakan pembeli dari sampel
pertama, terdapat beberapa hal kesamaan yang
Analisa Aspek Perilaku dapat ditemukan yakni adanya area-area
Metode pengamatan yang dilakukan dalam kunjungan yang memiliki kesamaan namun
evaluasi perilaku ini yaitu dengan person center berbeda arah pergerakan. Kesamaan area
map atau pemetaan berdasarkan pergerakan kunjungan dapat mengidentifikasikan sirkulasi
pengguna. Langkah awal yakni dengan yang sering digunakan pembeli, sehingga melalui
menentukan titik awal pergerakan pembeli pasar hal tersebut dapat mendapatkan kesimpulan dari
disertai jumlah sampel yang akan diambil. parameter yang akan digunakan.
Kemudian mengikuti pergerakan pembeli dengan Hasil data yang telah dikumpulkan terdapat titik
manyatukan aspek perilaku seperti akses yang selalu di lewati pembeli yaitu pada area
pencapaian, titik simpul pergerakan, teritori dan sembako dan buah-buahan, jika pembeli melalui
orientasi yang telah didapatkan, sehingga dapat titik awal aktivitas dari area parkiran kedua.
menemukan hasil akhir kesimpulan setiap sample Perletakan area sembako dan buah-buahan berada
yang diambil. pada tepian sirkulasi samping kiri dan kanan
1. Titik 1 Pasar Kemuning bangunan. Hal tersebut menjadi area kunjungan
Pada titik 1 terdapat 3 sampel yang diambil yang pasti dilalui pembeli karena jalur tersebut
dimana arah masuk pengguna berasal dari zona menjadi jalur sirkulasi utama pejalan kaki yang
publik, area parkir. Arah masuk ini juga berkunjung ke pasar. Oleh karena itu sirkulasi
menentukan titik simpul, akses, teritori, dan pejalan kaki pada kiri dan kanan bangunan dapat
orientasi pelaku dari satu tempat ke tempat lain dinyatakan sebagai akses utama menuju ruang
dengan mengikuti arah pergerakan pelaku pada dalam pasar.
sampel. Berikut arah pergerakan dari sampel titik Titik simpul pergerakan luar dari pengamatan titik
pertama yang dimulai pada area parkir pertama ini terletak pada jalur sirkulasi kiri dan
pengunjung pertama, yakni : kanan bangunan jika diamati berdasarkan kondisi

8
Nurhamsyah, M., dkk/ Evaluasi Purna Huni … / Jurnal Teknika, Vol. 4, No. 1, Oktober 2020, hlm 1-13

eksisting pasar. Hal tersebut dikarenakan jalur ini sampel di titik 2, yang dimulai dari arah area
sebagai penghubung antar jalur depan dan permukiman belakang bangunan pasar, yakni :
belakang pasar. Berdasarkan kondsi ruang dalam a. Sampel (2a) titik yang dikunjungi berurutan
pasar, titik simpul dapat ditemukan pada :(1) Permukiman ; (2) Warung Makan ; (3)
pertemuan sirkulasi secara vertikal dan horizontal Klontongan ; (4) Buah-buahan ; (5) Sembako
di dalamnya. Pasar Kemuning memiliki ; (6) Permukiman.
multiakses untuk menuju ruang dalam, sehingga b. Sampel (2b) titik yang dikunjungi berurutan :
jalur simpul tersebut sering dilalui pembeli (1) Permukiman ; (2) Sembako ; (3) Sayuran
daripada jalur lainnya. Namun jalur secara vertikal ; (4) Bumbu Dapur; (5) Permukiman.
harus terhalang oleh tangga yang terdapat di c. Sampel (2c) titik yang dikunjungi berurutan :
bagian depan bangunan sehingga pengunjung (1) Permukiman; (2) Buah-buahan ; (3)
harus melalui sikulasi samping kiri dan kanan Daging ; (4) Bumbu Dapur ; (5) Warung Kue
bangunan pasar untuk mengkases bagian ruang ; (6) Permukiman
dalam pasar. Oleh sebab itu titik simpul secara
horizontal dapat dijadikan pertimbangan sebagai
jalur pintu utama menuju pasar.
Akses pencapaian pada titik ini, jika pembeli
melalui area parkir sebagai titik awal cenderung
bergerak melalui jalur sirkulasi kiri dan kanan
bangunan. Hal ini terjadi karena suasana halaman
depan dipenuhi dengan parkiran kendaraan, selain
itu terdapat tangga untuk akses menuju lantai atas
yang terdapat pada bagian muka depan bangunan. Sample 2a Sample 2b Sample 2c
Kondisi ruang dalam pasar dengan perbedaan Gambar 10. Mapping titik 2 Pasar Kemuning
antara area basah dan kering juga mempengaruhi
pergerakan pembeli di dalamnya. Pembeli Ketiga sampel pembeli yang masuk dari arah
cenderung melewati sirkulasi yang lebar untuk belakang bangunan berasal dari area permukiman
perpindahan antar satu tempat ke tempat lainya. warga. Pembeli menggunakan sirkulasi untuk
Sirkulasi yang mempunyai kriteria tersebut adalah mengakses dengan berjalan kaki sehingga jalur
sirkulasi vertikal dan horizontal pada bagian sebalah kiri dan kanan secara aktif digunakan oleh
tengah pasar. Oleh sebab itu pembeli cenderung pembeli, sehingga dapat jalur berlakang
memerlukan akses yang cukup lebar untuk berhubungan dengan akses kiri kanan bangunan
memudahkan pergerakannya. yang membentuk simpul.
Pada titik ini terdapat beberapa area teritori yang Pertokoan tidak hanya terbentuk di bagian kiri dan
digunakan warga pasar yakni kios-kios, warung kanan, namun juga terbentuk pada area belakang
kopi dan jalur sirkulasi. Dengan sampel pertama pasar. Hal tersebut menjadi potensi pembeli untuk
pengunjung masuk melalui jalur masuk utama memenuhi kebutuhan utama juga pada area
sehingga menemukan kios-kios tersebut. Kios- belakang pasar. Oleh sebab itu pertokoan di bagian
kios ini juga mempengaruhi ruang gerak pembeli belakang juga menjadi salah satu potensi
khususnya bagi pengendara motor yang hendak terbentuknya area teritori terdekat pasar.
memarkirkan kendaraannya. Teritori yang Orientasi pembeli terhadap bangunan, jika tampak
terbentuk berikutnya yakni jalur sirkulasi bagian dari belakang maka akan menemukan beberapa
kiri dan kanan pasar. Selain dilalui pejalan kaki, pertokoan yang menjual kebutuhan utama seperti
jalur ini juga dilewati oleh pengendara motor yang yang terdapat di pasar. Hal tersebut menjadi
hendak mengakses permukiman belakang pasar. sebuah pilihan bagi pembeli untuk memenuhi
Kecenderungan orientasi ketiga sampel pada titik kebutuhan utamanya khususnya yang berkisaran
ini, pandangan pembeli menuju site menggunakan pada kawasan pasar sendiri. Pada saat di ruang
sirkulasi kiri dan kanan karena tidak dapat dalam pasar, pembeli yang berasal dari belakang
melewati bagian depan bangunan sebab terdapat melihat sirkulasi horizontal sebagai penghubung
tangga yang menghalanginya. Begitu juga utama untuk sampai ke lapak-lapak yang tersedia.
sebaliknya, jika pandangan pembeli dari dalam Oleh sebab itu pembeli yang berasal dari belakang
bangunan. akan menemukan banyak pilihan untuk memenuhi
2. Titik 2 Pasar Kemuning kebutuhan utamanya
Berikut merupakan penjelasan pergerakan 3

9
Nurhamsyah, M., dkk/ Evaluasi Purna Huni … / Jurnal Teknika, Vol. 4, No. 1, Oktober 2020, hlm 1-13

3. Titik 1 Pasar Dahlia yang berasal dari jalur akses langsung melalui
Pada kasus pasar kedua ini, juga mengamati dua jalan kecil ke arah permukiman, sehingga bisa
titik pergerakan pembeli, setiap titik diambil 3 langsung mendapatkan barang yang diperlukan
sampel dan dilakukan person center map. Berikut pembeli. Oleh karena itu titik simpul terjadi pada
merupakan pergerakan sampel yang dimulai pada jalan-jalan yang menghubungkan pada bagian
area parkir pengunjung, yakni : kanan bangunan pasar.
a. Sampel (1a) titik yang dikunjungi berurutan Jika dilihat dari ruang dalam bangunan pasar,
:(1) Parkir ; (2)Warung Makan ; (3) Sayuran maka pembeli cenderung melewati sirkulasi
; (4) Buah-buahan ; (5) Parkir. dalam utama yang saling terhubung menjadi jalur
b. Sampel (1b) titik yang dikunjungi berurutan : simpul antara area basah dan kering. Namun,
(1) Parkir ; (2) Bumbu Dapur ; (3) Sembako ; karena pasar terbangun atas multiakses, sehingga
(4) Sayuran; (5) Warung Makan ; (6) Parkir. pembeli melalui sirkulasi kecil antar lapak penjual
c. Sampel (1c) titik yang dikunjungi berurutan : sebelum melewati jalur utama, sehingga jalur
(1) Parkir; (2) Daging ; (3) Sayuran ; (4) utama dianggap sebagai titik pandang pembeli
Bumbu Dapur ; (5) Parkir. untuk menuju ke area pasar yang dibutuhkan.
Pada bagian kanan bangunan pembeli cenderung
melakukan akses dan penjangkauannya langsung
ke area basah ataupun kering. Terlihat pada
sampel, baik pembeli yang parkir di bagian kiri
ataupun tengah, langsung menuju bagian tersebut
untuk memenuhi kebutuhanya, sehingga zona di
sebelah kiri bangunan cenderung lebih sepi
Sample 1a Sample 1b
daripada di sebelah kanannya.
Sepinya zona kiri dibandingkan zona kanan yang
menjual kebutuhan tambahan pasar ini, membuat
munculnya potensi untuk membangun batasan
teritori pelaku pasar. Pemecahan ruang satu
dengan ruang lainnya menciptakan ruang antara
didalamnya, sehingga ruang ini dapat
Sample 1c dimanfaatkan bagi beberapa pelaku pasar dan
menjadi batas teritorinya. Oleh sebab itu teritori
Gambar 11. Mapping titik 1 Pasar Dahlia kuat terjadi pada bagian sisi kiri bangunan pasar
dahlia ini.
Jika pengunjung berasal dari luar kawasan pasar, Pada area eksisting pembeli cenderung tidak dapat
maka ada beberapa titik yang selalu di kunjungi, memandang lantai bawah pasar. Hal ini
terlihat pada ketiga sampel di atas yakni rumah dikarenakan penciptaan area teritori kembali pada
makan, sayuran dan buah. Jalur utama yang jalur pejalan kaki pasar dengan kios-kios yang
dilewati pembeli yakni melalui teras pasar serta tersebar di luarnya, sehingga pembeli cenderung
jalur utama ruang dalam yang memisahkan antara melewati sirkulasi kanan bangunan yang langsung
area kering dan area basah. Hal tersebut terjadi terhubung ke area utama pasar daripada melewati
karena pembeli dari luar cenderung memenuhi kios pada bagian tengah serta kebutuhan tambahan
kebutuhan utama terlebih dahulu sebelum pasar pada bagian kiri bangunan. Orientasi
kebutuhan tambahan yakni daging, sayur, dsb. bangunan sangat mudah dikenali dari arah jalan
Oleh sebab itu penelusuran pembeli menggunakan utama karena bentuk bangunan yang memanjang.
beberapa parameter perilaku menjadi penting agar
dapat mengetahui persebaran merata yang terjadi 4. Titik 2 Pasar Dahlia
di pasar. Berikut merupakan penjelasan pergerakan sampel
Pada sampel titik pertama Pasar Dahlia, titik titik kedua, yang dimulai dari arah area
simpul pergerakan pembeli terdapat pada bagian permukiman belakang pasar, yakni :
eksisting pasar. Pengujung dari luar kawasan yang a. Sampel (2a) titik yang dikunjungi berurutan
melalui jalan utama cenderung langsung :(1) Permukiman ; (2)Sembako; (3) Bumbu
mengakses sirkulasi yang menghubungkan ke area Dapur ; (4) Daging ; (5) Bumbu Dapur ; (6)
basah dan kering pasar sebagai kebutuhan utama. Permukiman.
Selain berasal dari area parkir, ada juga pembeli

10
Nurhamsyah, M., dkk/ Evaluasi Purna Huni … / Jurnal Teknika, Vol. 4, No. 1, Oktober 2020, hlm 1-13

b. Sampel (2b) titik yang dikunjungi berurutan : meskipun pasar terdiri atas multiakses di
(1) Permukiman ; (2) Klontongan; (3) Daging dalamnya. Oleh sebab itu sirkulasi luar belakang
; (4) Klontongan; (5) Permukiman. bangunan terhubung dengan sirkulasi dalam pasar.
c. Sampel (2c) titik yang dikunjungi berurutan : Pengunjung pasar yang berasal dari belakang
(1) Permukiman ; (2) Warung Makan ; (3) permukiman cenderung langsung mengakses area
Sayuran ; (4) Sembako ; (5) Klontongan ; (6) basah dan kering pasar untuk mengisi kebutuhan
Permukiman utama pembeli, sehingga pengunjung jarang
melewati area kering yang menjual kebutuhan
tambahan. Berdasarkan data di atas, pelaku
melewati area kering tersebut dengan sirkulasi
utama pasar untuk menuju area basar kering yang
menjual kebutuhan utama pembeli.
Pada bangunan belakang pasar terdapat
lingkungan pertokoan yang menjual barang-
barang dagangan bagi pembeli, sehingga
Sample 2a Sample 2b
kebutuhan utama tidak hanya tersedia di ruang
dalam pasar namun terdapat juga di ruang luar
pasar. Lingkungan pertokoan ini menjadi salah
satu potensi area teritori sekitar kawasan pasar.
Pembeli juga cenderung melewati jalur belakang
untuk membeli kebutuhan utama tersebut. Oleh
sebab itu sirkulasi belakang dapat digunakan
Sample 2c pembeli baik mengakses bangunan pasar maupun
pertokoan.
Gambar 12. Mapping titik 2 Pasar Dahlia Orientasi pembeli terhadap bangunan pasar
terlihat jelas tampak bangunan pasar yang
Pada ketiga sampel titik ini, pelaku berasal dari memanjang dengan multiakses menuju lantai
jalur belakang area permukiman. Pelaku yang bawah. Pembeli pasar yang berasal dari belakang
ditemukan berdasarkan survei berasal dari area dapat mengkases lantai atas melalui tangga
permukiman dan pejalan kaki dari lingkungan belakang, dan tidak bisa langsung dari ruang
sekitar. Pelaku menggunakan jalur belakang dalam pasar sendiri. Oleh sebab itu pandangan
ataupun mengakses langsung ke dalam pasar dari ruang dalam lantai bawah tidak terkoneksi
melalui multiakses pada bangunan pasar. dengan lantai atas.
Oleh karena itu jalur belakang digunakan pelaku
dari area permukiman untuk menuju bangunan Matrik Hasil Pembahasan
pasar. Jalur belakang terhubung dengan jalur Untuk memudahkan merumuskan hasil analisa
permukiman warga, sehingga dapat dinyatakan dari kedua kasus pasar, maka dibuat matrik
sebagai titik simpul. Jalur ini digunakan juga pembahasan sebagai berikut :
sebagai akses untuk mencapai lapak-lapak di
ruang dalam pasar, melewati jalur utama pasar

Tabel 1. Matrik hasil pembahasan evaluasi perilaku pasar


PASAR KEMUNING PASAR DAHLIA
Eksternal Internal Eksternal Internal
Akses pencapaian
Area Pejalan Kaki Tampak Samping Multifungsi akses Ketidakseimbangan
dijadikan sirkulasi sebelah kiri-kanan membuat pembeli perletakan zonning
utama dibandingkan bangunan menerapkan dapat meyebar secara area basah dan kering
kendaraan motor atau One Gate System agar tidak merata pada di bagian samping
adanya pembatasan. persebaran teratur. ruang dalam kerena membuat pembeli
dapat mengakses lebih cenderung ke
bagian ruang luar area tersebut daripada
pasar tanpa melalui kebutuhan tambahan
sirkulasi utama ruang lainnya
dalam

11
Nurhamsyah, M., dkk/ Evaluasi Purna Huni … / Jurnal Teknika, Vol. 4, No. 1, Oktober 2020, hlm 1-13

Tabel 1. Lanjutan
Pembahasan : (multiakses) Pembahasan : (multiakses)
Pergerakan pembeli cenderung melalui sisi kiri Persebaran pergerakan pembeli dapat merata di
dan kanan bangunan sehingga dapat bagian ruang dalam dengan menggunakan
menyediakan sistem satu pintu bagi pembeli. sistem satu pintu, sehingga pembeli dapat
menentukan fokus pergerakan.

Titik Simpul Sirkulasi


Area Pejalan Kaki di Sirkulasi utama ruang Kebutuhan ruang Pada bagian ruang
sebelah kiri-kanan dalam pasar sisi untuk menjual buah- dalam pasar, pembeli
bangunan di aktifkan. horizontal dijadikan buahan dapat cenderung melewati
Serta kios-kios pada sebagai jalur utama. dilakukan dalam sirkulasi vertikal
bagian depan bangunan pasar horizontal utama,
bangunan dilakukan dengan pemindahan namun juga ada yang
pengaturan lebih lapak di bagian melalui teras pasar
lanjut. eksisting
Pembahasan : (sirkulasi) Pembahasan : (sirkulasi)
Pergerakan pembeli khususnya pejalan kaki Pembeli dapat memanfaatkan teras bagian luar
dapat meggunakan sirkulasi sebelah kiri dan pasar sebagai jalur sirkulasi karena bentuk
kanan bangunan yang tidak dilewati kendaraan bangunan yang melebar sehingga dapat
bermotor, sehingga bangunan sekitar pasar menyesuaikan akses pembeli baik dari depan
dapat berkontribusi bagi kebutuhan pembeli. dan belakang bangunan.
Sirkulasi dalam bangunan dapat di Penataan bagian ruang dalam pasar dapat
maksimalkan dengan menyesuaikan pergerakan dilakukan dengan menyesuaikan jalur utama
pembeli awal yakni dari sebelah kiri dan kanan pasar yang dilewati pembeli, secara khusus agar
bangunan. tidak terjadi pemecahan akses pada ruang
dalam.

Teritori
Pembeli disediakan Sirkulasi utama ruang Perpindahan lapak Persebaran zoning
jalur pejalan kaki dalam difungsikan buah sangat area penjualan di
khusus yang tidak sebagai jalur menuju berpotensi ke bagian dalam pasar dengan
dilewati kendaraan lapak pasar yang telah dalam pasar dengan memperioritaskan
bagi pertokoan sekitar diatur areanya. persebaran area yang kebutuhan utama .
pasar. merata.
Pembahasan : (kios-kios) Pembhasan : (kios-kios)
Perletakan kios pada bagian depan bangunan Kios-kios buah berpotensi untuk diletakan pada
hanya diperlukan bagi pembeli luar, sehingga bagian dalam bangunan yang belum berfungsi
penataan lebih lanjut dapat membuat sehingga dapat menyelesaikan persebaran
pergerakan pembeli bagian dalam lebih efektif. pembeli baik di bagian dalam dan luar pasar.

Orientasi
Dengan disediakan Perletakan tangga View to site jika dari View dari lantai bawah
sirkulasi utama secara dipertahankan dan tampak depan sangat ke atas tidak
horizontal dan menyediakan koneksi terlihat dengan terkoneksi. Sebaiknya
vertikal, pembeli pandangan dari lantai kehadiran pedagang pembeli dapat melihat
dapat mengikuti jalur bawah menuju lantai buah, sehingga dapat keseluruhan zoning
menuju pintu utama atas di pertimbangkan. area pasar
Pembahasan : (hubungan antar lt.1 dan lt.2) Pembahasan : (hubungan antar lt.1 dan lt.2)
Pandangan pengunjung terhadap pasar dapat Lantai 2 yang jarang dikunjungi pembeli karena
menemukan akses langsung menuju lantai 2 tidak menemukan koneksi antar lantai
dari luar bangunan namun bagian dalam bangunan dari dalam pasar.
bangunan sebaliknya, sehingga diperlukan
suatu konektivitas antar lantai.

12
Nurhamsyah, M., dkk/ Evaluasi Purna Huni … / Jurnal Teknika, Vol. 4, No. 1, Oktober 2020, hlm 1-13

KESIMPULAN Literature Review of Post Occupancy


Evaluation. International Conference on
1. Evaluasi Purna Huni untuk pengukuran Civil and Environmental Engineering
kinerja atau performansi bangunan dengan (CEE'2013), Johannesburg (South Africa),
aspek perilaku sangat efektif diterapkan bagi Nov. 27-28
kedua pasar tradsional ini. Adapaun Haryadi, Setiawan. (1995), Arsitektur
pemecahan tiap masalah dapat dibuktikan Lingkungan dan Perilaku, Jakarta :
dengan pergerakan tiap pembeli dengan Pengembangan Pusat Studi Lingkungan,
metode person center mapping serta dengan DIKTI
menganalisa parameter aspek perilaku ; Keputusan Menteri Perindustrian dan
akses pencapaian, titik simpul pergerakan, , Perdagangan Nomor 23/MPP/KEP/1/1998
area teritori, dan orientasi, sehingga kinerja tentang Lembaga-Lembaga Usaha
bangunan pasar dapat semakin optimal. Perdagangan
2. Pasar Kemuning dan Pasar Dahlia masing- Khalil, Natasha. (2008), Performance Analysis of
masing memiliki ciri khas yang sama Government and Public Buildings via Post
meskipun dengan lokasi yang berbeda. Occupancy Evaluation. Journal of Social
Kedua pasar memiliki lantai atas yang Science Asian, Graduate Centre
kurang produktif hal ini terjadi karena Department, Faculty of Architecture
pembeli tidak memiliki koneksi baik secara Planning and Surveying, University
pandangan dengan bagian lantai bawah. Hal Technology MARA (UiTM) Shah Alam,
tersebut menimbulkan pembeli hanya Malaysia, Volume 4 no 9 :103
cenderung memenuhi kebutuhan utama Laurens, Joyce M. (2004), Studi Perilaku
daripada kebutuhan tambahan. Oleh sebab Lingkungan, Surabaya: Universitas Kristen
itu diperlukan konektivitas antar dua Petra
kebutuhan baik dari lantai atas maupun Snyder, James C and Catanese, Anthony J.
lantai bawah bangunan. (1984), Pengantar Arsitektur. Erlangga:
3. Perletakkan kios-kios pada bagian luar Jakarta.
bangunan pasar menyebabkan Sukriswanto, Ucang. (2012), Analisa Kelayakan
ketidakseimbangan persebaran pembeli Revitalisasi Pasar Umum Gubug Kabupaten
dalam pasar dan menimbulkan penurunan Grobogan. Tesis tidak diterbitkan, Program
kualitas kawasan pasar secara langsung. Studi magister Teknik Sipil, Universitas
Pasar Kemuning sudah menyediakan Diponegoro Semarang
Zimring, C.M. and Reizenstein, J.E. (1980), Post
4. bangunan sekitar sebagai tempat pemenuhan Occupancy Evaluation : An Overview,
kebutuhan pembeli, sedangkan Pasar Dahlia Environment and Behavior, 12, 429-451.
memiliki potensi pada ruang-ruang bagian
dalam yang dapat diaktifkan kembali untuk
para penjual buah yang berada di kios luar,
sehingga kontribusi untuk peningkatan
produktivitas pasar dapat terjadi di
dalamnya.
5. Pengoptimalan suatu fungsi ruang dapat
terjadi bila tidak terjadi persebaran pembeli
yang kurang merata pada bagian dalam
bangunan. Hal tersebut terjadi karena
kesedian akses mutifungsi pada kedua pasar
tersebut, sehingga pengunjung memiliki
kebebasan dalam mengakses salah satu
tempat berdasarkan kebutuhannya.

DAFTAR PUSTAKA

Chikezie. Eke, Clinton. Aigbavboa, and


Wellington. Thwala. (2013), An Exploratory

13

Anda mungkin juga menyukai