2018
Kode Pos 85751
TENTANG
Menimbang : 1. bahwa angka kematian ibu (AKI) dan angka kematian bayi (AKB) di
Indonesia khususnya angka kematian perinatal masih cukup tinggi, dan
karena itu diperlukan upaya peningkatan kualitas pelayanan obstetri
terutama pada sarana pelayanan kesehatan rujukan;
2. bahwa peningkatan kualitas pelayanan obstetri mencakup pelayanan
maternal dan perinatal yang harus dilakukan dengan mengikuti
perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi di bidang kesehatan;
3. bahwa untuk maksud sebagaimanaa 1 dan 2 diatas, maka perlu disusun
Pedoman Pelayanan Obstetri dan Neonatal Emergensi Komprehensif
yang memudahkan petugas kesehatan menjalankan tugas organisasi.
MEMUTUSKAN
BAB I. Pendahuluan.......................................................................................................................1
1.3 Tujuan.....................................................................................................................................3
1.4 Sasaran....................................................................................................................................3
7.1 Definisi..................................................................................................................................30
7.2 Tujuan...................................................................................................................................30
8.1 Pengertian..............................................................................................................................31
8.2 Tujuan...................................................................................................................................31
BAB X. Penutup............................................................................................................................39
LAMPIRAN PERATURAN DIREKTUR RUMAH SAKIT KATHOLIK MARIANUM HALILULIK
TENTANG : PEDOMAN PELAYANAN OBSTETRI DAN NEONATAL EMERGENSI
KOMPREHENSIF
NOMOR : RSKM.445/R/0019/V/2018
BAB I
PENDAHULUAN
Seperti kita ketahui bahwa Angka Kematian Ibu (AKI) dan Angka Kematian Neonatal (AKN) di
Indonesia masih tertinggi di antara Negara ASEAN dan penurunannya sangat lambat. AKI dari
307/100.000 kelahiran hidup (SDKI tahun 2002-2003), menjadi 228/100.000 kelahiran hidup pada
tahun 2007. Demikian pula Angka Kematian Bayi (AKB) 35/1000 kelahiran hidup (SDKI tahun
2002-2003) menjadi 34/1000 kelahiran hidup pada tahun 2007. Seharusnya sesuai dengan Tujuan
Pembangunan Millenium (MDGs) 2015 target penurunan AKI dari 408/100.000 (SDKI dan SKRT
1990) menjadi 102/100.000 pada tahun 2015 dan AKB dari 68/1000 kelahiran hidup (SDKI dan
SKRT 1990) menjadi 23/1000 kelahiran hidup pada tahun 2015. Index Pembangunan Manusia di
Indonesia berada pada urutan ke 124 dari 187 negara pada tahun 2011 dan selama 5 tahun terakhir ini
mengalami perbaikan namun sangat lambat.
Pada Konferensi Tingkat Tinggi Perserikatan Bangsa-Bangsa pada tahun 2000 disepakati bahwa
terdapat 8 Tujuan Pembangunan Millenium (Millenium Development Goals/MDGs) pada tahun 2015.
Dua diantara tujuan tersebut mempunyai sasaran dan indikator yang terkait dengan kesehatan ibu,
bayi dan anak yaitu :
1. Mengurangi dua per tiga tingkat kematian anak-anak usia di bawah 5 tahun.
2. Mengurangi tiga per empat rasio kematian ibu dalam proses melahirkan
Meskipun tampaknya target tersebut cukup tinggi, namun tetap dapat dicapai apabila
dilakukan upaya terobosan yang inovatif untuk mengatasi penyebab utama kematian tersebut yang
didukung kebijakan dan sistem yang efektif dalam mengatasi berbagai kendala yang timbul selama
ini.
Dua per tiga dari AKB didominasi oleh AKN. Penyebab dari AKN di negara berkembang
maupun di Indonesia kurang lebih sama. Berdasarkan data Riskesdas 2007, penyebab kematian
terbanyak neonatus usia 0-6 hari antara lain gangguan atau kelainan pernafasan (35,9%), prematuritas
(32,4%), dan sepsis (20%). Ketiga hal tersebut diatas seharusnya dapat dihindari. Kendala yang
dihadapi masih berkisar antara keterlambatan pengambilan keputusan, merujuk dan mengobati.
1
Sedangkan kematian ibu umumnya disebabkan perdarahan (27%), eklampsia (23%), infeksi (11%),
dan abortus (5%) (SKRT 2001). Mengingat kematian bayi mempunyai hubungan erat dengan mutu
penanganan ibu, maka proses persalinan dan perawatan bayi harus dilakukan dalam sistem terpadu di
tingkat nasional dan regional.
Pelayanan obstetri dan neonatal regional merupakan upaya penyediaan pelayanan bagi ibu dan
bayi baru lahir secara terpadu dalam bentuk Pelayanan Obstetri Neonatal Emergensi Komprehensif
(PONEK) di Rumah sakit dan Pelayanan Obstetri Neonatal Emergensi Dasar (PONED) di tingkat
Puskesmas.
. Rumah sakit PONEK 24 Jam merupakan bagian dari sistem rujukan pelayanan kedaruratan
maternal dan neonatal, yang sangat berperan dalam menurunkan angka kematian ibu dan bayi baru
lahir. Kunci keberhasilan PONEK adalah ketersediaan tenaga kesehatan yang sesuai kompetensi,
prasarana, sarana dan manajemen yang handal
Selanjutnya diharapkan Pedoman Penyelenggaraan PONEK di Rumah Sakit Umum
Penyangga Perbatasan Betun ini dapat dijadikan panduan bagi Tim PONEK Rumah Sakit dalam
pelaksanaan program PONEK di Rumah Sakit Umum Penyangga Perbatasan Betun serta bagi Dinas
Kesehatan Kabupaten dapat dipergunakan untuk menurunkan Angka Kematian Ibu (AKI) dan Angka
Kematian Bayi (AKB) di wilayah Betun.
2
8. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 129/ MenKes/ SK/ II/2008 tentang
Standar Pelayanan Minimal Rumah Sakit
9. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 1333/Menkes/SK/ XII/1999 tentang
Standar Pelayanan Rumah Sakit
10. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 1691/Menkes/PER/ VIII/2011
tentang Keselamatan Pasien Rumah Sakit
1.2 Tujuan
a. Umum
Meningkatkan pelayanan maternal dan perinatal yang bermutu dalam upaya penurunan
angka kematian ibu dan angka kematian bayi di Belu.
b. Khusus
1. Terlaksananya manajemen pelayanan maternal dan perinatal dari aspek administrasi
dan manajemen kompetensi SDM, fasilitas dan sarana serta prosedur pelayanan di
Rumah Sakit Katholik Marianum Halilulik
2. Terlaksananya sistem rujukan pelayanan matternal dan perinatal
3. Pembinaan dan pengawasan pelayanan maternal dan perinatal di RSKM Halilulik
1.3 Sasaran
a. Rumah Sakit Katholik Marianum Halilulik
b. Dinas Kesehatan Kabupaten Belu
c. Pengelola program kesehatan ibu dan anak diseluruh Dinas Kesehatan Kabupaten Belu
d. Unsur-unsur terkait lainnya/ Pihak yang peduli dan berkepentingan terhadap kesehatan ibu
dan anak
3
BAB II
REGIONALISASI PELAYANAN OBSTETRI DAN NEONATAL
4
Audit Kematian ibu dan bayi dilakukan dengan melibatkan :
a. Dinas Kesehatan dan Bappeda
b. Rumah sakit rujukan
c. Staf pendidikan
Audit kesehatan juga ditujukan bagi kasus yang nyaris mati, karena hal itu tak bisa
dibiarkan. Ada banyak unsur medik dan nonmedik yang dapat dihindarkan ( tranportasi,
kelambanan petugas, insentif, persediaan obat dan lain lain) yang sebenarnya dapat diselesaikan
dengan hati dan nurani.
5
BAB III
LINGKUP PELAYANAN RUMAH SAKIT PONEK 24 JAM
Alur pelayanan PONEK di Rumah Sakit Umum Penyangga Perbatasan Betun dimulai dari garis
depan / UGD dilanjutkan ke kamar operasi / ruang tindakan sampai ke ruang perawatan. Secara
singkat dapat dideskripsikan sebagai berikut:
2. Penanganan kasus gawat darurat oleh tim PONEK RSKM Halilulik di ruang tindakan.
3. Penanganan operatif cepat dan tepat meliputi laparatomi dan seksio sesaria.
Syarat minimal pelayanan yang dapat disediakan oleh PONEK Rumah Sakit Katholik Marianum
Halillulik adalah:
a. Mampu memberikan Pelayanan Kesehatan Maternal Fisiologis dan Risiko Tinggi pada
masa antenatal, intranatal dan post natal.
b. Mampu memberikan Pelayanan Neonatal Fisiologis dan Risiko Tinggi pada level II B
(Asuhan Neonatal dengan Ketergantungan Tinggi)
Ruang lingkup Pelayanan PONEK di Rumah Sakit Katholik Marianum Halilulik antara lain
:
A. Pelayanan Kesehatan Maternal Fisiologis
- Pelayanan Kehamilan
- Pelayanan Persalinan
- Pelayanan Nifas
6
- Asuhan Bayi Baru Lahir
- Imunisasi dan Stimulasi, Deteksi, Intervensi Dini Tumbuh Kembang
Masa intranatal :
-
Induksi oksitosin pada hamil lewat waktu, IUFD
-
Pelayanan terhadap syok
-
Penanganan pecah ketuban
-
Penanganan persalinan lama
-
Persalinan dengan parut uterus
-
Gawat janin dalam persalinan
-
Penanganan malpresentasi dan malposisi
-
Penanganan distosia bahu
-
Penanganan prolapsuus tali pusat
-
Kuret pada blighted ovum, abortus inkomplit, dan mola hidaditosa
-
Aspirasi vakum manual
-
Ekstraksi cunam
-
Seksio sesarea
-
Episiotomy
-
Kraniotomi dan kraniosentesis
-
Plasenta manual
-
Perbaikan robekan serviks
-
Perbaikan robekan vagina dan perineum
-
Perbaikan robekan dinding uterus
-
Reposisi Inversio uteri
-
Melakukan penjahitan
-
Histerektomi
-
Kompresi bimanual dan aorta
7
-
Ligasi arteri uterine
-
Bayi baru lahir dengan asfiksia
-
Penanganan BBLR
-
Resusitasi bayi baru lahir
-
Anestesia umum dan lokal untuk seksio sesaria
-
Anestesia spinal, ketamin
-
Blok paraservikal
-
Blok pudendal
-
IUD post plasenta
-
IUD durante seksio secarea
Masa Postnatal :
-
Demam pasca persalinan/ infeksi nifas
-
Perdarahan pasca persalinan
-
Nyeri perut pasca persalinan
-
KB
D. Pelayanan Ginekologis
- Kehamilan ektopik
8
- Perdarahan uterus disfungsi
- Perdarahan menoragia
- Kista ovarium akut
- Radang Pelvik akut
- Abses pelvik
- Infeksi saluran Genitalia
- HIV-AIDS
b. Tempat Pelayanan
- Unit Transfusi Darah / UTD PMI
- Unit Transfusi Darah / UTD RSKM Halilulik
- Bank Darah Rumah Sakit / BDRS
c. Kompetensi
- Mempunyai kemampuan manajemen pengelolaan transfusi darah dan Bank Darah Rumah
Sakit
- Mempunyai sertifikasi pengetahuan dan keterampilan tentang :
1. Transfusi darah
2. Penerimaan darah
3. Penyimpanan darah
4. Pe meriksaaan golongan darah
5. Penmeriksaan uji silang serasi
6. Pemantapan mutu internal
7. Pencatatan , pelaporan, pelacakan dan dokumentasi
8. Kewaspadaan universal (universal precaution)
f. Fasilitas Peralatan
Peralatan utama
5. Perawatan Intensif
a. Jenis Pelayanan
- Pemantauan terapi cairan
- Pengawasan gawat nafas / ventilator
- Perawatan sepsis
b. Tempat Pelayanan
Unit Perawatan Intensif
c. Kompetensi
- Pelayanan pengelolaan resusitasi segera untuk pasien gawat, tunjangan kardio-respirasi
jangka pendek dan mempunyai peran memantau serta mencegah penyulit pada pasien
medik dan bedah yang berisiko.
- Ventilasi mekanik dan pemantauan kardiovaskuler sederhana.
10
d. Sumber Daya Manusia
- Dokter jaga 24 jam dengan kemampuan melakukan resusitasi jantung paru.
- Dokter Spesialis Anestesiologi
e. Ruang Pelayanan
Ruang Pelayanan Intensif (ICU) 75 m2
11
BAB IV
STANDAR KETENAGAAN
KUALIFIKASI
NAMA JABATAN KUALIFIKASI FORMAL
NONFORMAL
Dokter Spesialis Kebidanan
Ketua Tim PONEK Pelatihan PONEK
dan Penyakit Kandungan
Pelayanan PONEK dipimpin oleh dokter dan staf yang terdiri dari tenaga medis, tenaga
keperawatan yang berkualitas untuk menjamin dilaksanakannya program yang telah ditent ukan,
yang dapat dijabarkan sebagai berikut :
1. Ketua Tim PONEK adalah spesialis kebid anan dan penyakit kandungan yang
terlatih
2. Koord inator IRD adalah dokter umum yang bertugas di IRD
3. Koord inator Poli kebidanan adalah lulusan DIII kebidanan , masa kerja minimal 3
tahun
4. Koord inator Pelayanan ruang bersalin dan nifas adalah lulusan DIII kebidanan ,
masa kerja minimal 3 tahun
5. Koord inator Pelayanan Perinatologi adalah lulusan DIII kebidanan atau
keperawatan , masa kerja minimal 3 tahun
12
4.3. Pengaturan Jaga / Dinas
Jam dinas :
1. Dinas Pagi : 06.30-13.30
2. Dinas Siang : 13.30-20.30
3. Dinas Malam : 20.30-06.30
4. Dokter spesialis kebidanan dan kandungan siap 24 jam menangani kasus maternal
5. Dokter spesialis anak siap 24 jam menangani kasus neonatal dan pediatrik
6. Tenaga bidan siap 24 jam melayani kasus maternal neonatal
13
5.1. Denah Ruang
Ruangan yang berhubungan dengan pelayanan obstetri neonatal emergensi komprehensif :
1) Ruang bersalin
2) Ruang nifas
3) Ruang bayi
4) Pojok laktasi
5) Ruang imunisasi
6) Poli Kebidanan dan Kandungan
5.2. Standar Fasilitas Ponek Rumah Sakit Umum Penyangga Perbatasan Betun
1) Kriteria Umum :
a. Ada dokter jaga yang terlatih di UGD untuk mengatasi kasus emergensi
baik secara umum maupun emergensi obstetrik neonatal.
b. Dokter, bidan dan perawat terlatih melakukan resusitasi neonatus dan
kegawat- daruratan obstetrik dan neonatus.
c. Mempunyai Standar Operating Prosedur penerimaan dan penanganan
pasien kegawat-daruratan obstetrik dan neonatal
d. Mempunyai standar respon time di UGD (target diupayakan selama 5
menit), di kamar bersalin (target diupayakan kurang dari 30 menit),
pelayanan darah (target diupayakan kurang dari 1 jam)
e. Tersedia kamar operasi yang siap (siaga 24 jam) untuk melakukan operasi,
bila ada kasus emergensi obstetrik atau umum.
f. Tersedia kamar bersalin yang mampu menyiapkan operasi dengan target
dalam waktu kurang dari 30 menit.
g. Memiliki kru / awak yang siap melakukan operasi atau melaksanakan tugas
sewaktu-waktu, meskipun on call.
h. Adanya dukungan semua pihak dalam tim pelayanan PONEK, antara lain
dokter kebidanan, dokter anak, dokter/petugas anestesi, dokter penyakit
dalam, dokter spesialis lain serta dokter umum, bidan dan perawat.
i. Mengupayakan tersedianya pelayanan darah yang siap 24 jam
j. Mengupayakan tersedianya pelayanan penunjang lain yang berperan
dalam PONEK, seperti Laboratorium dan Radiologi selama 24 jam, recovery
room 24 jam, obat dan alat penunjang yang selalu siap tersedia
14
k. Perlengkapan :
- Semua perlengkapan harus bersih (bebas debu, kotoran, bercak, cairan dll)
- Permukaan metal harus bebas karat atau bercak
- Semua perlengkapan harus kokoh (tidak ada bagian yang longgar atau tidak
stabil)
- Permukaan yang dicat harus utuh dan bebas dari goresan besar
- Roda perlengkapan (jika ada) harus lengkap dan berfungsi baik
- Instrumen yang siap digunakan harus disterilisasi
- Semua perlengkapan listrik harus berfungsi baik (saklar, kabel dan steker
menempel kokoh)
2) Kriteria khusus :
1. SUMBER DAYA MANUSIA :
a. 2 dokter spesialis kebidanan
b. 1 dokter spesialis anak
c. 1 dokter spesialis anastesi/ 1 perawat anastesi
d. 2 dokter di unit gawat darurat
e. 3 orang bidan ( 1 kordinator dan 2 penyelia)
f. 2 orang perawat
g. 1 petugas radiologi
h. 1 petugas laboratorium
i. 1 petugas administrasi
j. 1 konselor laktasi
k. 1 pekarya kesehatan
Staf :
- Dokter spesialis anak yang telah mengikuti pelatihan khusus neonatologi, harus
tersedia / dapat dihubungi 24 jam
- Dokter spesialis obstetri dan ginekologi, harus tersedia / dapat dihubungi 24 jam
- Dokter spesialis anestesi, harus tersedia / dapat dihubungi 24 jam
- Dokter dan perawat harus terlatih dalam asuhan neonatal (ASI,resusitasi
neonatus, kegawatdaruratan neonatus). Tim UGD sebaiknya sebagai pemeriksa awal
dan cepat untuk menemukan kegawatdaruratan dan me lakukan tindakan stabilisasi
untuk penyelamatan jiwa, sedangkan tindakan definitif sebaiknya dilakukan di
kamar bersalin.
- Rasio perawat : pasien = 1 : 2-4 dalam setiap tugas jaga
- Konselor laktasi yang dapat dihubungi 24 jam
15
2. PRASARANA DAN SARANA
Dalam rangka Program Menjaga Mutu pada penyelanggaraan PONEK harus dipenuhi
hal-hal sebagai berikut:
- Ruang rawat inap yang leluasa dan nyaman
- Ruang tindakan gawat darurat dengan instrumen dan bahan yang lengkap
- Ruang pulih/observasi pasca tindakan
- Protokol pelaksanaan dan uraian tugas pelayanan termasuk koordinasi internal
16
- Pendingin ruang harus dilengkapi filter (sebaiknya anti bakteri)
5. Pencucian tangan
- Tersedia 1 wastafel (uk 50 cm x 60 cm x 15 cm) dengan campuran air
panas dan dingin (bila memungkinkan), kran harus dapat dibuka dengan siku
- Wastafel harus dilengkapi dengan dispenser sabun atau disinfektan yang
dikendalikan dengan siku atau kaki
- Wastafel, keran air dan dispenser harus dipasang pada ketinggian yang sesuai
(dari lantai dan dinding)
- Tidak boleh ada saluran pembuangan air yang terbuka
- Pasokan air panas harus cukup
- Harus ada handuk (kain bersih) atau tisu sekali pakai untuk mengeringkan
tangan, diletakkan di sebelah westafel
- Paling kecil, ruangan berukuran 6 m2 dan ada di dalam Unit Perawatan Khusus.
- Kamar PONEK di Unit Gawat Darurat harus terpisah dari kamar gawat darurat
lain. Sifat privasi ini penting untuk kebutuhan perempuan bersalin dan bayi.
- Tujuan kamar ini ialah : memberikan pelayanan darurat untuk stabilisasi kondisi
pasien, misalnya syok, henti jantung, hipotermia, asfiksia dan apabila perlu
menolong partus darurat serta resusitasi.
- Perlu dilengkapi dengan meja resusitasi bayi, inkubator dan peralatan resusitasi.
- Kamar PO
- NEK membutuhkan :
a. 2 ruang berukuran 15 m berisi : lemari dan torli darurat
b. tempat tidur bersalin serta tiang infus
c. inkubator transpor
d. pemancar panas
e. meja , kursi
f. aliran udara bersih dan sejuk
g. pencahayaan
h. lampu sorot dan lampu darurat.
i. Mesin isap
j. Defibrilator
17
k. oksigen dan tabungnya atau berasal dari sumber dinding (outlet)
l. lemari isi: perlengkapan persalinan, vakum, forsep, kuret, obat/infus.
m. alat resusitasi dewasa dan bayi
n. wastafel dengan air mengalir dan antiseptik
o. alat komunkasi dan telepon ke kamar bersalin
p. nurse station dan lemari rekam medik
q. USG mobile
r. Sarana Pendukung, meliputi: toilet, kamar tunggu keluarga, kamar
persiapan peralatan (linen dan instrumen), kamar kerja kotor, kamar jaga,
ruang sterilisator dan jalur ke ruang bersalin terletak saling berdekatan dan
merupakan bagian dari unit gawat darurat.
c. Ruang Maternal
1. Kamar bersalin
- Lokasi berdekatan dengan Kamar Operasi dan IGD
- Luas minimal: 6 m2 per orang. Berarti bagi pasien 1 pasien, 1 penunggu dan
18
- Ruang postpartum harus cukup luas, standar: 8 m 2 per tempat tidur (bed)
19
- Ruang harus dilengkapi paling sedikit enam steker listrik yang dipasang
dengantepat untuk peralatan listrik. Steker harus mampu memasok beban
listrik yang diperlukan, aman dan berfungsi baik
d. Ruangan Neonatal
1. Unit perawatan normal
- Ruangan terpisah (ruang perawatan neonatus) atau rawat gabung ibu- bayi
harus tersedia di semua RS atau pusat kesehatan dengan unit atau ruang
bersalin (tidak memandang berapa jumlah persalinan setiap hari)
- Jumlah boks bayi harus melebihi jumlah persalinan rata-rata setiap hari
- Suhu dalam ruangan harus terkontrol (24 – 26°C)
2. Unit perawatan resiko tinggi
- Unit ini harus berada di dekat ruang bersalin atau setidaknya harus berada di
gedung yang sama dan harus jauh dari area yang sering dilalui orang/ barang
- Minimal ruangan berukuran 12 m2 (4 m untuk masing- masing pasien)
- Harus ada tempat isolasi bayi di tempat terpisah (area terpisah dalam 1 unit
disertai inkubator khusus)
- Ruang harus dilengkapi paling sedikit enam steker ysng dipasang dengan
tepat untuk peralatan listrik
- Paling sedikit harus ada jarak 1 m antara inkubator atau tempat tidur bayi.
3. Area Laktasi
- Minimal ruangan berukuran 6 m2
4. Area pencucian inkubator
- Minimal ruangan berukuran 6-8 m2
e. Ruang Operasi
- Unit operasi diperlukan untuk tindakan operasi seksio sesarea dan
laparotomi.
- Idealnya sebuah kamar operasi mempunyai luas: 25 m dengan lebar
minimum 4 m, di luar fasilitas: lemari dinding. Unit ini sekurang-
kurangnya ada sebuah bagi bagian kebidanan.
- Harus disediakan unit komunikasi dengan kamar bersalin. Di dalam kamar
operasi harus tersedia: pemancar panas, inkubator dan perlengkapan
resusitasi dewasa dan bayi.
- Ruang resusitasi ini berukuran: 3 m2. Harus tersedia 6 sumber listrik.
- Kamar pulih ialah ruangan bagi pasien pasca bedah dengan standar luas:
8m2/bed, sekurang-kurangnya ada 2 tempat tidur, selain itu isi ruangan ialah:
meja, kursi perawat, lemari obat, mesin pemantau tensi/ nadi oksigen dsb,
tempat rekam medik, inkubator bayi, troli darurat.
20
- Harus dimungkinkan pengawasan langsung dari meja perawat ke tempat
pasien. Demikian pula agar keluarga dapat melihat melalui kaca.
- Perlu disediakan alat komunikasi ke kamar bersalin dan kamar operasi, serta
telepon. Sekurang-kurangnya ada 4 sumber listrik/bed.
- Fasilitas pelayanan berikut perlu disediakan untuk unit operasi:
a. Nurse station yang juga berfungsi sebagai tempat pengawas lalu lintas
orang.
b. Ruang kerja-kotor yang terpisah dari ruang kerja bersih- ruang ini
berfungsi membereskan alat dan kain kotor. Perlu disediakan tempat cuci
wastafel besar untuk cuci tangan dan fasilitas air panas/dingin. Ada meja
kerja dan kursi-kursi, troli-troli.
c. Saluran pembuangan kotoran/cairan.
d. Kamar pengawas OK : 10 m2
e. Ruang tunggu keluarga: tersedia kursi-kursi, meja dan tersedia toilet.
f. Kamar sterilisasi yang berhubungan dengan kamar operasi. Ada autoklaf
besar berguna bila darurat.
g. Kamar obat berisi lemari dan meja untuk distribusi obat.
h. Ruang cuci tangan (scrub) sekurangnya untuk dua orang, terdapat di depan
kamar operasi/kamar bersalin. Wastafel itu harus dirancang agar tidak
membuat basah lantai. Air cuci tangan dianjurkan air yang steril dan
mengalir.
i. Ruang kerja bersih. Ruang ini berisi meja dan lemari berisi linen, baju dan
perlengkapan operasi. Juga terdapat troli pembawa linen.
j. Ruang gas/ tabung gas.
k. Gudang alat anestesi: alat/mesin yang sedang direparasi-
dibersihkan, meja dan kursi.
l. Gudang 12 m2 : tempat alat-alat kamar bersalin dan kamar operasi.
21
3. PRASARANA DAN SARANA PENUNJANG
a. Unit Transfusi Darah
Unit ini harus berfungsi untuk melakukan tes kecocokan, pengambilan donor dan
teslab : infeksi VDRL, hepatitis, HIV. Diperlukan ruang 25 m 2, berisi lemari
pendingin, meja kursi, lemari, telepon, kamar petugas, dsb. Memiliki peralatan
sesuai denganstandar minimal peralatan maternal dan neonatal Bagi Rumah sakit
yang tidakmemiliki fasilitas unit tranfusi darah / Bank darah dianjurkan untuk
membuat kerjasama dengan penyedia fasilitas tersebut
b. Laboratorium
Unit ini harus berfungsi untuk melakukan tes labotratorium dalam penanganan
kedaruratan maternal dalam pemeriksaan hemostasis penunjang untuk pre
eklamspsia dan neonatal
c. Radiologi dan USG
Unit ini harus berfungsi untuk diagnosis Obstetri dan thoraks
4. PERALATAN UMUM
a. Area cuci tangan
- Wastafel
- Wadah gaun bekas
- Rak/ gantungan pakaian
- Rak sepatu
- Lemari untuk barang pribadi
- Wadah tertutup dengan kantung plastik
- Sabun
- Handuk
b. Area Resusitasi dan stabilisasi di ruang neonatus / IRD
- Steker listrik
Ruang harus dilengkapi paling sedikit tiga steker yang dipasang dengan tepat
untuk peralatan listrik
- Meja periksa untuk neonatus
Meja harus ditutup dengan lapisan kasur busa, lembar plastik utuh dan
seprai bersih.
- .Jam dinding
- Meja Perlengkapan
- Selimut
- Pasokan oksigen
22
Level SCN
- Harus ada dua tabung oksigen dengan satu regulator dan pengukur aliran
- Tabung oksigen cadangan harus selalu terisi penuh.
- Harus ada pengatur kadar oksigen.
Level Intermediate/NICU
- Harus ada oksigen dengan sistem pipa dengan jumlah outlet yang sama
dengan jumlah penghangat.
- Harus ada dua tabung oksigen dengan satu regulator dan pengatur aliran
sebagai cadangan.
- Tabung oksigen cadangan harus selalu terisi penuh
5. PERLENGKAPAN KHUSUS
a. Unit Perawatan Khusus
- Steker listrik
Ruang harus dilengkapi paling sedikit enam steker yang dipasang
dengan tepat untuk peralatan listrik.
- Mebel Lemari instrument
Harus ada satu lemari dan meja untuk penyimpanan bahan pasokan
umum, selain dari lemari dan meja untuk menyimpan bahan-bahan
untuk ruang isolasi.
- Lemari es
- Meja
Harus ada meja di area administrasi dan penyuluhan.
- Kursi
Harus ada tiga kursi di area administrasi dan edukasi yang berfungsi
baik.
- Wadah sampah tertutup dengan kantong plastik.
- Jam dinding
- Pasokan oksigen dan medical air/ udara tekan.
Level II
Harus ada dua tabung oksigen dan empat tabung medical air, masing-
masing satu regulator dan pengatur aliran.
- Tabung oksigen dan medical air cadangan harus selalu terisi penuh.
- Harus ada pengatur kadar oksigen dan medical air.
- Lampu darurat
23
- Inkubator
1. Paling sedikit ada tiga inkubator yang berfungsi baik
2. Paling sedikit jarak antara inkubator dengan tempat tidur bayi 1m2
- Penghangat (radiant warmer)
Paling sedikit ada satu penghangat yang berfungsi baik
- Timbangan bayi
Paling sedikit ada satu timbangan bayi yang berfungsi baik
-
Alat/ Instrument (ekstraktor vakum, forsep naegle, AVM, pompa vakum
listrik yang dapat dibawa, hisapam, selang dan reservoar bersih)
-
Pulse oximeter
-
Generator listrik darurat
b. Kamar bersalin
Harus ada wastafel besar untuk cuci tangan penolong dan sumber listrik
sebanyak 4 pada titik yang berbeda.
6. PERALATAN NEONATAL
- Peralatan resusitasi neonatus (pemanas, balon resusitasi, balon
resusitasi yang dilengkapi dengan alat untuk memberikan PEEP, selang
oksigen/connector, masker, T-Piece resusitator, pipa ET, penghisap.
- Laringoskop neonatus dengan 3 bilah lurus (ukuran 1, 0 dan 00). Batere AA
(cadangan) untuk bilah laringoskop dan bola lampu laryngoskop cadangan.
- Tiga Inkubator. Untuk tiap inkubator tersedia: 1 unit terapi sinar, 1 alat
pemantau kardio-respirasi, 1 pulse oksimeter, 1 syringe pump
- Complete set Nasal CPAP
- 1 Alat ukur ikterus
- Lampu darurat
- Stetoskop neonatus
- Balon yang bisa mengembang sendiri berfungsi baik.
- Selang reservoar oksigen
- Masker oksigen (ukuran bayi cukup bulan dan prematur)
- Pipa endotrakeal
- Plester
- Gunting
- Kateter penghisap
- Naso Gastric Tube
- Alat suntik 1, 2 1/2 , 3, 4, 10, 20, 50 cc
- Ampul Epinefrin / Adrenalin
24
- NaCl 0,9% / Larutan Ringer Asetat / RL
- Dextrose 10%
- Sodium bikarbonat 8,4%
- Penghangat (Radiant warmer). Harus ada sedikitnya satu penghangat yang
berfungsi baik.
- Kateter Vena
- Alat uji glukosa
- Sumber oksigen dan medical air
25
BAB VI
TATALAKSANA PELAYANAN
2. Poliklinik Anak
a. Imunisasi
Layanan imunisisi di poliklinik anak meliputi program imunisasi wajib dan imunisasi
yang dianjurkan. Pelaksanaan imunisasi di atas dilakukan setiap hari kerja pukul 07.00-
14.00.
26
b. Pemeriksaan rutin bayi baru lahir dan perawatan tali pusat.
Pemeriksaan rutin bayi baru lahir dilakukan setiap hari kerja pukul 07.00- 14.00 oleh
dokter spesialis anak meliputi penimbangan berat badan, pemeriksaan kondisi umum
dan fisik, pemantauan pemberian ASI dan kemampuan minum bayi. Pada saat perawatan
tali pusar dilakukan juga pemeriksaan tanda- tanda adanya infeksi tali pusat serta
edukasi mengenai cara perawatan tali pusat yang benar kepada orang tua. Dalam
pemantauan pada bayi kurang bulan dilakukan pemantauan secara berkala terhadap
pertumbuhan dan perkembangan apakah sudah dapat tumbuh kejar pada kronologis
pertumbuhannya, komplikasi atau perkembangan yang mungkin terjadi.
6.2 Pelayanan Rawat Inap
Pelayanan rawat inap terkait secara fungsional dengan instalasi rawat inap dengan pintu
masuk baik dari poliklinik maupun rawat darurat dengan kasus- kasus kehamilan patologis
dengan persalinan yang direncanakan maupun kasus- kasus rujukan dengan kondisi gawat
darurat. Pelayanan rawat inap ada pada lantai 1 RSKM Halilulik dengan kapasitas 9 tempat
tidur, dan untuk neonatus yang lahir terdapat 9 box bayi dan 2 inkubator. Untuk neonatus kasus
rujukan atau lahir di luar RSKM dirawat di ruang neonatus dengan kapasitas box bayi dan
inkubator
1. Klasifikasi Penyakit
Berbagai klasifikasi kasus yang dapat menjadi bagian dalam pelayanan obstetri dan
neonatalresiko tinggi ialah
a. Kasus terkait dengan kehamilan ibu :
- Kehamilan normal
- Kehamilan dengan masalah yaitu :
- Syok
- Perdarahan pada kehamilan muda
- Perdarahan pada kehamilan lanjut dan persalinan
- Perdarahan pasca persalinan
- Nyeri kepala, gangguan penglihatan, kejang atau koma
- Tekanan darah tinggi
- Persalinan lama
- Malpresentasi dan malposisi
- Demam pada kehamilan dan persalinan
- Demam paska persalinan
- Nyeri perut pada kehamilan muda, pada kehamilan lanjut, dan persalinan
- Gerak janin tidak dirasakan
- Ketuban pecah dini
- Gawat janin dalam persalinan
27
b. Kasus terkait dengan kesehatan neonatus
- Neonatus normal
- Neonatus dengan masalah yaitu :
- Asfiksia neonatorum
- Tetanus neonatorum
- Sepsis
- Trauma lahir
- Sindroma gangguan pernafasan
- Bayi berat lahir rendah
- Kelainan kongenital
- Ikterusneonatorum
- Bayi lahir dengan ibu bermasalah : infeksi hepatitis B, TBC, diabetes melitus
28
- Bila pasien maternal dan perinatal tidak dapat ditangani sendiri segera rujuk ke sarana
kesehatan yang lebih lengkap fasilitas dan tenaga kesehatannya. Harus ada koordinasi
sehingga tidak merugikan pasien. Mudah, cepat dan tepat adalah yang utama. Dalam hal
ini pasien dari RSKM Halilulik dirujuk ke RS Atambua yang telah menjalin MOU
dengan RSKM Halilulik.
- Rujukan internal rumah sakit berpedoman kepada prosedur rujukan di dalam rumah sakit
dan mekanisme kerja di Bagian/ Instalasi Obstetri dan Ginekologi maupun Anak.
- Rujukan eksternal mengikuti mekanisme rujukan sesuai jenjang pelayanan
- Persiapan rujukan pasien ke jenjang pelayanan yang lebih tinggi
a. Menyiapkan petugas yang terlatih untuk mendampingi pasien
b. Memberi penjelasan kepada pihak keluarga alasan dirujuk ke rumah sakit lain
c. Memberi penjelasan kepada pasien dan keluarganya bahwa segala tindakan yang
dilakukan adalah untuk menyelamatkan ibu dan bayinya
d. Pada saat merujuk pasien harus disertakan surat rujukan dan resume medik pasien
meliputi riwayat penyakit, penilaian kondisi pasien yang dibuat saat kasus diterima
perujuk, tindakan atau pengobatan yang telah diberikan dan keterangan lain yang
perlu atau ditemukan sehubungan dengan kondisi pasien.
e. Proses pelaksanaan rujukan harus mendapat persetujuan dari dokter dan keluarga.
- Rumah sakit sebagai penerima rujukan :
a. Memberi penjelasan kepada pasien dan keluarganya bahwa segala tindakan yang
dilakukan adalah untuk menyelamatkan ibu dan bayinya
b. Persiapan pihak keluarga untuk memberikan darah yang diperlukan
c. Pasien/ keluarga diberikan penjelasan mengenai tindakan/ perawatan yang akan
dilaksanakan
29
BAB VII
KESELAMATAN PASIEN
7.1 Definisi
Keselamatan pasien (patientsafety) rumah sakit adalah suatu sistem dimana rumah sakit
membuat asuhan pasien lebih aman
7.2 Tujuan
- Terciptanya budaya keselamatan pasien di RSKM Halilulik
- Meningkatnya akuntabilitas RSKM Halilulik terhadap pasien dan masyarakat Belu
- Menurunnya kejadian tidak diharapkan (KTD) di RSKM Halilulik
- Terlaksananya program- program pencegahan sehingga tidak terjadi pengulangan kejadian
tidak diharapkan
30
BAB VIII
KESELAMATAN KERJA
8.1. Pengertian
Keselamatan kerja merupakan suatu sistem dimana rumah sakit membuat kerja/ aktifitas
karyawan lebih aman. Sistem tersebut diharapkan dapat mencegah terjadinya cedera yang disebabkan
oleh kesalahan pribadi ataupun rumah sakit.
8.2. Tujuan
1) Terciptanya budaya keselamatan kerja di RSKM Halilulik
2) Mencegah dan mengurangi kecelakaan di RSKM Halilulik
3) Memperoleh keserasian antara tempat kerja, alat kerja, lingkungan, cara dan proses
kerjanya
4) Menyesuaikan dan menyempurnakan pengamanan pada pekerjaan yang bahaya
kecelakaannya menjadi bertambah tinggi.
31
1. Cuci tangan
Cuci tangan dilakukan di bawah air mengalir dengan menggunakan sikat selama 5
menit yaitu dengan menyikat seluruh telapak tangan maupun punggung tangan. Hal ini
dilakukan sebelum dan sesudah memeriksa penderita.
2. Memakai masker
3. Menggunakan pelindung wajah/ kaca mata google
4. Menggunakan apron/ gaun pelindung
5. Menggunakan sarung tangan
6. Menggunakan pelindung kaki (sepatu boot)
32
BAB IX
PENGENDALIAN MUTU
Indikator pengendalian mutu Pelayanan Obstetri dan Neonatal di RSKM Halilulik antara lain :
9.1 Pemberi Pelayanan Persalinan Normal
Dimensi mutu Kompetensi teknis
Tujuan Tersedianya pelayanan persalinan normal oleh tenaga
yang kompeten di RSUPP Betun
Definisi Operasional Pemberi pelayanan persalinan normal adalah dokter
SpOG, dokter umum terlatih (Asuhan persalinan normal)
dan bidan
Frekuensi pengumpulan data 1 bulan
Periode analisis 3 bulan
Numerator Jenis tenaga yang memberikan persalinan normal di
RSKM Halilulik.
Denominator Tidak ada
Sumber data Kepegawaian, Rekam medis
Standar Dokter SpOG, dokter umum dan bidan
34
9.5 Pertolongan Persalinan Normal
Dimensi mutu Efektifitas, keselamatan dan efisiensi
Tujuan Tergambarnya pertolongan persalinan di RSKM Halilulik
yang sesuai dengan indikasi dan efisien
Definisi Operasional Pertolongan persalinan normal ialah tindakan persalinan
melalui vagina baik pada kasus kehamilan fisiologis
maupun patologis
Frekuensi pengumpulan data 1 bulan
Periode analisis 3 bulan
Numerator Proses pertolongan persalinan normal di RSKM Halilulik.
Denominator Tidak ada
Sumber data Rekam medis
Standar Sesuai dengan asuhan persalinan normal
35
9.7 Pelayanan Kontrasepsi Mantap Yang Dilakukan Oleh Tenaga Kompeten
Dimensi mutu Kompetensi teknis dan keselamatan
Tujuan Tergambarnya profesionalisme dalam pelayanan
kontrasepsi mantap di RSKM Halilulik
Definisi Operasional Kontrasepsi mantap adalah vasektomi dan tubektomi.
Tenaga yang kompeten adalah dokter spesialis
kebidanan dan kandungan, dokter spesialis bedah, dan
dokter umum yang terlatih
Frekuensi pengumpulan data 1 bulan
Periode analisis 3 bulan
Numerator Jumlah kumulatif peserta KB kontrasepsi mantap yang
ditangani oleh tenaga yang kompeten dalam satu bulan
di RSKM Halilulik.
Denominator Jumlah seluruh peserta KB kontrasepsi mantap dalam
satu bulan di RSKM Halilulik.
Sumber data Rekam medis
Standar 100 %
36
9.9 Kejadian Kematian Ibu Karena Persalinan
Dimensi mutu Keselamatan
Tujuan Mengetahui mutu pelayanan rumah sakit terhadap
pelayanan kasus persalinan di RSKM Halilulik.
Definisi Operasional Kematian ibu melahirkan yang disebabkan karena
perdarahan, preeklampsia, dan sepsis
- Perdarahan adalah perdarahan yang terjadi pada saat
kehamilan, persalinan dan nifas
- Preeklampsia dan eklampsia mulai terjadi pada
kehamilan trimester kedua dan ditandai oleh :
a. Tekanan darah sistolik > 160 mmHg dan diastolik
> 110 mmHg
b. Proteinuria > 5 gr/ 24 jam atau +3/+4 pada
pemeriksaan kualitatif
c. Edema tungkai
- Eklampsia adalah tanda preeklampsia yang disertai
dengan kejang dan atau penurunan kesadaran
- Sepsis ialah sepsis yang terjadi akibat penanganan
aborsi, persalinan dan nifas yang tidak ditangani
dengan tepat oleh pasien atau penolong
Frekuensi pengumpulan data 1 bulan
Periode analisis 3 bulan
Numerator Jumlah kematian pasien persalinan karena perdarahan,
preeklampsia, eklampsia, sepsis di RSKM Halilulik.
Denominator Jumlah pasien persalinan dengan perdarahan,
preeklampsia, eklampsia, sepsis di RSKM Halilulik.
Sumber data Rekam medis
Standar Perdarahan < 1%, Preeklampsia < 30%
37
9.10 Kepuasan Pelanggan
Dimensi mutu Kenyamanan
Tujuan Tergambarnya persepsi pasien terhadap mutu pelayanan
persalinan di RSKM Halilulik
Definisi Operasional Kepuasan pelanggan adalah pernyataan puas oleh
pelanggan terhadap pelayanan persalinan di RSKM
Halilulik
Frekuensi pengumpulan data 1 bulan
Periode analisis 3 bulan
Numerator Jumlah kumulatif hasil penilaian kepuasan dari pasien
yang disurvei di RSKM Halilulik.
Denominator Jumlah total pasien yang disurvei RSKM Halilulik.
Sumber data Survei
Standar Lbh dari 80%
38
BAB X
PENUTUP
Angka kematian ibu dan angka kematian bayi semakin meningkat dan tidak mengalami
perubahan berarti dalam 5 tahun terakhir. Keadaan ini akan cenderung meningkat bila tidak segera
diantisipasi dengan berbagai terobosan yang optimal. Karakteristik kasus kebidanan yang sifatnya
akut dan fatal akan menurunkan kondisi kesehatan pada ibu hamil dan bayi di masyarakat dan akan
mempengaruhi prestasi dan kinerja generasi mendatang.
Angka kematian maternal yang tinggi masih didominasi oleh kasus perdarahan, infeksi dan
hipertensi. Sedangkan perawatan neonatal juga tidak dapat dipisahkan dari riwayat kehamilan seorang
ibu sebelumnya. Berdasarkan hal tersebut maka dipandang agar program Pelayanan Obstetri dan
Neonatal Emergensi Komprehensif (PONEK) perlu dijadikan prioritas. Dengan tujuan terjadinya
peningkatan kualitas pelayanan obstetrik yang diberikan.
Rumah Sakit Katholik Marianum Hailullik tempat pelayanan yang terkait secara khusus dalam
pelayanan perinatal resiko tinggi berperan juga untuk meningkatkan kualitas pelayanannya dalam
keikutsertaan menurunkan angka kematian maternal dan neonatal. Telah disusun suatu Pedoman
Pelayanan Obstetri Neonatal Emergensi Komprehensif sebagai acuan untuk melaksanakan dan
mengelola pelayanan kesehatan maternal neonatal di ruang lingkup Rumah Sakit Katholik Marianum
Halilullik.
39
47
48