Kelompok 7 - Makalah Pancasila
Kelompok 7 - Makalah Pancasila
Dosen Pengampu:
Desi Rahmawarni, S.Pd., M.Pd.
Disusun Oleh:
Laura Tisya Yordani (208220028)
Parina (208220002)
i
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT atas limpahan rahmat dan karunianya, sehingga penulis
dapat menyelesaikan makalah ini dengan baik. Makalah ini disusun sebagai salah satu tugas mata
kuliah Pancasila. Makalah ini menjelaskan mengenai Nilai-Nilai Pancasila dan Pembukaan UUD
1945 dengan bahasa yang mudah dimengerti. Makalah ini dibuat dari hasil penyusunan dan
penulisan yang didapat dari buku dan jurnal yang berkaitan dengan Nilai-Nilai Pancasila dan
Pembukaan UUD 1945. Penulis berharap dengan membaca makalah ini dapat menambah
wawasan pembaca mengenai Nilai-Nilai Pancasila dan Pembukaan UUD 1945 yang ditinjau dari
aspek Pancasila, khususnya bagi penulis. Penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-
besarnya kepada semua pihak yang terlibat dalam penyusunan makalah ini. Penulis juga
menyadari bahwa makalah ini tidak luput dari berbagai macam kesalahan. Oleh karena itu, kritik
dan saran sangat diperlukan sehingga makalah ini dapat digunakan dengan baik.
Penulis
ii
DAFTAR ISI
iii
BAB I
PENDAHULUAN
4
BAB II
PEMBAHASAN
5
dan kemajuan bersama. Semangat persatuan inilah yang harus terus dijaga agar NKRI
tetap eksis, dan dapat menjadi kuat karena terbangun dari jalinan keberagaman yang
harmonis.
2.1.4 Sila Keempat : Kerakyatan Yang Dipimpin Oleh Hikmat Kebijaksanaan Dalam
Permusyawaratan/Perwakilan
Konstitusi mengamanatkan untuk mewujudkan negara yang demokratis, yang
mana kedaulatan diserahkan sepenuhnya kepada rakyat. Nilai yang terkandung Sila
keempat pancasila adalah pedoman berdemokrasi Indonesia. Namun bagaimana cara
mengimplementasikan demokrasi Indonesia masih dalam tahap pencarian identitas.
Sejak merdeka, Indonesia telah melalui beberapa tahapan demokrasi, yaitu demokrasi
masa revolusi, demokrasi parlementer, demokrasi terpimpin, demokrasi era orde baru
dan demokrasi era reformasi.
Bagaimana dasar demokrasi khas Indonesia, dikemukakan oleh Soekarno di depan
sidang BPUPKI 1 Juni 1945. Soekarno berpidato, “… Dasar itu ialah dasar mufakat,
dasar perwakilan, dasar permusyawaratan. Negara Indonesia bukan satu negara untuk
satu orang, bukan negara untuk satu golongan, walaupun golongan kaya. Tetapi kita
mendirikan negara, “satu untuk semua‟, satu buat semua, semua buat satu. Saya yakin
bahwa syarat yang mutlak untuk kuatnya negara Indonesia ialah permusyawaratan
perwakilan” (Amin Arjoso ed. 2002, hal 25 dalam Oetama, dkk). Dengan kata lain
demokrasi Indonesia adalah musyawarah mufakat. Namun, dalam kenyataannya,
pelaksanaan praktik politik di Indonesia belum mengutamakan permusyawaratan untuk
mufakat. Sebaliknya, trend baru yang berkembang pada saat ini mengarah pada
demokrasi transaksional. Uang menjadi kekuatan dalam menguasai politik, kelompok
yang memiliki uang yang berlimpah yang akan menguasai dan memenangkan
perpolitikan. Inilah yang pada akhirnya dikhawatirkan akan memberikan negara kepada
kendali suatu kelompok tertentu. Kondisi ini akan diperparah apabila demokrasi
ekonomi, dan sosial tidak dilakukan, dan pemimpin yang visioner tidak dimiliki. Oleh
karena itu, penting untuk mengkaji ulang gagasan demokrasi sesungguhnya sesuai
dengan amanat sila ke empat pancasila.
2.1.5 Sila Kelima : Keadilan Bagi Seluruh Rakyat Indonesia
Sila keadilan sosial mengandung makna bahwa setiap warganegara diperlakukan
sama tanpa adanya perbedaan suku, ras, agama, bahasa, kaya dan miskin, maupun
jabatan. Semua warga negara harus diperlakukan adil oleh negara. Perwujudan dari sila
keadilan sosial ini dapat berupa penegakan mukum dengan asas keadilan bukan
keuangan dan jabatan, tidak ada tekanan baik fisik maupun mental terhadap rakyat,
mendapatkan kehidupan yang sejahtera atau terbebas dari kemiskinan, dan kebodohan,
serta dari tekanan pihak asing. Pemerintah berpihak kepada rakyat yang harus dibela,
bukan kepada golongan tertentu yang mempunyai kepentingan. Itulah prinsip keadilan
yang terkandung dalam sila ke-lima. Namun sesungguhnya prinsip keadilan sosial bagi
seluruh rakyat Indonesia menjadi anak tangga pertama yang harus dipijak dalam
6
kehidupan berbangsa dan bernegara. Keadilan dalam konteks aturan, kebijakan,
tindakan, dan perlakuan yang adil terhadap rakyatnya dapat membuat masyarakat
leluasa bermusywarah dan bermufakat mencari solusi persoalan. Tegaknya keadilan
membuat bangsa akan lebih mudah dalam menyatukan kekuatan untuk dapat
mewujudkan kemakmurannya yang bermartabat. Keadilan juga akan mempertebal rasa
kemanusiaan dan saling mencintai sesama ciptaan Tuhan. Akhirnya keadilan dapat
membuat setiap orang tenang beribadah tanpa harus merasa terancam oleh kelompok
lain yang berbeda keyakinan.
7
atau sifat yang bertentangan atau tidak sesuai dengan perikemanusiaan dan perikeadilan juga
harus secara sadar ditentang oleh bangsa Indonesia. Pendirian tersebut itulah yang melandasi
dan mengendalikan politik luar negeri kita.
Aline kedua, “Dan perjuangan pergerakan kemerdekaan Indonesia telah sampailah
kepada saat yang berbahagia dengan selamat sentosa mengantarkan rakyat Indonesia ke
depan pintu gerbang kemerdekaan Negara Indonesia yang merdeka, bersatu, berdaulat, adil,
dan makmur”. Kalimat tersebut menunjukkan kebanggaan dan penghargaan kita akan
perjuangan bangsa Indonesia selama ini. Hal Ini juga berarti adanya kesadaran keadaan
sekarang yang tidak dapat dipisahkan dari keadaan kemarin dan langkah yang kita ambil
sekarang akan menentukan keadaan yang akan datang. Dalam alinea ini jelas apa yang
dikehendaki atau diharapkan oleh para "pengantar" kemerdekaan, ialah Negara Indonesia
yang merdeka, bersatu, berdaulat, adil dan makmur. Nilai-nilai itulah yang selalu menjiwai
segenap bangsa Indonesia dan terus berusaha untuk mewujudkannya. Alinea ini mewujudkan
adanya ketetapan dan ketajaman penilaian:
1. Bahwa perjuangan pergerakan kemerdekaan Indonesia telah sampai pada tingkat yang
menentukan.
2. Bahwa momentum yang telah dicapai tersebut harus dimanfaatkan untuk menyatakan
kemerdekaan.
3. Bahwa kemerdekaan tersebut bukan merupakan tujuan akhir tetapi masih harus diisi
dengan mewujudkan negara yang merdeka, bersatu, berdaulat, adil, dan makmur.
Alinea ketiga, “Atas berkat rahmat Allah Yang Maha Kuasa dan dengan didorongkan
oleh keinginan yang luhur, supaya berkehidupan kebangsaan yang bebas, maka rakyat
Indonesia menyatakan dengan ini kemerdekaannya”. Kalimat tersebut bukan saja
menegaskan apa yang menjadi motivasi nyata dan materiil bangsa Indonesia, untuk
menyatakan kemerdekaannya, tetapi juga menjadi keyakinan motivasi spiritualnya, bahwa
maksud dan tindakan menyatakan kemerdekaan itu diberkati oleh Allah Yang Maha Kuasa.
Hal tersebut berarti bahwa bangsa Indonesia mendambakan kehidupan yang
berkeseimbangan material dan spiritual serta keseimbangan kehidupan di dunia dan di
akhirat. Alinea ini memuat motivasi spiritual yang luhur dan mengilhami Proklamasi
Kemerdekaan (sejak dari Piagam Jakarta) serta menunjukkan pula ketaqwaan bangsa
Indonesia kepada Tuhan Yang Maha Esa. Berkat ridho-Nyalah bangsa Indonesia berhasil
dalam perjuangan mencapai kemerdekaannya, dan mendirikan negara yang berwawasan
kebangsaan.
Alinea keempat, “Kemudian daripada itu untuk membentuk susunan pemerintahan negara
Indonesia yang melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia
dan untuk memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa dan ikut
melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi, dan
keadilan sosial, maka disusunlah kemerdekaan kebangsaan Indonesia itu dalam suatu
Undang-Undang Dasar Negara Indonesia yang terbentuk dalam susunan negara Republik
Indonesia yang berkedaulatan rakyat dengan berdasarkan kepada: Ketuhanan Yang Maha
8
Esa, kemanusiaan yang adil dan beradab, persatuan Indonesia, dan kerakyatan yang dipimpin
oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan/perwakilan, serta dengan mewujudkan
suatu keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia”. Alinea ini merumuskan dengan padat
sekali tujuan dan prinsip-prinsip dasar, untuk mencapai tujuan bangsa Indonesia setelah
menyatakan dirinya merdeka. Tujuan nasional negara Indonesia dirumuskan dengan "...
Pemerintah Negara Indonesia yang melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh
tumpah darah Indonesia, dan untuk memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan
kebidupan bangsa, dan ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan,
perdamaian abadi, dan keadilan sosial". Sedangkan prinsip dasar yang dipegang teguh untuk
mencapai tujuan itu adalah dengan menyusun kemerdekaan Indonesia itu dalam suatu
Undang-undang Dasar Negara Indonesia, yang terbentuk dalam suatu susunan Negara
Republik Indonesia yang berkedaulatan rakyat dan berdasarkan PancasiIa. Dengan rumusan
yang panjang dan padat ini, alinea keempat Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945
sekaligus menegaskan:
1. Negara Indonesia mempunyai fungsi yang sekaligus menjadi tujuannya yaitu: melindungi
segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia, memajukan kesejahteraan
umum, mencerdaskan kehidupan bangsa dan ikut melaksanakan ketertiban dunia yang
berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi, dan keadilan sosial.
2. Negara Indonesia berbentuk Republik dan berkedaulatan rakyat.
3. Negara Indonesia mempunyai dasar falsafah Pancasila, yaitu Ketuhanan Yang Maha Esa,
Kemanusiaan yang adil dan beradab, Persatuan Indonesia, Kerakyatan yang dipimpin
oleh hikmah kebijaksanaan dalam permusyawaratan/perwakilan, dan keadilan sosial bagi
seluruh rakyat Indonesia.
9
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Nilai-nilai Pancasila yang terkandung di dalam Pancasila menjadi tolak ukur bagi bangsa
Indonesia dalam penyelenggaraan bernegara. Karena konsekuensi dari hal itu bahwa
penyelenggaraan bernegara tidak boleh menyimpang dari nilai ketuhanan, nilai kemanusiaan,
nilai persatuan, nilai kerakyatan, dan nilai keadilan. Pancasila dianggap sebagai sesuatu yang
sakral yang setiap warganya harus hafal dan mematuhi segala isi dalam pancasila tersebut.
Namun sebagian besar warga negara Indonesia hanya menganggap pancasila sebagai dasar
negara/ideologi semata tanpa memperdulikan makna dan manfaatnya dalam kehidupan.
Tanpa manusia sedari nilai-nilai makna yang terkandung dalam pancasila sangat
berguna dan bermanfaat.
Makna alinea-alinea Pembukaan UUD 1945 pada garis besarnya adalah: Alinea I
terkandung motivasi, dasar, dan pembenaran perjuangan (kemerdekaan adalah hak segala
bangsa dan penjajahan bertentangan dengan perikemanusiaan dan perikeadilan). Alinea II
mengandung cita-cita bangsa Indonesia (negara yang merdeka, bersatu, berdaulat, adil,dan
makmur). Alinea III memuat petunjuk atau tekad pelaksanaannya (menyatakan bahwa
kemerdekaan atas berkat rahmat Allah Yang Maha Kuasa). Alinea IV : memuat tugas
negara/tujuan nasional, penyusunan UUD 1945, bentuk susunan negara yang berkedaulatan
rakyat dan dasar negara Pancasila.
10
DAFTAR PUSTAKA
Budi Pramono, d. (2022). Implementasi Nilai-Nilai UUD Negara Republik Indonesia 1945.
Jakarta: CV. Aksara Global Akademia.
Dimarta, A. F. (2020). Nilai-Nilai Pancasila. Fakultas Ekonomi & Bisnis, Universitas Persada
Indonesia YAI, 1-12.
11