Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH

PELAYANAN PUBLIK DAN KAITANNYA DENGAN KORUPSI

Dosen Pengampu : Resdiana Safithri, M.Pd

Disusun Oleh :
Kelompok 6
M.Ridho Pratama (208220035)
Qibtyya Amelia Salsabila (208220001)
Sandra Nirmala Citra Syahputri (208220038)

TADRIS MATEMATIKA
FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SULTHAN THAHA SAIFUDDIN
JAMBI
2023

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT atas limpahan rahmat dan karuniayanya,
sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini dengan baik. Makalah ini disusun
sebagai salah satu tugas mata kuliah Kewarganegaraaan. Makalah ini menjelaskan lebih
mendalam mengenai Korupsi dan Pelayanan Publik. Makalah ini dibuat dari hasil
penyusunan dan penulisan yang didapat dari buku dan jurnal yang berkaitan dengan
Kewarganegaraan. Penulis berharap dengan membaca makalah ini dapat menambah
wawasan mengenai paragraf yang ditinjau dari aspek Kewarganegaraan, khususya bagi
penulis.
Penulis mengucapakan terimakasih yang sebesar - besarnya kepada semua pihak
yang terlibat dalam penyusunan makalah ini. Penulis juga mennyadari bahwa makalah ini
tidak luput dari berbagai macam kesalahan. Oleh karena itu, kritik dan saran sangat
diperlukan sehingga makalah ini dapat digunakan dengan baik.

Penulis

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..........................................................................................................ii
DAFTAR ISI.....................................................................................................................iii
BAB I..............................................................................................................................1
PENDAHULUAN..............................................................................................................1
1.1 LATAR BELAKANG...............................................................................................................1
1.2 RUMUSAN MASALAH.........................................................................................................1
BAB II.............................................................................................................................2
PEMBAHASAN................................................................................................................2
2.1. Pengertian dan Unsur-Unsur Pelayanan Publik.................................................................2
2.1.1. Pengertian Pelayanan Publik......................................................................................2
2.1.2. Unsur- unsur Pelayanan public...................................................................................2
2.2 Kategori Pelayanan Publik..................................................................................................3
2.3 Etika Pelayanan Publik.......................................................................................................4
2.4 Pengawasan Terhadap Pelayanan Publik............................................................................4
2.5 Kaitan Pelayanan Publik dan Korupsi dan Faktor Timbulnya Korupsi.................................5
BAB III............................................................................................................................8
PENUTUP........................................................................................................................8
3.1 KESIMPULAN......................................................................................................................8
DAFTAR PUSTAKA.........................................................................................................10

iii
BAB I

PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
Korupsi merupakan masalah yang luas dan kompleks yang dapat berdampak
negative pada pembangunan dan stabilitas suatu negara. Korupsi merugikan
maasyarakat secara langsung maupun tidak langsung, dengan mengurangi akses
terhadap layanan dasar, seperti Pendidikan, perawatan, Kesehatan, insfrastruktur, dan
keadilan. Korupsi juga dapat melemahkan kepercayaan masyarakat terhadap
pemerintah dan institusi public, serta merusak integritas system politik dan ekonomi.
Pelanan public, disisi lain, berkaitan dengan kemampuapn pemerintah dalam
mmeberikan layanan yang brmutu kepada masyarkat. Layanan public yang baik
adalah kunci penting dalam membangun kepercayaan masyarakat terhadap pemerintah
dan memastiikan pemeuhan hak-hak dasar warga negara, ketika pelayanan public
efektif dan efisien, masyarakat dapat merasa didengar, dihormati, dan diperlakukan
dengan adil.
Hubungan antara korupsi dan pelayanan public sangat erat. Korupsi dapat merusak
pelayanan public dengan cara mengalihkan sumber daya yang seharusnya digunakan
untuk mengingtakan pelayanan kepada masyarakat. Korupdi juga dapat menciptakan
lingkungan di mana pegawai public lebih tertarik pada kepentingan pribadi daripada
pada tugas dan tnaggung jawab mereka untuk memberikan pelayanan public yang
baik. Akibatnya, pelayanan public menjadi tidak efektif, tiak efisien dan tidak
transparan.
1.2 RUMUSAN MASALAH
1. Apakah pengertian dan unsur-unsur pelayanan publik?
2. Apa saja jenis-jenis atau kategori pelayanan publik?
3. Apa yang dimaksud etika pelayanan publik?
4. Bagamana pengawasan terhadap pengawasan pelayanan publik?
5. Apa kaitan pelyanan public dan korupsi?

1
BAB II

PEMBAHASAN
2.1. Pengertian dan Unsur-Unsur Pelayanan Publik
2.1.1. Pengertian Pelayanan Publik
Pengertian pelayanan merupakan suatu proses keseluruhan dari pembentukan
citra perusahaan baik melalui media berita, pembentukan budaya perusahaan secara
integral maupun melakukan komusikasi terhadap pandangan perusahaan kepada
para pemimpin pemerintahan serta public lainnya yang berkepentingan.
Pengertian public adalah sejumlah orang yang dalam kesempatan tertentu, di
tempat tertentu, akan berkomunikasi dengan kita,dan biasanya public dikaitkan
dengan sekelompok masyarakat atau individu tapi jarang individu lebih ke suatu
kelompok yang banyak (Jamal et al.,2020)
Maka pengertian pelayanan public adalah suatu kegiatan aatu rangkaian
kegiatan dalam rangka memenuhi kebutuhan pelayanan sesuai dengan peraturan
perundang-undanagn untuk setiap warga negara dan penduduk atas barang, jasa,
atau pelayanan administrative yang telah disesuaikan oleh penyelenggara negara,
korporasi, Lembaga independent yang dibentuk berdasarkan undang-undang untuk
kegiatan pelayanan public, dan badan hukum lain yang dibentuk semata-mata
untuk kegiatan pelayanan public(Sabir et al.,2022)
2.1.2. Unsur- unsur Pelayanan public
Terdapat 3 unsur penting dalam pelayanan publik, yaitu unsur pertama, adalah
organisasi penyelenggara pelayanan publik, unsur kedua, adalah penerima layanan
(pelanggan) yaitu orang atau masyarakat atau organisasi yang berkepentingan, dan
unsur ketiga, adalah kepuasan yang diberikan dan atau diterima oleh penerima
layanan (pelanggan).
 Organiasai penyelenggara layanan public adalah setiap institusi
penyelenggara Negara, korporasi, lembaga independen yang dibentuk
berdasarkan Undang-Undang untuk kegiatan pelayanan publik, dan
badan hukum lain yang dibentuk semata-mata untuk kegiatan
pelayanan publik.
 Menerima layanan (pelanggan) adalah orang, masyarakat atau
organisasi yang berkepentingan atau memerlukan layanan (penerima
layanan), pada dasarnya tidak memiliki daya tawar atau tidak dalam
posisi yangsetara untuk menerima layanan, sehingga tidak memiliki
akses untuk mendapatkan pelayanan yang baik. Posisi inilah yang
mendorong terjadinya komunikasi dua arah untuk melakukan KKN dan
memperburuk citra pelayanan dengan mewabahnya Pungli, dan
ironisnya dianggap saling menguntungkan.
 Kepuasan yang diberikan dan atau diterima oleh penerima layanan
(pelanggan) adalah kepuasan pelanggan menerima pelayanan, unsur
kepuasan pelanggan menjadi perhatian penyelenggara pelayanan
(Pemerintah), untuk menetapkan arah kebijakan pelayanan publik yang
berorienntasi untuk memuaskan pelanggan, dan dilakukan melalui

2
upaya memperbaiki dan meningkatkan kinerja manajemen
pemerintahan.
2.2 Kategori Pelayanan Publik
Ada beberapa jenis layanan publik yang diselenggarakan untuk masyarakat.
Menurut Undang-undang Nomor 25 Tahun 2009 tentang Pelayanan Publik dan
keputusan MENPAN No. 63/KEP/MENPAN/7/2003, kegiatan pelayanan publik
mencakup:
1 Layanan Barang: Ini adalah jenis layanan yang dominan dalam pelayanan
yang disediakan oleh pemerintah kepada masyarakat. Layanan ini dapat
dilakukan oleh instansi pemerintah yang sepenuhnya atau sebagian
didanai oleh kekayaan negara yang tidak dapat dipisahkan, atau oleh
badan usaha milik pemerintah yang didanai oleh kekayaan negara yang
dipisahkan (BUMN). Layanan barang mencakup penyediaan berbagai
jenis barang yang digunakan oleh publik, seperti jaringan telepon, pasokan
listrik, air bersih, dan sebagainya
2 Layanan Administratif: Ini mencakup tindakan administratif pemerintah
yang diwajibkan oleh negara dan diatur dalam perundang-undangan untuk
melindungi kepentingan pribadi, keluarga, kehormatan, dan harta benda.
Layanan administratif juga dilakukan oleh instansi nonpemerintah yang
diwajibkan oleh negara dan diatur dalam perundang-undangan, serta
diterapkan melalui perjanjian dengan penerima layanan. Layanan
administratif melibatkan pembuatan berbagai dokumen resmi yang
dibutuhkan oleh publik, seperti status kewarganegaraan, sertifikat
kompetensi, kepemilikan atau penguasaan atas suatu barang, dan
sebagainya.
3 Layanan Pemerintahan: Ini adalah layanan yang berkaitan erat dengan
tugas-tugas umum pemerintahan, seperti pelayanan Kartu Keluarga/KTP,
IMB, Pajak Daerah, Retribusi Daerah, dan Imigrasi.
4 Layanan Pembangunan: Ini adalah layanan yang terkait dengan
penyediaan sarana dan prasarana untuk memberikan fasilitas kepada
masyarakat dalam kegiatan sehari-hari mereka, seperti pembangunan
jalan, jembatan, pelabuhan, dan lain-lain.
5 Layanan Utilitas: Ini melibatkan penyediaan utilitas seperti listrik, air,
telepon, dan transportasi.
6 Layanan Kebutuhan Pokok: Ini adalah layanan yang menyediakan bahan-
bahan kebutuhan pokok masyarakat, termasuk beras, gula, minyak, gas,
tekstil, dan perumahan murah.
7 Layanan Kemasyarakatan: Ini adalah layanan yang terkait dengan
kegiatan sosial kemasyarakatan, seperti layanan kesehatan, pendidikan,
ketenagakerjaan, penjara, panti asuhan, dan sebagainya.

3
2.3 Etika Pelayanan Publik
Etika dalam pelayanan publik mencakup sikap, cara berpikir, watak, dan
akhlak yang baik dalam memberikan pelayanan kepada publik. Sedangkan moral
merupakan bentuk operasional dari etika, yang mengacu pada integritas dan
prinsip-prinsip moral yang harus dijunjung tinggi.
Perbedaan antara etika dan moral adalah bahwa etika merupakan penilaian
mengenai apa yang baik dan buruk, sementara moral adalah implementasi konkret
dari nilai-nilai etika tersebut, seperti integritas. Dalam konteks pelayanan publik,
etika diartikan sebagai filsafat moral atau nilai-nilai yang seharusnya dipegang oleh
penyelenggara pelayanan publik, yang juga dikenal dengan sebutan "kode etik"
atau "aturan perilaku yang benar". Etika publik mencakup perilaku baik, ramah,
dan mematuhi standar profesional yang telah ditetapkan.
Penting bagi penyelenggara pelayanan publik untuk menjalankan etika
administrasi publik, yang dapat dilihat dari ketaatan mereka terhadap standar
pelayanan yang telah ditetapkan dalam proses pelayanan publik. Ombudsman
Republik Indonesia baru-baru ini merilis hasil penilaian kepatuhan standar
pelayanan publik yang menunjukkan bahwa masih banyak pemerintah daerah yang
belum mencapai kepatuhan standar pelayanan yang memadai sesuai dengan
Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2009 tentang Pelayanan Publik.
Pemenuhan standar pelayanan publik adalah suatu keharusan yang harus
dipenuhi oleh penyelenggara pelayanan publik sebagai bagian dari prosedur
formal. Kepatuhan terhadap standar pelayanan yang rendah tidak hanya
mencerminkan ketidakpatuhan terhadap etika administrasi, tetapi juga dapat
menyebabkan potensi terjadinya maladministrasi. Oleh karena itu, penting untuk
meningkatkan pemenuhan standar pelayanan publik guna menjaga integritas dan
meningkatkan kepercayaan masyarakat terhadap pemerintah daerah dan
penyelenggara pelayanan publik.
2.4 Pengawasan Terhadap Pelayanan Publik
Pengawasan pelayanan publik melibatkan beberapa elemen, termasuk
pengawas internal dan eksternal. Menurut Pasal 35 UU Nomor 25 Tahun 2009
tentang Pelayanan Publik, pengawasan internal penyelenggaraan pelayanan publik
dapat dilakukan melalui pengawasan oleh atasan langsung dan pengawasan
eksternal yang dilakukan oleh pengawas fungsional sesuai dengan peraturan
perundang-undangan.
Pengawasan internal oleh atasan langsung mencakup evaluasi kinerja
penyelenggaraan pelayanan publik. Hal ini penting untuk memastikan bahwa
standar pelayanan telah terpenuhi dan kinerja penyelenggara pelayanan publik
berada pada tingkat yang memadai. Evaluasi kinerja ini dapat dilakukan secara
berkala dan melibatkan penilaian terhadap aspek-aspek seperti kebijakan
pelayanan, profesionalisme SDM, sarana prasarana, sistem informasi pelayanan
publik, konsultasi dan pengaduan, serta inovasi pelayanan.
Pengawasan eksternal pelayanan publik melibatkan berbagai pihak,
termasuk masyarakat, Ombudsman, DPR RI, DPRD Provinsi, dan DPRD

4
Kabupaten/Kota. Masyarakat dapat berperan sebagai pengawas eksternal dengan
menyampaikan laporan atau pengaduan terkait penyelenggaraan pelayanan publik
kepada instansi terlapor atau kepada Ombudsman RI. Hal ini memungkinkan
masyarakat untuk melibatkan diri dalam pengawasan dan memberikan masukan
atau tanggapan terhadap kualitas dan kinerja pelayanan publik. DPR RI, DPRD
Provinsi, dan DPRD Kabupaten/Kota juga memiliki fungsi pengawasan terkait
pelayanan publik. Mereka dapat memastikan implementasi regulasi terkait
pelayanan publik dan memantau penggunaan anggaran yang ditujukan untuk
penyelenggaraan pelayanan publik. Selain itu, DPR juga dapat melakukan fungsi
legislatif untuk menyusun peraturan yang bertujuan meningkatkan kualitas
pelayanan publik.
Peran masyarakat dalam penyelenggaraan pelayanan publik juga sangat
penting. Masyarakat harus aktif terlibat dalam proses penyusunan dan penetapan
standar pelayanan serta memberikan masukan yang konstruktif kepada
penyelenggara pelayanan publik. Masyarakat juga dapat melaporkan masalah atau
keluhan terkait pelayanan publik kepada instansi terkait atau Ombudsman RI.
Keterlibatan aktif masyarakat akan membantu meningkatkan kualitas pelayanan
publik dan mendorong perbaikan dari rekomendasi yang diberikan oleh pengawas
eksternal. Dengan sinergi antara pengawas internal, pengawas eksternal, dan
partisipasi masyarakat, diharapkan pelayanan publik dapat semakin baik dan
memenuhi kebutuhan serta harapan masyarakat.
2.5 Kaitan Pelayanan Publik dan Korupsi dan Faktor Timbulnya Korupsi
Pelayanan publik dan korupsi memiliki kaitan yang erat. Korupsi sering kali
terjadi dalam konteks pelayanan publik, di mana pelaku korupsi menyalahgunakan
kekuasaan dan wewenang mereka untuk memperoleh keuntungan pribadi dengan
merugikan masyarakat.
Berikut ini adalah beberapa kaitan antara pelayanan publik dan korupsi:
1. Tidak memberikan pelayanan: Ketika pelayanan publik tidak diberikan dengan
baik atau bahkan tidak diberikan sama sekali, masyarakat menjadi rentan
terhadap praktik korupsi. Mereka mungkin akan mencari jalan pintas atau
memberikan suap kepada pejabat yang bertanggung jawab untuk memperoleh
layanan yang seharusnya mereka terima.
2. Penyalahgunaan wewenang: Pejabat yang bertanggung jawab atas pelayanan
publik dapat menyalahgunakan wewenang mereka dengan memperlambat atau
menolak memberikan pelayanan kepada masyarakat jika mereka tidak
mendapatkan imbalan atau suap. Hal ini menciptakan peluang bagi praktik korupsi.
3. Permintaan uang/barang/jasa: Dalam beberapa kasus, pejabat pelayanan publik
dapat secara aktif meminta atau memperoleh suap dari masyarakat untuk
memberikan pelayanan atau memperlancar proses administratif. Permintaan ini
dapat terjadi dalam bentuk uang, barang, atau jasa.
4. Penyimpangan prosedur: Praktik korupsi juga dapat terjadi melalui
penyimpangan prosedur dalam pelayanan publik. Pejabat yang tidak mengikuti
prosedur yang ditetapkan secara sengaja atau memberikan perlakuan khusus

5
kepada pihak tertentu dengan imbalan tertentu, melanggar prinsip transparansi dan
akuntabilitas.
5. Diskriminasi: Ketidakadilan dalam pelayanan publik, seperti diskriminasi atau
preferensi terhadap kelompok tertentu, dapat memunculkan praktik korupsi. Jika
pelayanan publik tidak adil dan setiap orang tidak diperlakukan dengan sama, maka
masyarakat dapat mencoba memberikan suap atau pengaruh lainnya untuk
memperoleh perlakuan yang lebih baik.
Korupsi dalam pelayanan publik merugikan masyarakat secara langsung.
Selain itu, korupsi juga merusak integritas dan kepercayaan masyarakat terhadap
pemerintah dan institusi publik. Oleh karena itu, penting untuk menerapkan standar
pelayanan yang tinggi, meningkatkan transparansi, memperkuat mekanisme
pengawasan, dan mempromosikan integritas dalam pelayanan publik guna
mencegah praktik korupsi.
Korupsi juga dapat timbul dari berbagai faktor, termasuk standar pelayanan
publik yang melenceng atau tidak terpenuhi. Ketika standar pelayanan publik tidak
diterapkan dengan baik atau melenceng, terdapat peluang bagi praktik korupsi
untuk berkembang. Beberapa faktor yang dapat mempengaruhi hubungan antara
korupsi dan standar pelayanan publik yang melenceng adalah sebagai berikut:
1. Kesenjangan antara standar dan praktik: Jika terdapat perbedaan yang
signifikan antara standar pelayanan publik yang ditetapkan dan praktik
yang sebenarnya, peluang korupsi dapat muncul. Misalnya, jika standar
pelayanan menetapkan waktu penyelesaian yang cepat, namun dalam
praktiknya terjadi penundaan berlarut, maka ada peluang bagi pihak
yang terlibat untuk memanfaatkan situasi tersebut dengan meminta suap
agar proses dipercepat.
2. Lemahnya pengawasan: Jika pengawasan terhadap pelayanan publik
tidak efektif atau tidak memadai, peluang korupsi akan meningkat.
Kurangnya pengawasan memungkinkan para pelaku korupsi untuk
beroperasi tanpa terdeteksi, karena tidak ada mekanisme yang memantau
atau memeriksa pelaksanaan standar pelayanan dengan baik.
3. Rendahnya akuntabilitas: Jika tidak ada akuntabilitas yang jelas dan tegas
terhadap penyelenggara pelayanan publik, mereka dapat dengan mudah
melakukan praktik korupsi tanpa takut akan konsekuensi hukum.
Akuntabilitas yang lemah dapat memungkinkan pejabat yang bertanggung
jawab untuk melenceng dari standar pelayanan dan menyalahgunakan
wewenang mereka.
4. Ketidaktransparan sistem: Kurangnya transparansi dalam pelayanan
publik menciptakan celah bagi praktik korupsi. Jika proses dan keputusan
dalam pelayanan publik tidak terbuka atau tersembunyi, peluang korupsi
akan meningkat. Masyarakat tidak dapat memantau atau memeriksa apakah
standar pelayanan dipenuhi dengan baik atau apakah terjadi
penyalahgunaan.

6
Penting untuk menciptakan dan memperkuat sistem pelayanan publik yang
transparan, akuntabel, dan efektif untuk mencegah terjadinya korupsi. Hal ini
mencakup penerapan standar pelayanan yang jelas dan memastikan pengawasan
yang ketat terhadap pelaksanaannya. Selain itu, penguatan integritas dan
penghargaan terhadap prinsip-prinsip etika dalam pelayanan publik juga penting
untuk mencegah terjadinya pelanggaran dan korupsi.

7
BAB III

PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
Adapun kesimpulan dari penjelasan diatatas adalah :

1. A. Pengertian pelayanan public adalah suatu kegiatan aatu rangkaian kegiatan


dalam rangka memenuhi kebutuhan pelayanan sesuai dengan peraturan
perundang-undanagn untuk setiap warga negara dan penduduk atas barang, jasa,
atau pelayanan administrative yang telah disesuaikan oleh penyelenggara
negara, korporasi, Lembaga independent yang dibentuk berdasarkan undang-
undang untuk kegiatan pelayanan public, dan badan hukum lain yang dibentuk
semata-mata untuk kegiatan pelayanan public(Sabir et al.,2022)
B.Terdapat 3 unsur penting dalam pelayanan publik, yaitu unsur pertama, adalah
organisasi penyelenggara pelayanan publik, unsur kedua, adalah penerima
layanan (pelanggan) yaitu orang atau masyarakat atau organisasi yang
berkepentingan, dan unsur ketiga, adalah kepuasan yang diberikan dan atau
diterima oleh penerima layanan (pelanggan).
2. Ada beberapa jenis layanan publik yang diselenggarakan untuk masyarakat.
a. Layanan barang
b. Layanan administrative
c. Layanan pemerintahan
d. Layanan pembangunan
e. Layanan utilitas
f. Layanan kebutuhan pokok
g. Layanan kemasyarakatan
3. Etika dalam pelayanan public
Mencakup sikap, cara berpikir, watak, dan akhlak yang baik dalam memberikan
pelayanan kepada publik. Sedangkan moral merupakan bentuk operasional dari
etika, yang mengacu pada integritas dan prinsip-prinsip moral yang harus
dijunjung tinggi.
4. Pengawasan pelayanan publik
Melibatkan beberapa elemen, termasuk pengawas internal dan eksternal.
Menurut Pasal 35 UU Nomor 25 Tahun 2009 tentang Pelayanan Publik,
pengawasan internal penyelenggaraan pelayanan publik dapat dilakukan melalui
pengawasan oleh atasan langsung dan pengawasan eksternal yang dilakukan
oleh pengawas fungsional sesuai dengan peraturan perundang-undangan.
5. Berikut ini adalah beberapa kaitan antara pelayanan publik dan korupsi dan
beberapa factor timbulnya korupsi:
Kaitan antara pelayanan public dan korupsi
a. Tidak memberikan pelayanan
b. Penyalahgunaan wewenangn
c. Permintaan uanng/barang/jasa
d. Penyimpangan prosedur
e. Diskriminasi

8
Beberapa factor penyebab timbulnya korupsi
a. Kesenjangan antara standar dan praktik
b. Lemahnya pengawasan
c. Rendahnya akuntabilitas
d. Ketidaktransparan system

9
DAFTAR PUSTAKA

Ahmad Mustanir, S. M. (2019). Pelayanan Publik. Pasuruan, Jawa Timur: CV. Penerbit Qiara
Media.

https://bakri.uma.ac.id/jenis-pelayanan-publik/

https://ombudsman.go.id/artikel/r/artikel--korupsi-lahir-dari-penyimpangan-standar-pelayanan-
publik-

10

Anda mungkin juga menyukai