Anda di halaman 1dari 10

LAPORAN PENDAHULUAN

Tn. Y diagnosa medis susp fraktur costae

Diruangan IGD

NAMA : DIKA DAYANTI

NMP :1830702052

JURUSAN KEPERAWATAN

FAKULTAS ILMU KESEHATAN

UNIVERITAS BORNEO TARAKAN

2021
Definisi

Costae (tulang iga) merupakan salah satu komponen pembentuk rongga dada yang memiliki
fungsi untuk memberikan perlindungan terhadap organ didalamnya dan yang lebih penting
adalah mempertahankan fungsi ventilasi paru.

Fraktur costae adalah terputusnya kontinuitas jaringan tulang / tulang rawan yang disebabkan
oleh rudapaksa pada spesifikasi lokasi pada tulang costae.

Etiologi

Secara garis besar penyebab fraktur costa dapat dibagi dalam 2 kelompok(Dewi, 2010):

1. Disebabkan trauma
a. Trauma tumpul
Penyebab trauma tumpul yang sering mengakibatkan adanya frakturcosta antara lain
kecelakaan lalulintas, kecelakaan pada pejalan kaki,benturan,jatuh dari ketinggian, atau
jatuh pada dasar yang keras atau akibat perkelahian.
b. Trauma Tembus
Penyebab trauma tembus yang sering menimbulkan fraktur costa adalahluka tusuk dan
luka tembak
2. Disebabkan bukan trauma
Yang dapat mengakibatkan fraktur costa, terutama akibat gerakan yangmenimbulkan
putaran rongga dada secara berlebihan, atau akibat adanyagerakan berlebihan dan
stress fraktur, seperti pada gerakan olahragalempar martil, soft ball, tennis, golf

Klasifikasi data
a) Menurut jumlah costa yang mengalami fraktur dapat dibedakan :
 Fraktur simple
 Fraktur multiple

b) Menurut jumlah fraktur pada setiap costa dapat :


 Fraktur segmental
 Fraktur simple
 Fraktur comminutif

c) Menurut letak fraktur dibedakan :


 Superior (costa 1-3 )
 Median (costa 4-9)
 Inferior (costa 10-12 ).

d) Menurut posisi :
 Anterior,
 Lateral
 Posterior.
Tanda dan gejala
 Nyeri tekan, crepitus dan deformitas dinding dada
 Adanya gerakan paradoksal
 Tanda–tanda insuffisiensi pernafasan : Cyanosis, tachypnea.
 Kadang akan tampak ketakutan dan cemas, karena saat bernafas bertambah nyeri
 Korban bernafas dengan cepat , dangkal dan tersendat . Hal ini sebagaiusaha untuk
membatasi gerakan dan mengurangi rasa nyeri.
 Nyeri tajam pada daerah fraktur yang bertambah ketika bernafas dan batuk
 Mungkin terjadi luka terbuka diatas fraktur, dan dari luka ini dapat terdengar suara udara
yang
 “dihisap” masuk ke dalam rongga dada.
 Gejala-gejala perdarahan dalam dan syok.

Patofisiologi

Fraktur costa dapat terjadi akibat trauma yang datangnya dari arah depan,samping ataupun dari
arah belakang.Trauma yang mengenai dada biasanya akan menimbulkan trauma costa,tetapi
dengan adanya otot yang melindungi costa pada dinding dada,maka tidak semua trauma dada
akan terjadi fraktur costa.

Pada trauma langsung dengan energi yang hebat dapat terjadi fraktur costa pada tempat
traumanya .Pada trauma tidak langsung, fraktur costa dapat terjadi apabila energi yang
diterimanya melebihi batas tolerasi dari kelenturan costa tersebut.Seperti pada kasus kecelakaan
dimana dada terhimpit dari depan dan belakang,maka akan terjadi fraktur pada sebelah depan dari
angulus costa,dimana pada tempat tersebut merupakan bagian yang paling lemah.
Fraktur costa yang “displace” akan dapat mencederai jaringan sekitarnya atau bahkan organ
dibawahnya.Fraktur pada costa ke 4-9 dapat mencederai a.intercostalis ,pleura visceralis,paru
maupun jantung ,sehingga dapat mengakibatkan timbulnya hematotoraks,pneumotoraks ataupun
laserasi jantung.

Komplikasi
 Atelektasis
 Pneumonia
 hematotoraks
 pneumotoraks
 cidera intercostalis, pleura visceralis, paru maupun jantung
 laserasi jantug
Penatalaksanaan

Analgetik yang adekuat (oral/ iv / intercostal block)

Cek Lab berkala : Hb, Ht, Leko, Tromb, dan analisa gas darah

Cek Foto Ro berkala

Dengan blok saraf interkostal, yaitu pemberian narkotik ataupun relaksan otot merupakan
pengobatan yang adekuat. Pada cedera yang lebih hebat, perawatan rumah sakit
diperlukan untuk menghilangkan nyeri, penanganan batuk, dan pengisapan endotrakeal.

Penyimpangan kdm

Trauma pada dada

Fraktur costa

Sederhana membatasi batuk efektif kerusakan pada organ dalam

Proses inflamasi akumulasi sekret penekanan akibat benturan atau tekanan

Nyeri ketidak efektifan bersihan jalan nafas resiko perdarahan

Asuhan keperawatan

1. Pengkajian

a. Aktivitas / istirahat Tanda : Keterbatasan gerak/ kehilangan fungsi motorik pada


bagian yang terkena ( dapat segera atau sekunder, akibat pembengkakan atau nyeri). Serta
adanya kesulitan dalam istirahatidur akibat nyeri.
b. Sirkulasi Tanda : Hipertensi ( kadang-kadang terlihat respons terhadap nyeri atau
ansietas) atau hipotensi (hipovolemia). Takikardi (respons stress, hipovolemia.
Penurunan atau tak teraba nadi distal, pengisian kapiler lambat, kulit dan kuku pucat atau
sianosis. Pembengkakan jaringan atau massa hematoma pada sisi cedera.

c. Neurosensori Gejala: Hilang gerak atau sensasi, spasme otot. Kebas atau kesemutan
(parestesi) Tanda: Deformitas tulang, angulasi abnormal, pemendekan, rotasi, krepitasi,
spasme otot, kelemahan atau hilang fungsi. Agitasi berhubungan dengan nyeri, ansietas,
trauma lain.

d. Kenyamanan Gejala: Nyeri berat tiba-tiba saat cedera ( mungkin terlokalisasi pada area
jaringan atau kerusakan tulang, dapat berkurang pada imobilisasi), tak ada nyeri akibat
kerusakan saraf. Spasme atau kram otot (setelah imobilisasi.

e. Keamanan Laserasi kulit, avulsi jaringan, perdarahan, dan perubahan warna kulit,
pembengkakan lokal dapat meningkat secara bertahap atau tiba-tiba

Diagnosa keperawatan

1.nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera fisik

2.ketidak efektifan bersihan nafas berhubungan dengan spasme jalan nafas

3.mobilisasi fisik berhubungan dengan nyeri

Intervensi

1.nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera fisik

Kriteria hasil:

a ) nyeri berkurang dengan skala 3

b ) wajah klien tidak meringis

intervensi :

a.identivikasi skala nyeri

b.anjurkan posisi nyaman klien setengah duduk atau semi fowler

c.mengajar klien teknik relaksasi nafas dalam

d.kolaborasi dengan tenaga medis lainnya untuk pemberian pereda nyeri


2.ketidak efektifan bersihan nafas berhubungan dengan spasme jalan nafas

kriteria hasil :

a) pola nafas teratur ,pernafasan dalam batas normal 18-20

b) jalan nafas paten

intervensi :

a.auskultasi bunyi nafas

b.menghitung pernafasan klien

c.bersihkan sekret dari mulut

3.mobilisasi fisik berhubungan dengan nyeri

Dengan kriteria hasil :

a) pergerakan klien meningkat

b) kelemahan fisik berkurang

c) nyeri klien menurun dengan skala menjadi 3

intervensi :

a.identifikasi apa yang membuat nyeri bertambah dan adanya keluhan lain seperti pusing
dan sakit kepala

b.anjurkan klien dengan posisi nyaman klien berbaring atau setengah duduk

c.libatkan keluarga klien dalam meningkatkan ambulasi

Implementasi

1.nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera fisik

a.klien mengatakan skala nyeri berkurang

b.mangubah posisi nyaman klien menjadi semi fowler

c.mengajarkan klien teknik relaksasi nafas dalam klien mampu mengikuti yang diajarkan
d.melakukan pemberian obat ketarolac dan pemberian cairan rl

2.ketidak efektifan bersihan nafas berhubungan dengan spasme jalan nafas

a.mendengar bunyi nafas klien apakah ada bunyi nafas tambahan

b.menghitung pernafasan

c.membersihkan secret dari mulut klien dilakukan mandiri atau dengan bantuan perawat

3.mobilisasi fisik berhubungan dengan nyeri

a.klien mengatakan nyerinya bertambah pada saat berjalan,atau melakukan aktivitas

b.mengajarkan klien untuk setengah duduk atau semi fowler

c.memberitahu keluarga klien untuk membantu klien dalam ambulasi,jika saat berjalan
klien butuh bantuan , keluarga boleh memegang tangan klien,secara pelan pelan akan
membantu pergerakan klien

Evaluasi

1. S:klien mengatakan nyerinya berkurang dari apakah dari skala 5 ke 3


O:klien tidak tampak meringgis
A:masalah teratasi
P:intervensi di hentikan

2. S:klien mengatakan tidak ada ada dahak atau sekret


O:auskultasi thoraks tidak adanya bunyi suara tambahan
A:masalah teratasi
P:intervensi dihentikan

3. S: klien mengatakan nyaman dengan posisi semi fowler


O: klien tidak meringgis lagi pergerakan klien mulai bertambah
A: masalah teratasi
P: intervensi dihentikan

Anda mungkin juga menyukai