Leni Tuik
Leni Tuik
Umumnya objek kajian ini dibagi menjadi dua objek, yaitu objek material dan
objek formal. Objek-objek tersebut akan dijelaskan sebagai berikut: a. Objek Material Filsafat Ilmu
pengetahuan yang telah disusun secara sistematis dengan metode ilmiah tertentu,
Dalam gejala ini jelas ada tiga hal menonjol, yaitu manusia, dunia, dan akhirat.
Maka ada filsafat tentang manusia (antropologi), filsafat tentang alam (kosmologi),
dan filsafat tentang akhirat (teologi). Filsafat ketuhanan dalam konteks hidup
beriman dapat dengan mudah diganti dengan kata Tuhan. Antropologi, kosmologi
dan teologi, sekalipun kelihatan terpisah, saling berkaitan juga, sebab pembicaraan
tentang yang satu pastilah tidak dapat dilepaskan dari yang lain.
Objek formal filsafat ilmu adalah sudut pandang dari mana sang subjek
menelaah objek materialnya. Objek formal filsafat ilmu adalah hakikat ilmu
mendasar ilmu pengetahuan, seperti apa hakikat ilmu pengetahuan, bagaimana cara
memperoleh kebenaran ilmiah dan apa fingsi ilmu itu bagi manusia. Problem inilah
sudut pandangan yang ditujukan pada bahan dari penelitian atau pembentukan
pengetahuan itu, atau sudut dari mana objek material itu di sorot.
Ontologi merupakan apa yang akan dikaji dalam ilmu pengetahuan atau
hakikat apa yang dikaji. Apa di sini adalah mengenai objek dari suatu peristiwa.
Dalam pembahasannya, ada metafisika yang membahas mengenai basic atau hal
yang dasar. Faktor panca indera akan sangat berperan dalam mengkaji objek-
objek dalam kehidupan. Panca indera akan membantu mengkaji mengenai teori
lebih tinggi dibandingkan kekuatan manusia yang ada pada dunia nyata. Dalam kehidupan, ada
semacam wujud gaib yang berupa roh yang menjadi kepercayaan.
dimana terdapat kepercayaan terhadap roh nenek moyang manusia. Ada juga
tempat-tempat yang dianggap keramat, seperti pohon, jalan, dan air terjun.
pemikiran naturalisme, dimana orang beranggapan bahwa semua yang ada di alam
ini terjadi dengan sendirinya yang merupakan proses di alam nyata. Aliran yang
memandang segala sesuatu itu berdasarkan wujud bahwa sesuatu itu dianggap ada
hukum, dimana hukum ini akan menjadi semacam aturan main agar bisa
yang menjadi inti kajian. Sebagai contoh ilmu fisika mengasumsikan bahwa hal-
hal yang dipelajari adalah mengenai keaadan fisik dan perhitungan di dalam alam
Di dalam kehidupan, sifat ilmu tidak akan selamanya mutlak. Ketika ada
kemungkinan jawaban.
Epistimologi: Cara Mendapatkan Pengetahuan Yang Benar
kita ingin mengetahi sesuatu, kita akan mencari cara bagaimana kita bisa mengetahui tentang apa
yang ingin kita ketahui. Itulah yang merupakan hakikat
epistemologi.
bukan hanya sekedar cara yang penting kita bisa mengetahui sesuatu, namun
bagaimana cara yang benar. Pada abad pertengahan, segala sesuatu yang
diketahui dianggap sebagai pengetahuan. Konsep dasar pada waktu itu adalah
kompleks. Pada saat itu juga terjadi diferensiasi bidang ilmu yang kemudian
Gaya Berfilsafat
1. Berfilsafat yang terkait erat dengan sastra. Artinya, sebuah karya filsafat dipandang memiliki
nilai-nilai sastra yang tinggi. Acapkali orang mengidentikkan ilsafat dengan sastra sebab
ekspresi filsafat memang membutuhkan ungkapan bahasa yang tak jarang mengandung
nilai-nilai sastra, namun sesungguhnya kurang tepat mengatakan bahwa semua karya sastra
mengandung dimensi filsafat sebab masing-masing bidang memiliki kekhasannya sendiri-
sendiri.
2. Berfilsafat yang dikaitkan dengan sosial politik. Artinya, sebuah karya filsafat dipandang
memiliki dimensi-ddimensi ideologis yang relevan dengan konsep negara.
3. Berfilsafat yang terkait erat dengan metodologi. Artinya para filsuf menaruh perhatian besar
terhadap persoalan–persoalan metode ilmu. Sebagaimana yang dikatakan Descrates
bahwwa untuk memperoleh kebenaran yang pasti kita harus mulai dengan meragukan
segala sesuatu, sikap yang demikian inilah disebut skeptis metodis. Namun ppada ahirnya
tidak ada satupun yang dapat diragukan.
4. Berfilsaat yang ddikaitkan dengan kegiatan analisis bahasa. Tujuan utama filsafat adalah
untuk mendapatkan klarifikasi logis tentang pemikiran bukan seperangkat doktrin,
melainkan suatu kegiatan.
5. Berfilsafat yang dikaitkan dengan menghidupkan kembali pemikiran filsafat di masa lampau.
Filsaat mengacu pada penguasaan sejarah filsafat. Mengkaji teksteks filoso is dari para filsuf
terdahulu merupakan cara mempelajari filsafat.
6. Berfilsafat dikaitakan dengan filsafat tingkah laku atau etika. Etika yang dipandang sebagai
satu-satunya kegiatan filsafat yang paling nyata sehingga dinamakan juga dengan
praksiologis, bidang ilmu praktis.
Proses berpikir adalah pondasi pertama untuk akal yang sehat. Akal yang sehat dihasilkan dari proses
berpikir yang sehat. Pikiran yang sehat akan melahirkan pikiran yang jernih dan mengedapankan
pandangan positif dalam banyak hal. Berpikir adalah pondasi utama dalam berfilsafat. Karena itu,
dalam prosesnya seorang filsuf selalu berangkat dari hal-hal mendasar.
Berpikir Radikal
Yaitu berpikir sampai ke akar-akarnya, sampai pada hakikat atau substansi, esensi yang dipikirkan.
Sifat filsafat adalah radikal atau mendasar, bukan sekedar mengetahui mengapa sesuatu menjadi
demikian, melainkan apa sebenarnya sesuatu itu, apa maknanya.
Berpikir Universal
a. Berpikir Logis
Berpikir logis artinya proses berpikir dengan meggunakan logika rasional (lawan dari irasional) dan
dapat diterima oleh akal sehat.
Berpikir Konseptual
Yaitu berpikir melampaui batas pengalaman sehari-hari manusia, sehingga menghasilkan pemikiran
baru yang terkonsep dengan terstruktur dan sistematis.
Proses berpikir kefilsafatan harus sesuai dengan kaidah berpikir (logis) pada umumnya dan adanya
saling kait-mengait antara satu konsep dengan konsep lainnya.
Berpikir Sistematis
Yaitu dalam berpikir kefilsafatan antara satu konsep dengan konsep yang lain memiliki keterkaitan
berdasarkan azas keteraturan untuk mengarah suatu tujuan tertentu.
Berpikir Komprehensif
Yaitu dalam berpikir filsafat, hal, bagian, atau detail-detail yang dibicarakan harus mencakup secara ,
dipengaruhi oleh pengalaman sejarah ataupun pemikiran pemikiran yang sebelumnya, nilai-nilai
kehidupan sosial budaya, adat istiadat, maupun religius. Berpikir Bertanggung Jawab Yaitu dalam
berpikir kefilsafatan harus bertanggung jawab terutama terhadap hati nurani sebagai
pertanggungjawaban atas diri sendiri dan kehidupan sosial.
Referensi
Buku
Belajar.
Orba Sakti.
Ar-Ruzz Media.
Jurnal
Website
https://www.komnasham.go.id/.
https://referensi.elsam.or.id/2015/01/hak-atas-informasi-dalambingkai-ham/.
Rahadi, Fernan. 2017. Belajar dari Kasus Dwi Hartanto. Belajar dari Kasus
Dwi Hartanto | Republika Online.
Rahayu, Ira. 2017. Kasus Pemberitaan Dwi Hartanto dan Kaitannya dengan