Anda di halaman 1dari 53

STUDI KASUS

“SISTEM ENDOKRIN PADA KLIEN DEWASA: HIPOPARATIROID”

Makalah ini dibuat untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Keperawatan Dewasa Sistem
Endokrin, Pencernaan, Perkemihan, Imunologi, dan Reproduksi

Dosen: Noor Diani, S.Kep., Ns., M.Kep, Sp.Kep, MB.

Disusun Oleh:
Kelompok 1

Aditya Restu Prayoga 2110913210001


Aji Aryat Rahmatullah 2110913210020
Anna Jamiatul Jannah 1910913320029
Deka Trie Arlina 2110913120010
Fitriati Noor 2110913120001
Norwaqi'ah 2110913120011
Nur Pathiati 2110913220005
Siti Habibah 2110913120017
Siti Hizratul Raudah 2110913120004

PROGRAM STUDI KEPERAWATAN


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
BANJARBARU
2023
LEMBAR PENGESAHAN

Dosen Pengampu : Noor Diani, S.Kep., Ns,. M.Kep, Sp.Kep. MB.

Nama : Aditya Restu Prayoga 2110913210001


Aji Aryat Rahmatullah 2110913210020
Anna Jamiatul Jannah 1910913320029
Deka Trie Arlina 2110913120010
Fitriati Noor 2110913120001
Norwaqi'ah 2110913120011
Nur Pathiati 2110913220005
Siti Habibah 2110913120017
Siti Hizratul Raudah 2110913120004

Banjarbaru, 21 Maret 2023

Noor Diani, S.Kep., Ns,. M.Kep, Sp.Kep. MB.

ii
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha
Penyayang, kami panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah
melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat
menyelesaikan makalah seminar mata kuliah Keperawatan Dewasa Sistem Endokrin,
Pencernaan, Perkemihan, Imunologi, dan Reproduksi. Adapun makalah studi kasus
tentang “SISTEM ENDOKRIN PADA KLIEN DEWASA: HIPOPARATIROID” ini
telah kami usahakan semaksimal mungkin dan tentunya dengan bantuan berbagai
pihak, sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk itu kami tidak
lupa menyampaikan banyak terimakasih kepada semua pihak yang telah membantu
kami dalam pembuatan makalah ini. Namun tidak lepas dari semua itu, kami
menyadari sepenuhnya bahwa ada kekurangan baik dari segi penyusunan bahasa
maupun segi lainnya. Oleh Karena itu kami ucapkan dengan lapang dada dan tangan
terbuka kami membuka selebar-lebarnya bagi pembaca yang ingin memberi saran dan
kritik kepada kami.

iii
DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN..................................................................................... ii
KATA PENGANTAR ............................................................................................ iii
DAFTAR ISI .......................................................................................................... iv
BAB I ....................................................................................................................... 1
PENDAHULUAN ................................................................................................... 1
A. Latar Belakang ............................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah .......................................................................................... 1
C. Tujuan Penulisan ............................................................................................ 1
D. Manfaat Penulisan .......................................................................................... 2
BAB II ..................................................................................................................... 1
TINJAUAN PUSTAKA .......................................................................................... 1
BAB III .................................................................................................................... 9
KASUS .................................................................................................................... 9
A. Pengkajian Keperawatan Medikal Bedah...................................................... 10
B. Analisis Data................................................................................................ 21
C. Prioritas Masalah ......................................................................................... 22
D. Intervensi Keperawatan ................................................................................ 23
E. Implementasi Keperawatan .......................................................................... 26
F. Evaluasi ....................................................................................................... 27
BAB IV .................................................................................................................. 29
PENUTUP ............................................................................................................. 29
A. Kesimpulan .................................................................................................. 29
B. Saran ............................................................................................................ 29
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................ 31
Lampiran ............................................................................................................... 32

iv
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Kelenjar paratiroid adalah suatu organ dalam sistem endokrin yang berfungsi
mensekresi parathormon (PTH), senyawa tersebut membantu memelihara
keseimbangan dari kalsium dan phosphorus dalam tubuh. Oleh karena itu
hormone paratiroid penting sekali dalam pengaturan kadar kalsium dalam tubuh
seseorang.
Kekurangan hormone paratiroid dalam tubuh seseorang akan mengakibatkan
kekurangan kadar kalsium dan peningkatan fosfor dalam tubuh. Penderita dengan
kekurangan hormone paratiroid dinamakan hipoparatiroid. Hipoparatiroid akan
menyebabkan hipokalsemia. Dan banyak gejala klinis yang muncul akibat
hipokalsemia ini diantaranya bisa menyebabkan iritabilitas neuromuscular yang
berupa tetanus (hipertonis otot yang menyeluruh).
Prevalensi penyakit hipoparatiroid di Indonesia masih jarang ditemukan. Kira-
kira 100 kasus dalam setahun yang dapat diketahui, sedangkan di Negara maju
seperti amerika serikat penderita penyakit hipoparatiroid lebih banyak ditemukan,
kurang lebih 1000 kasus dalam setahun. Oleh karena itu penting untuk
mengetahui tentang hipoparatiroid ini.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka penulis merumuskan masalah dalam
Laporan Analisis ini adalah “Bagaimana Menganalisis Asuhan Keperawatan pada
klien dengan Hipoparatiroid.

C. Tujuan Penulisan
1) Tujuan Umum

1
Penulis mampu mendeskripsikan analisis mengenai asuhan keperawatan
secara komprehensif dari pengkajian sampai dengan evaluasi pada pasien
dengan gangguan kelenjar paratiroid (Hipoparatiroid).
2) Tujuan Khusus
a) Mampu mendeskripsikan dan menganalisis pengkajian pada pasien
dengan diagnosis gangguan kelenjar paratiroid (Hipoparatiroid).
b) Mampu mendeskripsikan dan menganalisis diagnosa keperawatan pada
pasien dengan gangguan kelenjar paratiroid (Hipoparatiroid).
c) Mampu mendeskripsikan dan menganalisis rencana keperawatan pada
pasien dengan gangguan kelenjar paratiroid (Hipoparatiroid)
d) Mampu mendeskripsikan dan menganalisis implementasi keperawatan
pada pasien dengan melakukan evaluasi keperawatan pada pasien dengan
gangguan kelenjar paratiroid (Hipoparatiroid).

D. Manfaat Penulisan
1. Manfaat bagi penulis yaitu dapat memberikan deskripsi serta analisisnya
tentang asuhan keperawatan kepada klien dengan diagnosa gangguan kelenjar
paratiroid (Hipoparatiroid)
2. Bagi Institusi yaitu dapat mengevaluasi tingkat kemampuan mahasiswa dan
sebagai cara untuk mengevaluasi materi yang sudah diberikan kepada
mahasiswa

2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
KONSEP PENYAKIT HIPOPARATIROID
MENIFESTASI KLINIS
DEFENISI HIPOPARATIROID

Hipoparatiroid adalah hipofungsi kelenjar paratiroid a. Kesemutan di tangan, jari, dan sekitar mulut)
sehingga tidak dapat mensekresi hormon paratiroid b. Kram otot parah dari seluruh tubuh
dalam jumlah yang cukup. Hipoparatiroidisme adalah c. Kejang-kejang
kondisi dimana tubuh tidak membuat cukup hormon d. Tetanus/tetanic aequivalent (Konvulsi-konvulsi
paratiroid atau parathyroid hormone. PATOFISIOLOGI yang tonis atau klonis, Stridor laryngeal (spasme)
yang bisa menyebabkan kematian, Parestesia/
ETIOLOGI a. Metabolisme kalsium dan fosfat, yakni kesemutan, Disfagia dan disartria, Kelumpuhan
kalsium serum menurun (bisa sampai 5 otot-otot dan Aritmia jantung
a. Kekurangan sekresi hormon paratiroid (PTH) (> mgr%) dan fosfat serum meninggi (bisa
99% dari semua kasus) sampai 9,5-12,5 mgr%).
b. Ketidakmampuan untuk membuat bentuk aktif dari PENATALAKSANAAN
b. Post operasi disebabkan tidak adekuat
hormon paratiroid. produksi hormon paratiroid karena a. Pada kondisi akut : Kalsium glukonas intravena,
c. Ketidakmampuan ginjal & tulang untuk merespon pengangkatan kelenjar paratiroid pada saat 1-2 ampul (90-180 elemental calcium) dilarutkan
hormon paratiroid yang diproduksi oleh kelenjar operasi. dalam 50-100 mL larutan dextrose 5% dalam 10
paratiroid normal. c. Pseudohipoparatiroidisme timbul gejala dan menit
tanda hipoparatiroidisme tetapi kadar PTH b. Pada kondisi kronik : Preparat kalsium vitamin D
KLASIFIKASI HIPOPARATIROID dalam darah normal atau meningkat. per oral.
a. Hipoparatiroid Neonatal, terjadi pada bayi yang KOMPLIKASI PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
dilahirkan oleh ibu yang sedang menderita
Tetany, pertumbuhan terhambat, cacat gigi, dan
hiperparatiroid a. Erb’s sign
perkembangan mental lambat, akibat Vitamin
b. Simple Idiopatik Hipoparatiroid, dapat ditemukan b. Chvostek’s sign
D berlebihan hypercalcemia (kalsium darah
pada anak-anak atau orang dewasa akibat pengaruh c. Trousseau’s sign
tinggi) dan mengganggu fungsi ginjal, anemia
autoimun d. Peroneal sign
pernisiosa, penyakit 1 Addison's , katarak
c. Hipoparatiroid Pascabedah pembangunan dan parkinson.
Pathway

Tiroiditis Penyakit Graves (antibody Nodul tiroid


reseptor TSH merangsang toksik
aktivitas tiroid)

Sekresi hormon tiroid


yang berkurang

Hipoparatiroid

Hipermetabolisme Aktivitas simpatik Gerakan kelopak


meningkat berlebihan mata relatif lambat
terhadap bola mata

Penurun Ketididakseim Perubahan Infiltrasi


an BB bangan energi konduksi limfosit sel
dengan listrik jantung mast ke orbital
kebutuhan dan otot-otot
tubuh
Beban kerja
jantung menurun
Eksoftalmus
Perubahan
nutrisi
kurang dari Resiko kerusakan
kebutuhan Aritmia,
takikardi integritas jaringan
tubuh

Kelelahan
Resiko
Kurang penurunan
informasi curah jantung

Kurang
pengetahuan

4
Asuhan Keperawatan
Pengkajian Diagnosa Keperawatan
1. Riwayat Penyakit Dahulu: Pernah 1. Ketidakefektifan pola nafas
melakukan operasi pembedahan pada leher (00032)
2. Riwayat Penyakit Sekarang: Tn. X sering 2. Ketidakseimbangan nutrisi:
mengalami kejang 1 bulan terakhir. kurang dari kebutuhan
3. Pemeriksaan Fisik tubuh (00002)
- B1 (Sistem Pernafasan): Sulit napas 3. Intoleransi aktivitas
(Bronkospasme/spasme laring), suara (000092)
napas stridor. 4. Risiko Cidera (00035)
- B2 (Sistem Kardiovaskuler): Hipotensi
90/80 mmHg
- B3 (Sistem Persyarafan): Sakit Kepala
- B4 (Sistem Perkemihan):
hiperfosfatemia 6,0 mg/dl
- B5 (Sistem Pencernaan): Sulit menelan,
disfagia
- B6(Sistem Integumen dan
Muskuloskeletal): Kejang otot di muka,
tangan dan kaki, Tanda Chvosteks atau
Trousseaus, kulit kering atau bersisik,
rambut jarang-jarang, kaku pada
ekstremitas.
4. Pemeriksaan Penunjang:
- Laboratorium : kalsium dalam serum
rendah yaitu -5 mg/dL (normalnya 8.5–
10.5 mg/dl). Kadar fosfat dalam darah),
kadar fosfat 6.0 mg/dL (normalnya 2.5-
4.5 mg/dL).

5
Ketidakefektifan Ketidakseimbangan nutrisi: Intoleransi Risiko Cidera
pola nafas kurang dari kebutuhan aktivitas (000092) (00035)
(00032) tubuh (00002)

NOC (Status NOC (Nafsu makan 1014) NOC (Toleransi NOC (Kontrol
Pernafasan 0415) terhadap aktivitas kejang sendiri
 Hasrat/keinginan untuk 0005) 1630)
 Frekuensi makan di tingkatkan dari  Menggambarkan
Pernafasan di skala 2 (banyak terganggu)  Frekuensi faktor-faktor
tingkatkan dari menjadi skala 5(Tidak pernafasan ketika yang memicu
skala 2 (Deviasi terganggu) beraktivitas dari kejang dari skala
yang cukup  Energi untuk makan di skala 2 (banyak 4 (banyak
berat dari tingkatkan dari skala 2 terganggu) menunjukkan) ke
kisaran normal) (banyak terganggu) menjadi skala 5 skala 2 (jarang
menjadi skala 5 menjadi skala 5 (Tidak (Tidak menunjukkan
(Tidak ada terganggu) terganggu)  Mencegah faktor
deviasi dari  Intake nutrsi di tingkatkan  Kemudahan risiko/pemicu
kisaran normal) dari skala 2 (banyak dalam melakukan kejang dari skala
 Suara auskultasi terganggu) menjadi skala 5 aktivitas hidup 4 (banyak
nafas di (Tidak terganggu) harian (Activities menunjukkan) ke
tingkatkan dari of daily skala 2 (jarang
skala 2 (Deviasi NOC (Pengetahuan : Diet living/ADL) menunjukkan
yang cukup yang sehat 1854)  Mendapatkan
berat dari perhatian medis
kisaran normal)  Intake cairan yang sesuai NOC (Perawatan dengan cepat
menjadi skala 5 dengan kebutuhan diri : Aktivitas jikan frekunsi
(Tidak ada metabolik di tingkatkan sehari-hari 0300) kejang meningkat
deviasi dari dari skala 2 (pengetahuan  Menggunakan
kisaran normal) terbatas) menjadi skala 4  Aktivitas Makan teknik
 Kepatenan jalan (pengetahuan banyak) di tingkatkan di mengurangi
nafas di  Intake nutrisi yan sesuai tingkatkan dari stress yang
tingkatkan dari dengan kebutuhan individu skala 2 (banyak efektif untuk
skala 2 Deviasi di tingkatkan dari skala 2 terganggu) mengurangi
yang cukup (pengetahuan terbatas) menjadi skala 5 kativitas kejang
berat dari menjadi skala 4 (tidak terganggu)  Mempertahankan
kisaran normal) (pengetahuan banyak)  Aktivitas sikap yang positif
menjadi skala 4 berpakaian di pada gangguan
(Deviasi ringan tingkatkan dari kejang
dari kisaran NOC (Status nutrisi: skala 2 (banyak  Menjalankan
normal) Asupan makanan/cairan terganggu) tindakan yang
1008) menjadi skala 5 man di
NIC (Manajemen  Asupan makanan secara (tidak terganggu) lingkungan yang
jalan nafas 3140) oral di tingkatkan dari  Aktivitas mandi aman
skala 2 (sedikit adekuat) di tingkatkan dari

6
 Buka jalan nafas menjadi skala 3 (cukup skala 2 (banyak NIC (Manajemen
dengan teknikadekuat) terganggu) Kejang 2680)
 Asupan makan secara tube
chin lift atau jaw menjadi skala 5  Pertahankn jalan
trusht ,
feeding di tingkatkan dari (tidak terganggu) nafas
sebagaimana skala 2 (sedikit adekuat)  Aktivitas berjalan  Balikkan badan
mestinya menjadi skala 4 (sebagian di tingkatkan dari pasien ke satu sisi
 Posiskan pasien besar adekuat) skala 2 (banyak  Pandu gerakan
untuk  Asupan cairan secara oral terganggu) klien untuk
memaksimalkan di tingkatkan dari skala 2 menjadi skala 5 mencegah
ventilasi (sedikit adekuat) menjadi (tidak terganggu) terjadinya cidera
 Identifikasi skala 3 (cukup adekuat)  Aktivitas  Monitor arah
kebutuhan aktual  Asupan cairan intravena di memposisikan kepala dan mata
\/potensial pasien tingkatkan dari skala 2 diri di tingkatkan selama kejang
untuk (sedikit adekuat) menajdi dari skala 2  Longgarkan
memsukkan alat skala 4 (sebagian besar (banyak pakaian
membuka jalan adekuat) terganggu)  Tetap di sisi klien
nafas menjadi skala 5 selama klien
 Masukkan alat NOC (Status Nutrisi : (tidak terganggu) mengalami kejang
nasopharyngeal Asupan Nutrisi 1009)  Pasang IV line
airway (NPA) Asupan Kalori di NIC (Bantuan dengan benar
orophylaryngeal tingkatkan dari skala 2 perawatan diri  Berikan oksigen
(OPA), (sedikit adekuat) menajdi 1800) dengan benar
sebagaimana skala 4 (sebagian besar  Monitor  Monitor status
mestinya adekuat) kemampuan neurologis
 Lakukan  Asupan kalsium di perawatan diri  Monitor tanda-
fisioterapi dad, tingkatkan dari skala 2 secara mandiri tanda vital
sebagaimana (sedikit adekuat) menajdi  Monitor  Catat lama dan
mestinya skala 4 (sebagian besar kebutuhab pasien karakteristik
 Buang sekretadekuat) terkait dengan kejang
dengan alat-alat
 Berikan obat anti
memootivasi NIC (Manjamen gangguan kebersihan diri,
kejang dengan
pasien makan 1030)
untuk alat bantu untuk
benar
melakukan  Kolaborasi dengan tim berpakaian,
batuk/menyedot kesehatan lain untuk berdandan,
NIC (Pencegahan
lendir mengembangkan rencana eliminasi dan
Kejang 2690)
 Motivasi pasien perawatan dengan makan
 Sedikan tempat
untuk bernafas melibatkan klien dan  Berikan bantuan
tidur yang rendah
pelan, berputar, orang-orang terdekatnya sampai pasien
dan tepat
dan batuk dengan tepat mampu
 Monitor
 Dorong klien untuk melakukan
pengelolaan obat
NIC (Terapi mendiskusikan makanan perawatan diri
mandiri  Monitor
oksigen 3320) yang di sukai bersama ahli
kepatuhan dalam
 Pertahankan gizi
mengonsumsi
kepatenan jalan  Monitor intake/asupan pengobatan anti

7
nafas cairan cairan secara tepat kejang
 Siapkan  Monitor asupan kalori  Instriksi pasien
peralatan makanan harian mengenal
oksigen dan pengobatan dan
berikan melalui NIC (Manjamen Nutrisi efek samping
sistem humidifer 1100)  Instruksikan
 Berikan oksigen  Tentukan jumlah kalori keluarga atau SO
tambahan seperti dan jenis nutrisi yang di mengenai
yang di butuhkan untuk memenuhi pertolongan
perintahkan persyaratan gizi pertama pada
 Monitor aliran  Brikan pilihan makanan kejang
oksigen sambil menawarkan  Singkirkan objek
 Monitor bimbingan makanan potenisal yang
efektivitas terapi terhadap pilihan makanan membahayakan
oksigen yang lebih sehat, jika di yang ada di
(misalnya, perlukan lingkungan
tekanan  Gunakan
oksimetri ABGs) NIC (Terapi menelan 1860) penghalang
dengan tepat  Kolaborasi dengan anggota tempapt tidur yang
tim kesehatan yang lain lunak dan jaga
(misalnya terapis penghalang tempat
okupasional, ahli patologi tidur tetap di
wicara, ahli diet) untuk naikkan
menyediakan rencana  Instruksikan
terapi yang berkelanjutan pasien untuk
bagi pasien memanggil jika di
 Sediakan/gunakan alat rasa tanda akan
bantu sesuai kebutuhan terjadinya kejang
 Hindari pengginaan
sedotan untuk minum
 Bantu pasien duduk untuk
tegak (sebisa mungkin 90
derajat) untuk
makan/latihan makan
 Instruksikan pasien untuk
membuka dan menutup
mulut terkait dengan
persiapan memanipulasi
makanan
 Sediakan permen tusuk/loli
untuk do hisap pasien
dengan tujuan untuk
memperkuat kekuatan
lidah, jika di perlukan

8
BAB III

KASUS

Tn. X usia 58 tahun datang ke rumah sakit pada tangggal 9 Mei 2012 dengan keluhan
sering mengalami kejang 1 bulan terakhir. Saat pengukuran TTV didapatkan TD:
90/80 mmHg, suhu: 370C, nadi: 88x/menit, RR: 20x/menit dan suara nafas stridor.
Hasil uji laboratorium menunjukan kalsium 3-5 mg/dL (normalnya 8.5–10.5 mg/dl),
kadar fosfat 6.0 mg/dL (normalnya 2.5-4.5 mg/dL). Keluarga pasien mengatakan
bahwa saat di rumah pasien sering mengeluh sakit kepala, sulit nafas saat kejang,
kejang/kekakuan dirasakan pada muka, terkadang pada tangan dan kaki, dan akhir-
akhir ini pasien tidak mau makan dikarenakan susah menelan. Rambut pasien terlihat
tumbuh jarang dan kulit kering / bersisik. Terdapat Tanda Chvosteks atau Trousseaus
positif pada pasien. Pasien mengatakan pernah mengalami operasi bedah leher 2
bulan yang lalu. Riwayat Penyakit Dahulu: Pernah melakukan operasi pembedahan
pada leher. Riwayat Penyakit Sekarang: Tn. X sering mengalami kejang 1 bulan
terakhir.
Pemeriksaan Fisik:
 B1 (Sistem Pernafasan): Sulit napas (Bronkospasme/spasme laring), suara napas
stridor.
 B2 (Sistem Kardiovaskuler): Hipotensi 90/80 mmHg
 B3 (Sistem Persyarafan): Sakit Kepala
 B4 (Sistem Perkemihan): hiperfosfatemia 6,0 mg/dl
 B5 (Sistem Pencernaan): Sulit menelan, disfagia
 B6(Sistem Integumen dan Muskuloskeletal): Kejang otot di muka, tangan dan
kaki, Tanda Chvosteks atau Trousseaus, kulit kering atau bersisik, rambut jarang-
jarang, kaku pada ekstremitas.
Pemeriksaan Penunjang:
 Laboratorium: kalsium dalam serum rendah yaitu -5 mg/dL (normalnya 8.5-10.5
mg/dl). Kadar fosfat dalam darah), kadar fosfat 6.0 mg/dL (normalnya 2.5-4.5
mg/dL).

9
A. Pengkajian Keperawatan Medikal Bedah
Nama Mahasiswa :
NIM :
Kelompok :
Tanggal Praktik/Minggu ke :
Tempat Praktik :
Tanggal/ jam pengkajian :
Tanggal/ jam MRS :
Identitas Pasien
Nama : Tn.X
Umur : 58 tahun
Jenis Kelamin : Laki-laki
Alamat : -
Pendidikan :
Terakhir -
Suku : -
Agama : -
Status :
Perkawinan -
Pekerjaan : -
No. Rekam :
Medik -
Diagnosis : Hipoparatiroid
Keadaan Umum: 1. Tanda-tanda distres: -
2. Penampilan dihubungkan dengan usia: Baik
3. Ekspresi wajah. bicara, mood: Kekakuan dirasakan pada muka
4. Berpakaian dan kebersihan umum: Baik
5. Tinggi badan, berat badan, gaya jalan: -

10
Keluhan Utama: Keluhan utama yang dirasakan oleh Tn. X adalah sering mengalami
kejang 1 bulan terakhir.
1. Pola Persepsi Kesehatan dan Penanganan Kesehatan
Alasan masuk rumah sakit: Karena sering mengalami kejang
a) Riwayat penyakit sekarang: Kejang 1 bulan terakhir
b) Riwayat penyakit dahulu: riwayat penyakit dahulu pernah melakukan operasi
pembedahan pada leher
c) Riwayat penyakit keluarga: -
Riwayat medik dan sosial Riwayat pengobatan
 Kecelakaan: --  Sebelumnya: -
 Dirawat: -  Saat ini:
 Operasi: Pernah operasi pada  Persepsi klien tentang kesehatan: -
leher
 Alergi: Tidak terkaji
 Penyakit: -
 Lain-lain: -
Diagnosis Keperawatan: Pola Napas Tidak Efektif
2. Pola Nutrisi – Metabolik
Intake nutrisi sebelum sakit Intake nutrisi saat sakit
 Makanan  Makanan

 Minuman  Minuman

 Nafsu makan  Nafsu makan: Sulit menelan dan tidak bisa


makan
 Muntah  Muntah: Tidak terkaji

 Keluhan/ masalah yang  Keluhan/ masalah yang memengaruhi


memengaruhi asupan nutrisi: asupan nutrisi: Sulit menelan
 Keadaan kulit, rambut dan kuku: Rambut jarang tumbuh dan kulit kering/bersisik
BB: TB: Suhu: 37 °C

11
IMT: =

 Kelembaban kulit: Kering


Warna kulit: -
Turgor: -
 Kondisi kulit: Kering
 Kuku: -
 Rambut dan kepala: rambut jarang tumbuh
 Kelenjar tiroid: -
 JVP: -
 Kaku kuduk: -
 Mukosa bibir: -
 Kebersihan mulut: -
 Gigi: -
 Penggunaan NGT: -
 Terapi intravena / parenteral: -
 Lain-lain
Diagnosis Keperawatan: Nutrisi kurang dari kebutuhan
3. Pola Eliminasi
 Tanggal defekasi terakhir:
 Frekuensi defekasi: -
Konsistensi: -
Warna: tidak terkaji
 Masalah defekasi: tidak ada
 Penggunaan alat bantu (laksatif/ pispot): tidak ada
 Bising usus: tidak terkaji
 Struktur abdomen: -
 I: -
 A: -

12
 Pe: -
 Pa: -
 Distensi: -
 Nyeri tekan: -
 Lain-lain: -
 Frekuensi berkemih: -
Jumlah: tidak terkaji
Warna: -
 Penggunaan alat bantu berkemih: -
 Keluhan /masalah berkemih: -
 Sakit pinggang: -
 Palpasi ginjal: -
 Perkusi ginjal: -
 Kondisi blast: -
 Lain-lain
Diagnosis Keperawatan: -

13
4. Pola Aktivitas - Latihan
Kemampuan perawatan diri:
SMRS MRS
Aktivitas
0 1 2 3 4 0 1 2 3 4
Mandi 0
Berpakaian/ berdan dan 0
Eliminasi/ toileting 0
Makan 0
Mobilitas di tempat
0
tidur
Berpindah 0
Berjalan 0
Naik tangga 0
Berbelanja 0
Memasak 0
Pemeliharaan rumah 0
Skor:
0 = mandiri
1 = alat bantu 3 = dibantu orang lain & alat
2 = dibantu orang lain 4 = tergantung/ tidak mampu
Kebersihan diri:
Di rumah
 Mandi : -  /hr
 Gosok gigi : -  /hr
 Keramas : -  /mgg
 Potong kuku : -  /mgg
Di rumah sakit
 Mandi : -  /hr
 Gosok gigi : -/hr

14
 Keramas : -/mgg
 Potong kuku : -/mgg
Pernapasan
 Frekuensi napas: 20x/ menit
Irama: -
 SpO2: -
 Bunyi napas: Nafas Stridor
 Riwayat merokok: -
 Riwayat asma/ bronchitis/ emfisema: tidak ada
 Riwayat penyakit paru dalam keluarga: tidak ada
 Batuk: tidak ada
 Penggunaan otot bantu napas: -
 Suara napas tambahan: -
 Adanya sputum: -
 Lain-lain: Pemeriksaan dada (Pernafasan)
 I: -
 P: -
 P: -
 A: -
Sirkulasi
 Frekuensi nadi: 88x/ menit
Irama: -
TD: 90/80 mmHg
 Pemeriksaan dada (Jantung)
 I: -
 P: -
 P: -
 A: -
 Nyeri dada: -

15
 Capillary refill: < 3 detik
 Edema: -
 Palpitasi: -
 Suhu ekstrimitas: -
 Riwayat penyakit jantung dalam keluarga: ada

Mobilitas
 Pola latihan yang biasa dilakukan: -
 Aktivitas di waktu luang: Banyak, setelah pulang kerja
 Sejak sakit: -
 Rentang gerak: -
 Skala kekuatan otot: -

 Keseimbangan dan cara jalan: -


Bentuk tulang belakang: -
 Genggaman tangan/ refleks: -
 Penggunaan tongkat/ walker/ prostese: -
 Persendian: -
Nyeri: -
Edema: -
Kekakuan: -
Deformitas: -
 Lain-lain: -
Diagnosis Keperawatan: Risiko Cedera + Intoleransi Aktivitas

16
5. Pola Istirahat dan Tidur
 Waktu tidur
Sebelum sakit: -
Saat sakit: Susah tidur
 Keluhan yang mempengaruhi tidur: -
 Keluhan letih: -
 Lingkaran gelap di mata: -
 Penggunaan hipnotik/ sedasi: -
 Lain-lain
Diagnosis Keperawatan: -

6. Pola Kognitif – Persepsi


 Fungsi penglihatan: -
 Posisi bola mata: -
 Gerakan mata: -
 Konjungtiva anemis: Ada
 Kornea: -
 Sklera ikterik: (/)
 Pupil: -
 Pemakaian alat bantu penglihatan: tidak ada
 Fungsi pendengaran: -
 Struktur luar telinga: -
 Cairan dari telinga: -
 Perasaan penuh dalam telinga: tidak ada
 Tinitus: -
 Penggunaan alat bantu dengar: tidak ada
 Fungsi penciuman: Normal
 Kondisi hidung: Normal
 Cairan dari hidung: Tidak ada

17
 Keluhan nyeri: -
 Vertigo: -
 Pusing: -
 Tingkat kesadaran: - GCS: E4 V5 M6
 Kemampuan mengambil keputusan: -
 Lain-lain
 Pengkajian nyeri: -
O: -
P: -
Q: -
R: -
S: -
T: -
Diagnosis Keperawatan: -
7. Pola Persepsi Diri – Konsep Diri
 Persepsi klien tentang penyakitnya:
 Harapan setelah dirawat: -
 Persepsi klien tentang diri: klien merasa puas terhadap diri sendiri
 Ekspresi afek/emosi: -
 Isyarat non verbal perubahan harga diri: -
 Lain-lain
Diagnosis Keperawatan: -
8. Pola Seksualitas – Reproduksi
 Dampak sakit terhadap seksualitas: Tidak ada
 Riwayat haid: -
 Pemeriksaan payudara sendiri: -
 Keluhan mengenai keturunan: -
 Tindakan pengendalian kelahiran: -
 Riwayat penyakit hubungan seksual: -

18
 Keluhan gatal-gatal: -
 Lain-lain
Diagnosis Keperawatan: -
9. Pola Koping – Toleransi Stres
 Cara pengambilan keputusan klien: -
 Stresor dalam 1 tahun terakhir: -
 Koping yang biasa digunakan: -
 Pengobatan untuk mengatasi stress: -
 Kecemasan: -
 Sistem pendukung: -
 Perilaku yang ditunjukkan klien: -
 Lain-lain
Diagnosis Keperawatan: -
10. Pola Peran – Hubungan
 Peran dalam keluarga: sebagai seorang suami
 Hubungan dengan orang terdekat: Baik
 Interaksi dengan pasien lain: -
 Cara berkomunikasi: -
 Efek perubahan peran: -
 Perilaku selama dirawat: -
 Bahasa yang digunakan sehari-hari: -
 Lain-lain
Diagnosis Keperawatan: -
11. Pola Nilai – Kepercayaan
 Persepsi klien tentang agama: Baik
 Kegiatan keagamaan: -
 Sikap terhadap nilai: Baik
 Bantuan spiritual: -

19
 Lain-lain
Diagnosis Keperawatan: -

20
B. Analisis Data
Nama Klien : Tn.X
Umur : 58 Tahun
Ruangan/ Kamar :-
No. RM :-
No Data Etiologi Masalah
1.  Data Subjektif: “Klien mengeluh beberapa Pola napas Pola Napas
kali sulit bernafas saat terjadi kejang” tidak efektif Tidak efektif
 Data Objektif: Bronkospasme/spasme (00032)
laring, suara napas tridor. Hipotensi 90/80
mmHg
2.  Data Subjektif: “Klien mengeluh sulit Intake nutrisi Nutrisi kurang
menelan, tidak bisa makan” kurang dari kebutuhan
 Data Objektif: Sulit menelan, disfagia (00002)
3.  Data Subjektif: “Pasien mengeluh kaku Intoleransi Intoleransi
pada tangan dan kaki” Aktivitas aktivitas
 Data Objektif: kaku pada ekstremitas (00092)
4.  Data subjektif: “Klien mengeluh kejang di Risiko Cedera Risiko Cedera
otot tangan dan kaki” (00035)
 Data objektif: Kejang otot dimuka tangan
dan kaki, Tanda Chvosteks atau
Trousseaus

21
C. Prioritas Masalah
Nama Klien : Tn. X
Umur : 58 Tahum
Ruangan/ Kamar :-
No. RM :-

Tanggal Paraf
No. Masalah Keperawatan (Nama
Ditemukan Teratasi
Perawat)
1 Pola Napas Tidak Efektif (00032) Perawat
2 Nutrisi kurang dari kebutuhan (00002) X
3 Intoleransi aktivitas (00092)
4 Risiko Cedera (00035)

22
D. Intervensi Keperawatan
No Diagnosa Tujuan (NOC) Intervensi (NIC)
Keperawatan
1. Pola Napas Setelah dilakukan Monitor Tanda-Tanda Vital
Tidak Efektif tindakan keperawatan (6680):
(00032) selama 1x24 jam, 1. Monitor tekanan darah, nadi,
diharapkan: suhu, dan status pernapasan
Status Sirkulasi (0401) dengan tepat.
1. Menunjukkan tanda- 2. Monitor pola pernapasan
tanda vital (tekanan abnormal (misalnya, Cheyne-
darah, nadi, Stokes, Kussmaul, Biot,
pernapasan) dari skala apneustic, ataksia, dan
3 menjadi skala 5 bernafas berlebihan).
3. Identifikasi kemungkinan
penyebab perubahan tanda-
tanda vital.
2. Nutrisi kurang Setelah dilakukan Monitor Nutrisi (1160):
dari kebutuhan tindakan keperawatan 1. Monitor adanya mual dan
(00002) selama 1x24 jam, muntah.
diharapkan: 2. Identifikasi perubahan nafsu
Status Nutrisi (1004) makan dan aktivitas akhir-
1. Peningkatan fungsi akhir ini.
pengecapan dan 3. Lakukan evaluasi
menelan dari skala 3 (kemampuan) menelan
menjadi skala 5. (misalnya, fungsi motorik
wajah, mulut, otot-otot lidah,
reflek menelan, dan reflek
gag).
3. Intoleransi Setelah dilakukan Terapi Aktivitas (4310):

23
aktivitas (00092) tindakan keperawatan 1. Berkolaborasi dengan (ahli)
selama 1x24 jam, terapis fisik, okupasi dan
diharapkan: terapis rekreasional dalam
Toleransi Terhadap perencanaan dan pemantauan
Aktivitas (0005) program aktivitas, jika
1. Kemampuan dalam memang diperlukan.
melakukan aktivitas 2. Pertimbangkan komitmen klien
sehari-hari (ADLs) untuk meningkatkan frekuensi
secara mandiri dari dan jarak aktivitas.
skala 3 menjadi skala 3. Bantu klien untuk tetap fokus
5 pada kekuatan (yang
2. Kemampuan dimilikinya) dibandingkan
berpindah: dengan dengan kelemahan (yang
atau tanpa bantuan alat dimilikinya).
dari skala 3 menjadi 4. Bantu klien untuk
skala 5 mengidentifikasi aktivitas yang
diinginkan.
5. Bantu klien menjadwalkan
waktu-waktu yang spesifik
terkait dengan aktivitas harian.
6. Berikan kesempatan keluarga
untuk terlibat dalam aktivitas,
dengan cara yang tepat.
7. Bantu klien untuk
meningkatkan motivasi diri
dan penguatan.
8. Bantu klien dan keluarga
memantau perkembangan klien
terhadap pencapaian tujuan
(yang diharapkan).

24
4. Risiko Cedera Setelah dilakukan Pencegahan Jatuh (6490):
(00035) tindakan keperawatan 1. Identifikasi perilaku dan faktor
selama 1x24 jam, yang mempengaruhi risiko
diharapkan: jatuh.
Kontrol Risiko (1902) 2. Identifikasi karakteristik dari
1. Mampu lingkungan yang mungkin
mengembangkan meningkatkan potensi jatuh
strategi yang efektif (misalnya, lantai licin dan
dalam mengontrol tangga terbuka).
risiko dari skala 3 3. Ajarkan pasien bagaimana jika
menjadi skala 5. jatuh, untuk meminimalkan
2. Mampu menyesuaikan cidera.
strategi kontrol risiko 4. Berikan tanda atau
dari skala 3 menjadi mengingatkan pasien agar
skala 5. meminta bantuan saat keluar
dari tempat tidur dengan tepat.
5. Monitor kemampuan untuk
berpindah dari tempat tidur ke
kursi dan sebaliknya.

25
E. Implementasi Keperawatan
No. Diagnosa Implementasi
Keperawatan
1. Pola Napas Tidak 1. Memberikan posisi semi flowler,
Efektif (00032) 2. Memberikan O2,
3. Mengobservasi vital sign,
4. Memonitor pola pernapasan,
5. Mengedukasi paisen dengan cara mengatasi sesak
nafas dengan teknik relaksasi nafas dalam,
6. Menganjurkan pasien untuk istirahat yang cukup.
2. Nutrisi kurang 1. Monitor adanya penurunan berat badan
dari kebutuhan 2. Monitor tipe dan jumlah yang biasa dilakukan,
(00002) 3. Monitor turgor kulit,
4. Monitor mual dan muntah,
5. Monitor kadar albumin, total protein, Hb, dan
kadar hematokrit,
6. Kaji makanan kesukaan,
7. Monitor kalori dan intake nutrisi.
3. Intoleransi 1. Memonitor keadaan umum dan tanda-tanda vital,
aktivitas (00092) 2. Menganjurkan pasien untuk melakukan aktivitas
fisik sesuai kemampuan pasien,
3. Melatih pasien dengan gerakan pasif dan aktif,
4. Memberikan terapi pengobatan sesuai advice
dokter.
4. Risiko Cedera 1. Mengidentifikasikan faktor risiko cedera
(00035) 2. Memonitor status fisik,
3. Menganjurkan pasien mengurangi aktivitas yang
menimbulkan cedera.

26
F. Evaluasi
No. Diagnosa Evaluasi
Keperawatan
1. Pola Napas Tidak S: Pasien mengatakan sudah tidak sulit bernapas
Efektif (00032) O: Tanda vital pasien relatif stabil dengan, SpO2
(saturasi oksigen) 98- 100% (Normal)
tekanan darah 120/80 mmHg (Normal)
frekuensi nadi 100x/menit (Normal)
RR 20x/menit (Normal)
A: Masalah teratasi
P: Intervensi dihentikan
2. Nutrisi kurang dari S: Pasien mengatakan proses menelan sudah cukup
kebutuhan (00002) baik.
O: Kadar normal albumin sebanyak 3,8 – 5,1 gr/dl
(normal),
total protein 6-8.3 g/dL (normal),
Hb 13-17 gram/dL (normal),
kadar hematokrit 38,8–50% (normal)
A: Masalah teratasi
P: Intervensi dihentikan
3. Intoleransi aktivitas S: Pasien mengatakan sudah bisa melakukan
(00092) aktivitas dengan cukup baik.
O: Tanda vital pasien relatif stabil dengan, SpO2
(saturasi oksigen) 98- 100% (Normal)
tekanan darah 120/80 mmHg (Normal)
frekuensi nadi 100x/menit (Normal)
RR 20x/menit (Normal)
A: Masalah teratasi

27
P: Intervensi dihentikan
4. Risiko Cedera S: -
(00035) O: -
A: Masalah belum teratasi
P: Intervensi dilanjutkan

28
BAB IV
PENUTUP

A. Kesimpulan
Hipoparatiroid adalah penurunan produksi hormon paratiroid karena
kegagalan kelenjar paratiroid. Ada beberapa hal yang menyebabkan
hipoparatiroid, antara lain paratiroiditis autoimun serta operasi yang
menyebabkan kerusakan pada kelenjar paratiroid. Hal ini menyebabkan
kurangnya hormon paratiroid. Dan ini menyebabkan hipokalsemia serta
hiperfosfatemia. Fungsi kelenjar paratiroid adalah untuk menyeimbangkan
produksi kalsium dan fosfat. Efek hipokalsemia termasuk tetani, atau peningkatan
tonus otot secara umum, mengakibatkan kejang, kejang otot, kejang laring, dan
bronkospasme, yang dapat menyebabkan dispnea dan kesulitan bernapas pada
pasien.
Hipokalsemia akut dapat diobati dengan kalsium glukonat intravena. Kalsium
glukonat intravena diberikan sebagai berikut: 1-2 ampul (90-180 unsur kalsium)
dilarutkan dalam 50-100 ml larutan dekstrosa 5%, yang kemudian diberikan
selama 10 menit. Meskipun hipokalsemia kronis dengan pemberian suplemen
kalsium vitamin D. Perawatan ideal untuk gejala hipoparatiroidisme adalah terapi
penggantian hormon. Auto dan xenotransplantasi jaringan paratiroid telah
dilakukan bersamaan dengan pengangkatan kelenjar paratiroid untuk
mempertahankan fungsinya. Metode ini menawarkan berbagai tingkat
keberhasilan.

B. Saran
Kelenjar paratiroid adalah organ sistem endokrin yang mengeluarkan hormon
paratiroid (PTH), suatu senyawa yang membantu menjaga keseimbangan kalsium
dan fosfor dalam tubuh. Oleh karena itu, hormon paratiroid sangat penting untuk
mengatur kadar kalsium dalam tubuh manusia. Karena pentingnya fungsi hormon
paratiroid, merawat pasien dengan hipoparatiroid memerlukan perhatian medis

29
yang tepat dan pengobatan yang cepat. Bagaimanapun, menunda pengobatan
dapat menyebabkan prognosis yang buruk dan kemungkinan berbagai komplikasi

30
DAFTAR PUSTAKA

Setiawati, R. (2022). Buku Saku Manajemen Dan Deteksi Dini Penyakit Tiroid. s.l.:
Airlangga University Press.

Shahab, A. (2017). Dasar-Dasar Endokrinologi. s.l.: Rayyana Komunikasindo.

31
Lampiran

32
33
34
35
36
37
38
39
40
41
42
43
44
45
46
47
48
49

Anda mungkin juga menyukai