Anda di halaman 1dari 10

CASE STUDY

PSIKOSOSIAL DAN BUDAYA DALAM KEPERAWATAN


(KESEHATAN SPIRITUAL)

Disusun Oleh:
Kelompok 1

Aditya Restu Prayoga 2110913210001


Muhammad nur arif 2110913210017
Saidatun Niswah 2110913120018
Norwaqi'ah 2110913120011
Rahmidawati 2110913120020
Asyfa Putri Aprillia 2110913220022
Fadhilah 2110913220014
Hilda Dwi Yolanda 2110913120002
Mutiara Eka Putri 2110913220003

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
2022
BAB 1
KASUS
Kasus :
Tn. Idris, 40 tahun, bercerai, dirawat dengan infark miokardial, agama Islam. Tn.
Idris sering tidak bisa tidur pada malam hari dan berkata kepada perawat yang
bertugas dinas malam “Apakah Anda sering mempertanyakan keberadaan
Tuhan?” Memahami bahwa pertanyaan ini mempunyai banyak arti bagi klien,
maka perawat mengajukan pertanyaan spesifik untuk menetapkan apakah klien
mempunyai kebutuhan spiritual yang tidak terpenuhi.
Dua hari kemudian, klien tetap tidak bisa tidur dan terus membahas tentang
Tuhan. Ketika harus masuk rumah sakit, Tn. Idris tidak bisa lagi aktif dalam
kegiatan agama dan mengikuti pengajian rutin seperti biasa. Ia berkata, “Ketika
saya berpikir tentang kematian dan tidak tahu apa yang terjadi setelah kematian…,
saya merasa sangat takut.” “Apakah orang lain juga merasakan hal yang sama
seperti saya?” “Mungkin Tuhan menghukum saya karena saya tidak terlalu
religius.” Tn. Idris ingin menggali keyakinan agamanya yang selama ini tidak
terlalu dihayatinya dan berkata ingin dikunjungi oleh pemuka agama Islam.

BAB 2

1. Tn. Idris mengatakan “ saya tidak terlalu religius.” Apakah itu artinya Tn.
Idris bukan orang yang beragama?

Sesuai kasus yang diberikan tadi, Tn. Idris dirawat diruang inap dengan penyakit
infark miokardial atau serangan jantung didalam kasus tersebut Tn. Idris tidak
bisa lagi aktif dalam kegiatan agama dan mengikuti pengkajian rutin seperti biasa
artinya, Tn. Idris dulunya adalah seorang yang aktif dalam kegiatan agama dan
selalu mengikuti pengkajian rutin.
Jadi, Tn.Idris masih mempercayai keberadaan tuhan atau Tn, Idris adalah orang
yang beragama. dikarenakan penyakit yang dialaminya sekarang dia mengalami
distress spiritual, seperti kasus diatas Tn.Idris mengalami gangguan pada
keyakinan atau system nilai berupa kesulitan merasakan makna dan tujuan hidup
melalui hubungan dengan diri dan tuhan.
2. Apakah perbedaan antara spiritualitas atau keyakinan spiritual,
kepercayaan, dan agama?

Spiritualitas
Spiritualitas berkaitandengan emosi atau perilaku dan sikap tertentu dari
seseorang. Orang yang menunjukkan spiritualnya dapat memberi dan penuh kasih
sayang. Spiritualitas sendiri mengarah pada dua aspek yakni:
1.Mengarah pada Tuhan sebagai pemberi spiritual dalam diri seorang yang
percaya pada-Nya.
2.Mengarah pada seseorang sebagai makhluk sosial, sebagai tempat untuk
menerapkan spiritualitas yang ada dalam diri orang itu sendiri.
Kepercayaan
Kepercayaan adalah kemauan seseorang untuk bertumpu pada orang lain dimana
kita memiliki keyakinan padanya. Kepercayaan merupakan kondisi mental yang
didasarkan oleh situasi seseorang dan konteks sosialnya. Ketika seseorang
mengambil keputusan, akan lebih memilih keputusan berdasarkan pilihan dari
orang-orang yang lebih dapat dipercaya daripadayang kurang dipercayai.
Agama
Pengertian agama dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia berarti sistem yang
mengatur tata keimanan (kepercayaan) dan peribadatan kepada Tuhan Yang
Maha Kuasa serta tata kaidah yang berhubungan dengan pergaulan manusia dan
manusia serta lingkungannya. Karakteristik agama adalah hubungan makhluk
dengan Sang Pencipta, yang terwujud dalam sikap batinnya, tampak dalam ibadah
yang dilakukannya serta tercermin dalam perilaku kesehariannya.

3. Berdasarkan kasus, data manakah yang menunjukkan bahwa Tn. Idris


mengalami distress spiritual?

Data yang menunjukkan bahwa Tn. Idris mengalami distress spritual yaitu pada
kalimat:
- Tn. Idris sering tidak bisa tidur pada malam hari dan berkata kepada perawat
yang bertugas dinas malam " Apakah anda sering mempertanyakan keberadaan
Tuhan?"
- Dua hari kemudian, klien tetap tidak bisa tidur dan terus membahas tentang
Tuhan.
- Ketika harus masuk rumah sakit, Tn. Idris berkata " Ketika saya berpikir tentang
kematian dan tidak tahu apa yang terjadi setelah kematian..., saya merasa sangat
takut." "Apakah orang lain juga merasakan hal yang sama seperti saya?"
"Mungkin Tuhan menghukum saya karena saya tidak terlalu religius."
- Tn. Idris ingin menggali keyakinan agamanya yang selama ini tidak terlalu
dihayatinya dan berkata ingin dikunjungi oleh pemuka agama islam.

4. Bagaimanakah perkembangan spiritual individu dalam setiap fase


kehidupan (bayi dan toddler, prasekolah, usia sekolah, dewasa, lansia)?

Tahap perkembangan spiritual individu dalam fase kehidupan, sebagai berikut :


a. Bayi dan Toddler (0-2 tahun)
Pada tahap ini bayi dan toddler belum memiliki rasa salah ataupun benar, serta
keyakinan spiritual. Mereka mulai meniru kegiatan ritual tanpa mengerti arti
kegiatan tersebut serta ikut ke tempat ibadah yang memengaruhi citra diri mereka,
justru perkembangan spiritual ini rasa percaya lebih kepada yang mengasuh yaitu
kedua orang tuanya.
b. Prasekolah
Sikap orang tua tentang kode moral dan agama mengajarkan kepada anak tentang
apa yang dianggap baik dan buruk karena anak prasekolah meniru apa yang
mereka lihat bukan yang dikatakan orang lain sehingga metode pendidikan
spiritual yang paling efektif adalah memberi indoktrinasi dan memberi
kesempatan kepada mereka untuk memilih caranya. Namun permasalahan yang
timbul adalah tidak ada kesesuaian atau bertolakbelakang antara apa yang dilihat
dan yang dikatakan kepada mereka.
c. Usia sekolah
Anak usia sekolah mengharapkan Tuhan menjawab doanya, yang salah akan
dihukum dan yang baik akan diberi hadiah. Pada usia ini, anak mulai mengambil
keputusan akan melepaskan atau meneruskan agama yang dianutnya karena
ketergantungannya kepada orang tua. Remaja juga membandingkan pandangan
ilmiah dengan pandangan agama serta mencoba untuk menyatukannya.
d. Dewasa
Kelompok usia dewasa muda yang dihadapkan pada pertanyaan bersifat
keagamaan dari anaknya akan menyadari apa yang pernah diajarkan kepadanya
pada masa kanak-kanak dahulu, lebih dapat diterima pada masa dewasa daripada
waktu remaja dan masukan dari orang tua tersebut dipakai untuk mendidik
anaknya.
e. Usia pertengahan dan lansia
Kelompok usia pertengahan dan lansia mempunyai lebih banyak waktu untuk
kegiatan agama dan berusaha untuk mengerti nilai agama yang diyakini oleh
generasi muda. Perkembangan filosofis agama yang lebih matang sering dapat
membantu orang tua untuk menghadapi kenyataan, berperan aktif dalam
kehidupan dan merasa berharga, serta lebih dapat menerima kematian sebagai
sesuatu yang tidak dapat ditolak atau dihindarkan. Pada masa ini walaupun
menarik.

5. Bagaimana penyakit mampu memengaruhi spiritualitas atau agama


seseorang? Apakah ada faktor lain yang dapat memengaruhi spiritualitas
seseorang?
Aspek spiritual dapat membantu membangkitkan semangat pasien dalam proses
penyembuhan. Ketika penyakit, kehilangan atau nyeri menyerang seseorang,
kekuatan spiritual dapat membantu seseorang kearah penyembuhan atau pada
perkembangan kebutuhan dan perhatian spiritual. Selama penyakit atau
kehilangan, misalnya saja, individu sering menjadi kurang mampu untuk merawat
diri mereka dan lebih bergantung pada orang lain untuk perawatan dan dukungan.
Distres spiritual dapat berkembang sejalan dengan seseorang mencari makna
tentang apa yang sedang terjadi, yang mungkin dapat mengakibatkan seseorang
merasa sendiri dan terisolasi dari orang lain. Individu mungkin mempertanyakan
nilai spiritual mereka, mengajukan pertanyaan tentang jalan hidup seluruhnya,
tujuan hidup dan sumber dari makna hidup.
Bagi banyak Muslim, keyakinan dan praktik spiritual adalah sumber kenyamanan
dalam menghadapi kesusahan mereka. Melalui Doa dan meditasi, banyak Muslim
mencari dukungan dan bantuan dari Allah selama penderitaan dan penyakit.
Selain itu, banyak pasien Muslim Melihat penyakit mereka sebagai bagian dari
kehidupan, ujian dari Allah, dan cara pendamaian bagi dosa-dosa mereka.
Selanjutnya, kematian dianggap sebagai tak terelakkan dan bagian dari total
rencana ilahi 'Ini adalah Allah yang menciptakan dan mengambil jiwa seseorang
pada saat kematian.

Faktor-faktor yang mempengaruhi kebutuhan spiritual antara lain :


1. Perkembangan
Usia perkembangan dapat menentukan proses pemenuhan kebutuhan spiritual,
karena setiap tahap perkembangan memiliki cara yang berbeda dalam meyakini
kepercayaan terhadap Tuhan.
2. Keluarga
Keluarga memiliki peran yang cukup strategis dalam memenuhi kebutuhan
spiritual, karena keluarga memiliki ikatan emosional yang kuat dan selalu
berinteraksi dalam kehidupan sehari-hari.
3. Ras/suku
Ras/suku memiliki kepercayaan yang berbeda, sehingga proses pemenuhan
kebutuhan spiritual pun berbeda sesuai dengan keyakinan yang dimiliki.
4. Agama yang dianut
Keyakinan pada agama tertentu yang dimiliki oleh seseorang dapat menentukan
arti pentingnya kebutuhan spiritual.
5. Kegiatan keagamaan
Adanya kegiatan keagamaan dapat selalu mengingatkan keberadaan dirinya
dengan Tuhan dan selalu mendekatkan diri kepada Penciptanya.
6. Sebagai seorang perawat, apa yang mungkin Anda katakan kepada Tn.
Idris untuk menunjukkan bahwa Anda berempati dengan kondisinya?

Empati merupakan perasaan “pemahaman” dan “penerimaan” perawat terhadap


perasaan yang dialami pasien dan kemampuan merasakan “dunia pribadi pasien”.
Empati merupakan sesuatu yang jujur, sensitif, dan tidak dibuat-buat (objektif)
didasarkan atas apa yang dialami orang lain.
Sebagai "perawat empatik" harus berusaha keras untuk mengetahui secara pasti
apa yang sedang terjadi dan dialami klien. Pada kondisi seperti ini dapat
diekspresikan melalui berbagai cara yang dapat digunakan ketika dibutuhkan,
mengatakan sesuatu tentang apa yang merawat tentang klien dan mempelihatkan
kesadaran tentang apa yang saat ini sedang dialami pasien. Empati membolehkan
perawat untuk berpartisipasi tentang sesuatu yang terkait dengan emosi klien.
Perawat yang berempati dengan orang lain dapat menilaikan penilaian
berdasarkan kata hati (impulsive judgement) tentang seseorang dan pada
umumnya dengan empati dia akan lebih sensitif dan ikhlas.
Pada kasus tersebut, Tn Idris sering tidak bisa tidur dimalam hari dan klien terus
membahas tentang Tuhan. Ketika masuk rumah sakit Tn Idris tidak bisa lagi aktif
dalam kegiatan agama dan pengajian rutin seperti biasa. Dan ia berkata ingin
dikunjungi oleh pemuka agama. Sebagai perawat kita bisa menyampaikan kepada
pasien "Pak, bapak jangan bicara seperti itu. Saya mengerti keadaan bapak, kami
berusaha untuk membantu bapak dalam beribadah. Kami akan mendiskusikan
dengan keluarga bapak dan membantu untuk mendatangakn ustadz atau pemuka
agama".
7. Proses keperawatan dan kesehatan spiritual: metode pengkajian
kesehatan spiritual yang perawat gunakan serta merencanakan tindakan
keperawatan yang sesuai.

Metode pengkajian kesehatan spritual yang perawat gunakan:


1. Pengkajian data subjektif
a. Konsep tentang ketuhanan yang Tn. Idris percayai
b. Sumber kekuatan dan harapan
c. Praktik agama dan ritual
d. Hubungan antara keyakinan spiritual dan kondisi kesehatan
2. Pengkajian data objektif
Isyarat mengenai pilihan, kekuatan, kekhawatiran, atau distres spiritual dan agama
didapat melalui faktor berikut:
a. Lingkungan: Yaitu apakah Tn. Idris memiliki alqur’an atau kepercayaan lain
b. Perilaku: Yaitu apakah Tn. Idris Apakah klien tampak berdoa sebelum makan
atau pada waktu lain atau membaca kitab suci atau buku keagamaan? Apakah
klien mengalami mimpi buruk dan gangguan tidur atau mengekspresikan rasa
marah terhadap perwakilan keagamaan atau terhadap Tuhan?
c. Verbalisasi: Apakah klien menyebutkan Tuhan atau Yang Maha Kuasa, doa-
doa, keyakinan, rumah ibadah, atau topik-topik keagamaan? Apakah klien pernah
minta dikunjungi oleh pemuka agama? Atau apakah klien mengekspresikan rasa
takutnya terhadap kematiannya?
d. Afek dan sikap. Apakah klien tampak sendiri, depresi, marah, cemas, agitasi,
apatis, atau khusyuk?
e. Hubungan interpersonal. Siapa yang berkunjung? Bagaimana respon klien
terhadap pengunjung? Apakah pemuka agama dapat mengunjungi klien? Dan
bagaimana klien berhubungan dengan klien yang lain dan juga dengan personel
keperawatan?
Dalam mendiagnosis kesehatan spiritual, perawat dapat menemukan bahwa
masalah spiritual dapat dijadikan judul diagnostic, atau bahwa distress spiritual
adalah etiologi masalah. Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI, 2016)
mengakui satu diagnosis yang berhubungan dengan spiritual: Distress Spiritual.

Diagnosa Tujuan dan Kriteria Intervensi


Keperawatan Hasil
SDKI SLKI SIKI

Distress Spiritual Setelah dilakukan Intervensi Utama


Definisi: tindakan keperawatan 1. Dukungan Spiritual
Gangguan pada di harapkan pasien Observasi
keyakinan atau menunjukkan  Identifikasi perasaan
sistem peningkatan spiritual khawatir, kesepian dan
nilai berupa kesulitan ditandai dengan ketidakberdayaan
merasakan makna kriteria hasil:  Identifikasi pandangan
dan 1. Klien mampu tentang hubungan antara
tujuan hidup melalui beristirahat dengan spiritual dan kesehatan.
hubungan dengan tenang  Identifikasi harapan dan
diri, 2. Menyatakan kekuatan pasien
orang lain, penerimaan  Identifikasi ketaatan
lingkungan moral/etika dalam beragama
atau Tuhan. 3. Mengekspresikan 2. Terapeutik
rasa damai  Berikan
berhubungan kesempatanmengekspres
dengan Tuhan ikan perasaan tentang
4. Menunjukkan penyakit dan kematian.
hubungan yang  Berikan kesempatan
hangat dan terbuka mengekspresikan dan
5. Menunjukkan meredakan marah secara
sikap efektif tanpa tepat.
rasa marah, rasa  Yakinkah bahwa perawat
bersalah dan bersedia mendukung
ansietas selama masa
6. Menunjukkan ketidakberdayaan.
perilaku lebih
positif

DAFTAR PUSTAKA
Apriyani K. Distres Spiritual Pada Pasien Gagal Ginjal Kronik Yang Menjalani
Hemodialisis Di RSUD Buleleng Tahun 2021 (Doctoral dissertation,
Jurusan Keperawatan 2021).

Mbeo D, Kuanine MH. Pengaruh Spiritualitas Terhadap Perilaku Belajar Siswa.


SESAWI: Jurnal Teologi dan Pendidikan Kristen. 2020 Jun 29;1(2):91-
103.

Agustina R, Afriana RA, Safrina A. Pengaruh Persepsi Kemudahan,


Kebermanfataan, Risiko dan Kepercayaan terhadap Minat Nasabah
Menggunakan Internet Banking pada PT Bank Bukopin Tbk Banjarmasin.
Dinamika Ekonomi-Jurnal Ekonomi Dan Bisnis. 2018 Sep 30;11(2):255-
68.

Ansori M. Pengaruh Tingkat Pemahaman Agama Islam terhadap Persepsi


Mahasiswa pada Radikalisme berbasis Agama “Studi pada Mahasiswa
Sekolah Tinggi Agama Islam Al-Qodiri Jember”. Al Qodiri: Jurnal
Pendidikan, Sosial Dan Keagamaan. 2018 Aug 30;15(2):76-97.

Ardiansyah, A., Rizanti, A. P., & Azwar, A. (2021). Intervensi Pemenuhan


Kebutuhan Spiritual Pasien Di Rumah Sakit: Literatur Review. Jurnal
Berita Ilmu Keperawatan, 14(2), 92-101.

Husaeni, H., & Haris, A. (2020). Aspek Spiritualitas dalam Pemenuhan


Kebutuhan Spiritual Pasien. Jurnal Ilmiah Kesehatan Sandi Husada, 9(2),
960-965.

Uswatun Khasanah A. ASUHAN KEPERAWATAN PADA LANSIA DENGAN


MASALAH KEPERAWATAN GANGGUAN DISTRESS SPIRITUAL
(Doctoral dissertation, Universitas Muhammadiyah Ponorogo).

Khasanah AU, Muftiana E, Andayani S. STUDI KASUS: ASUHAN


KEPERAWATAN PADA LANSIA DENGAN MASALAH
KEPERAWATAN GANGGUAN DISTRESS SPIRITUAL DI UPT
PANTI SOSIAL TRESNA WERDHA MAGETAN. Health Sciences
Journal. 2021 Oct 18;5(2):34-42.
Pertiwi, M. R. et al., 2021. KOMUNIKASI TERAPEUTIK DALAM
KESEHATAN. Yogyakarta: Rizmedia Pustaka Indonesia.
Anjaswarn, T., 2016. KOMUNIKASI DALAM KEPERAWATAN.
s.l.:KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA.

Anda mungkin juga menyukai