Kajian Status Karakteristik Dan Laju Dekomposisi Kawasan Ekosistem Mangrove Di Kepulauan Tanakeke Kabupaten Takalar Provinsi Sulawesi Selatan
Kajian Status Karakteristik Dan Laju Dekomposisi Kawasan Ekosistem Mangrove Di Kepulauan Tanakeke Kabupaten Takalar Provinsi Sulawesi Selatan
1. JUDUL PENELITIAN
KAJIAN STATUS KARAKTERISTIK DAN LAJU DEKOMPOSISI KAWASAN EKOSISTEM MANGROVE DI
KEPULAUAN TANAKEKE, KABUPATEN TAKALAR, PROVINSI SULAWESI SELATAN
2. IDENTITAS PENGUSUL
Nama, Peran Perguruan Tinggi/ Program Studi/ Bidang Tugas ID Sinta
Institusi Bagian
MUHAMMAD YUSFI INSTITUT Manajemen Koordinasi desktripsi 6819196
YUSUF TEKNOLOGI Sumber Daya penelitian,
PERTANIAN Perairan pengumpulan data,
Ketua Pengusul analisis dan
interpretasi data,
serta pembuatan
laporan
UTTARI DEWI INSTITUT Manajemen 1. Pengumpulan dan 6819282
TEKNOLOGI Sumber Daya analisis data dan
Anggota Pengusul PERTANIAN Perairan pembuatan laporan
2. Pemantauan
makrozoobentos
Suwandi INSTITUT Manajemen Pengumpulan dan -
TEKNOLOGI Sumber Daya analisis data laju
Mahasiswa PERTANIAN Perairan dekomposisi daun
Bimbingan ekosistem mangrove
Luaran Wajib
Tahun Jenis Luaran Status target capaian Keterangan
Luaran
1 Artikel di Jurnal accepted/published -
5. ANGGARAN
Rencana Anggaran Biaya penelitian mengacu pada PMK dan buku Panduan Penelitian dan Pengabdian
kepada Masyarakat yang berlaku.
JUDUL
Tuliskan Judul Usulan
KAJIAN STATUS KARAKTERISTIK DAN LAJU DEKOMPOSISI KAWASAN
EKOSISTEM MANGROVE DI KEPULAUAN TANAKEKE, KABUPATEN
TAKALAR, PROVINSI SULAWESI SELATAN
RINGKASAN
Ringkasan penelitian tidak lebih dari 300 kata yang berisi urgensi, tujuan, dan luaran yang
ditargetkan.
Mangrove sebagai ekosistem utama pesisir Kepulauan Tanakeke memiliki fungsi yang
sedemikian kompleks sebagai penunjang kehidupan dan keberadaan daerah ini. Namun peranan
yang multikompleks tersebut tidak dapat berfungsi secara optimal menopang lajunya
pertumbuhan penduduk dan pesatnya pembangunan wilayah daerah. Akibatnya, luasan kawasan
mangrove di Kecamatan Kepulauan Tanakake, Kabupaten Takalar terus mengalami penurunan
yang signifikan selama lima puluh tahun terakhir (1970 - 2020). Hal ini diduga semakin tingginya
tingkat deforestasi vegetasi ekosistem mangrove di Kecamatan Kepulauan Tanakeke akibat dari
semakin meningkatnya aktivitas antropogenik masyarakat; Penelitian ini bertujuan untuk
menganalisis kondisi karakteristik vegetasi ekosistem mangrove terhadap degradasi lahan yang
terjadi di Kepulauan Tanakeke, menganalisis struktur komunitas biota makrozoobentos yang
berasosiasi pada ekosistem mangrove di Kepulauan Tanakeke dan menganalisis laju dekomposisi
serasah daun ekosistem mangrove di Kepulauan Tanakeke.
Rencana penelitian ini akan dilaksanakan selama 8 (delapan) bulan yang berlokasi di
gugusan Kepulauan Tanakeke, yakni Pulau Satangnga dan Pulau Bahuluang. Dalam mencapai
pembuktian hipotesis berdasarkan tujuannya, penelitian ini menggunakan metode field survey
dengan penentuan stasiun pengamatan menggunakan metode purposive random sampling
dengan membuat transek kuadran pengamatan berukuran 10x10 m2 yang tersebar merata pada
semua sisi pulau dengan pertimbangan kondisi keragaman jenis, kerapatan dan perbedaan
kondisi biofisik lokasi pengamatan. Pengambilan data vegetasi mangrove meliputi pengukuran
diameter batang pohon, serta tutupan kanopi dengan teknik hemispherical photography.
Pengambilan data struktur komunitas makrozoobentos dilakukan dengan 5 (lima) kali
pengulangan pada setiap sudut dan bagian tengah transek kuadran dengan kedalaman 20 cm.
Pengamatan laju dekomposisi serasah daun ekosistem mangrove dilakukan dengan mengambil
litter bag yang terisi daun mangrove dengan rentang waktu 14, 28, 42 dan 56 hari. Hasil peneltian
diharapkan dapat menjadi bahan referensi dalam penguatan data peta mangrove nasional dan
status kondisi ekosistem mangrove Indonesia, serta dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan
rekomendasi rencana tindak lanjut dalam upaya pengelolaan hutan mangrove di Kepulauan
Tanakeke, Kabupaten Takalar, Provinsi Sulawesi Selatan.
KATA KUNCI
Kata kunci maksimal 5 kata
Mangrove; Makrozoobentos; Laju Dekomposisi; Tanakeke
PENDAHULUAN
Penelitian Dasar merupakan riset yang memuat temuan baru atau pengembangan ilmu
pengetahuan dari kegiatan riset yang terdiri dari tahapan penentuan asumsi dan dasar hukum
yang akan digunakan, formulasi konsep dan/ atau aplikasi formulasi dan pembuktian konsep
fungsi dan/ atau karakteristik penting secara analitis dan eksperimental.
Pendahuluan penelitian tidak lebih dari 1000 kata yang terdiri dari:
A. Latar belakang dan rumusan permasalahan yang akan diteliti
B. Pendekatan pemecahan masalah
C. State of the art dan kebaruan
D. Peta jalan (road map) penelitian 5 tahun kedepan (jika dalam bentuk konsorsium harus
dilengkapi dengan roadmap penelitian konsorsium)
E. Sitasi disusun dan ditulis berdasarkan sistem nomor sesuai dengan urutan pengutipan,
mengikuti format Vancouver
A. Latar Belakang dan Rumusan Permasalahan
Berbagai pandangan yang berlaku oleh para ahli mengenai definisi mangrove secara
umum, yakni mangrove merupakan tumbuhan tingkat tinggi yang dapat hidup dan berkembang
pada zona intertidal yang berada diantara pesisir daratan dan laut wilayah tropis dan sub-tropis,
serta dipengaruhi oleh beberapa faktor parameter fisika, kimia dan biologi lingkungan perairan.
Ekosistem mangrove memiliki berbagai fungsi peranan dari segi aspek ekologi, ekonomi dan
sosial budaya, sehingga keberadaanya sangat penting bagi wilayah pesisir dan laut. Keberadaan
ekosistem mangrove di sepanjang garis pantai tropis dan sub-tropis dunia sangat penting dalam
melindungi wilayah pesisir dan kelestarian keanekaragaman biota laut disekitarnya (1).
Di Indonesia, hutan mangrove tersebar hampir di seluruh wilayah pesisir dan pulaunya.
Luasnya sangat bervariasi sesuai dengan kondisi biofisik pantai, substrat, hidrologi, pola angin dan
iklim mikro di masing-masing wilayahnya (2). Indonesia merupakan negara sebaran vegetasi
mangrove terluas di dunia dengan luasannya mencapai 3.112.989 Ha atau 22,6% dari luasan
mangrove di dunia (3). Salah satu kawasan ekosistem mangrove terluas di Provinsi Sulawesi
Selatan terletak di Kepulauan Tanakeke Kabupaten Takalar dengan luas mencapai 951,11 Ha (4).
Hamparan hutan mangrove yang mengelilingi wilayah Kepulauan Tanakeke membentuk sabuk
hijau (green belt) memiliki fungsi sebagai pelindung alami pulau dari gelombang laut dan faktor
alam lainnya (5). Kesejahteraan ekonomi masyarakat Tanakeke sangat erat kaitannya dengan
kelestarian fungsi ekologi mangrove (6). Keberadaan ekosistem mangrove juga secara tidak
langsung mendukung keberhasilan usaha budidaya rumput laut karena adanya keterkaitan ekologis
yang positif antara pelestarian mangrove dengan pertumbuhan rumput laut (7).
Semakin bertambahnya populasi seiring dengan meningkatnya kegiatan antropogenik
manusia saat ini menyebabkan terjadinya deforestasi ekosistem mangrove di Kepulauan Tanakeke.
Hal ini disebabkan adanya penebangan mangrove untuk memenuhi kebutuhan kayu bakar dan
bahan baku industri arang lokal (2). Selain itu, terjadinya alih fungsi lahan mangrove menjadi areal
tambak udang dan ikan bandeng menyebabkan meningkatnya degradasi hutan mangrove di
Kepulauan Tanakeke dalam beberapa tahun terakhir. Kondisi ekosistem mangrove di Kepulauan
Tanakeke telah mengalami degradasi yang cukup tinggi. Pada tahun 1970-an, luasan ekosistem
mangrove di Pulau Tanakeke mencapai 2.496,66 Ha dan berkurang hampir setengahnya menjadi
1.330,05 Ha pada periode 1990-an. Puncak terjadinya degradasi mangrove di kawasan ini terjadi
pada periode 1980-an yang ditandai dengan alih fungsi lahan hutan mangrove menjadi areal
tambak udang dan ikan bandeng (8). Penurunan perubahan lahan juga disebabkan oleh alih fungsi
kawasan ekosistem mangrove menjadi kawasan tambak, luasan tambak awalnya sebesar 1.690,80
Ha menjadi 2.068,18 Ha atau terjadi peningkatan sebesar 32,25% dalam waktu 20 tahun (1993-
2013) (6). Akibat penyusutan mangrove tersebut, berdampak pada meningkatnya frekuensi banjir
pasang air laut yang semakin sering masuk di wilayah pemukiman penduduk, rusaknya tanggul
tambak dan erosi pantai yang disebabkan oleh gelombang air laut (8). Eksploitasi ekosistem
mangrove juga memberikan dampak pada sektor perikanan tangkap dan perikanan budidaya di
Pulau Tanakeke, seperti berkurangnya hasil tangkapan nelayan dan penurunan hasil perikanan
tambak (9).
Hingga saat ini, terbentuknya pemekaran wilayah menjadi Kecamatan Kepulauan
Tanakeke yang tertuang dalam kebijakan PERDA Kabupaten Takalar Nomor 3 Tahun 2019
berdampak pada penyusutan luas hutan mangrove yang disebabkan adanya kegiatan reklamasi
untuk perluasan wilayah daratan ibukota kecamatan dan sekitarnya. Selain itu, tingginya
pemanfaatan sumberdaya ekosistem mangrove menjadi ancaman terhadap kelestarian lingkungan
dan keanekaragaman hayati dari aspek ekologi, penurunan pendapatan masyarakat hasil produksi
perikanan melalui areal tambak udang, ikan bandeng dan rumput laut dari aspek ekonomi dan
keberlangsungan identitas tempat tinggal masyarakat dari aspek sosial budaya (6). Melihat kondisi
mangrove di Kepulauan Tanakeke yang terus mengalami degradasi lahan, maka perlu dilakukan
kajian mengenai status karakteristik dan laju dekomposisi dalam pemanfaatan ruang kawasan
ekosistem mangrove sehingga dapat menghasilkan rekomendasi bentuk upaya pengelolaan hutan
mangrove di Kepulauan Tanakeke, Kabupaten Takalar, Provinsi Sulawesi Selatan. Berdasarkan
uraian latar belakang, rumusan masalah dalam penelitian ini sebagai berikut:
1. Bagaimana kondisi vegetasi ekosistem mangrove saat ini di Kepulauan Tanakeke?
2. Bagaimana hubungan antara kondisi struktur komunitas biota makrozoobentos yang
berasosiasi pada ekosistem mangrove di Kepulauan Tanakeke?
3. Bagaimana laju dekomposisi serasah daun ekosistem mangrove di Kepulauan
Tanakeke?
TOPIK PENELITIAN
Pengembangan
dan Proto type
sumberdaya
Konservasi dan perairan secara
Rehabilitasi berkelanjutan
sumberdaya (2027)
perairan Hayati
(2026)
Pengelolaan
sumberdaya
perikanan dan 2023-2027
produktivitas
perairan (2023-
2025)
METODA
Metode atau cara untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan ditulis tidak melebihi 1000 kata.
Bagian ini dapat dilengkapi dengan diagram alir penelitian yang menggambarkan apa yang
sudah dilaksanakan dan yang akan dikerjakan selama waktu yang diusulkan. Format diagram
alir dapat berupa file JPG/PNG. Metode penelitian harus dibuat secara utuh dengan penahapan
yang jelas, mulai dari awal bagaimana proses dan luarannya, dan indikator capaian yang
ditargetkan yang tercermin dalam Rencana Anggaran Biaya (RAB).
A. Waktu dan Lokasi
Rencana penelitian ini akan dilaksanakan selama 8 (delapan) bulan yang berlokasi di
gugusan Kepulauan Tanakeke, yakni Desa Mattiro Baji (Pulau Satangnga) dan Desa Minasa Baji
(Pulau Bahuluang), Kecamatan Kepulauan Tanakeke, Kabupaten Takalar, Provinsi Sulawesi
Selatan.
B. Prosedur
1. Penentuan stasiun dan plot pengamatan
Penentuan lokasi stasiun pengamatan menggunakan metode purposive random
sampling yang tersebar merata pada semua sisi pulau dengan pertimbangan kondisi keragaman
jenis, kerapatan dan perbedaan kondisi biofisik lokasi pengamatan.
2. Pengumpulan data
Dalam penelitian ini terdapat dua jenis data yang dikumpulkan, yakni data primer dan
data sekunder. Data primer diperoleh dengan melakukan pengukuran dan pengamatan
langsung di lapangan meliputi kondisi vegetasi ekosistem mangrove, sampling
makroozoobentos dan pengambilan sampel serasah daun mangrove. Data sekunder berasal dari
studi pustaka yang bersumber dari laporan maupun sumber lain yang berkaitan dengan topik
penelitian.
a. Vegetasi mangrove
1). Pengukuran diameter batang pohon dan tutupan kanopi
Pengukuran dan pengamatan kondisi vegetasi mangrove menggunakan transek petakan
kuadran (plot sampling) sesuai metode standar yang ditetapkan dalam COREMAP-CTI yang
meliputi identifikasi jenis mangrove dan komposisi mangrove (11). Pada setiap plot pengamatan
berukuran 10x10 m2, dilakukan pengukuran jumlah anakan dan semaian, serta diameter batang
pohon mangrove (diameter >4 cm atau keliling batang ≥16 cm) dengan menggunakan meteran
jahit yang sesuai dengan letak variasi pengukuran batang pohon (Gambar 2) (12).
Gambar 4. Posisi pengukuran lingkat batang pohon mangrove pada beberapa tipe batang (12)
Gambar 4. Posisi pengambilan foto yang sesuai pada beragam kondisi kanopi mangrove (11).
D. Analisis Data
1. Analisis Vegetasi Mangrove
Analisis vegetasi mangrove menggunakan tahapan rumus sebagai berikut:
a. Kerapatan Jenis (Di)
𝑛
𝐷𝑖 = 𝐴𝑖………………….(1)
Dimana, Di : Kerapatan jenis ke-i,
𝑛i : Jumlah individu jenis ke –i,
A : Luas area total pengamatan (Ha)
b. Luas Penutupan Jenis (Ci)
Ʃ𝐵𝐴
𝐶𝑖 = 𝐴 𝑖…………………(2)
Dimana, Ci : Luas penutupan jenis ke –i,
𝜋𝐷𝐵𝐻 2
∑BAi : Jumlah basal area jenis ke –i, 𝐵𝐴 = ➔ 𝜋 = 3,14
4
A : Luas area total plot pengamatan (Ha)
2. Analisis Makrozoobentos
Analisis makrozoobentos menggunakan rumus sebagai berikut :
a. Kelimpahan Relatif Makrozoobentos (KR)
𝑛
𝐾𝑅 = 𝑖 𝑥 100%………………….(3)
𝑁
Dimana, Di : Kelimpahan relatif jenis ke-i,
𝑛i : Jumlah individu jenis ke –i,
N : Jumlah seluruh individu
b. Indeks Keanekaragaman (H’)
𝑛 𝑛
𝐻′ = −Ʃ 𝑖 ln 𝑖 ……………….(4)
𝑁 𝑁
Dimana, H’ : Indeks Keanekaragaman Jenis,
𝑛i : Jumlah individu jenis,
N : Jumlah seluruh individu
c. Indeks Keseragaman (E)
𝐻′
𝐸 = 𝑙𝑛 𝑆 …………………(5)
Dimana, E : Indeks Keseragaman,
H’ : Indeks Keanekaragaman,
S : Jumlah Jenis Organisme
d. Indeks Dominansi (C)
𝑛
𝐶 = Ʃ( 𝑁𝑖 )2 …………………(6)
Dimana, C : Indeks Dominansi,
ni : Jumlah Individu Setiap Jenis,
N : Jumlah Total Individu
4. Status Kondisi
a. Vegetasi Mangrove
Status kerapatan jenis dan persentase tutupan kanopi mangrove dianalisis secara
deskriptif dalam bentuk tabel dan/atau grafik berdasarkan Keputusan Menteri Lingkungan
Hidup No. 201 Tahun 2004 Tentang Kriteria Baku dan Pedoman Penentuan Kerusakan
Mangrove (Tabel 1).
b. Makrozoobentos
Status pola distribusi makrozoobentos dianalisis secara deskriptif dalam bentuk tabel
dan/atau grafik berdasarkan nilai indeksnya Tabel 2 (16).
JADWAL PENELITIAN
Jadwal penelitian disusun berdasarkan pelaksanaan penelitian, harap disesuaikan berdasarkan
lama tahun pelaksanaan penelitian
Tahun ke-1
Bulan
No Nama Kegiatan
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
A Persiapan Survei Lapangan
Perizinan penelitian ke Pemerintah
1. √
setempat
2. Persiapan alat dan bahan penelitian √
Survei Lapangan / Pengumpulan
B
Data
1. Sampling vegetasi ekosistem mangrove
a. Pulau Satangnga √
b. Pulau Bahuluang √
Sampling makrozoobentos dan
2.
parameter kualitas perairan
a. Pulau Satangnga √
b. Pulau Bahuluang √
Pengambilan sampel serasah daun
3.
ekosistem mangrove
a. Pulau Satangnga √ √
b. Pulau Bahuluang √ √
C. Analisis Data
1. Vegetasi ekosistem mangrove √ √
Makrozoobentos dan parameter
2. √ √ √
kualitas perairan
3. Laju dekomposisi serasah √ √ √
C. Laporan Kemajuan √ √
Target Submit Publikasi Hasil
D. √ √ √
Penelitian
DAFTAR PUSTAKA
Sitasi disusun dan ditulis berdasarkan sistem nomor sesuai dengan urutan pengutipan,
mengikuti format Vancouver. Hanya pustaka yang disitasi pada usulan penelitian yang
dicantumkan dalam Daftar Pustaka.
1. UNEP-WCMC. In the front line: Shoreline protection and other ecosystem services from
mangroves and coral reefs. Cambridge; 2005. 33 p.
2. Setiawan H, Mursidin M. Ecological characteristic and health of mangrove forest at
Tanakeke Island South Sulawesi. Jurnal Penelitian Kehutanan Wallacea. 2018;7(1):47–
58.
3. Giri C, Ochieng E, Tieszen LL, Zhu Z, Singh A, Loveland T, et al. Status and
distribution of mangrove forests of the world using earth observation satellite data.
Global Ecology and Biogeography. 2011;20(1):154–9.
4. Akbar MA. Geospatial modeling Of vegetation cover changes on A Small Island:
Tanakeke Island, Takalar District, South Sulawesi [Tesis]. Insitut Pertanian Bogor;
2014.
5. Setiawan H, Purwanti R, Garsetiasih R. Persepsi dan sikap masyarakat terhadap
konservasi ekosistem mangrove di Pulau Tanakeke Sulawesi Selatan. Jurnal Penelitian
Sosial dan Ekonomi Kehutanan. 2017;14(1):57–70.
6. Hidayat A, Rachmawatie D. Deforestasi ekosistem mangrove di Pulau Tanakeke,
Sulawesi Selatan, Indonesia. Jurnal Ilmu dan Teknologi Kelautan Tropis.
2021;13(3):441–456.
7. Purwanti R. Valuasi ekonomi hutan mangrove di Pulau Tanakeke, Kabupaten Takalar
Provinsi Sulawesi Selatan. Buletin Eboni. 2020;2(1):25–34.
8. Hermawan A, Setiawan H. Kearifan lokal masyarakat Pulau Tanakeke dalam mengelola
ekosistem mangrove. Info Teknis Eboni. 2018;15(1):53–64.
9. Aswin, Damar A, Yulianto G. Kondisi vegetasi dan perubahan tutupan lahan ekosistem
mangrove Pulau Tanakeke Kabupaten Takalar Provinsi Sulawesi Selatan. Jurnal Ilmu
dan Teknologi Kelautan Tropis. 2021;13(2):305–318.
10. Saputro A, Nyompa S, Amal. Analysis of mangrove forest utilization and its
contribution to community household income in Tanakeke Island, Takalar Regency. La
Geografi. 2019;18(1):70–81.
11. Dharmawan IWE, Suyarso, Ulumuddin YI, Prayudha B, Pramudji. Panduan Monitoring
Struktur Komunitas Mangrove di Indonesia. Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia;
2020. 108 p.
12. English S, Wilkinson C, Baker V. Survey manual for tropical marine resources (2nd
edition). Australian Institute of Marine Science. 1997. 383 p.
13. Jennings SB, Brown ND, Sheil D. Assessing forest canopies and understorey
illumination: Canopy closure, canopy cover and other measures. Forestry.
1999;72(1):59–73.
14. Korhonen L, Korhonen KT, Rautiainen M, Stenberg P. Estimation of forest canopy
cover: A comparison of field measurement techniques. Silva Fennica. 2006;40(4):577–
588.
15. Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 201 Tahun 2004 tentang Kriteria
Baku dan Pedoman Penentuan Kerusakan Mangrove. 2004 p. 1–10.
16. Odum EP. Fundamental of Ecology. Philadelphia : Saunders. 1971. 574 p.
[1]
[2] dst.
PERSETUJUAN PENGUSUL
Tanggal Pengiriman Tanggal Persetujuan Nama Pimpinan Sebutan Jabatan Unit Nama Unit Lembaga
Pemberi Persetujuan Pengusul
- - - - -
Komentar : -