Anda di halaman 1dari 46

PROPOSAL PENELITIAN

ANALISIS BIAYA KUALITAS UNTUK MENGURANGI


PRODUK CACAT PADA PT FAJAR UTAMA INTERMEDIA

OLEH:

MELIANA ROHENNI MANULLANG

NIM. B1C1 20 145

JURUSAN AKUNTANSI

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS HALU OLEO

KENDARI

2023
DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL ............................................................................................ i


DAFTAR ISI........................................................................................................ ii
DAFTAR SKEMA.......................................................................................................... iii

BAB I. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang ..................................................................................... 4
1.2. Rumusan Masalah ................................................................................ 8
1.3. Tujuan Penelitian ................................................................................. 8
1.4. Manfaat Penelitian ............................................................................... 9
1.5. Ruang Lingkup Penelitian .................................................................... 9

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA


2.1. Penelitian Terdahulu ................................................................................ 10
2.2. Landasan Teori........................................................................................ 11
2.2.1. Biaya ............................................................................................. 11
2.2.2. Kualitas ......................................................................................... 14
2.2.3. Biaya Kualitas ............................................................................... 16
2.2.3.1. Kategori Biaya Kualitas ............................................................. 17
2.2.4. Faktor-faktor Mendasar Yang Mempengaruhi Kualitas.................. 21
2.2.5. Faktor Yang Menentukan Kualitas ................................................ 25
2.2.6. Standar Kualitas ............................................................................ 26
2.2.7. Pendekatan Pengendalian Kualitas................................................. 27
2.2.7.1. Pendekatan Bahan Baku ............................................................. 27
2.2.7.2 Pendekatan Proses Produksi ....................................................... 29
2.2.7.3. Pendekatan Produk Akhir ........................................................... 30
2.3. Produk Cacat ........................................................................................... 31
2.3.1. Faktor Faktor Yang Menyebabkan Terjadinya Cacat Produk ......... 34
2.4. Kerangka Pikir ........................................................................................ 36

BAB III. METODE PENELITIAN


3.1. Objek Penelitian ...................................................................................... 38
3.2. Jenis dan Sumber Data ............................................................................ 38
3.2.1. Jenis Data ....................................................................................... 38
3.2.2. Sumber Data ................................................................................... 38
3.3. Metode Pengumpulan Data ..................................................................... 39
3.4. Metode Analisis Data .............................................................................. 40
3.5. Definisi Operasional ................................................................................ 40

DAFTAR PUSTAKA

ii
DAFTAR SKEMA

Nomor Halaman

Skema 2.1. Kerangka Pikir ............................................................................................... 37

iii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pesatnya perkembangan teknologi dan informasi membawa dampak

terhadap tatanan kehidupan dunia. Perubahan yang tepat dan mendasar terjadi

dalam kehidupan di segala bidang yang menuntut kebebasan interaksi antar

kehidupan yang ada di dunia tanpa mengenal batas negara termasuk juga dalam

kegiatan perdagangan dan bisnis. Salah satu konsekuensi logis dari perubahan

dunia kearah globalisasi adalah adanya pergeseran cara pandang dalam

pelaksanaan perdagangan internasional yang mengarah kepada perdagangan

global.

Fakhri (2010:1) menyatakan bahwa setiap usaha dalam persaingan tinggi

dituntut untuk berkompetisi dengan perusahaan lain dalam industri yang sejenis.

Salah satu cara untuk memenangkan kompetisi atau paling tidak bertahan dalam

kompetisi adalah dengan memberikan perhatian penuh terhadap kualitas produk

yang dihasilkan oleh perusahaan sehingga dapat mengungguli produk yang

dihasilkan oleh pesaing. Hal ini mengakibatkan munculnya pasar bebas dunia

yang pada gilirannya akan mengakibatkan meningkatnya persaingan di pasar

internasional dan kaitannya dalam dunia bisnis maka masalah yang dihadapi

perusahaan adalah semakin ketatnya persaingan. Oleh karena itu perusahaan

4
5

harus dapat menjalankan strategi bisnisnya yang tepat agar mampu

bertahan dalam menghadapi persaingan yang terjadi.

Gaspersz (2005:168) mengatakan bahwa perhatian pada kualitas

memberikan dampak positif kepada bisnis melalui dua cara yaitu, dampak

terhadap biaya–biaya produksi dan dampak terhadap pendapatan. Setiap usaha

dalam persaingan tinggi selalu berkompetisi dengan industri yang sejenis. Agar

bisa memenangkan kompetisi, pelaku bisnis harus memberikan perhatian penuh

terhadap kualitas produk. Dampak terhadap biaya produksi terjadi melalui proses

pembuatan produk yang memiliki derajat konformasi yang tinggi terhadap

standar-standar sehingga bebas dari tingkat kerusakan yang mungkin. Dampak

terhadap peningkatan pendapatan terjadi melalui peningkatan penjualan atas

produk yang berkualitas yang berharga tinggi.

Alisjahbana 2005 dalam Fakhri (2010:1) memberikan penjelasan bahwa

kualitas dapat diartikan sebagai tingkat atau ukuran kesesuaian suatu produk

dengan pemakainya, dalam arti sempit kualitas diartikan sebagai tingkat

kesesuaian produk dengan standar yang telah ditetapkan. Permasalahan kualitas

telah mengarah pada taktik dan strategi perusahaan secara menyeluruh dalam

rangka untuk memiliki daya saing dan bertahan terhadap persaingan global

dengan produk perusahaan lain yang sejenis.

Perusahaan yang menjadikan kualitas sebagai alat strategi akan

mempunyai keunggulan bersaing terhadap kompetitornya dalam menguasai pasar

karena tidak semua perusahaan mampu mencapai superioritas kualitas. Dalam hal
6

ini perusahaan dituntut untuk menghasilkan produk dengan kualitas tinggi, harga

rendah dan pengiriman tepat waktu.

Tujuan utama dari suatu perusahaan pada dasarnya adalah untuk

memperoleh laba yang optimal sesuai dengan pertumbuhan perusahaan dalam

jangka panjang. Namun disamping itu, tuntutan konsumen yang senantiasa

berubah menuntut perusahaan agar lebih fleksibel dalam memenuhi tuntutan

konsumen yang dalam hal ini berhubungan langsung dengan seberapa baiknya

kualitas produk yang diterima oleh konsumen. Hal ini menyebabkan perusahaan

harus dapat mempertahankan kualitas produk yang dihasilkanya atau bahkan lebih

baik lagi (La Hatani 2007 dalam Fakhri, 2010:2).

Perusahaan dalam proses produksinya harus memperhatikan kualitas agar

menghasilkan produk yang bebas dari kerusakan. Hal ini dapat menghindarkan

adanya pemborosan dan inefisensi sehingga biaya produksi per unit dapat ditekan

dan harga produk dapat menjadi lebih kompetitif.

PT. Fajar Utama Intermedia juga menerapkan pengendalian kualitas

produk. PT. Fajar Utama Intermedia merupakan perusahaan percetakan surat

kabar yang terus berupaya untuk meningkatkan kualitas dan kuantitas produk

yang dihasilkannya agar dapat memenuhi harapan pelanggan. Dimana perusahaan

tersebut terus berupaya mengembangkan metode untuk dapat menghilangkan

produk defect dan dalam upaya peningkatan kualitas produk yang dihasilkan.

Upaya tersebut terus dilakukan guna mengurangi variasi terhadap ketidaksesuaian

produk terhadap ekspektasi pelanggan, rata-rata harapan pelanggan saat ini


7

sangatlah bervariasi, sehingga continous improvement dalam hal pencapaian

kesesuaian produk terhadap persepsi pelanggan harus menjadi dasar dari setiap

tindakan perusahaan dalam melakukan pengendalian dan perbaikan kualitas

produk yang dihasilkan.

Kualitas dari produk yang dihasilkan oleh suatu perusahaan ditentukan

berdasarkan ukuran-ukuran dan karakteristik tertentu. Suatu produk dikatakan

berkualitas baik apabila dapat memenuhi kebutuhan dan keinginan pelanggan atau

dapat diterima oleh pelanggan sebagai batas spesifikasi, dan proses yang baik

yang diberikan oleh produsen sebagai batas kontrol. Barang yang kualitas atau

prosesnya jelek menurut produsen belum tentu ditolak oleh pelanggan, dan

sebaliknya barang diluar batas kontrol produsen, karena merupakan barang yang

rusak atau cacat tetapi oleh konsumen masih diterima. Sedangkan barang yang

dikatakan baik oleh produsen tetapi sudah ditolak oleh konsumen karena di luar

batas spesifikasi (Alisjahbana 2005 dalam Fakhri 2010:2). Produk yang

berkualitas akan memberikan keuntungan bisnis bagi produsen, dan tentunya juga

dapat memberikan kepuasan bagi konsumen dan menghindari banyaknya keluhan

para pelanggan setelah menggunakan produk yang dibelinya.

Gaspersz 2005 dalam Fakhri (2010:3) menyatakan bahwa dengan

memberikan perhatian pada kualitas akan memberikan dampak yang positif

kepada bisnis melalui dua cara yaitu dampak terhadap biaya produksi dan dampak

terhadap pendapatan. Meskipun proses produksi telah dilakukan dengan baik dan

benar, pada kenyataan yang ada masih akan didapatkan produk cacat yang
8

disebabkan oleh proses produksi tersebut. Dimana produk yang dihasilkan tidak

sesuai dengan standar yang telah ditentukan sebelumnya. Hal ini dapat disebabkan

karena adanya penyimpangan atau ketidaksesuaian standar dari berbagai faktor

yang mendukung proses produksi tersebut seperti: bahan baku, tenaga kerja

bahkan kualitas mesin yang digunakan dalam proses produksi.

Perusahaan dapat melakukan berbagai kegiatan yang akan berdampak

terhadap peningkatan kualitas produksi untuk menghasilkan produk yang sesuai

dengan kualitas yang diharapkan sehingga akan menurunkan tingkat produk cacat

atau rusak. Selain itu, perusahaan harus selalu melakukan pengawasan dan

peningkatan terhadap kualitas produknya, sehingga akan diperoleh hasil akhir

yang optimal. Kualitas yang meningkat akan mengurangi terjadinya produk rusak

sehingga mengakibatkan biaya-biaya yang terus menurun dan pada akhirnya

meningkatkan laba.

Salah satu alat ukur yang dapat dipakai perusahaan utuk mengukur

keberhasilan program perbaikan kualitas adalah dengan menggunakan biaya

kualitas. Hal ini berkaitan dengan kebutuhan perusahaan yang harus selalu

memantau dan melaporkan kemajuan dari program perbaikan tersebut. Apabila

suatu perusahaan ingin melakukan program perbaikan kualitas, maka perusahaan

harus mengidentifikasi biaya-biaya yang dikeluarkan pada masing-masing dari

keempat kategori biaya dalam sistem pengendalian kualitas, untuk itu suatu

perusahaan perlu membuat laporan biaya kualitas (Gaspersz, 2005:172).


9

Informasi yang ada dalam laporan biaya kualitas secara garis besar

memberikan manfaat:

1. Sebagai alat untuk mngukur kinerja,

2. Sebagai alat analisis mutu proses,

3. Sebagai alat pemograman,

4. Sebagai alat penganggaran yaitu untuk membuat anggaran pengeluaran

dalam mencapai program pengendalian mutu,

5. Sebagai alat peramal yaitu untuk mengevaluasi dan menjamin prestasi

produk dalam memenuhi persaingan pasar (Freigenhaum dalam

Wahyuningtias 2013:2).

PT. Fajar Utama Intermedia merupakan perusahaan manufaktur yang

bergerak dalam bidang percetakan surat kabar. Hasil produksi dari perusahaan ini

yaitu surat kabar atau koran yang terbit setiap harinya dengan berita-berita yang

up to date. Koran yang dicetak oleh perusahaan ini berjumlah lima harian surat

kabar, yaitu Kendari Pos, Rakyat Sultra, Buton Pos, Kolaka Pos, dan Berita Kota.

Berbagai program pengendalian kualitas dilakukan oleh perusahaan

sehingga dapat menghasilkan produk yang baik dan sesuai dengan standar kualitas

yang ditetapkan. Akan tetapi pada kenyataannya masih terdapat produk yang

kualitasnya tidak sesuai standar. Data jumlah produksi beserta produk rusak

(misdruk) pada tahun 2022 dapat dilihat pada tabel berikut ini.
10

Tabel 1.1.

Kerusakan Produk dan Produk Cacat PT. Fajar Utama Intermedia

Tahun 2023 (15 Februari 2023 – 16 Maret 2023)

Jenis Jumlah Jumlah Jumlah Jumlah Harga

Media Kerusakan Produk Cacat Harga Disatubulankan


No
Produk (Kg/hari) (Eksemplar) (Rp) (Rp)

1. Kendari Pos 30 240 1.080.000 32.400.000

2. Rakyat Sultra 20 160 728.000 21.840.000

3. Buton Pos 20 160 728.000 21.840.000

4. Kolaka Pos 18 144 648.000 19.440.000

5. Berita Kota 12 96 432.000 12.960.000

Jumlah 100 800 3.600.000 108.000.000

Sumber : Data Primer yang diolah 2023

Berdasarkan tabel di atas terlihat bahwa biaya kerusakan terbesar adalah

untuk pembuatan Koran kendari pos, diikuti oleh Rakyat Sultra dan Buton Pos

sebesar masing-masing Rp728.000/hari, Kolaka Pos sebesar Rp648.000/hari, dan

yang terkecil adalah Berita Kota sebesar Rp432.000/hari. Jadi jumlah kerusakan

per hari rata-rata sebesar Rp3.600.000 atau sebanyak 800 eksemplar/hari.

Berdasarkan hasil wawancara yang telah dilakukan oleh penulis kepada

pihak perusahaan, maka didapatkan adanya kecacatan yang terjadi selama proses
11

produksi. Dalam proses produksinya, PT. Fajar Utama Intermedia masih terdapat

sejumlah produk yang rusak atau tidak sesuai dengan standar produksi, jika

produk rusak tersebut jumlahnya terus meningkat maka dapat berdampak pada

peningkatan harga pokok produksi per unit barang. Hal ini akan berdampak buruk

pada tingkat persaingan di dunia usaha, sehingga untuk mengatasi masalah

tersebut, perusahaan harus dapat menekan jumlah produk rusak seminimal

mungkin. Alternatif yang dapat digunakan perusahaan dalam mengendalikan

jumlah produk rusak yaitu dengan mengeluarkan biaya kualitas.

Berdasarkan penjelasan diatas maka penulis termotivasi untuk melakukan

penelitian ini yang berjudul: “Analisis Biaya Kualitas untuk Mengurangi

Produk Cacat pada PT. Fajar Utama Intermedia”.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang dikemukakan di atas, maka permasalahan

yang dapat dirumuskan adalah bagaimanakah penggunaan biaya kualitas untuk

mengurangi produk cacat pada PT. Fajar Utama Intermedia?

1.3 Tujuan Penelitian

Tujuan yang ingin penulis capai sesuai dengan rumusan masalah yang

telah dikemukakan adalah untuk mengetahui penggunaan biaya kualitas yang

dikeluarkan untuk mengurangi produk cacat pada PT. Fajar Utama Intermedia.
12

1.4 Manfaat Penelitian

Adapun manfaat yang diharapkan dalam penelitian ini adalah sebagai

berikut:

1. Bagi Perusahaan

Dapat digunakan sebagai masukan dalam pengelolaan kebijakan

perusahaan dalam menentukan strategi dan pengendalian kualitas pada

masa yang akan datang sebagai upaya peningkatan mutu atau kualitas

produk.

2. Bagi Penulis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan penulis

mengenai pentingnya penggunaan biaya kualitas dalam suatu perusahaan.

Selain itu juga dapat memberikan pengalaman kepada penulis dalam

mengumpulkan data, menganalisis data, serta menarik kesimpulan

berdasarkan teori-teori yang diperoleh selama masa perkuliahan.

3. Bagi Pembaca

Diharapkan hasil penelitian ini dapat berguna untuk dijadikan literature

atau referensi tambahan, terutama yang berkaitan dengan masalah

pengendalian kualitas produk.

1.5 Ruang Lingkup Penelitian

Demi terarahnya penelititan ini dan untuk menghindari adanya salah

penafsiran, maka penulis membatasi pembahasannya hanya pada penggunaan

biaya kualitas untuk mengurangi produk cacat pada PT. Fajar Utama Intermedia.
BAB II

KAJIAN PUSTAKA

2.1 Kajian Teori

3.2.2 2.1.1 Biaya

Menurut (Mursyidi, 2010:14), biaya diartikan sebagai suatu pengorbanan

yang dapat mengurangi kas atau harta lainnya untuk mencapai tujuan, baik yang

dapat dibebankan saat ini maupun pada saat yang akan datang. Ada empat unsur

pokok dalam definisi biaya tersebut, yaitu:

 Biaya merupakan pengorbanan sumber ekonomi.

 Diukur dalam satuan uang.

 Yang telah terjadi atau yang secara potensial akan terjadi.

 Pengorbanan tersebut untuk tujuan tertentu.

Penggolongan Biaya Menurut Mulyadi 1993 dalam Saputra 2007: 9), biaya

dapat digolongkan berdasarkan pada:

1) Obyek Pengeluaran

Dalam cara penggolongan biaya. Misalnya, nama obyek pengeluaran adalah

bahan bakar, maka semua pengeluaran yang berhubungan dengan bahan

bakar disebut “Biaya Bahan Bakar”.

2) Fungsi pokok dalam perusahaan

Dalam perusahaan manufaktur biaya dapat dikelompokkan menjadi:

13
14

(a) Biaya produksi

Biaya produksi adalah biaya-biaya yang terjadi untuk mengolah

bahan baku menjadi produk jadi yang siap dijual.

(b) Biaya Pemasaran

Biaya pemasaran adalah biaya yang terjadi untuk melaksanakan

kegiatan pemasaran produk.

(c) Biaya Administrasi Umum

Biaya administrasi umum adalah biaya yang terjadi untuk

mengkoordinasi kegiatan produksi dan pemasaran produk.

3) Hubungan biaya dengan sesuatu yang dibiayai

(a) Biaya Langsung

Biaya langsung merupakan biaya yang terjadi sebab satu-satunya

adalah karena adanya sesuatu yang dibiayai.

(b) Biaya Tidak Langsung

(c) Biaya tidak langsung adalah biaya yang terjadi karena tidak hanya

disebabkan oleh sesuatu yang dibiayai.

4) Perilaku biaya dalam hubungannya dengan perubahan volume kegiatan.

(a) Biaya Variabel

Biaya variabel adalah biaya yang jumlah totalnya berubah tidak

sebanding dengan perubahan volume kegiatan.

(b) Biaya Semi Variabel


15

Biaya semi variabel adalah biaya yang berubah tidak sebanding

dengan perubahan volume kegiatan.

(c) Biaya Semi Tetap

Biaya semi tetap adalah biaya yang tetap untuk tingkat volume

kegiatan tertentu dan berubah dengan jumlah yang konstan pada

volume kegiatan tertentu.

(d) Biaya tetap

Biaya tetap merupakan biaya yang jumlah totalnya tetap dalam kisaran

volume kegiatan tertentu.

5) Jangka Waktu Manfaatnya

(a) Pengeluaran Modal

Pengeluaran modal merupakan biaya yang mempunyai manfaat lebih

dari satu periode akuntansi (biasanya periode akuntansi adalah satu

tahun kalender).

(b) Pengeluaran Pendapatan

Pengeluaran pendapatan merupakan biaya yang hanya mempunyai

manfaat periode akuntansi terjadinya pengeluaran tersebut.

2.1.2 kualitas

Kualitas adalah quality is fitness for use yang bila diterjemahkan secara

bebas berarti, kualitas (mutu produk) berkaitan dengan nyamannya barang


16

tersebut digunakan. Artinya, bila suatu barang secara layak dan baik digunakan

berarti barang tersebut bermutu baik (Prawirosentono 2007:5). Definisi kamus

umum untuk kualitas adalah “derajat atau tingkat kesempurnaan”; dalam hal ini,

kualitas adalah ukuran relative dari kebendaan (goodness). Menurut kamus besar

bahasa Indonesia mengartikan kualitas yaitu sebagai tingkat baik buruknya

sesuatu. Kedua makna tersebut tentunya tidak mutlak perlakuannya untuk segala

bidang perusahaan.

Secara umum, beberapa pakar mendefinisikan kualitas sebagai berikut:

1. Philip B. Crosby berpendapat bahwa kualitas berarti kesesuaian terhadap

persyaratan (Suardi, 2003:2).

2. W. Edwards Deming berpendapat bahwa kualitas berarti pemecahan masalah

untuk mencapai penyempurnaan terus-menerus (Suardi, 2003: 3).

3. Joseph M. Juran berpendapat bahwa kualitas berarti kesesuaian dengan

penggunaan (Suardi, 2003: 3).

4. K. Ishikawa berpendapat bahwa kualitas berarti kepuasan pelanggan (Suardi,

2003: 3).

Untuk mencapai produk yang berkualitas, perusahaan harus selalu

melakukan pengawasan dan peningkatan terhadap kualitas produknya, sehingga

akan diperoleh hasil akhir yang optimal. Menurut (Hansen dan Mowen, 2009: 5),

kualitas adalah derajat atau tingkat kesempurnaan, dalam hal ini kualitas

merupakan ukuran relatif dari kebaikan.


17

Kualitas produk adalah driver kepuasan pelanggan yang multidimensi.

Bagi konsumen, kualitas mempunyai beberapa dimensi. Paling tidak, terdapat

delapan dimensi dari kualitas produk yang perlu diperhatikan oleh setiap produsen

yang ingin mengejar kepuasan pelanggan terhadap kualitas produk. Menurut

(Hansen dan Mowen, 2009: 5-6) produk atau jasa yang berkualitas adalah

memenuhi atau melebihi harapan pelanggan dalam delapan dimensi berkut:

1. Kinerja (Performance)

Yaitu karakteristik operasi dari produk inti.

2. Estetika (Esthetics)

Yaitu daya tarik produk terhadap panca indera.

3.Kemudahan perawatan dan perbaikan (Servicetibility)

Meliputi kecepatan, kompetensi kenyamanan, mudah direparasi, penanganan

keluhan yang memuaskan.

4. Fitur (Features)

Yaitu karakteristik sekunder atau pelengkap.

5.Keandalan (Reliability)

Yaitu kemunginan kecil akan mengalami kerusakan atau gagal dipakai.

6. Tahan lama (Durability)


18

Berkaitan dengan berapa lama produk dapat terus digunakan.

7.Kualitas kesesuaian (Quality of performance)

Yaitu citra dan reputasi produk serta tanggung jawab perusahaan terhadapnya.

8. Kecocokan penggunaan (Fitness for use)

Yaitu sejauh mana karakteristik desain dan operasi memenuhi standar- standar

yang telah ditetapkan sebelumnya. Secara operasional, produk atau jasa dikatakan

berkualitas jika produk tersebut memenuhi bahkan melebihi harapan konsumen.

2.1.3 Biaya Kualitas

Biaya mutu produk atau biaya kualitas adalah kegiatan mengidentifikasi

semua biaya yang timbul berkaitan dengan upaya mengubah produk bermutu

buruk (bad quality product) menjadi produk bermutu baik (good quality product)

(Prawirosentono, 2007: 25). Biaya kualitas merupakan biaya-biaya yang timbul

karena kualitas buruk mungkin dan memang ada. Biaya kualitas berkaitan dengan

dua sub ketegori dari aktivitas yang berkaitan dengan kualitas, yaitu aktivitas

kontrol dan aktivitas gagal. Aktivitas kontrol adalah aktivitas yang dilakukan oleh

sebuah organisasi untuk menghindari atau mendeteksi kualitas buruk.

Menurut (Hansen dan Mowen, 2009: 9), biaya kualitas bisa juga

dikelompokkan sebagai biaya yang dapat diamati atau tersembunyi. Biaya kualitas

yang dapat diamati (observable quality costs) adalah biaya-biaya yang tersedia

atau dapat diperoleh dari catatan akuntansi perusahaan, misalnya biaya


19

perencanaan kualitas, biaya pemeriksaan distribusi dan biaya pengerjaan ulang.

Biaya kualitas yang tersembunyi (hidden costs) adalah biaya kesempatan atau

opportunity yang terjadi karena kualitas produk yang buruk dan biasanya biaya

opportunity tidak disajikan dalam catatan akuntansi, misalnya biaya kehilangan

penjualan, biaya ketidakpuasan pelanggan dan biaya kehilangan pangsa pasar.

2.1.3.1 Kategori Biaya Kualitas

Pada dasarnya biaya kualitas dapat dikategorikan ke dalam empat jenis,

yaitu:

a. Biaya Pencegahan (Prevention Costs), merupakan biaya-biaya yang

berhubungan dengan upaya pencegahan yang terjadi di kegagalan internal maupun

eksternal, sehingga meminimumkan biaya kegagalan internal dan biaya kegagalan

eksternal. Contoh biaya pencegahan adalah:

1.Perencanaan Kualitas merupakan biaya-biaya yang berkaitan dengan

aktivitas perencanaan kualitas secara keseluruhan, termasuk penyiapan

prosedur-prosedur yang diperlukan untuk mengkomunikasikan rencana

kualitas ke seluruh pihak yang berkepentingan.

2. Tinjau-Ulang Produk Baru (New Product review) merupakan biaya-

biaya yang berkaitan dengan rekayasa keandalan (reliability engineering)

dan aktivitas-aktivitas lain terkait dengan kualitas yang berhubungan

dengan pemberitahuan desain baru.


20

3. Pengendalian Proses merupakan biaya-biaya inspeksi dan pengujian

dalam proses untuk menentukan status dari proses (kapabilitas proses),

bukan status dari produk.

4. Audit Kualitas merupakan biaya-biaya yang berkaitan dengan evaluasi

atas pelaksanaan aktivitas dalam rencara kualitas secara keseluruhan.

5. Evaluasi Kualitas Pemasok merupakan biaya-biaya yang berkaitan

dengan evaluasi terhadap pemasok sebelum pemilihan pemasok, audit

terhadap aktivitas-aktivitas selama kontrak, dan usaha-usaha lain yang

berkaitan dengan pemasok.

6.Pelatihan merupakan biaya-biaya yang berkaitan dengan penyiapan dan

pelaksanaan program-program pelatihan yang berkaitan dengan program

reduksi biaya terus menerus melalui perbaikan kualitas. (Alex 2005:24-28)

b. Biaya Penilaian (Appraisal Costs), merupakan biaya-biaya yang berhubungan

dengan penentuan derajat konformansi terhadap persyaratan kualitas (spesifikasi

yang ditetapkan). Contoh dari biaya penilaian adalah :

1. Inspeksi dan Pengujian Kedatangan Material merupakan biaya-biaya

yang berkaitan dengan penentuan kualitas dari meterial yang dibeli,

apakah melalui inspeksi pada saat penerimaan, melalui inspeksi yang

dilakukan pada pemasok, atau melalui inspeksi yang dilakukan pihak

ketiga.
21

2. Inspeksi dan Pengujian Produk Dalam Proses merupakan biaya- biaya

yang berkaitan dengan evaluasi tentang konformansi produk dalam proses

terhadap persyaratan kualitas yang ditetapkan.

3.Inspeksi dan Pengujian Produk Akhir merupakan biaya-biaya yang

berkaitan dengan evaluasi tentang konformansi produk akhir terhadap

persyaratan kualitas yang ditetapkan.

4. Audit Kualitas Produk adalah biaya-biaya untuk melakukan audit

kualitas pada produk dalam proses atau produk akhir.

5. Pemeliharaan akurasi Peralatan Pengujian merupakan biaya-biaya

dalam melakukan kalibrasi untuk mempertahankan akurasi instrumen

pengukuran dan peralatan.

6. Evaluasi Stok merupakan biaya-biaya yang berkaitan dengan pengujian

produk dalam penyimpanan untuk menilai degradasi kualitas.

c. Biaya Kegagalan Internal (Internal Failure Costs), merupakan biaya- biaya

yang berhubungan dengan kesalahan dan nonkonformasi (errors and

nonconformance) yang ditemukan sebelum menyerahkan produk itu ke

pelanggan. Biaya-biaya ini tidak akan muncul apabila tidak ditemukan kesalahan

atau nonkonformasi dalam produk sebelum pengiriman. Contoh dari biaya

kegagalan internal adalah :

1. Scrap merupakan biaya yang dikeluarkan untuk tenaga kerja, material,

dan biasanya “overhead” pada produk cacat yang secara ekonomis tidak
22

dapat diperbaiki kembali. Terdapat banyak ragam nama dari jenis ini,

yaitu: scrap, cacat, usang, dll.

2. Pekerjaan Ulang (Rework) adalah biaya yang dikeluarkan untuk

memperbaiki kesalahan produk agar memenuhi spesifikasi yang

ditentukan.

3. Analisis Kegagalan (Failure Analysis) adalah biaya yang dikeluarkan

untuk menganalisis kegagalan produk guna menentukan penyebab-

penyebab kegagalan itu.

4. Inspeksi Ulang dan Pengujian Ulang adalah biaya-biaya yang

dikeluarkan untuk inspeksi ulang dan pengujian ulang produk yang telah

mengalami pengerjaan ulang atau perbaikan kembali.

5. Downgrading merupakan selisih diantara harga jual normal dan harga

yang dikurangi karena alasan kualitas.

6. Avoidable Process Losses merupakan biaya-biaya kehilangan yang

terjadi, meskipun produk itu tidak cacat, sebagai contoh: kelebihan bobot

produk yang diserahkan ke pelanggan karena variabilitas dalam peralatan

pengukuran, dll.

d. Biaya Kegagalan Eksternal (Exsternal Failure Cost), merupakan biaya- biaya

yang berhubungan dengan kesalahan dan nonkonformasi yang ditemukan setelah

produk itu diserahkan ke pelanggan. Biaya-biaya ini tidak akan muncul apabila
23

tidak diketemukan kesalahan atau nonkonformasi dalam produk setelah

pengiriman. Contoh dari biaya kegagalan eksternal adalah:

1. Jaminan (Warranty) adalah biaya yang dikeluarkan untuk penggantian

atau perbaikan kembali produk yang masih berada dalam masa jaminan.

2. Penyelesaian Keluhan (Complaint adjustment) adalah biaya-biaya yang

dikeluarkan untuk penyelidikan dan penyelesaian keluhan yang berkaitan

dengan produk cacat.

3. Produk Dikembalikan (Returned Product) yaitu Biaya-biaya yang

berkaitan dengan penerimaan dan penempatan produk cacat yang

dikembalikan oleh pelanggan.

4. Allowances merupakan biaya-biaya yang berkaitan dengan konsesi pada

pelanggan karena produk yang berada di bawah standar kualitas yang

sedang diterima oleh pelanggan atau yang tidak memenuhi spesifikasi

dalam penggunaan.

3.2.3 2.1.4 Faktor-Faktor Mendasar Yang Mempengaruhi Kualitas

Kualitas produk secara langsung dipengaruhi oleh 9 bidang dasar atau 9

M. Pada masa sekarang ini industri disetiap bidang bergantung pada sejumlah

besar kondisi yang membebani produksi melalui suatu cara yang tidak pernah

dialami dalam periode sebelumnya (Freigenghaum, 1992; 54-56).

1. Market (Pasar)
24

Jumlah produk baru dan baik yang ditawarkan di pasar terus bertumbuh pada laju

yang eksplosif. Konsumen diarahkan untuk mempercayai bahwa ada sebuah

produk yang dapat memenuhi hampir setiap kebutuhan. Pada masa sekarang

konsumen meminta dan memperoleh produk yang lebih baik memenuhi ini. Pasar

menjadi lebih besar ruang lingkupnya dan secara fungsional lebih terspesialisasi

di dalam barang yang ditawarkan. Dengan bertambahnya perusahaan, pasar

menjadi bersifat internasional dan mendunia. Akhirnya bisnis harus lebih fleksibel

dan mampu berubah arah dengan cepat.

2. Money (Uang)

Meningkatnya persaingan dalam banyak bidang bersamaan dengan fluktuasi

ekonomi dunia telah menurunkan batas (marjin) laba. Pada waktu yang

bersamaan, kebutuhan akan otomasi dan pemekanisan mendorong pengeluaran

biaya yang besar untuk proses dan perlengkapan yang baru. Penambahan investasi

pabrik, harus dibayar melalui naiknya produktivitas, menimbulkan kerugian yang

besardalam memproduksi disebabkan oleh barang afrikan dan pengulangkerjaan

yang sangat serius. Kenyataan ini memfokuskan perhatian pada manajer pada

bidang biaya kualitas sebagai salah satu dari “titik lunak” tempat biaya operasi

dan kerugian dapat diturunkan untuk memperbaiki laba.

3. Management (Manajemen)

Tanggung jawab kualitas telah didistribusikan antara beberapa kelompok khusus.

Sekarang bagian pemasaran melalui fungsi perencanaan produknya, harus

membuat persyaratan produk. Bagian perancangan bertanggung jawab merancang


25

produk yang akan memenuhi persyaratan itu. Bagian produksi mengembangkan

dan memperbaiki kembali proses untuk memberikan kemampuan yang cukup

dalam membuat produk sesuai dengan spesifikasi rancangan. Bagian

pengendalian kualitas merencanakan pengukuran kualitas pada seluruh aliran

proses yang menjamin bahwa hasil akhir memenuhi persyaratan kualitas dan

kualitas pelayanan, setelah produk sampai pada konsumen menjadi bagian yang

penting dari paket produk total. Hal ini telah menambah beban manajemen

puncak, khususnya bertambahnya kesulitan dalam mengalokasikan tanggung

jawab yang tepat untuk mengoreksi penyimpangan dari standar kualitas.

4. Men (Manusia)

Pertumbuhan yang cepat dalam pengetahuan teknis dan penciptaan seluruh bidang

baru seperti elektronika komputer menciptakan suatu permintaan yang besar akan

pekerja dengan pengetahuan khusus. Pada waktu yang sama situasi ini

menciptakan permintaan akan ahli teknik sistem yang akan mengajak semua

bidang spesialisasi untuk bersama merencanakan, menciptakan dan

mengoperasikan berbagai sistem yang akan menjamin suatu hasil yang

diinginkan.

5. Motivation (Motivasi)

Penelitian tentang motivasi manusia menunjukkan bahwa sebagai hadiah

tambahan uang, para pekerja masa kini memerlukan sesuatu yang memperkuat

rasa keberhasilan di dalam pekerjaan mereka dan pengakuan bahwa mereka secara

pribadi memerlukan sumbangan atas tercapainya sumbangan atas tercapainya


26

tujuan perusahaan. Hal ini membimbing kearah kebutuhan yang tidak ada

sebelumnya yaitu pendidikan kualitas dan komunikasi yang lebih baik tentang

kesadaran kualitas.

6. Material (Bahan)

Disebabkan oleh biaya produksi dan persyaratan kualitas, para ahli teknik

memilih bahan dengan batasan yang lebih ketat dari pada sebelumnya. Akibatnya

spesifikasi bahan menjadi lebih ketat dan keanekaragaman bahan menjadi lebih

besar.

7. Machine and Mecanization (Mesin dan Mekanise)

Permintaan perusahaan untuk mencapai penurunan biaya dan volume produksi

untuk memuaskan pelanggan telah terdorong penggunaan perlengkapan pabrik

yang menjadi lebih rumit dan tergantung pada kualitas bahan yang dimasukkan ke

dalam mesin tersebut. Kualitas yang baik menjadi faktor yang kritis dalam

memelihara waktu kerja mesin agar fasilitasnya dapat digunakan sepenuhnya.

8. Modern Information Metode (Metode Informasi Modern)

Evolusi teknologi komputer membuka kemungkinan untuk mengumpulkan,

menyimpan, mengambil kembali, memanipulasi informasi pada skala yang tidak

terbayangkan sebelumnya. Teknologi informasi yang baru ini menyediakan cara

untuk mengendalikan mesin dan proses selama proses produksi dan

mengendalikan produk bahkan setelah produk sampai ke konsumen. Metode

pemrosesan data yang baru dan konstan memberikan kemampuan untuk


27

memanajemeni informasi yang bermanfaat, akurat, tepat waktu dan bersifat

ramalan mendasari keputusan yang membimbing masa depan bisnis.

9. Mounting Product Requirement (Persyaratan Proses Produksi) Kemajuan yang

pesat dalam perancangan produk, memerlukan pengendalian yang lebih ketat pada

seluruh proses pembuatan produk. Meningkatnya persyaratan prestasi yang lebih

tinggi bagi produk menekankan pentingnya keamanan dan keterandalan produk.

3.2.4 2.1.5 Faktor Yang Menentukan Kualitas

Dalam menentukan standar kualitas perlu diketahui beberapa faktor yang

menentukan kualitas suatu produk. Menurut (Meredith 1992:58) ada tiga hal

pokok yang digunakan untuk menentukan biaya kualitas suatu produk, yaitu :

1. Desain atau bentuk produk

Desain atau bentuk produk ini merupakan daya tarik utama agar dapat

mengundang minat konsumen untuk membelinya. Hal ini dapat tercapai

apabila wujud luar produk tersebut seperti warna, bentuk, kemasannya

baik dan sesuai dengan selera konsumen.

2. Kemampuan untuk bertahan

Kualitas dari produk dapat dilihat dari keawetan produk-produk tertentu

yaitu daya tahan produk sejak dalam proses pembuatan, produk siap pakai,

sampai lamanya produk tersebut dikonsumsi hingga rusak.

3. Kegunaan atau manfaat produk


28

Suatu produk yang dihasilkan hendaknya memenuhi fungsi untuk apa

produk tersebut digunakan termasuk didalamnya daya tahan,

ketidaktergantungan komponen lain, eksklusifitas, kenyamanan, wujud

luar, dan harga yang ditentukan oleh biaya produk.

3.2.5 2.1.6 Standar Kualitas

Suatu perusahaan dengan pengelolaan kualitas yang dapat berjalan dengan

baik biayanya tidak lebih 2,5% dari penjualan (Hansen & Mowen, 1994: 398).

Bila kualitas kesesuaian rendah, maka biaya kualitas total tinggi dan sebagian

besar biayanya akan terdiri dari biaya kegagalan internal dan eksternal. Meskipun

demikian, pada saat perusahaan meningkatkan aktivitas pencegahan dan penilaian,

presentase unit cacat menjadi rendah (presentase unit yang tidak cacat meningkat).

Hal ini menyebabkan biaya kegagalan internal dan eksternal menjadi lebih rendah.

Biasanya biaya kualitas total turun drastis pada saat kualitas kesesuaian

meningkat. Oleh karena itu, perusahaan dapat mengurangi biaya kualitas total

dengan memfokuskan pada usaha pencegahan dan penilaian.

Penghematan biaya dari pengurangan produk cacat biasanya digunakan

untuk menutup penambahan biaya pencegahan dan penilaian. Bila program

kualitas perusahaan menjadi lebih baik dan biaya kegagalan menurun, aktivitas

pencegahan lebih efektif dibandingkan dengan penilaian. Penilaian dapat

menemukan cacat sedangkan pencegahan dapat menghilangkannya.


29

3.2.6 2.1.7 Pendekatan Pengendalian Kualitas

Pihak manajemen perusahaan dalam melaksanakan pengendalian perlu

menerapkan melalui apa pengendalian kualitas tersebut akan dilakukan. Hal ini

disebabkan oleh faktor yang menentukan atau berpengaruh terhadap baik dan

tidaknya kualitas produk perusahaan akan terdiri dari beberapa macam misal

bahan bakunya, tenaga kerja, mesin dan peralatan produksi yang digunakan,

dimana faktor tersebut akan mempunyai pengaruh yang berbeda, baik dalam jenis

pengaruh yang ditimbulkan maupun besarnya pengaruh yang ditimbulkan.

Dengan demikian agar pengendalian kualitas yang dilaksanakan dalam

perusahaan tepat mengenai sasarannya serta meminimalkan biaya pengendalian

kualitas, perlu dipilih pendekatan yang tepat bagi perusahaan (Ahyari, 1990: 225-

325).

2.1.7.1 Pendekatan Bahan Baku

Didalam perusahaan umumnya baik dan buruknya kualitas bahan baku

mempunyai pengaruh cukup besar terhadap kualitas produk akhir, bahkan

beberapa jenis perusahaan pengaruh kualitas bahan baku yang digunakan untuk

pelaksanakan proses produksi sedemikian besar sehingga kualitas produk akhir

hampir seluruhnya ditentukan oleh bahan baku yang digunakan. Bagi beberapa

perusahaan yang memproduksi suatu produk dimana karakteristik bahan baku

akan menjadi sangat penting di dalam perusahaan tersebut. Dalam pendekatan

bahan baku, ada beberapa hal yang sebaiknya dikerjakan manajemen perusahaan

agar bahan baku yang diterima dapat dijaga kualitasnya:


30

a) Seleksi Sumber Bahan Baku (Pemasok)

Untuk pengadaan bahan baku umumnya perusahaan melakukan

pemesanan kepada perusahaan lain (sebagai perusahaan pemasok).

Pelaksanakan seleksi sumber bahan baku dapat dilakukan dengan cara

melihat pengalaman hubungan perusahaan pada waktu yang lalu atau

mengadakan evaluasi pada perusahaan pemasok bahan dengan

menggunakan daftar pertanyaan atau dapat lebih diteliti dengan melakukan

penelitian kualitas perusahaan pemasok.

b) Pemeriksaaan dokumen pembelian.

Setelah menentukan perusahaan pemasok, hal berikutnya yang perlu

dilaksanakan adalah pemeriksaan dokumen pembelian yang ada. Oleh

karena itu dokumen pembelian nantinya menjadi referensi dari pembelian

yang dilaksanakan tersebut, maka dalam penyusunan dokumen pembelian

perlu dilakukan dengan teliti. Beberapa hal yang diperiksa meliputi tingkat

harga bahan baku, tingkat kualitas bahan, waktu pengiriman bahan, dan

pemenuhan spesifikasi bahan.

c) Pemeriksaan Penerimaan Bahan

Apabila dokumen pembelian yang disusun cukup lengkap maka

pemeriksaan penerimaan bahan dapat didasarkan pada dokumen

pembelian tersebut. Beberapa permasalahan yang perlu diketahui dalam

hubungannya dengan kegiatan pemeriksaan bahan baku didalam gudang


31

perusahaan antara lain rencana pemeriksaan, pemeriksaan dasar,

pemeriksaan contoh bahan, catatan pemeriksaan dan penjagaan gudang.

2.1.7.2 Pendekatan Proses Produksi

Pada beberapa perusahaaan proses produksi akan lebih banyak

menentukan kualitas produk akhir. Artinya di dalam perusahaan ini meskipun

bahan baku yang digunakan untuk keperluan proses produksi bukan bahan baku

dengan kualitas prima, namun apabila proses produksi diselenggarakan dengan

sebaik-baiknya maka dapat diperoleh produk dengan kualitas yang baik pula.

Pengendalian kualitas produk yang dihasilkan perusahaan tersebut lebih baik bila

dilaksanakan dengan menggunakan pendekatan proses produksi yang disesuaikan

dengan pelaksanaan proses produksi di dalam perusahaan. Pada umumnya

pelaksanaan pengendalian kualitas proses produksi di dalam perusahaan

dipisahkan menjadi 3 tahap:

a) Tahap Persiapan

Pada tahap ini akan dipersiapkan segala sesuatu yang berhubungan dengan

pelaksanaan pengendalian proses tersebut. Kapan pemeriksaan

dilaksanakan, berapa kali pemeriksaan proses produksi dilakukan pada

umumnya akan ditentukan pada tahap ini.

b) Tahap Pengendalian Proses

Dalam tahap ini, upaya yang dilakukan adalah mencegah agar jangan

sampai terjadi kesalahan proses yang mengakibatkan terjadinya penurunan


32

kualitas produk. Apabila terjadi kesalahan proses produksi maka secepat

mungkin kesalahan tersebut diperbaiki sehingga tidak mengakibatkan

kerugian yang lebih besar atau barang dalam proses tersebut dikeluarkan

dari proses produksi dan diperlakukan sebagai produk yang gagal.

c) Tahap Pemeriksaaan Akhir

Pada tahap ini merupakan pemeriksaan yang terakhir dari produk yang ada

dalam proses produksi sebelum dimasukkan ke gudang barang jadi atau

dilempar ke pasar melalui distributor produk perusahaan.

2.1.7.3 Pendekatan Produk Akhir

Pendekatan produk akhir merupakan upaya perusahaan untuk

mempertahankan kualitas produk yang dihasilkannya dengan melihat produk

akhir yang menjadi hasil dari perusahaan tersebut. Dalam pendekatan ini perlu

dibicarakan langkah yang diambil untuk dapat mempertahankan produk sesuai

dengan standar kualitas yang berlaku. Pelaksanaan pengendalian kualitas dengan

pendekatan produk akhir dapat dilakukan dengan cara memeriksa seluruh produk

akhir yang akan dikirimkan kepada para distributor atau toko pengecer. Dengan

demikian apabila ada produk yang cacat atau mempunyai kualitas dibawah

standar yang ditetapkan maka perusahaan dapat memisahkan produk ini dan tidak

ikut dikirimkan kepada para konsumen. Untuk masalah kerusakan produk

perusahaan harus mengambil tindakan yang tepat bagi peningkatan kualitas

produk akhir serta kelangsungan hidup perusahaan tersebut. Oleh sebab itu

perusahaan harus mengumpulkan informasi tentang berbagai macam keluhan


33

konsumen. Kemudian diadakan analisa tentang berbagai kelemahan dan

kekurangan produk perusahaan sehingga untuk proses berikutnya kualitas produk

dapat lebih dipertanggungjawabkan.

2.2 Produk Cacat

Produk menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia yaitu barang atau jasa

yang dibuat atau ditambah gunanya atau nilainya dalam proses produksi dan

menjadi hasil akhir dari proses produksi itu. Sedangkan cacat mengandung

pengertian kekurangan yang menyebabkan nilai atau mutunya kurang baik atau

kurang sempurna. Dari kedua pengertian tersebut jika digabungkan mengandung

pengertian, bahwa produk cacat berarti barang atau jasa yang dibuat dalam proses

produksi namun memiliki kekurangan yang menyebabkan nilai atau mutunya

kurang baik atau kurang sempurna.

Menurut Hansen dan Mowen (2005:7) produk cacat adalah produk yang

tidak memenuhi spesifikasinya. Hal itu berarti juga tidak sesuai dengan standar

kualitas yang telah ditetapkan. Kesesuaian dengan kualitas mangasumsikan bahwa

terdapat suatu cakupan nilai yang diterima untuk setiap spesifikasi atau

karakteristik kualitas. Produk cacat yang terjadi selama proses produksi mengacu

pada produk yang tidak diterima oleh konsumen, tetapi dalam perlakuan terhadap

biaya pengerjaan kembali produk cacat adalah mirip dengan yang produk rusak.

Produk rusak yang terjadi selama proses produksi mengacu pada produk

yang tidak dapat diterima oleh konsumen dan tidak dapat dikerjakan ulang.

Produk rusak adalah produk yang tidak sesuai standar mutu yang telah ditetapkan
34

secara ekonomis tidak dapat diperbaharui menjadi produk yang baik (Mulyadi,

2011:324).

Masalah yang timbul dalam produk cacat adalah bagaimana

memperlakukan biaya tambahan untuk mengerjakan kembali (rework cost)

produk cacat tersebut. Jika produk cacat bukan merupakan hal yang biasa dalam

proses produksi, tetapi karena karakterisrik pengerjaan pesanan tertentu. Maka

biaya pengerjaan kembali produk cacat dapat dibebankan sebagai tambahan biaya

produksi pesanan yang bersangkutan. Jika produk cacat merupakan hal yang biasa

terjadi dalam proses pengerjaan produk maka biaya pengerjaan kembali tersebut

kedalam tarif biaya overhead pabrik. Biaya pengerjaan kembali produk cacat yang

sesungguhnya terjadi didebitkan kedalam rekening biaya overhead pabrik

sesengguhnya.

Pengertian product liability (produk cacat) menurut Black's Law

Dictionary adalah Product liability disini diartikan sebagai tanggung jawab secara

hukum dari produsen dan penjual untuk mengganti kerugian yang diderita oleh

pembeli, pengguna ataupun pihak lain, akibat dari cacat dan kerusakan yang

terjadi karena kesalahan pada saat mendapatkan barang, khususnya jika produk

tersebut dalam keadaan cacat yang berbahaya bagi konsumen dan pengguna.

Menurut Az. Nasution dalam bukunya "Hukum Perlindungan Konsumen Suatu

Pengantar" memberikan pengertian bahwa product liability diterjemahkan sebagai

tanggung jawab produk cacat. Tanggung jawab produk cacat berbeda dengan

tanggung jawab yang sudah dikenal selama ini, karena tanggung jawab ini
35

disebabkan oleh keadaan tertentu produk, barang dan/atau jasa, yang meletakkan

tanggung jawab produk kepada pelaku usaha pembuat produk (produsen).

Dari beberapa definisi diatas dapat diambil intisari bahwa produk cacat

adalah produk yang tidak sesuai dengan spesifikasi sehingga tidak memenuhi

standar kualitas yang telah ditentukan yang menyebabkan nilai atau mutunya

kurang baik atau kurang sempurna.

Biaya yang dikeluarkan untuk meningkatkan kualitas barang disebut

dengan biaya kualitas. Dengan pelatihan dan keahlian yang dimiliki dalam hal

analisis, pengukuran dan pelaporan informasi, akuntan manajemen dapat

membantu merancang dan melakukan pengumpulan informasi kualitas secara

komprehensif, melakukan pengukuran dan merancang sistem pelaporan.

Akuntansi manajemen dapat memperbaiki manajemen kualitas total (TQM)

dengan cara mengintegrasikan informasi biaya kualitas ke dalam sistem

pengukuran dan pelaporan manajemen yang sudah ada. Integrasi ini membantu

memberikan perhatian secara konstan dan terus menerus dalam rangka

memperbaiki kualitas dengan cara melakukan pengukuran, pelaporan dan evaluasi

terhadap kualitas secara reguler merupakan aktivitas rutin dari pada harus

melakukan upaya khusus yang akan dihentikan jika sudah tidak diperlukan lagi

(Blocher et al, 2011:185).

3.2.7 2.2.1 Faktor-Faktor Yang Menyebabkan Terjadinya Cacat Produk

Kualitas ialah konsistensi peningkatan atau perbaikan dan penurunan

variasi karakteristik dari suatu produk, baik barang maupun jasa yang dihasilkan
36

agar dapat memenuhi kebutuhan yang telah dispesifikasikan, guna meningkatkan

kepuasan pelanggan internal maupun eksternal (Gaspersz, 2005:127). Kualitas

berbanding terbalik dengan variabilitas. Definisi tersebut menyatakan secara tidak

langsung bahwa apabila variabilitas dalam karakter-karakter penting pada produk

menurun, kualitas dari produk akan meningkat (Montgomery, 2001:2).

Proses produksi untuk menghasilkan sejenis output sulit menghindari

terjadinya variasi pada proses. (Gaspersz, 2005:130) mendefinisikan variasi

sebagai kecenderungan dalam sistem produksi atau operasional sehingga

perbedaan dalam kualitas pada output (barang dan jasa yang dihasilkan). Pada

dasarnya dikenal dua sumber atau penyebab timbulnya variasi, yaitu variasi

penyebab khusus dan variasi penyebab umum. (Gaspersz, 2005:133) menjelaskan

lebih lanjut tentang jenis variasi tersebut sebagai berikut:

 Variasi penyebab khusus adalah kejadian-kejadian di luar sistem yang

mempengaruhi variasi dalam sistem. Penyebab khusus dapat bersumber dari

manusia, material, lingkungan, metode kerja, dan lain-lain. Penyebab khusus

ini mengambil pola-pola non acak sehingga dapat diidentifikasikan/ditemukan,

sebab mereka tidak selalu aktif dalam proses tetapi memiliki pengaruh yang

lebih kuat pada proses sehingga menimbulkan variasi. Dalam konteks

pengendalian proses statistikal menggunakan peta kendali (control chart), jenis

variasi ini sering ditandai dengan titik-titik pengamatan yang melewati atau

keluar dari batas-batas pengendalian yang didefinisikan (defined control limit).


37

 Sedangkan variasi penyebab umum adalah faktor-faktor didalam sistem atau

yang melekat pada proses yang menyebabkan timbulnya variasi dalam sistem

serta hasil-hasilnya. Penyebab umum sering disebut juga penyebab acak

(random causes) atau penyebab sistem (system causes). Karena penyebab

umum ini selalu melekat pada sistem, untuk menghilangkannya harus

menelusuri elemen-elemen dalam sistem itu dan hanya pihak manajemen yang

dapat memperbaikinya, karena pihak manajemen yang mengendalikan sistem

itu. Dalam konteks pengendalian proses statistik dengan menggunakan peta-

peta kendali, jenis variasi ini sering ditandai dengan titik-titik pengamatan yang

berada dalam batas-batas pengendalian yang didefinisikan.

Kelemahan dan penyimpangan yang terjadi pada proses ditelusuri sebab-

sebabnya dengan menggunakan analisis diagram sebab akibat. Faktor-faktor yang

memengaruhi kelemahan proses sehingga menimbulkan adanya produk cacat di

antaranya ditelusuri dari mesin, karyawan, dan bahan baku. Faktor-faktor yang

menjadi sebab terjadinya produk cacat adalah mesin, manusia, material, metode

dan lingkungan.

2.3 Penelitian Terdahulu

Beberapa penelitian terdahulu yang relevan dengan penelitian ini, antara

lain adalah:

1. Penelitian yang dilakukan oleh Kiki Adelina Wahyuningtias (2013)

dengan judul penelitian “Pengaruh Biaya Kualitas Terhadap Produk Rusak

Pada CV Ake Abadi”. Hasil penelitian menunjukkan bahwa biaya kualitas


38

tidak berpengaruh secara signifikan terhadap produk rusak. Hal ini bisa

terjadi mengingat tidak semua biaya pencegahan dan terdapat hubungan

yang lemah antara veriabel indepeden yang diakui oleh CV Ake Abadi.

2. Penelitian yang dilakukan oleh Faiz Al Fakhri (2010) dengan judul

penelitian “Analisis Pengendalian Kualitas Produksi Di PT Masscom

Graphy Dalam Upaya Mengendalikan Tingkat Kerusakan Produk

Menggunakan Alat Bantu Statistik”. Hasil penelitian menunjukkan bahwa

diketahui faktor penyebab kerusakan atau misdruk dalam produksi yaitu

berasal dari faktor manusia/pekerja, mesin produksi, metode kerja,

material/bahan baku dan lingkungan kerja.

3. Penelitian yang dilakukan oleh Alex (2005) dengan judul penelitian

“Evaluasi Pengendalian Biaya Kualitas Dalam Rangka Peningkatan Mutu

Produk Dengan Studi Kasus Pada PT Indomulti Plasindo”. Hasil penelitian

menunjukan bahwa biaya kualitas pada perusahaan belum efektif dan

efisien, karena biaya kualitas yang efektif adalah apabila biaya kegagalan

turun dan penurunan biaya kegagalan lebih kecil dari kenaikan biaya

pencegahan dan penilaian. Biaya kualitas yang efisien adalah 2,5%

terhadap penjualan. Hal ini disebabkan karena biaya kegagalan masih

tinggi yaitu terletak pada sisa.

Persamaan penelitian yang dilakukan penulis dengan penelitian yang

dilakukan di atas adalah sama-sama meneliti tentang analisis pengendalian

kualitas produk dengan menggunakan biaya kualitas untuk mengurangi produk


39

cacat ataupun untuk meningkatkan kualitas produk. Sedangkan perbedaannya

yaitu periode yang digunakan peneliti dan lokasi penelitian yang digunakan.

2.4 Kerangka Pikir

Kerangka pemikiran yang digunakan dalam penelitian ini untuk

menggambarkan bagaimana pengendalian kualitas yang dilakukan dengan

mengunakan biaya kualitas untuk mengurangi tingkat kerusakan produk yang

dihasilkan oleh PT. Fajar Utama Intermedia. Berdasarkan tinjauan landasan teori

dan penelitian awal pada perusahaan, maka dapat disusun kerangka dalam

penelitian ini, seperti tersaji dalam gambar berikut:


40

Skema 2.1.

Kerangka Pikir

Fakta
Studi Teoritis
Empirik

 Biaya Kualitas
 Wahyuningtias (2013),
Produk Cacat menunjukan bahwa biaya kualitas
tidak berpengaruh secara
signifikanterhadap produk rusak.
 Fakhri (2013) menunjukan
lingkungan kerj diketahui faktor
penyebab kerusakan dalam
produksi berasal dari faktor
manusia, mesin, metode kerja,
bahan baku dan lingkungan kerja.
 Alex (2005), menunjukan bahwa

Rumusan Masalah

Analisis Deskriptif

Hasil Penelitian

Kesimpulan dan Saran


BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Objek Penelitian

Adapun yang menjadi objek penelitian ini adalah biaya kualitas untuk

mengurangi produk cacat pada PT. Fajar Utama Intermedia yang berlokasi di

Jalan Malik Raya, Kendari.

3.2 Jenis dan Sumber Data

3.2.1 Jenis Data

Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

 Data kualitatif yaitu data yang berupa informasi tertulis yaitu informasi

mengenai jenis produk cacat, penyebab terjadinya produk cacat, bahan

baku yang digunakan serta informasi yang berkaitan dan relevan dengan

judul skripsi ini.

3.2.8 Sumber Data

Sumber data secara keseluruhan diperoleh dari dalam institusi yang menjadi

tempat penelitian yang terdiri dari:

1. Data primer yang diperoleh dari wawancara dan pengamatan secara

langsung di PT. Fajar Utama Intermedia.

41
42

2. Data sekunder yang diperoleh dari dokumen/ arsip bagian produksi dan

bagian personalia PT. Fajar Utama Intermedia.

3.3 Metode Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan

melakukan pengamatan langsung di perusahaan yang menjadi objek penelitian.

Teknik pengumpulan data yang dilakukan adalah sebagai berikut:

1. Wawancara

Merupakan suatu cara untuk mendapatkan data atau informasi dengan

tanya jawab secara langsung pada orang yang mengetahui tentang objek

yang diteliti. Dalam hal ini adalah dengan pihak manajemen/ karyawan

PT. Fajar Utama Intermedia yaitu data mengenai jenis-jenis produk cacat

dan penyebabnya, proses produksi serta bahan baku yang digunakan.

2. Observasi

Yaitu pengamatan atau peninjauan secara langsung di tempat penelitian

yaitu di PT. Fajar Utama Intermedia dengan mengamati sistem atau cara

kerja pegawai yang ada, mengamati proses produksi dari awal sampai

akhir, dan kegiatan pengendalian kualitas.

3. Dokumentasi

Yaitu dengan mempelajari dokumen-dokumen perusahaan yang berupa

laporan kegiatan produksi, laporan jumlah produksi dan jumlah produk

cacat, rencana kerja, serta dokumen kepegawaian.


43

3.4 Metode Analisi Data

Permasalahan yang ada dalam penelitian ini akan dianalisis dengan menggunakan

metode analisis deskriptif yaitu metode dengan cara mengumpulkan data dan

mendeskriptifkan atau menjelaskan data-data tersebut berdasarkan kriteria-kriteria

umum yang berlaku dan hal-hal yang ditemukan di lapangan.

3.5 Defenisi Operasional

1. Biaya Kualitas adalah semua biaya yang timbul akibat adanya upaya untuk

peningkatan kualitas produk dari yang berkualitas rendah menjadi kualitas

baik. Biaya kualitas dapat dikelompokkan menjadi empat golongan, yaitu :

1) Biaya Pencegahan (prevention cost)

Biaya ini merupakan biaya yang terjadi untuk mencegah kerusakan

produk yang dihasilkan. Biaya ini meliputi biaya yang

berhubungan dengan perancangan, pelaksanaan, dan pemeliharaan

sistem kualitas.

2) Biaya penilaian (appraisal cost)

Biaya penilaian adalah biaya yang terjadi untuk menentukan

apakah produk atau jasa sudah selesai dengan persyaratan-

persyaratan kualitas. Tujuan utama fungsi deteksi ini adalah untuk

menghindari kesalahan dan kerusakan pada sepanjang proses

perusahaan, misalnya memeriksa produk jadi agar kualitasnya

selalu terjaga.

3) Biaya kegagalan internal (internal failure)


44

Biaya kegagalan internal adalah biaya yang terjadi karena ada

ketidaksesuaian dengan persyaratan dan terdeteksi sebelum barang

atau jasa dikirim ke pihak luar (pelanggan). Pengukuran biaya

kegagalan internal dilakukan dengan menghitung keruksakan

produk sebelum meninggalkan pabrik.

4) Biaya kegagalan eksternal (eksternal failure)

Biaya kegagalan eksternal adalah biaya yang terjadi karena produk

atau jasa gagal memenuhi persyaratan-persyaratan, yang diketahui

setelah produk tersebut dikirim kepada konsumen. Biaya ini

merupakan biaya yang paling membahayakan, karena dapat

menyebabkan reputasi yang buruk, kehilangan pelanggan, dan

penurunan pangsa pasar.

2. Produk Cacat adalah produk yang rusak selama proses produksi yang

tidak dapat diterima oleh konsumen dan tidak dapat dikerjakan ulang, yang

mana mutu dari produk tersebut tidak sesuai dengan standar yang telah

ditetapkan.
DAFTAR PUSTAKA

Ahyari. 1990. Manajemen Produksi. Yogjakarta : Edisi keempat. Jilid kedua.

BPFE.

Alex. 2005. Evaluasi Pengendalian Biaya Kualitas Dalam Rangka Peningkatan


Mutu Produk Dengan Studi Kasus Pada PT. Indomulti Plasindo. Skripsi,
Universitas Katolik Soegijapranata. Semarang.

Alisjahbana, Juita. 2005. “Evaluasi Pengendalian Kualitas Total Produk Pakaian


Wanita Pada Perusahaan Konveksi.” Jurnal Ventura, Vol. 8, No. 1, April
2005.

Blocher Edward J., David E. Stout, dan Garu Cokins. 2011. Manajemen Biaya
Dengan Tekanan Strategic, Terjemahan David Wijaya. Salemba Empat.
Jakarta.

Fakhri, Faiz Al. 2010. Analisis Pengendalian Kualitas Produksi Di PT. Masscom
Grahpy Dalam Upaya Mengendalikan Tingkat Kerusakan Produk
Menggunakan Alat Bantu Statistik. Skripsi. Fakultas Ekonomi Universitas
Diponegoro. Semarang.

Freigenghaum, A.V. 1992. Kendali Mutu Terpadu. Salemba Empat. Erlangga.

Jakarta.

Gasperz, Vincent. 2005. Total Quality Management. PT. Gramedia Pustaka


Utama. Jakarta.

Hansen, Don R., & Mowen, Maryanne M. Mowen. 2009. Akuntansi Manajemen,
Terjemahan Dewi Fitriasari dan Deny Arnor Kwary, 7th ed. Salemba
Empat. Jakarta.

Hatani, La. 2008. “Manajemen Pengendalian Mutu Produksi Roti Melalui


Pendekatan Statistical Quality Control (SQC).” Diakses 12 Maret 2010,
dari www.google.com/JurusanManajemenFEUnhalu. Universitas
Haluoleo. Kendari.

Meredith, Jack R. 1992. The Management of Operations Aconceptual Emphasis


Fourth Edition Canada. Plublished Simultaneously.

Montgomery, Douglas C. 2001. Introduction to Statistical Quality Control. 4th


Edition. New York : John Wiley & Sons, Inc.

Mulyadi. 1999. Akuntansi Biaya. Yogyakarta: Aditya Media.

Mulyadi. 2008. Akuntansi Biaya, Edisi kelima. STIE-YKPN. Yogyakarta.

Mursyidi. 2010. Akuntansi Biaya, Bandung: Refika Aditama.

Prawirosentono Suyadi. 2007. Filosofi Baru Tentang Manajemen Mutu Terpadu


Abad 21, Kiat Membangun Bisnis Kompetitif. Bumi Aksara. Jakarta.

Suardi Rudi. 2003. Sistem manajemen Mutu ISO 9000:2000. PPM. Jakarta.

Tjiptono, Fandy dan Anastasia Diana. 2003. Total Quality, Edisi Kelima,

Yogyakarta: Penerbit Andi.

Wahyuningtias, Kiki Adelina. 2013. Pengaruh Biaya Kualitas Terhadap Produk


Rusak Pada CV. Ake Abadi. Jurnal Emba Vo. 1 No.3. Fakultas Ekonomi
Universitas Sam Ratulangi. Manado.

Anda mungkin juga menyukai