Anda di halaman 1dari 11

Makalah Ekonomi Syariat Islam

Nama : Dhabitah filza


Kelas : 11 iis 3
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, puji syukur ke hadirat Allah SWT. karena atas


taufik dan rahmat-Nya kami dapat menyelesaikan makalah tentang
ekonomi syariat islam. Shalawat serta salam senantiasa kita sanjungkan
kepada junjungan kita, Nabi Muhammad SAW, keluarga, sahabat, serta
semua umatnya hingga kini. Dan Semoga kita termasuk dari golongan
yang kelak mendapatkan syafaatnya.

Dalam kesempatan ini, saya ingin mengucapkan terima kasih kepada


semua pihak yang telah berkenan membantu pada tahap penyusunan
hingga selesainya makalah ekonomi syariat islam. Harapan saya semoga
makalah dapat bermanfaat dan, menambah wawasan serta pengalaman.

Saya sadar bahwa saya ini tentunya tidak lepas dari banyaknya
kekurangan, baik dari aspek kualitas maupun kuantitas dari bahan
penelitian yang dipaparkan. Semua ini murni didasari oleh keterbatasan
yang dimiliki saya sediri Oleh sebab itu, saya membutuhkan kritik dan
saran kepada segenap pembaca yang bersifat membangun untuk lebih
meningkatkan kualitas di kemudian hari.

Tangerang ,30 april 2023

Dhabitah filza
DAFTAR ISI
Kata pengantar..................................................................................
Daftar isi...........................................................................................
BAB 1 PENDAHULUAN...............................................................
1.1 Pengertian prinsip dan praktek ekonomi dalam Islam...................
1.2 pengertian muamalah......................................................................
1.3 ayat tentang muamalah....................................................................
1.4 macam-macam muamalah...............................................................

BAB 2 PEMBAHASAN.................................................................................

2.1 jual beli............................................................................................


2.2 khiyar...............................................................................................
2.3 riba...................................................................................................
2.4 utang piutang...................................................................................
2.5 sewa- menyewa...............................................................................
2.6 asuransi syariah...............................................................................

BAB 3 PENUTUP...........................................................................................
Pengertian Prinsip dan Praktik Ekonomi Islam

Pengertian prinsip dan praktik ekonomi Islam adalah segala sesuatu yang berhubungan
dengan prinsip dan aturan-aturan syariat Islam yang harus dipatuhi dalam praktik kegiatan
ekonomi. Mulai dari transaksi jual-beli, tukar-menukar barang, hingga persoalan hutang-
piutang.

Segala hal yang berkaitan dengan proses transaksi tersebut diatur sedemikian rupa agar
pelaksaannya tidak melanggar peraturan Islam sehingga tidak terjerumus dalam praktik riba.
Dalam praktiknya, prinsip dan praktik ekonomi Islam sangat mengandalkan yang namanya
akad.

menentukan apakah transaksi yang dilakukan sudah sesuai syariat Islam atau belum. Jika
terbukti ada pelanggaran dari segi akad dalam transaksi tersebut maka bisa jadi transaksi
yang dilakukan mengandung unsur riba sehingga haram dilakukan.

1.1. Pengertian Muamalah

Muamalah adalah istilah lain dari transaksi dalam sistem perekonomian Islam. Pengertian
muamalah sendiri merupakan kegiatan tukar-menukar yang memberi manfaat tertentu atas
barang atau sesuatu yang ditukarkan. Banyak kegiatan yang tercakup dalam muamalah.

Beberapa di antaranya adalah kegiatan transaksi jual-beli barang di mana ada pertukaran
antara uang dan barang, hutang-piutang, pinjam-meminjam, hingga sewa-menyewa. Bahkan
kegiatan muamalah juga mencakup semua urusan seperti bercocok tanam, berdagang,
berserikat, dan lainnya.

Tidak terkecuali dalam hal usaha dan permodalan, keduanya masih termasuk dalam kegiatan
muamalah. Setiap kegiatan muamalah yang dilakukan diatur secara jelas dalam Al Quran
agar tidak sampai terjerumus dalam proses riba yang dinyatakan haram.

1.2. Ayat tentang Muamalah

Tercantum dalam Q.S. Al Imron (3) ayat 130, yang berbunyi:

Artinya :

Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu memakan riba dengan berlipat ganda dan
bertakwalah kamu kepada Allah supaya kamu mendapat keberuntungan
Dalam ayat tersebut secara jelas dan tegas Allah memerintahkan kepada orang-orang yang
beriman agar menjauhi berbagai jenis praktik riba. Salah satu contoh riba adalah memberikan
hutang dengan meminta lebih atau bunga kepada orang lain saat membayar hutangnya.
Hukumnya adalah haram.

b. Larangan menggunakan cara yang batil atau salah

Tercantum dalam Q.S.An Nisa (4) ayat 29, yang berbunyi:

‫اض ِّم ْن ُك ْم ۗ َواَل تَ ْقتُلُ ْٓوا اَ ْنفُ َس ُك ْم ۗ اِ َّن هّٰللا َ َكانَ بِ ُك ْم‬ ‫ْأ‬ ٰ ٓ
ٍ ‫ٰياَيُّهَا الَّ ِذ ْينَ ا َمنُوْ ا اَل تَ ُكلُ ْٓوا اَ ْم َوالَ ُك ْم بَ ْينَ ُك ْم بِ ْالبَا ِط ِل آِاَّل اَ ْن تَ ُكوْ نَ تِ َجا َرةً ع َْن تَ َر‬
‫َر ِح ْي ًما‬

Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu saling memakan harta sesamamu dengan
jalan yang batil, kecuali dengan jalan perniagaan yang berlaku dengan suka sama-suka di
antara kamu. Dan janganlah kamu membunuh dirimu; sesungguhnya Allah adalah Maha
Penyayang kepadamu.

siapa saja orang-orang yang beriman ingin memperoleh harta maka harus dilakukan atas
dasar saling menguntungkan bukan satu rugi satu untung. Pelaksanaan yang sesuai syariat
Islam tidak akan menimbulkan kerugian kepada pihak lain.

Sehingga kerukunan antar sesama pun akan tercipta karena adanya unsur saling tolong-
menolong dan membantu dengan sesama lainnya tanpa ada unsur paksaan. Kehidupan
masyarakat pun akan lebih adil, damai, dan sejahtera.

c. Larangan menggunakan cara yang zalim

Tercantum dalam sebuah Hadits Riwayat Muslim, yang berbunyi:

Artinya:

Hadits yang dikutip dari Abu Hurairah radhiallahuanhu yang diambil dari sabda Rasulullah
shalallahu ‘alaihi wasallam tersebut mengandung larangan agar sesama hamba Allah tidak

saling mendengki, saling menipu, dan saling marah hingga memutuskan hubungan
persaudaraan.Muslim satu dengan muslim lainnya adalah saudara sehingga tidak boleh ada
perbuatan zalim atau aniaya di antara sesama muslim. Bahkan dengan tegas hadits tersebut
melarang umat muslim untuk menghina dan mendustakan orang lain. Haram darah setiap
muslim atas muslim yang lain.

d.Larangan memainkan timbangan, takaran, kehalalan, dan kualitas

Tercantum dalam Q.S. Al Muthaffifin ayat 1 – 3, yang berbunyi:


Artinya:

1. Celakalah bagi orang-orang yang curang (dalam menakar dan menimbang)!

2. (Yaitu) orang-orang yang apabila menerima takaran dari orang lain mereka minta
dicukupkan,

3. dan apabila mereka menakar atau menimbang (untuk orang lain), mereka mengurangi.

Dalam ayat tersebut secara tegas menyebutkan bahwa orang-orang yang mempermainkan
timbangan dengan minta takaran dipenuhi saat menerima orang lain dan mengurangi takaran
saat memberikan kepada orang lain, maka mereka akan celaka. Ayat ini sekaligus merupakan
ancaman.

e.Larangan bermain judi/berspekulasi

Larangan jual beli gharar atau spekulasi dilarang dengan jelas sebagaimana yang diikuti dari
Abu Hurairah radhiallahuanhu dalam hadits Muslim Turmudzi, Nasa’, Abi Daud, Ahmad,
dan Ibnu Majah. Hadits tersebut secara tegas berbunyi, “Nabi melarang jual-beli spekulasi
(gharar).”

F.Larangan melakukan transaksi barang-barang yang haram


surat al-Baqarah, Nabi membacakanya pada sahabat di masjid kemudian mengharamkan
perdagangan khomer.” (Matan lain: Muslim 2985, Nasa’i 4586, Abi Daud 3086, Ahmad
23063) [1]

Sebagaimana dikutip dari Aisyah radhiallahuanhu dalam hadis Muslim, Ahmad, Nasa’I, dan
Abi Daud, disebutkan bahwa Nabi membacakan ayat terakhir surat Al-Baqarah dan
mengumumkan kepada para sahabat di masjid bahwa perdagangan khomer adalah haram
hukumnya.

1.3. Macam-macam Muamalah

Kegiatan muamalah mencakup beberapa transaksi, di antaranya adalah sebagai berikut:

1.3.1 Jual-Beli

Kegiatan jual-beli artanya suatu kegiatan yang di dalamnya terdapat kesepakatan tukar-
menukar benda yang ingin dimiliki oleh pembeli dengan harga yang sesuai seperti yang
ditawarkan oleh penjual. Kegiatan jual-beli boleh dan halal hukumnya sebagaimana yang
tercantum dalam Q.S.Al Baqarah (2), ayat 275 yang berbunyi:

Ada beberapa syarat yang harus dipenuhi dan diikuti oleh pelaku jual-beli dalam agama Islam
agar praktiknya sesuai syariat, di antaranya:

1. Ada uang dan barang yang dijadikan sebagai alat transaksi di mana keduanya harus halal
dan suci, bermanfaat, barang dapat diserahterimakan, dan kondisi barang diketahui oleh
pelaku jual-beli, serta merupakan milik penjual sendiri.

2.Penjual dan pembeli harus memenuhi syarat sebagai orang yang berakal sehat,
baligh/dewasa, dan melakukan transaksi tersebut atas kemauannya sendiri tanpa unsur
paksaan.

3.Adanya akad atau ijab qabul yang disebutkan oleh penjual, “Saya menjual benda ini kepada
Anda dengan harga…” Lalu dijawab oleh pembeli, “Baik, saya akan membeli benda ini
dengan harga yang telah disebutkan.”

1.3.2 Khiyar

Khiyar adalah salah satu kegiatan transaksi muamalah yang memberikan kebebasan kepada
pihak penjual atau pembeli untuk memutuskan apakah akan meneruskan transaksi jual-beli
atau membatalkan transaksi tersebut.
Khiyar boleh dilakukan, namun harus ada syarat-syarat yang harus diikuti dan dilakukan atas
dasar rasa suka sama suka tanpa ada unsur paksaan. Ada beberapa jenis khiyar yang perlu
Anda ketahui, di antaranya:

a.Khiyar Syarat merupakan proses khiyar yang dijadikan syarat dalam suatu transaksi jual-
beli. Di mana penjual sendiri yang langsung mengatakan, “Saya menjual barang ini dengan
harga tersebut dan syarat khiyar adalah selama satu minggu.”

b.Khiyar Majelis merupakan proses khiyar di mana penjual dan pembeli berada di tempat
yang sama berlangsungnya proses transaksi atau tawar-menawar tersebut. Baik penjual
maupun pembeli keduanya memiliki hak yang sama untuk membatalkan transaksi jika ada
sesuatu yang tidak sesuai dengan keinginan mereka.

c. Khiyar cacat (aibi) artinya pembeli diberi hak untuk mengembalikan barang yang telah
dibeli jika ditemukan ada kecacatan sehingga mengurangi kualitas dan fungsi dari nilai
barang tersebut. Artinya pembeli dapat melakukan complain jika ada barang yang tidak
sesuai pesanan.

1.3.3 Riba

Riba diharamkan dalam agama Islam dan hal tersebut secara tegas diatur dalam Al Quran.
Mengapa riba haram? Hal ini dikarenakan pengertian riba sendiri merupakan nilai bunga
uang yang dilebihkan dari penukaran barang atau pinjam-meminjam uang.

Contohnya seperti ini, Anda meminjam uang kepada Fitri sebesar Rp100.000,00. Namun,
Fitri meminta Anda untuk mengembalikan sebanyak Rp110.000,00. Maka uang Rp10.000,00
yang harus dikembalikan tersebut adalah riba dan hal ini dilarang dalam agama Islam.

Dalam peraturan ekonomi syariah, riba pun terbagi lagi ke dalam beberapa jenis sebagai
berikut:

1.Riba Qordi merupakan proses pinjam-meminjam uang di mana sang peminjam harus
mengembalikan nilai uang yang dipinjam ditambah dengan bunga/lebihnya.

2.Riba Fadli merupakan proses pertukaran barang yang jenisnya sama namun takaran
timbangannya berbeda.

3.Riba Nasi'ah merupakan prosesi akad jual-beli yang mana penyerahan barang yang dibeli
dilakukan beberapa hari kemudian.

4.Riba Yadi merupakan akad jual-beli barang-barang yang sama jenisnya dan sama
timbangannya, namun saat melakukan proses serah terima penjual dan pembeli berada dalam
posisi yang terpisah.

1.3.4 Utang-piutang
Transaksi utang-piutang dilakukan dengan cara menyerahkan harta atau benda kepada
seseorang dengan perjanjian bahwa harta atau benda tersebut akan dikembalikan dalam kurun
waktu tertentu. Dalam transaksi ini, ada tiga rukun yang harus dipenuhi, yaitu:

1.Ada pelaku yang melakukan utang dan yang memberi piutang

2.Ada barang atau harta sebagai objek utang-piutang

3.Ada akad kesepakatan di antara pemberi piutang dan penerima utang

Dalam pelaksanannya agar menjauhi riba maka barang atau harta yang dikembalikan harus
sesuai dengan yang dipinjam. Jika ada kelebihan yang diberikan oleh si pembayar utang atas
kemauannya sendiri, maka harta atau barang tersebut halal.

Sebaliknya, jika orang yang memberi piutang meminta tambahan saat harta atau barang
dikembalikan, maka tambahan tersebut haram hukumnya. Hal ini dikarenakan tidak ada
kesepakatan yang disetujui bersama sebelumnya.

1.3.5 Sewa-menyewa

Dalam Islam, istilah sewa-menyewa disebut dengan ijarah.

Transaksi ini dilakukan dengan cara memberi imbalan tertentu kepada seseorang yang
menyewakan barang atau benda kepada orang lain. Ada beberapa syarat dan rukun ijarah
yang harus dipenuhi, di antaranya:

1.Proses transaksi sewa-menyewa harus dilakukan karena memang atas kemauan masing-
masing

2.Baik yang menyewakan maupun yang menyewa harus sama-sama berakal sehat dan baligh

3.Keadaan dan sifat barang harus ditentukan sedari awal

4.Barang yang disewakan akan menjadi hak sepenuhnya pihak penyewa atau wali penyewa
selama kurun waktu yang telah disepakati bersama

5.Harus disebutkan dengan jelas berapa lama penyewa akan memanfaatkan barang tersebut.

6.Ada kesepakatan sejak awal terkait harga sewa dan cara pembayarannya

7.Kedua belah pihak harus mengetahui manfaat yang akan diambil dari barang tersebut

Sewa-menyewa tidak hanya dalam hal barang, namun juga kontrak tenaga kerja. Ada
kesepakatan bersama yang harus dipenuhi dalam kontrak kerja. Kesepakatan tersebut terkait
dengan jenis pekerjaan, jam kerja, lama kerja, gaji, sistem pembayaran, dan tunjangan-
tunjangan.

1.3.6 Syirkah
Syirkah artinya akad yang dilakukan oleh kedua belah pihak atau lebih yang sama-sama
melakukan kesepakatan untuk membangun suatu usaha dengan tujuan mendapatkan
keuntungan.

Rukun yang harus dipenuhi dalam akad syirkah di antaranya adalah sebagai berikut:

1.Ada dua belah pihak yang menjalankan akad atau ‘aqidani

2.Disebut dengan jelas objek akad atau ma’qud ‘alaihi yang mencakup modal dan pekerjaan

3.Adanya aktivitas pengelolaan atau tasharruf sebagai syarat sah akad syirkah.

Syirkah terdiri dari beberapa macam jenis, yaitu:

1.Syirkah ‘abdan merupakan jenis syirkah yang mana kedua belah pihak atau lebih tidak
memberikan kontribusi modal (amal) dan hanya kontribusi kerja

2.Syirkah 'inan merupakan syirkah di mana kedua belah pihak saling memberi kontribusi baik
dalam hal modal maupun kerja

3.Syirkah wuju merupakan kerja sama yang dilakukan berdasarkan kedudukan, keahlian, dan
ketokohan seseorang

4.Syirkah mufawadhah merupakan syirkah yang dilakukan antara kedua belah pihak dengan
menggabungkan semua jenis syirkah yang telah disebutkan sebelumnya

1.3.7 Mudharabah

Akad mudharabah disebut juga sebagai akad kerja sama di mana pihak pertama sebagai
penyedia modal atau shahibul mal, dan pihak lainnya sebagai pengelola atau mudarrib.

Mudharabah dibagi ke dalam dua jenis berdasarkan kentungan yang didapatkan, yaitu:

1.Mudharabah muqayyadah artinya usaha yang dijalankan akan dibatasi oleh waktu, jenis
usaha, dan tempat usaha.

2 .Mudharabah mutlaqah artinya bentuk kerja sama yang dijalankan antara pemilik modal
dan pengelola modal cakupannya luas dan tidak ada batasan baik dari segi waktu, jenis usaha,
maupun tempat usaha.

1.3.8 Musaqah, Muzara’ah, dan Mukhabarah

Pengertian musaqah merupakan kerja sama yang dilakukan antara petani dan pemilik kebun.

Jenis kesepakatannya yaitu pemilik kebun menyerahkan tanahnya kepada petani untuk
dikelola dan nati hasil panennya akan dibagi sesuai dengan kesepakatan bersama.

1.Muzara’ah adalah kerjasama yang dilaukan dalam bidang pertanian antara petani yang
menggarap sawah yang menyediakan benih tanaman dan pemilik lahan itu sendiri.
2.Sedangkan Mukhabarah adalah kerjasama antara pemilik tanah dan petani, namun benih
disediakan oleh pemilik tanah.

1.3.9 Perbankan

Bank identik sebagai tempat penyimpanan uang. Pengertian bank sendiri merupakan lembaga
keuangan yang memiliki tugas menghimpun dana dari masyarakat lalu disalurkan
menggunakan sistem bunga. Ada dua jenis bank yang saat ini berada di tengah-tengah
masyarakat, yaitu:

1.Bank Syariah/Islam merupakan lembaga keuangan yang menjalankan operasionalnya


dengan sistem syariah Islam dan memenuhi syarat yang bersih dari riba.

2.Bank Konvensional merupakan lembaga keuangan yang memiliki fungsi untuk


menghimpun dana dan disalurkan kepada yang memerlukan dengan sistem bunga.

1.4 Asuransi Syariah

Asuransi syariah dikenal juga dengan istilah at-Ta’min yang memiliki arti perlindungan,
pertanggungan, ketenangan, dan keamanan. Asuransi juga merupakan bagian dari transaksi
muamalah yang mana dasar hukumnya adalah boleh (jaiz) dengan syarat dan ketentuan
tertentu.Pedoman mengenai asuransi syariah diatur secara langsung dan dipedomani oleh
Fatwa Dewan Syariah.Semua proses transaksi dan produk yang ditawarkan harus sesuai
dengan ketentuan hukum Islam. Apa yang diatur dalam hukum syariat Islam tidak lain adalah
demi kepentingan umat muslim itu sendiri. Sehingga sebagai muslim yang taat dan patuh,
maka harus mendukung penuh dengan melaksanakan prinsip dan praktik ekonomi Islam
secara utuh.

Anda mungkin juga menyukai