Anda di halaman 1dari 16

STRATEGI LEMBAGA SWADAYA MASYARAKAT PAGUYUBAN

JATINANGOR DALAM MENGEMBANGKAN UMKM DI JATINANGOR


(Studi Kasus Lembaga Swadaya Masyarakat Paguyuban Jatinangor)

USULAN PENELITIAN

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Menyelesaikan Studi Pada Program Studi
Magister Manajemen

Oleh:

CLARA LOVINA

MM21896

Dosen pembimbing:

Dr. Trida Gunaidi, SE, M.Si

Sukmahadi, SE, M.Si, Ak

KONSENTRASI MANAJEMEN PERUSAHAAN

PROGRAM STUDI MAGISTER MANAJEMEN

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS KOPERASI INDONESIA

2023

BAB 1
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Penelitian

Kegiatan usaha mikro kecil menengah (UMKM) di Indonesia saat ini diharapkan bisa
menjadi pilar dalam meningkatkan pertumbuhan ekonomi di Indonesia. UMKM memiliki peran
sangat penting dalam meningkatkan perekonomian Indonesia, dengan adanya UMKM bisa
mengurangi angka pengangguran dan UMKM juga sekarang bukan hanya di pandang sebelah
mata oleh pengusaha kelas atas tetapi menghargai para pelaku usaha kecil saat ini. UMKM saat
ini bukan hanya menjadi pilar tetapi juga menjadi kebutuhan untu orang yang membutuhkan
pekerjaan (Heri, 2019).

Kehidupan yang sejahtera menjadi impian bagi setiap orang untuk memenuhi kebutuhan
ekonominya yang semakin meningkat setiap harinya, baik berupa sandang, pangan maupun
papan. Upaya yang dapat dilakukan dalam mempermudah masyarakat dalam memenuhi
kebutuhannya yaitu dengan mendirikan usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM). UMKM
merupakan salah satu jenis usaha kecil yang sangat berperan dalam peningkatan dan
pertumbuhan perekonomian masyarakat.

Usaha mikro kecil dan menengah menurut Undang Undang Nomor 20 Tahun 2008
didefinisikan sebagai usaha ekonomi produktif yang dimiliki oleh perorangan atau badan usaha
yang bukan merupakan anak atau cabang perusahaan besar (DPR RI 2008). Usaha mikro, kecil
dan menengah (UMKM) merupakan kegiatan usaha yang mampu memperluas lapangan kerja
dan memberikan pelayanan ekonomi secara luas kepada masyarakat, dan dapat berperan dalam
proses pemerataan dan peningkatan pendapatan masyarakat, mendorong pertumbuhan ekonomi,
dan berperan dalam mewujudkan stabilitas nasional. UMKM memiliki peranan penting dalam
pembangunnan nasional, yaitu penyerapan tenaga kerja, pemerataan pendapatan, pembangunan
ekonommi pedesaan, peningkatan ekspor nonmigas, serta peningkatan Produk Domestik Bruto
(PDB).

Adanya perguruan tinggi memberikan dampak ekonomi di wilayah Jatinangor. Pendorong


yang utama dalam perekonomian yaitu civitas akademika. Banyaknya populasi mahasiswa di
Jatinangor menjadikan peluang bagi para pengusaha kuliner. Keberagaman kuliner yang ada di
jatinangor sangatlah beragam mulai dari makanan tradisional hingga makanan modern. Hal ini
dikarenakan banyaknya mahasiswa yang dating dari berbagai daerah yang mengakibatkan
adanya asimilasi selera konsumen. Dinamisnya perkembangan ekonomi, kependudukan dan
Pendidikan di Jatinangor turut mempengaruhi peningkatan permintaan terhadap kebutuhan
produk makanan di Jatinangor. Hal itu kemudian direspon oleh para pelaku usaha dengan
menjamurnya berbagai usaha makanan dan minuman di Jatinangor baik usaha mikro, kecil
maupun menengah (UMKM) dengan menyediakan berbagai kebutuhan sehari hari.

Tabel 1.1. Jumlah mahasiswa di perguruan tinggi Jatinangor 2022/2023

No. Nama Perguruan tinggi Jumlah mahasiswa


1. Universitas Padjadjaran (UNPAD) 19.423
2. Universitas Koperasi Indonesia 2.496
3. Institut Teknologi Bandung (ITB) 2.240
4. Institut Pemerintahan Dalam Negeri (IPDN) 6.806

Jatinangor merupakan salah satu kecamatan di Sumedang, Jawa Barat, yang menunjukkan
perkembangan yang sangat dinamis baik dari segi kependudukan, pertumbuhan ekonomi dan
pendidikan dibandingkan dengan kecamatan-kecamatan lain di Kabupaten Sumedang. Dari segi
jumlah penduduk, data kependudukan tahun 2022 menggambarkan bahwa Jatinangor merupakan
kecamatan dengan jumlah penduduk 98.000 jiwa dan kepadatan 3.740 penduduk/km2 (BPS
Kabupaten Sumedang, 2022). Dari aspek pendidikan, Jatinangor juga menjadi lokasi dari tiga
perguruan tinggi dan satu sekolah kedinasan yaitu Universitas Padjadjaran (Unpad), Institut
Manajemen Koperasi Indonesia (IKOPIN), Institut Teknologi Bandung (ITB) dan Institut
Pemerintahan Dalam Negeri (IPDN). Dinamisnya perkembangan ekonomi, kependudukan dan
pendidikan di Jatinangor turut mempengaruhi peningkatan permintaan terhadap kebutuhan produk
makanan di Jatinangor. Hal tersebut kemudian direspons oleh para pelaku usaha dengan
menjamurnya berbagai usaha makanan dan minuman di Jatinangor baik usaha mikro, kecil
maupun menengah (UMKM) dengan menyediakan berbagai kebutuhan pokok ataupun primer
sehari-hari.

Sebagai ekses dari pesatnya perkembangan Jatinangor sebagai sentra pendidikan, terjadi
perubahan signifikan dari infrastruktur Jatinangor guna mendukung fasilitas keberadaan
mahasiswa mahasiswa di Jatinangor. Usaha rumah kos, apartemen, usaha kuliner, komputer,
otomotif, toko buku, marak di kawasan ini. Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) berbasis
industri rumahan yang sudah dilakukan oleh penduduk Jatinangor secara turun temurun masih bisa
bertahan dalam pesatnya pertumbuhan usaha yang dilakukan oleh para pendatang. Kondisi
persaingan penduduk asli Jatinangor dengan para pendatang yang ikut serta berwirausaha di
kawasan ini menjadi hal yang biasa berlangsung di kalangan masyarakat Jatinangor.

Tabel 1.2. Jumlah UMKM yang terdaftar di kantor Kecamatan Jatinangor 2022

Nama desa Jenis Usaha Jumlah


Kaki lima Bukan kaki lima
Cilayung - 1 1
Cisempur 25 80 105
Cipacing 69 328 398
Cikeruh 74 475 549
Cintamulya 91 288 389
Jatimukti - 12 12
Jatiroke 28 198 226
Cileles 59 225 384
Mekargalih 100 343 443
Sayang 59 6 65
Cibeusi 61 292 353
Hegarmanah 62 606 668

Tabel di atas merupakan rekapitulasi data UMKM yang terdaftar di Jatinangor, yang
dimana dapat dilihat jumlah pedagang kaki lima sebanyak 728 dengan total UMKM Jatinangor
sebanyak 3.500.

Seorang pedagang harus mengetahui bagaimana agar usahanya itu berkembang dan sukses
sesuai dengan tujuan yang diinginkannya. Salah satunya dengan memahami strategi pengelolaan
yang cocok untuk usaha tersebut. Strategi sama maknanya dengan siasat atau taktik. Dalam arti
umum strategi adalah rencana yang disatukan, menyeluruh dan terpadu yang mengaitkan
keunggulan strategi perusahaan dengan tantangan lingkungan dan yang dirancang untuk
memastikan bahwa tujuan utama perusahaan dapat tercapai melalui pelaksanaan yang tepat oleh
perusahaan, yang termasuk didalamnya untuk individu, kelompok, lembaga swasta dan
pemerintah. Strategi ini dapat memberikan panduan sebagai kerangka acuan yang terintegrasi dan
komprehensif yang mengarahkan pilihan-pilihan yang menentukan arah dan aktivitas-aktivitas
organisasi menuju pencapaian tujuannya.

Suatu usaha bisa di katakan berkembang baik jika proses usahanya berjalan lancar dengan
memaksimalkan pekerja dalam suatu produktifitas yang di jalaninya. Selain itu usaha menengah
juga perlu adanya strategi agar dapat mencapai suatu sasaran sehingga dengan itu semua akan
terkontrol dengan baik. Salah satunya strategi promosi yang di lakukan Lembaga Swadaya
Masyarakat Paguyuban Warga Jatinangor dalam melestarikan UMKM Kaki Lima. UMKM
dianggap penting mengingat sebanyak 3.500 UMKM yang terdaftar di Kecamatan. Dengan
banyaknya mahasiswa di Jatinangor membuat perekonomian para pelaku UMKM menjadi
meningkat. Oleh karena itu Lembaga Swadaya Masyarakat diharapkan mampu melestarikan
UMKM kaki lima di Jatinangor melalui strategi promosi yang dilakukan. Oleh karena itu penulis
mengambil judul “STRATEGI LEMBAGA SWADAYA MASYARAKAT PAGUYUBAN
JATINANGOR DALAM MENGEMBANGKAN UMKM KAKI LIMA DI JATINANGOR”.

1.2. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah di uraikan, maka rumusan masalah dalam penelitian ini
adalah Bagaimana Strategi Lembaga Swadaya Masyarakat Paguyuban Jatinangor Dalam
Mengembangkan Umkm Jatinangor

1.3. Maksud dan Tujuan Penelitian


1.3.1. Maksud Penelitian

Penelitian ini bermaksud mengetahui bagaimana Strategi Lembaga Swadaya Masyarakat


Paguyuban Jatinangor Dalam Mengembangkan Umkm Jatinangor

1.3.2. Tujuan Penelitian

Sehubungan dengan rumusan masalah yang ada, dalam penelitian ini penulis mempunyai tujuan
yaitu Mendeskripsikan Strategi Lembaga Swadaya Masyarakat Paguyuban Jatinangor Dalam
Mengembangkan Umkm Jatinangor
1.4. Kegunaan Penelitian

Berdasarkan tujuan yang hendak dicapai dalam penelitian ini diharapkan dapat memberikan
manfaat sebagai berikut:

1.4.1. Aspek Teoritis


Hasil penelitian ini diharapkan mampu menjadi referensi bagi penelitian sejenis sehingga
mampu menghasilkan penelitian-penelitian yang lebih mendalam serta menambah ilmu
pengetahuan dalam bidang Pendidikan luar sekolah khususnya tentang Strategi Lembaga
Swadaya Masyarakat Paguyuban Jatinangor Dalam Mengembangkan Umkm Jatinangor
1.4.2. Aspek Praktis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan bagi Lembaga Swadaya
Masyarakat Paguyuban Jatinangor dalam mempromosikan UMKM di Jatinangor serta
bahan pertimbangan dan acuan dalam membuat program program yang terkait dengan
pengembangan UMKM.
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
2.1. Teori Strategi
2.1.1. Pengertian Strategi
Pengertian strategi ada beberapa macam sebagaimana dikemukakan oleh para ahli
dalam buku karya mereka masing-masing. Kata strategi berasal dari kata Strategos dalam
Bahasa Yunani merupakan gabungan dari Stratos atau tantara dan ego atau pemimpin.
Suatu strategi mempunyai dasar atau skema untuk mencapai sasaran yang dituju. Jadi pada
dasarnya strategi merupakan alat untuk mencapai tujuan.
Dalam konteks bisnis, Menurut David (2020) menyatakan bahwa strategi adalah
individu yang paling bertanggung jawab atas keberhasilan atau kegagalan sebuah
organisasi. Strategi membantu Organisasi mengumpulkan, menganalisis, dan mengatur
informasi. Serta menurut Kuncoro (2020) strategi sebagai suatu proses, yang meliputi
sejumlah tahapan yang saling berkaitan dan berurutan. Menurut Tjiptono (2011) Strategi
merupakan sekumpulan cara keseluruhan yang berkaitan dengan pelaksanaan gagasan,
sebuah rencana dalam kurun waktu yang telah ditentukan. Menurut Rangkuti (2013)
mengemukakan strategi adalah perencanaan induk komperehensif, yang menjelaskan
bagaimana perusahaan mencapai semua tujuan yang telah ditetapkan berdasarkan misi
yang telah ditetapkan sebelumnya.
Siagian (2000:43) menyatakan bahwa strategi merupakan cara-cara yang sifatnya
mendasar dan fundamental yang akan dipergunakan oleh suatu Lembaga (orang) untuk
mencapai tujuan dan berbagai sasarannya. Gabriel Amin Silalahi (2003) berpendapat
bahwa strategi adalah rencana yang merupakan satu kesatuan (unified), bersifat luas
(comprehensive) yang terpadu (intergrated) yang mengharapkan keunggulan-keunggulan
strategis organisasi terhadap tantangan-tantangan lingkungan. Sedangkan menurut Suryana
(2003) (dalam Rizando purba 2021) strategi adalah perencanaan (plan), pola (patern),
posisi (position), perspektif(perspectifz) dan permainan atau taktik (play), dengan
penjelasan sebagai berikut:
a. Strategi adalah perencanaan (plan)
Konsep strategi tidak terlepas dari aspek perencanaan, arahan atau acuan gerak
Langkah perusahaan untuk mencapai suatu tujuan dimasa depan. Strategi juga
menyangkut segala sesuatu yang telah dilakukan dimasa lampau, misalnya pola
pola perilaku bisnis yang telah dilakukan dimasa lampau.
b. Strategi adalah pola (patern)
Strategi adalah pola, yang disebut sebagai itended strategy, karena belum terlaksana
dan berorientasi kemasa depan, atau disebut juga sebagai realized strategy karena
telah dilakukan oleh perusahaan.
c. Strategi adalah posisi (position)
Posisi yaitu menempatkan suatu produk tertentu ke pasar yang dituju. Strategi
cenderung melihat ke satu titik bidik dimana produk tertentu bertemu dengan
pelanggan dan meninjau berbagai aspek lingkungan eksternal.
d. Strategi adalah perspektif (perspective)
Strategi adalah perspektif cenderung lebih melihat kedalam yaitu kedalam
organisasi dan keatas yaitu melihat grand visison dari perusahaan.
e. Strategi adalah permainan atau taktik (play)
Strategi adalah suatu manuver tertentu untuk memperdaya pesaing. Suatu merek
misalnya meluncurkan merek kedua agar posisinya tetap kukuh dan tidak tersentuh
karena merek pesaing akan sibuk berperang melawan merek kedua.

Dari beberapa definisi strategi di atas maka dapat disimpulkan bahwa strategi merupakan
suatu cara yang dilakukan oleh perusahaan dengan proses perencanaan yang disusun dengan
matang untuk mencapai tujuan perusahaan. Strategi juga merupakan bentuk rancangan atau desain
kegiatan, dalam penentuan dan penempatan sumber daya yang menunjang keberhasilan suatu
pencapaian tujuan yang telah ditentukan.

2.1.2. Peranan Strategi

Dalam lingkungan organisasi atau perusahaan, strategi memiliki peranan yang sangat
penting bagi pencapaian tujuan, karena strategi memberikan arah tindakan, dan cara bagaimana
tindakan tersebut harus dilakukan agar tujuan yang diinginkan tercapai. Menurut Grant (1999:21)
strategi memiliki 3 peranan penting dalam mencapai tujuan manajemen, yaitu

a. Strategi sebagai pendukung untuk pengambilan keputusan


Strategi sebagai suatu elemen untuk mencapai sukses. Strategi merupakan suatu bentuk
atau tema yang memberikan kesatuann hubungan antara keputusan-keputusan yang
diambil oleh individua tau organisasi.
b. Strategi sebagai sarana koordinasi dan komunikasi
Salah satu peranan penting strategi sebagai sarana koordinasi dan komunikasi adalah untuk
memberikan kesamaan arah bagi perusahaan.
c. Strategi sebagai target
Konsep strategi akan digabungkan dengan misi dan visi untuk menentukan di mana
perusahaan akan berada dalam masa yang akan dating. Penetapan tujuan tidak hanya
dilakukan untuk memberikan arah bagi penyusunan strategi, tetapi juga untuk membentuk
aspirasi bagi perusahaan. Dengan demikian strategi juga dapat berperan sebagai target
perusahaan.

2.1.3. Klasifikasi Strategi

Menurut Rewoldt jenis jenis strategi dapat dikelompokkan sebagai berikut:

a. Strategi integrasi yaitu integrasi kedepan, integrasi ke belakang, integrasi horizontal,


dan integrasi vertical. Integrasi integrasi ini memungkinkan organisasi dapat
mengendalikan para distributor, pemasok dan pesaing.
b. Strategi itensif yaitu penetrasi pasar dan pengembangan produk.
c. Strategi diversifikasi yaitu berkaitan dengan menambah produk atau jasa baru.
d. Strategi desensif yaitu berkaitan dengan melakukan restrukturisasi untuk menghemat
biaya dan meningkatkan Kembali penjualan.

2.2. Teori Pengembangan

2.2.1. Pengertian Pengembangan

Dalam Kamus besar bahasa Indonesia (KBBI) Pengembangkan merupakan proses, cara
dan perbuatan dalam mengembangkan. Sedangkan mengembangkan adalah perintah selalu
berusaha pada pembangunan secara sedikit demi sedikit serta teratur yang menjurus pada target
yang dikehendaki. Adapun pendapat dari Amin Widjaja Tunggal yang dikutip dari Wijayanti
tentang pengembangan. Pengembangan ialah suatu usaha organisasi buat memperbaiki aplikasi
pekerjaan yang mengacu pada kemampuan menaikkan daya tanggap terhadap daya tahan
lingkungan buat mencapai efisiensi serta efektifitas.

Perkembangan UMKM di Indonesia masih terhambat sejumlah persoalan antara lain


UMKM lemah dalam segi permodalan dan segi manajerial (kemampuan manajemen,
produksi,pemasaran dan sumber daya manusia); serta masalah yang muncul dari pihak
pengembang dan pembina UMKM, misalnya solusi yang diberikan tidak tepat sasaran, tidak
adanya monitoring dan program yang tumpang tindih antar institusi. Pengembangan UMKM pada
hakikatnya merupakan tanggungjawab bersama antara pemerintah dan masyarakat. Dengan
mencermati permasalahan yang dihadapi oleh UMKM, diperlukan upaya hal-hal seperti:
Penciptaan iklim usaha yang kondusif, Bantuan Permodalan, Perlindungan Usaha, Pengembangan
Kemitraan, Pelatihan, Mengembangkan Promosi, dan Mengembangkan Kerjasama yang setara.

Program Pengembangan UMKM melayani pengembangan keterampilan kewirausahaan


dan kemampuan untuk menjalankan usaha kecil dan menengah. Program ini melatih para peserta
untuk menerapkan keterampilan kewirausahaan mereka, mengidentifikasi dan memilih proyek
bisnis yang layak atau memperluas usaha yang ada, dan secara hati-hati mempersiapkan proposal
perencanaan bisnis untuk dipresentasikan ke lembaga-lembaga keuangan.

Pengembangan Usaha Kecil dan Menengah diharapkan dapat memberikan kontribusi yang
besar terhadap pertumbuhan perekonomian sehingga perlu lebih diperhatikan karena mengemban
misi untuk menciptakan pemerataan kesempatan kerja dan berusaha, melestarikan budaya, dan
mendukung ekspor nasional. Dengan demikian UMKM merupakan salah satu indikator utama
yang dianggap mampu berkontribusi positif terhadap pertumbuhan ekonomi.

2.3. UMKM

Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) memiliki potensi menjadi lokomotif
penggerak perekonomian dalam kancah nasional maupun daerah. Sektor inipun mampu memicu
gelombang penyerapan tenaga kerja, bahkan yang kurang terampil sekalipun, dalam jumlah besar.
Namun jika dibandingkan dengan perusahaan besar, pelaku UMKM memiliki ketahanan yang
relatif lebih baik terhadap krisis ekonomi yang dihadapi. Memiliki kemampuan memenuhi
kebutuhan masyarakat akan barang/jasa dengan harga yang lebih terjangkau, serta memberikan
sumbangan yang besar kepada PDRB (Produk Domestik Regional Bruto).
Usaha mikro kecil menengah atau biasa dikenal UMKM merupakan usaha yang banyak
dilakoni oleh masyarakat, dalam Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2008 Tentang Usaha Mikro
Kecil dan Menengah menyebutkan bahwa:

1. Usaha mikro merupakan usaha produktif milik orang perorangan dan /atau badan usaha
perorangan yang memenuhi kriteria usaha mikro Sebagian diatur dalam Undang-Undang
Nomor 20 Tahun 2008 tentang usaha mikro kecil dan menengah, usaha mikro memiliki
kriteria sebagai berikut :
a. Memiliki kekayaan bersih paling banyak Rp 50.000.000 (lima puluh juta rupiah) tidak
termasuk tanah dan bangunan tempat usaha.
b. Memiliki hasil penjualan tahunan paling banyak Rp 300.000 (tiga ratus rupiah).

Serta dalam Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2008 Tentang Usaha Mikro Kecil dan
Menengah, juga mengatur ciri-ciri usaha mikro sebagai berikut:

1. Jenis barang/komoditi usahanya tidak selalu tetap, sewaktu waktu dapat berganti
2. Tempat usahanya tidak selalu menetap, sewaktu waktu dapat pindah tempat.
3. Belum melakukan administrasi keuangan yang sederhana sekalipun tidak.
4. Sumber daya manusianya (pengusahanya) belum memiliki jiwa wirausaha yang
memadai.
5. Umumnya belum akses kepada perbankan namun Sebagian dari mereka sudah akses
ke Lembaga keuangan nonBank.
6. Umumnya tidak mrrmiliki izin usaha atau persyaratan legalitas lainnya termasuk
NPWP.
2. Usaha kecil adalah usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri, yang dilakukan oleh
orang perorangan atau badan usaha yang bukan merupakan anak perusahaan atau bukan
cabang perusahaan yang dimiliki, dikuasai atau menjadi bagian baik langsung maupun
tidak langsung dari usaha menengah atau usaha besar yang memenuhi kriteria usaha kecil
sebagaimana yang dimaksud dalam Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2008 Tentang
Usaha Mikro Kecil dan Menengah. Usaha kecil memiliki kriteria sebagai berikut:
a. Memiliki kekayaan bersih lebih dari Rp 50.000.000 (lima puluh juta rupiah) tidak
termasuk tanah dan bangunan tempat usaha
b. Memiliki hasil penjualan tahunan paling banyak Rp 300.000.000 (tiga ratus juta rupiah)
sampai dengan paling banyak Rp 10.500.000.000 (sepuluh milyar lima ratus juta
rupiah)

Serta dalam Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2008 Tentang Usaha Mikro Kecil dan
Menengah, juga mengatur ciri ciri usaha kecil sebagai berikut:

1. Jenis barang /komoditi yang diusahakan umumnya sudah tetap tidak gampang
berubah.
2. Lokasi/tempat usahanya umumnya sudah menetap tidak berpindah pindah.
3. Pada umumnya sudah melakukan administrasi keuangan walaupun masih
sederhana, keuangan perusahaan sudah mulai dipisahkan dengan keuangan
keluarga, sudah membuat neraca usaha.
4. Sudah memiliki izin usaha dan persyaratan legalitas lainnya termasuk NPWP.
5. Sumber daya manusia (pelaku usaha) memiliki pengalaman dalam berwirausaha.
6. Sebagian sudah akses ke perbankan dalam hal keperluan modal.
3. Usaha menengah adalah usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri yang dilakukan
oleh orang perorangan atau badan usaha yang bukan merupakan anak perusahaan atau
cabang perusahaan yang dimiliki, dikuasai atau menjadi bagian baik langsung maupun
tidak langsung dengan usaha kecil atau usaha besar dengan jumlah kekayaan bersih atau
hasil penjualan tahunan sebagaimana diatur dalam Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2008
Tentang Usaha Mikro Kecil Dan Menengah. Usaha menengah memiliki Kriteria sebagai
berikut :
a. Memiliki kekayaan bersih lebih dari Rp500.000.000 (lima ratus juta rupiah) sampai
dengan paling banyak Rp10.000.000.000 (sepuluh milyar rupiah) tidak termasuk tanah
dan bangunan tempat usaha.
b. Memiliki hasil penjualan tahunan lebih dari Rp2.500.000.000 (dua milyar lima ratus
juta rupiah) sampai paling banyak Rp50.000.000.000 (lima puluh milyar rupiah)

Serta dalam Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2008 Tentang Usaha Mikro Kecil Dan
Menengah, juga mengatur tentang ciri ciri usaha menengah yang adalah sebagai berikut:
1. Pada umumnya telah memiliki manajemen dan organisasi yang lebih baik, lebih teratur,
bahkan lebih modern dengan pembagian tugas yang jelas antara lain, bagian keuangan,
bagian pemasaran, dan bagian produksi.
2. Telah melakukan manajemen keuangan dengan menerapkan sistem akuntansi dengan
teratur, sehingga memudahkan untuk auditing dan penilaian atau pemeriksaan
termasuk oleh perbankan.
3. Telah melakukan aturan atau pengelolaan dan organisasi perburuhan telah ada
jamsostek, pemeliharaan Kesehatan dan lain lainyya.
4. Sudah memiliki persyaratan legalitas antara lain izin usaha, izin tempat, NPWP, usaha
pengelolaan lingkungan dan lain lain
5. Sudah memiliki akses kepada sumber sumber pendanaan perbankan.

2.4. Pedagang Kaki Lima

2.4.1. Pengertian Pedagang Kaki Lima

Pedagang Kaki Lima atau yang biasa disingkat dengan kata PKL adalah istilah untuk
menyebut penjaja dagangan yang menggunakan gerobak. Secara “etimologi”atau bahasa,
pedagang biasa diartikan sebagai jenis pekerjaan yang berkaitan dengan jual beli. Pedagang adalah
orang yang bekerja dengan cara membeli suatu barang yang kemudian barang tersebut dijual
kembali dengan harga yang lebih tinggi sehingga mendapat keuntungan dari barang tersebut. Kaki
lima diartikan sebagai lokasi berdagang yang tidak permanen atau tetap. Dengan demikian,
pedagang kaki lima dapat diartikan sebagai pedagang yang tidak memiliki lokasi usaha yang
permanen atau tetap.

Sedangkan menurut kamus umum Bahasa Indonesia oleh W.J.S Poerwadarminta, istilah
kaki lima adalah lantai yang diberi atap sebagai penghubung rumah dengan rumah, arti yang kedua
adalah lantai (tangga) dimuka pintu atau di tepi jalan. Arti yang kedua ini lebih cenderung
diperuntukkan bagi bagian depan bangunan rumah toko, dimana di jaman silam telah terjadi
kesepakatan antar perencana kota bahwa bagian depan dari toko lebarnya harus sekitar lima kaki
dan diwajibkan dijadikan suatu jalur dimana pejalan kaki dapat melintas. Namun ruang selebar
kira-kira lima kaki itu tidak lagi berfungsi sebagai jalur lintas bagi pejalan kaki, melainkan telah
pedagang kaki lima dimasyarakatkan.
Pedagang Kaki Lima, yang selanjutnya disingkat PKL, adalah pelaku usaha yang
melakukan usaha perdagangan dengan menggunakan sarana usaha bergerak maupun tidak
bergerak, menggunakan prasarana kota, fasilitas sosial, fasilitas umum, lahan dan bangunan milik
pemerintah dan/atau swasta yang bersifat sementara/tidak menetap. Pedagang kaki lima
merupakan salah satu jenis perdagangan dalam sektor informal, yakni operator usaha kecil yang
menjual makanan, barang dan atau jasa yang melibatkan ekonomi uang dan transaksi pasar, hal ini
sering disebut dengan sektor informal perkotaan

Ciri-ciri umum pedagang kaki lima lebih lanjut dijelaskan oleh Kartono dkk sebagai
berikut:

a. Kelompok pedagang yang kadang sekaligus menjadi produsen, yaitu pedagang makanan
dan minuman yang memasaknya sendiri
b. Pedagang kaki lima memberikan konotasi bahwa mereka umumnya mejual dagangannya
di atas tikar di pinggir jalan, di depan toko, maupun dengan menggunakan grobak dorongan
kecil dan kios kecil
c. Pedagang kaki lima umumnya menjual dagangannya secara eceran
d. Pedagang kaki lima umumnya bermodal kecil
e. Kualitas dagangan yang dijual relatif rendah, bahkan ada pedagang yang khusus menjual
barang cacat dengan harga sangat rendah
f. Omzet penjualan pedagang kaki lima tidak besar dan cenderung tidak menentu
g. Para pembeli umumnya berdaya beli rendah
h. Umunya pedagang kaki lima merupakan usaha “familt enterprise”, artinya anggota
keluarga juga turut membantu dalam usaha tersebut
i. Mempunyai sifat “one man enterprise”, yaitu usaha yang hanya dijalankan oleh satu orang
j. Memiliki ciri khas yaitu terdapat sistem tawar-menawar antara pembeli dan pedagang
k. Sebagian Pedagang Kaki Lima melakukan usahanya secara musiman, sering kali jenis
dagangannya berubah-ubah
l. Pedagang Kaki Lima umumnya menjual barang yang umum, jarang menjual barang yang
khusus
m. Anggapan bahwa para Pedagang Kaki Lima ini merupakan kelompok yang menduduki
status sosial terendah dalam masyarakat
n. Pedagang Kaki Lima tidak memiliki jam kerja yang tetap
o. Pedagang Kaki Lima memiliki jiwa “entrepeneurship” yang tinggi

2.5. Penelitian Terdahulu

1. Suci Astari, 2019, skripsi, Universitas Islam Negeri Sumatera Utara Medan. Dengan judul:
Strategi Dinas Koperasi dan UKM Kabupaten Langkat dalam Pengembangan Sektor Usaha
Kecil dan Menengah (UMKM). Hasil penelitian menunjukkan, secara analisis SWOT
terdapat kekurangan serta kelebihan dari strategi dinas Koperasi dan UKM Kabupaten
Langkat akan tetapi ada beberapa hal penting seperti adanya upaya dinas dalam
meningkatkan UMKM dengan beberapa strategi seperti Strategi perkuatan, yang berguna
dalam pengembangan sistem pendukung usaha bagi UMKM dengan melakukan promosi
produk. Strategi pemberdayaan, Program ini dilakukan dengan penyelenggaraan pelatihan
kewirausahaan, dan Strategi perlindungan, program ini berguna dalam menciptakan iklim
usaha yang kondusif dengan kegiatan fasilitasi pengembangan UMKM. Program ini
dilakukan dengan memberikan bantuan hibah.
2. Dhika Setia Budi, 2019, skripsi, Institut Agama Islam Negeri Tulungagung. Dengan judul:
Peran Dinas Koperasi dan Usaha Mikro Kecil dan Menengah dalam Meningkatkan
Kesejahteraan Pengusaha UKM di Tulungagung. Menurut hasil penelitian, peneliti
menemukan adanya peran dinas seperti mengadakan pelatihan dalam meningkatkan
kemampuan pelaku usaha. Mengadakan diklat dalam rangka peningkatan sumber daya
manusia dan mengadakan sebuah forum untuk memudahkan dinas dalam
mengkoordinasikan dan mengawasi berbagai jenis usaha kecil dan menengah di sektor
yang berbeda-beda yang sebelumnya peran ini sering tidak disadari masyarakat. Selain itu
peneliti juga menemukan penghambat dari masyarakat sehingga dinas perlu usaha lebih
dalam meningkatkan UMKM seperti salah satunya UMKM kurangnya informasi dalam
dunia kewirausahaan.
3. Kora Yonatan Paraibabo, 2019, Tesis. Dengan judul: Peran Dinas Koperasi Perindustrian
dan Perdagangan Kabupaten Tambrauw Provinsi Papua Barat dalam memberdayakan
Usaha Mikro Kecil Menengah. Hasil dari penelitian ini menceritakan bagaimana kondisi
dari dinas seperti Realisasi Renja Tahun 2017, Renja Dinas 2018 serta menjelaskan juga
berbagai usaha yang ada di kabupaten Tambrauw dari yang berhubungan dengan dinas
seperti usaha di bidang industri, usaha di bidang perdagangan dan lainnya
4. Nurul Fadzillah, 2020, Universitas Islam Negeri Ar-Raniry, Skripsi. Dengan judul: Strategi
Dinas Koperasi UKM Dan Perdagangan Kota Banda Aceh Dalam Meningkatkan
Perkembangan Industri Kreatif Bagi UMKM. Hasil dari penelitian ini adalah, untuk
strategi pemberdayaan bagi UMKM sudah di atur dalam Renstra tahun 2017-2021 yang
mana strategi dilakukan dengan cara pendekatan pembinaan dengan sosialisasi, pelatihan-
pelatihan, fasilitas kebutuhan para pelaku UMKM serta pendampingan. Pemberdayaan
dalam peningkatan industri kreatif bagi UMKM memiliki 2 faktor yaitu pendukung dengan
adanya UndangUndang yang mengatur UMKM pemberdayaan industri, pegawai dinas
yang memadai dan lainnya. Sedangkan untuk penghambatnya kurang adanya kreativitas
dari pelaku UMKM serta kurangnya dampingan dalam hal mempromosikan produk.

Anda mungkin juga menyukai