Anda di halaman 1dari 5

MUNGKINKAH UJUNG GADING MENJADI KOTA ?

Oleh : RUSDI LUBIS

Nagari Ujung Gading salah satu Nagari di Kabupaten Pasaman Barat yang pada saat ini
terus bertumbuh dan berkembang baik dari segi jumlah penduduknya maupun kegiatan
perekonomian masyarakatnya. Berdasarkan catatan dari Wali Nagari Ujung Gading, jumlah
penduduk Nagari tersebut lk. 43.000 jiwa dengan wilayah lk. 212 km2. Pusat pemukiman
penduduk berada lebih kurang 2 km2 saja, sedangkan lainnya digunakan untuk lahan
persawahan dan perkebunan rakyat, sebagian kecil untuk pemukiman. Sejak awal berdirinya
Nagari ini sudah didiami oleh 2 etnis yaitu Mandahiling dan Minangkabau, sungguhpun wilayah
ini merupakan termasuk wilayah Minangkabau. Pembauran antara kedua etnis ini berjalan
dengan baik, sehingga sulit lagi membedakan antara orang asli Minangkabau atau
Mandahiling, bahasa yang dipakai juga dua yaitu bahasa Mandahiling dan bahasa Minang yang
telah bercampur dengan dialek Mandahiling. Tata cara adat secara umum dipakai tata cara
Minang, namun dibenarkan juga memakai tata cara adat Mandahiling terutama dalam hal
perkawinan. Agama Islam dianut seratus persen penduduk Nagari Ujung Gading, bahkan yang
mempersatukan kedua etnis ini adalah keyakinan agama tersebut. Status kepemilikan, tidak
mengenal adanya tanah pusako tinggi/kaum, karena setiap harta pusaka bagi seseorang yang
meninggal dibagi menurut hukum Islam/faraidl, sehingga harta/tanah menjadi milik
perorangan atau keluarga kecil. Tanah milik Nagari hanya dalam jumlah kecil dan itupun sudah
dilola/dipakai untuk usaha tani. Oleh karena itu, untuk mendapatkan lahan untuk fasilitas
umum terdapat kemudahan tersebab hanya berhadapan dengan seseorang atau keluarga kecil
saja, namun negosiasi harga mengalami kesulitan, disamping arealnya terbatas dan sangat
menghendaki kesadaran dalam menentukan penggantian harga.

Sarana perdagangan terdapat satu Pasar tradisional yang kondisinya kurang


representatif , karena umurnya sudah lama, arealnya sudah sangat sempit, penataannya jauh
dari sempurna. Pasar dikunjungi setiap hari, walaupun hari pasar resmi hari Senin, semua
kebutuhan masyarakat tersedia setiap hari. Areal parkir kenderaan bermotor roda empat dan
roda dua tidak tersedia, karenanya setiap hari akan terlihat adanya kesemrawutan yang tidak
menyenangkan. Dalam pada itu, tumbuh pula pertokoan disepanjang jalan raya, baik berupa
ruko , swalayan serta mini market yang menambah beban penggunaan jalan raya.

Prasarana Jalan, berupa jalan raya (main road) membentang dari selatan ke utara yang
panjangnya lebih kurang 3 km berada di pusat kota, terdapat akses ke pemukiman penduduk
berupa jalan lingkungan yang cukup banyak jaringannya . Kondisi jalan raya cukup baik, tetapi
jalan lingkungan sudah banyak yang mengalami kerusakan dan drainasenya kurang baik serta
tak terpelihara kebersihannya. Listrik sudah tersedia, namun belum stabil, terkadang secara
mendadak terjadi pemadaman, kemungkinan beban yang terpakai melebihi kapasitas yang ada.
Fasilitas Air Bersih yang disediakan oleh Pemerintah dalam hal ini PDAM tidak mencukupi,
bahkan lebih banyak masyarakat memakai sumur sendiri, atau masih menggunakan sungai
untuk keperluan MCK. Sungai yang mengalir membelah kota itu adalah Batang Sikabau yang

1
oleh masyarakat Ujung Gading disebut juga “batang siorbo” karena bermuara ke Jorong
Sikabau yang termasuk Nagari Parit. Diatas sungai tersebut terbentang dua jembatan gantung
yang dibangun pada zaman penjajahan Belanda, dan satunya lagi jembatan besar yang
dibangun lebih kurang 15 tahun yang lalu. Jembatan gantung ini punya kaitan yang erat dengan
Nagari Ujung Gading, dimana ada pantun yang merupakan nyanyian anak nagari yaitu :

Ujung Gading jambatan gantuang, kawek tarantang kasubarang, putuih ati pangarang
jantuang, adiak nan surang diambiak urang.

Secara pemerintahan, Nagari terbagi atas 16 Jorong , Pemerintahan Nagari dipimpin


oleh Wali Nagari yang dipilih lansung oleh rakyat dan Badan Musyawarah Nagari yang
anggotanya sebanyak 11 orang yang terdiri dari ninik mamak,alim ulama dan pemuka
masyarakat.

Hal yang menjadi agak aneh, adalah Nagari Ujung Gading ini sama luasnya dengan
wilayah Kecamatan, sehingga terjadi kemungkinan tumpang tindih antara tingkat Kecamatan
dengan tingkat Nagari. Menurut peraturan yang berlaku, sebenarnya satu Kecamatan minimal
mengkoordinir 2 Desa ( Nagari ).

Mata pencaharian masyarakat masih didominasi oleh sektor pertanian pangan dan
perkebunan, yang kedua adalah dagang/perdagangan, baru jasa berupa transpotasi/
buruh/pegawai negeri dan swasta. Secara makro, terlihat pendapatan masyarakatnya tinggi,
apalagi ada usaha burung wallet yang sudah cukup banyak terdapat diusahakan masyarakat
Nagari, namun jika diperhatikan secara mikro, maka masih banyak terdapat penduduk yang
miskin bahkan dibawah garis kemiskinan. Sarana kesehatan hanya ada 1 Puskesmas dengan
beberapa tenaga dokter dan perawat/ bidan, belum ada tempat perawatan yang memadai.
Keinginan masyarakat untuk berobat secara medis cukup tinggi, bahkan sudah sedikit sekali
yang berobat secara tradisional, sehingga sudah menyulitkan terhadap pelayanan kesehatan
masyarakat.

Fasilitas pendidikan yang berada di Nagari Ujung Gading terdapat dari tingkat Taman
Kanak kanak sampai dengan Sekolah Menengah Atas dan juga sekolah Kejuruan serta sekolah
agama/pesantren. Terdapat 2 buah setingkat Perguruan Tinggi Agama Islam yang dimiliki oleh
Yayasan Swasta.

Beberapa permasalahan yang ditemui.

Melihat kondisi umum sebagaimana yang diutarakan diatas, Nagari Ujung Gading
mengalami kemajuan dan perkembangan dari waktu kewaktu, apalagi dalam kurun waktu 10
tahun terakhir ini. Suasana kehidupan telah mengarah pada kehidupan perkotaan, fasilitas
yang ada sudah mengarah pada fasilitas kota, bangunan yang tumbuh juga meniru bangunan
yang ada di kota kota. Dibalik kemajuan dan perkembangan tersebut, terdapat beberapa
permasalahan yang harus dicarikan cara atau langkah untuk mengatasinya, karena kalau tidak

2
dilakukan, maka kemajuan dan perkembangan itu dapat menimbulkan hal yang negatif
terhadap Nagari dan masyarakat Nagari. Permasalahan tersebut adalah :

1. Jumlah penduduk selalu bertambah dengan banyaknya pendatang yang menetap baik yang
berasal dari kampung sekitarnya, maupun dari daerah lain, dengan tujuan untuk menetap
dan berusaha di Nagari Ujung Gading ataupun pada perusahaan perkebunan yang ada
disekitarnya. Pertambahan jumlah penduduk , berakibat pada bertambahnya tempat tinggal
yang sebagian besar kondisinya kurang memenuhi persyaratan, begitu pula letaknya yang
sudah berdempetan dan tidak teratur. Hal ini disebabkan karena lahan yang terbatas dan
aturan untuk membangun belum ada . Kondisi ini tentunya akan dapat berakibat negatif
bagi kondisi kehidupan masyarakat, seperti timbulnya penyakit , bahaya kebakaran dan
gangguan ketertiban dan keamanan.

2. Kebersihan lingkungan tidak terpelihara, sungguhpun sebagian besar dari bagian wilayah
Nagari memiliki jalan lingkungan yang beraspal, tetapi roil-riolnya tak terpelihara, tak
dibersihkan dari sampah sampah rumah tangga, dan juga ada yang tidak memiliki riol,
sehingga jalan mudah mengalami kerusakan.

3. Sarana transportasi semakin banyak berupa kendaraan motor roda dua dan roda empat.
Yang sangat banyak kendaraan roda dua, rata rata setiap rumah punya kendaraan roda dua,
motor becak cukup banyak berkeliaran di jalan raya. Kendaraan roda empat, disamping bus,
truk, juga kendaraan pribadi dan kendaraan rental dan travel bertumbuh cepat. Bahkan
terdapat showroom penjualan kendaraan roda empat 2 buah. Pertumbuhan kendaraan di
jalan raya ini menimbulkan masalah, apalagi pada waktu pasar, tidak ada tempat parkir
khusus, lajur pemakaian jalan dan tempat pejalan kaki.

4. Sarana perdagangan berupa pasar yang merupakan Pasar Nagari sudah tidak representatif
lagi, disamping umur bangunannya sudah tua, daya tampungnya tidak lagi mencukupi
sehingga sudah menggunakan jalan atau lahan lainnya yang tidak tertata dengan baik.
Didalam Pasar telah berdempet dempet para pedagang, sebagian besar becek dan pengap.
Dari hari kehari pertumbuhan pemakaian pasar tersebut meningkat, namun tata letak
pemakaian pasar tidak beraturan. Lokasi pengembangan areal sudah sulit dilakukan karena
lahan disekililing pasar merupakan perumahan rakyat dan banyak sudah beralih menjadi
toko toko.

5. Fasilitas Air Bersih yang dilola oleh PDAM tidak berfungsi lagi, sehingga untuk keperluan
MCK penduduk banyak yang memakai sumur sendiri maupun sungai, dimana masih
diragukan tentang persyaratan dari segi kesehatan. Untuk air minum, terdapat usaha air
minum yang diusakan oleh swasta, yang tentunya tidak semua penduduk bisa membelinya.

6. Sarana olah raga dan rekreasi sangat terbatas sekali, bahkan tidak terurus dengan baik.
Terdapat 2 lapangan bola, satu masih penguasaan anggota masyarakat dan satu lagi
kepunyaan Nagari .

3
7. Tingkat kerawanan keamanan dan ketertiban cukup tinggi, baik berupa pencurian,
pemakaian narkoba, kenakalan kenakalan, perjudian, minuman keras, hal ini karena
semakin bertambahnya penduduk dengan meningkatnya mobilitas penduduk.

8. Aparatur Pemerintahan Nagari dari segi kuantitas dan kualitas belum memadai untuk
mengelola masalah masalah yang telah berkembang baik dari segi kualitasnya dan jumlah
yang harus mendapatkan penanganan oleh aparatur pemerintahan.

Suatu gagasan untuk kedepan.

Berdasarkan kondisi dan permasalahan yang ditemui sebagaimana diuraikan diatas,


sudah diperlukan suatu gagasan berupa konsepsi yang dapat menjadikan kondisi tersebut
menjadi suatu yang berguna bagi pengembangan kedepan serta dapat mengatasi
permasalahan yang ditemui. Salah satu gagasan yang dikemukakan salah seorang anak Nagari
Ujung Gading saudara Agus Susanto , anggota DPRD Provinsi Sumatera Barat pada Musrenbang
Nagari Ujung Gading tanggal 1 Februari 2012, bahwa Nagari Ujung Gading kedepan
direncanakan menjadi Kota. Yang bersangkutan tidak mengemukakan apakah Kota dalam
pengertian Kota Otonom ataupun pengelolaannya saja sebagai suatu Kota. Kalau sebagai Kota
Otonom , persyaratannya cukup berat, tidak hanya persyaratan fisik wilayah, jumlah penduduk,
tetapi juga persyaratan sumber pendapatan yang akan dapat membiayai Kota itu nantinya.
Khusus persyaratan terakhir ini sulit dapat dipenuhi. Untuk itu, barangkali sementara
terwujudnya Ujung Gading sebagai Kota Otonom kelak, sebaiknya sejak sekarang sudah
dipersiapkan usaha kearah itu dengan cara pengelolaan wilayah Nagari ini sebagaimana
pengelolaan sebuah Kota. Apalagi dengan terbukanya akses ke Kabupaten Mandailing Natal
yang saat ini kondisi jalannya sudah bagus, maka mobilitas penduduk dari Kabupaten
Mandailing Natal ke Padang frekwensinya semakin tinggi, begitu pula dari Talu, Kinali , Simpang
Empat yang akan menuju Medan akan banyak memakai jalur jalan ini. Ujung Gading salah satu
yang dilalui oleh jalur mobilitas tersebut, telah harus memanfaatkannya, ditambah lagi kalau
Pelabuhan Teluk Tapang di Air Bangis telah selesai dan dioperasionalkan, akan menambah
mobilitas transportasi barang dan orang yang melalui Nagari ini.

Adapun hal hal yang harus disiapkan dandilakukan mulai sekarang adalah :

1. Penyusunan Rencana Tata Ruang dari Nagari Ujung Gading yang akan dipersiapkan sebagai
suatu Kota, baik berupa Master Plan yang akan nantinya dijadikan arah pembangunan dan
Pengembangannya. Pembuatan Rencana Tata Ruang ini dapat dimintakan pada Konsultan
ahli dan selanjutnya dijadikan Peraturan Nagari.

2. Gerakan serentak dan terpadu Pemerintahan Nagari, ninik mamak, alim ulama, pemuda,
bundokanduang, perantau untuk mensosialisasikan persiapan Nagari ini dijadikan suatu
Kota. Sosialisasi ini termasuk melakukan pembenahan lingkungan perumahan dan fasilitas
fasilitas umum.

4
3. Perbaikan dan penataan Pasar Nagari yang ada sekarang menjadi Pasar tradisional yang
modern serta membangun Pasar tradisional dilokasi yang baru. Pasar tradisional yang
modern dapat memperindah wajah kota , sedangkan Pasar tradisional yang baru dapat
berupa pasar satelit atau menampung para pedagang kecil.

4. Mempersiapkan data data Nagari yang lebih akurat baik menyangkut penduduk, fasilitas
umum ,sarana perdagangan, sarana ibadah, sarana pendidikan, sarana kesehatan, pertanian
dan sebagainya.

5. Melakukan pengawasan yang lebih ketat terhadap pembangunan rumah penduduk serta
menata jalan lingkungan.

6. Mempersiapkan pembangunan jalan lingkar luar kota Ujung Gading, sehingga kepadatan
lalu lintas di pusat kota dapat dikurangi dan perkembangan pemukiman dapat tersebar.

7. Penyempurnaan Sarana Air Bersih dengan debit yang bisa menjangkau lebih banyak rumah
rumah penduduk dan fasilitas umum lainnya.

8. Untuk mengurus masalah perkotaan tidak mencukupi aparatur Nagari dan Jorong, perlu
dipersiapkan penambahan aparatur dengan kualitas yang memadai.

9. Dengan kompleksitas masalah yang dihadapi nanti dan jumlah penduduk yang cukup
banyak, maka perlu dipersiapkan untuk memekarkan wilayah administrasi pemerintahan
Nagari Ujung Gading menjadi sekurang-kurangnya 3 wilayah administrasi pemerintahan
setingkat Nagari, sehingga sekaligus Kecamatan Lembah Malintang terdiri dari 3 Nagari.
Pada akhirnya nanti, Kecamatan itulah yang menjadi Kota Otonom yang terbagi atas 3
Kecamatan. Mengenai kesatuan masyarakat hukum adat, tetap di pertahankan Nagari Ujung
Gading dibawah dan dipimpin oleh satu Kerapatan Adat yaitu Kerapatan Adat Nagari Ujung
Gading.

Pada akhir tulisan ini dapat dikemukakan bahwa kemungkinan Ujung Gading untuk
menjadi suatu Kota di utara Sumatera Barat tidaklah mustahil, melihat adanya kecenderungan
pertumbuhan dan perkembangan Nagari tersebut secara internal maupun pengaruh eksternal.
Namun, harapan ini akan dapat menjadi kenyataan apabila adanya kemauan warga, anak
Nagari, pemuka masyarakat Nagari dan Pemerintahan Nagari nya, diperkuat dengan bantuan
materil dan fasilitasi dari Pemerintah Daerah Kabupaten Pasaman Barat , political will dari
DPRD Pasaman Barat, serta bantuan, dorongan dan perhatian dari Pemerintah Provinsi
Sumatera Barat.

Semoga harapan ini menjadi kenyataan , bukan hanya menjadi sekedar impian belaka.

Padang, Februari 2012

Anda mungkin juga menyukai