Anda di halaman 1dari 9

KATA PENGANTAR

Assalamualaikum wr. wb.

Puji syukur ke hadirat Allah SWT yang telah memberikan karunia-Nya sehingga kami dapat menyusun kata
pengantar ini. Shalawat serta salam semoga senantiasa terlimpah kepada Nabi Muhammad SAW yang telah
memberikan teladan dan inspirasi bagi umat manusia dalam mencapai kebahagiaan di dunia dan akhirat.

Konseling dan Keluarga Berencana (KB) merupakan dua hal yang sangat penting bagi kehidupan manusia.
Konseling membantu seseorang untuk menyelesaikan masalah psikologis dan emosional, sedangkan KB
membantu seseorang untuk merencanakan jumlah anak dan jarak usia yang tepat agar keluarga dapat hidup
sehat dan bahagia.

Materi konseling dan KB menjadi penting karena keduanya berhubungan erat dengan kebahagiaan dan
kesejahteraan individu, keluarga, dan masyarakat. Konseling dan KB juga memiliki peran yang sangat penting
dalam pembangunan nasional, karena dapat membantu meningkatkan kualitas sumber daya manusia dan
mengurangi angka kemiskinan.

Dalam kata pengantar ini, kami ingin mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu
dalam penyusunan materi konseling dan KB ini. kami juga berharap bahwa materi ini dapat bermanfaat bagi
semua pembaca dan membantu meningkatkan kualitas kehidupan individu, keluarga, dan masyarakat.

Akhir kata, kami berharap semoga Allah SWT senantiasa memberikan rahmat dan hidayah-Nya kepada kita
semua dalam menjalankan kehidupan yang penuh makna dan berkah.

Wassalamualaikum wr. wb.


PENDAHULUAN

Kesehatan reproduksi adalah hak asasi manusia yang harus diakui dan dilindungi oleh negara
dan masyarakat. Kesehatan reproduksi mencakup aspek kesehatan fisik, psikologis, dan sosial
yang terkait dengan sistem reproduksi manusia. Pelayanan kesehatan reproduksi dan keluarga
berencana (KB) adalah upaya untuk memberikan akses dan informasi yang akurat, mudah
diakses, dan terjangkau bagi individu dan pasangan dalam mengambil keputusan yang tepat
terkait dengan kesehatan reproduksi dan keluarga mereka. Konseling adalah bagian penting dari
pelayanan kesehatan reproduksi dan KB, yang bertujuan untuk membantu individu dan pasangan
memahami informasi kesehatan reproduksi dan memilih metode kontrasepsi yang sesuai dengan
kebutuhan mereka.
1. Pengertian Konseling

Konseling adalah proses interaktif antara konselor dan individu atau pasangan, yang
bertujuan untuk membantu mereka memahami dan mengatasi masalah kesehatan reproduksi atau
KB yang mereka alami. Konseling kesehatan reproduksi dan KB harus dilakukan dengan cara
yang sensitif terhadap budaya, agama, dan kepercayaan individu atau pasangan yang dilayani.
Konseling harus diarahkan pada memberikan informasi yang akurat, memberikan pilihan
alternatif yang berbeda, dan membantu individu atau pasangan memilih opsi yang paling sesuai
dengan kebutuhan mereka.

2. Tujuan dari konseling kesehatan reproduksi dan KB adalah untuk:

1. Meningkatkan pengetahuan individu dan pasangan tentang kesehatan reproduksi dan


KB.
2. Meningkatkan kesadaran individu dan pasangan tentang opsi kontrasepsi yang
tersedia dan risiko dan manfaat dari masing-masing opsi tersebut.
3. Membantu individu dan pasangan membuat keputusan yang tepat terkait dengan
kesehatan reproduksi dan KB.
4. Membantu individu dan pasangan memahami efek samping dan risiko dari berbagai
metode kontrasepsi..
3. Jenis-Jenis Konseling
1. Pre-Konsepsi: Konseling ini bertujuan untuk memberikan informasi dan Konseling pendidikan
kepada calon pasangan yang ingin memiliki anak, dengan tujuan untuk meningkatkan kesadaran
tentang persiapan fisik, psikologis, dan sosial yang dibutuhkan sebelum kehamilan terjadi.
2. Konseling Antenatal: Konseling ini dilakukan selama masa kehamilan, dengan tujuan untuk
memberikan informasi dan dukungan kepada ibu hamil dan pasangan dalam menghadapi
perubahan fisik dan emosional yang terjadi selama kehamilan, serta memberikan informasi
tentang persiapan untuk melahirkan dan merawat bayi.
3. Konseling Pasca-Aborsi: Konseling ini diberikan setelah seseorang melakukan aborsi, dengan
tujuan untuk memberikan dukungan emosional dan informasi tentang cara mengatasi rasa sakit
dan trauma akibat pengalaman tersebut.
4. Konseling Pasca-Kontrasepsi: Konseling ini diberikan setelah seseorang menggunakan alat
kontrasepsi, dengan tujuan untuk memberikan dukungan dan informasi tentang cara mengatasi
efek samping dan menyelesaikan masalah yang terkait dengan penggunaan kontrasepsi.
5. Konseling Pra-Operasi pada tubektomi dan vasektomi: Konseling ini bertujuan untuk
memberikan informasi tentang prosedur tubektomi dan vasektomi, serta memberikan dukungan
dan informasi tentang cara mengatasi rasa sakit dan masalah yang terkait dengan prosedur
tersebut.
6. Konseling Keluarga Berencana: Konseling ini dilakukan untuk membantu pasangan menentukan
pilihan kontrasepsi yang sesuai dengan kebutuhan dan preferensi mereka, serta memberikan
informasi tentang penggunaan kontrasepsi yang benar dan aman.

a. keuntungan konseling

1. Membantu individu dan pasangan untuk membuat keputusan yang tepat: Konseling dapat
membantu individu dan pasangan untuk memahami pilihan mereka dalam hal KB dan kesehatan
reproduksi, dan membantu mereka dalam membuat keputusan yang tepat sesuai dengan
kebutuhan dan preferensi mereka.
2. Mengurangi risiko komplikasi: Konseling dapat membantu pasien memahami risiko dan manfaat
dari berbagai metode KB dan memilih yang paling sesuai untuk kebutuhan mereka. Hal ini dapat
membantu mengurangi risiko komplikasi yang terkait dengan metode KB yang salah atau tidak
sesuai.
3. Meningkatkan kesehatan reproduksi: Konseling dapat membantu pasien memahami pentingnya
perawatan kesehatan reproduksi yang teratur, seperti pemeriksaan pap smear, mamografi, atau
pemeriksaan kesehatan reproduksi lainnya. Hal ini dapat membantu dalam mencegah,
mendeteksi, dan mengobati penyakit yang terkait dengan kesehatan reproduksi.
4. Mengurangi stres dan kecemasan: Konseling dapat membantu mengurangi stres dan kecemasan
yang terkait dengan masalah kesehatan reproduksi dan KB, terutama bagi pasangan yang
menghadapi kesulitan dalam mencapai kehamilan atau ingin menghentikan kehamilan yang tidak
diinginkan.
5. Memperbaiki kualitas hidup: Konseling dapat membantu pasien dan pasangan meningkatkan
kualitas hidup mereka dengan memberikan dukungan emosional dan informasi yang mereka
butuhkan untuk membuat keputusan yang tepat dalam hal KB dan kesehatan reproduksi.
6. Meningkatkan efektivitas program KB: Konseling dapat membantu meningkatkan efektivitas
program KB dengan membantu pasien memahami dan mengikuti metode KB yang dipilih, serta
memperbaiki kepatuhan pasien terhadap program KB.
7. Menyediakan dukungan dan bimbingan: Konseling dapat memberikan dukungan dan bimbingan
kepada pasien dan pasangan dalam menghadapi masalah KB dan kesehatan reproduksi, termasuk
dalam hal kontrasepsi, perencanaan kehamilan, infertilitas, dan pengobatan lainnya.

Dengan demikian, konseling dalam pelayanan kesehatan reproduksi dan KB dapat memberikan
banyak manfaat bagi pasien dan pasangan dalam menjaga kesehatan reproduksi mereka.

B. Jenis Konseling Dan Konselor

Dalam pelayanan kesehatan dan KB (keluarga berencana), terdapat beberapa jenis konseling yang
biasanya dilakukan oleh konselor. Beberapa jenis konseling tersebut antara lain:

1. Konseling Pra-Konsepsi: Konseling ini bertujuan untuk membantu pasangan suami istri dalam
mempersiapkan diri sebelum memulai program kehamilan. Dalam konseling ini, konselor akan
memberikan informasi tentang kesehatan reproduksi, pola hidup sehat, dan cara menjaga
kesehatan ibu dan janin selama masa kehamilan.
2. Konseling Antenatal: Konseling ini dilakukan selama masa kehamilan untuk membantu calon ibu
memahami perubahan yang terjadi pada tubuhnya dan memberikan informasi tentang kesehatan
janin serta persiapan untuk persalinan.
3. Konseling Pasca-Kelahiran: Konseling ini dilakukan setelah kelahiran bayi untuk membantu ibu
dalam mengatasi perubahan emosional dan fisik yang terjadi setelah melahirkan.
4. Konseling KB: Konseling ini bertujuan untuk membantu pasangan suami istri dalam memilih
metode KB yang sesuai dengan kebutuhan dan kondisi kesehatannya. Konselor akan memberikan
informasi tentang berbagai jenis metode KB yang tersedia serta membantu pasangan dalam
memilih metode yang paling sesuai untuk mereka.

Konselor yang terlibat dalam pelayanan kesehatan dan KB biasanya merupakan tenaga kesehatan
seperti dokter, perawat, bidan, atau konselor keluarga berencana yang telah mengikuti pelatihan khusus dalam
bidang kesehatan reproduksi dan KB. Mereka memiliki pengetahuan dan keterampilan yang cukup untuk
memberikan informasi dan layanan konseling yang sesuai dengan kebutuhan pasien.

C. Hal-Hal Yang Harus Diperhatikan

1. Privasi dan kerahasiaan: Pastikan bahwa semua informasi yang terkait dengan pelayanan
reproduksi dan KB disimpan secara rahasia dan hanya diakses oleh tenaga medis yang
berwenang.
2. Kesetaraan dan keadilan gender: Pastikan bahwa semua individu yang mencari pelayanan
reproduksi dan KB, terlepas dari jenis kelamin dan orientasi seksual mereka, diperlakukan
dengan hormat dan adil. Jangan diskriminasi terhadap kelompok tertentu.
3. Pilihan dan informasi yang lengkap: Berikan informasi lengkap tentang semua jenis kontrasepsi
yang tersedia, keuntungan dan kerugian dari setiap metode, dan cara penggunaannya. Biarkan
individu memilih jenis kontrasepsi yang sesuai dengan kebutuhan dan preferensi mereka.
4. Kualitas pelayanan dan kompetensi tenaga medis: Pastikan bahwa tenaga medis yang
memberikan pelayanan reproduksi dan KB memiliki pengetahuan dan keterampilan yang
memadai, serta dapat memberikan pelayanan dengan sopan dan memperhatikan kenyamanan
pasien.
5. Akses dan ketersediaan: Pastikan bahwa pelayanan reproduksi dan KB tersedia dan mudah
diakses oleh masyarakat, termasuk di wilayah yang terpencil dan sulit dijangkau.
6. Monitoring dan evaluasi: Lakukan monitoring dan evaluasi secara teratur untuk memastikan
bahwa pelayanan reproduksi dan KB yang disediakan memenuhi standar kualitas yang
ditetapkan, dan dapat memberikan manfaat yang signifikan bagi masyarakat.
7. Konseling dan dukungan: Berikan konseling dan dukungan yang memadai kepada individu dan
pasangan yang mencari pelayanan reproduksi dan KB, termasuk dukungan emosional dan
informasi tentang kesehatan reproduksi dan seksual.

D. Konseling Pelayanan Kesehatan Reproduksi Dan Kb Menggunakan Abpk Dan Who Wheels Criteria

ABPK

ABPK merupakan singkatan dari Asuhan Berbasis Pengertian Kepribadian. Konsep ini dapat
diaplikasikan dalam pelayanan kesehatan reproduksi dan KB (Kelurga Berencana) dengan cara memberikan
asuhan yang lebih holistik dan personal kepada pasien.

Dalam pelayanan kesehatan reproduksi dan KB, ABPK dapat membantu tenaga kesehatan untuk memahami
kondisi dan kebutuhan pasien secara lebih utuh. Dengan memahami kepribadian pasien, tenaga kesehatan
dapat memberikan pelayanan yang lebih terpersonalisasi dan lebih efektif.
ABPK juga dapat membantu pasien merasa lebih nyaman dan terbuka untuk berbicara tentang masalah
kesehatan reproduksi dan KB mereka. Dengan demikian, pasien dapat menerima pelayanan yang lebih baik
dan lebih terfokus pada kebutuhan mereka.

Beberapa aspek yang dapat diperhatikan dalam ABPK dalam pelayanan kesehatan reproduksi dan KB
meliputi:

1. Pengenalan diri dan pembangunan hubungan dengan pasien


2. Memahami latar belakang, kepercayaan, nilai, dan budaya pasien
3. Memahami kondisi medis dan riwayat kesehatan pasien secara lebih utuh
4. Mempertimbangkan faktor-faktor psikologis dan sosial yang dapat memengaruhi kesehatan
reproduksi dan KB pasien
5. Memberikan informasi dan edukasi yang tepat dan mudah dipahami oleh pasien
6. Melibatkan pasien dalam pengambilan keputusan terkait pilihan metode KB yang tersedia.

Dalam praktiknya, ABPK dalam pelayanan kesehatan reproduksi dan KB dapat membantu meningkatkan
kualitas pelayanan dan kepuasan pasien. Hal ini dapat membawa manfaat jangka panjang bagi kesehatan
reproduksi dan kesejahteraan keluarga.

Tujuan ABPK

a. Mendorong klien untuk terlibat secara aktif dan optimal


dalam pengambilan keputusan KB, sehingga keputusan
mengenai alat kontrasepsi yang digunakan pun sesuai
dengan kebutuhan dan kondisinya.

b. Membantu penyedia layanan untuk meningkatkan


kualitasnya dalam pemberian informasi teknis mengenai
penggunaan alat kontrasepsi dan topik kesehatan
reproduksi lainnya sesuai kebutuhan klien.

c. Mengoptimalkan keterampilan konseling dan komunikasi


pada penyedia layanan agar dapat mengembangkan
interaksi yang lebih positif dengan klien.

ABPK dikembangkan penggunaanya sebagai berikut :

a. Alat bantu pengambilan keputusan. ABPK


mengarahkan penyedia layanan dan klien melalui proses
pengambilan keputusan langkah demi langkah untuk
memastikan bahwa klien membuat keputusan yang
paling sesuai dengan kebutuhan dan situasi mereka.

b. Alat pemecahan masalah. Terdapat klien KB yang


datang kembali setelah menggunakan metoda KB.
Beberapa dari klien ini mungkin mengalami masalah
dengan metode mereka dan membutuhkan konseling
atau dukungan lain untuk mengganti metode, yang
dapat dijelaskan menggunakan lembar balik ABPK

Kesimpulan

Konseling dalam pelayanan kesehatan reproduksi dan keluarga berencana adalah bagian penting
dari perawatan kesehatan reproduksi. Konseling dapat membantu individu dan pasangan
membuat keputusan yang tepat tentang metode kontrasepsi yang sesuai dengan kebutuhan dan
preferensi mereka. Meskipun ada beberapa tantangan yang dapat mempengaruhi efektivitas
konseling ini, penyedia layanan kesehatan harus memastikan bahwa pasien menerima informasi
yang akurat dan tepat waktu tentang kesehatan reproduksi dan KB. Dengan begitu, pasien dapat
membuat keputusan yang tepat dan mendapatkan akses ke layanan kesehatan reproduksi yang
sesuai dengan kebutuhan mereka.

Saran Beberapa saran untuk meningkatkan efektivitas konseling dalam pelayanan kesehatan
reproduksi dan KB antara lain:

1. Pelatihan khusus bagi penyedia layanan kesehatan tentang konseling kesehatan


reproduksi dan KB.
2. Peningkatan akses terhadap informasi yang akurat dan terbaru tentang kesehatan
reproduksi dan KB.
3. Meningkatkan kesadaran masyarakat tentang pentingnya kesehatan reproduksi dan
KB.
4. Mendorong inklusivitas gender dalam konseling dan keputusan tentang kesehatan
reproduksi dan KB.
5. Memperkuat kerjasama antara penyedia layanan kesehatan dan masyarakat, termasuk
organisasi masyarakat sipil dan kelompok advokasi.

Dalam rangka mencapai tujuan pembangunan berkelanjutan, kesehatan reproduksi dan keluarga
berencana harus menjadi prioritas utama. Melalui konseling yang tepat dan efektif, individu dan
pasangan dapat membuat keputusan yang tepat dan mendapatkan akses ke layanan kesehatan
reproduksi yang sesuai dengan kebutuhan mereka.
Referensi

1. World Health Organization. (2012). Ensuring human rights in the provision of


contraceptive information and services: Guidance and recommendations.
2. United Nations Population Fund. (2018). Counseling for Family Planning and
Maternal Health: A Trainer's Manual.
3. The American College of Obstetricians and Gynecologists. (2018). ACOG
Committee Opinion No. 735: Adolescents and Long-Acting Reversible
Contraception: Implants and Intrauterine Devices.
4. National Health Service. (2019). Contraception - Your Options.
5. United Nations Population Fund. (2019). Family Planning.
6. World Health Organization. (2020). Reproductive Health.
7. United Nations Population Fund. (2020). Comprehensive Sexuality Education.
8. United Nations. (2015). Sustainable Development Goals.
9. Guttmacher Institute. (2021). Unintended Pregnancy in the United States.
10. Centers for Disease Control and Prevention. (2021). Contraception.

Ini adalah beberapa referensi yang dapat digunakan sebagai sumber informasi tentang konseling
dalam pelayanan kesehatan reproduksi dan keluarga berencana. Terdapat banyak sumber daya
dan pedoman yang tersedia untuk membantu penyedia layanan kesehatan dalam memberikan
konseling yang efektif dan responsif terhadap kebutuhan pasien. Dalam melakukan konseling
kesehatan reproduksi dan KB, penting untuk selalu memperhatikan kebutuhan dan preferensi
individu dan pasangan untuk memastikan mereka mendapatkan layanan kesehatan yang tepat
dan sesuai dengan kebutuhan mereka.

Anda mungkin juga menyukai