Anda di halaman 1dari 4
UNIVERSITAS AIRLANGGA a ) FAKULTAS KEDOKTERAN A PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIDAN BEES” 7 naion ot De Mostpo 47 Suabay 60131 Tap 031802021, 80280 pow 161 Fax 09150224722 Pendamping Persalinan Mari berbicara tentang persalinan, sebuah perjalanan yang luar biasa dan ‘mengagumkan. Menyaksikan bagaimana seorang ibu berjuang bersama calon bayinya secara fisik, emosional dan psikologis. Sebagai mahasiswa profesi bidan saya menjalani beberapa stase dan ini adalah stase kedua saya. Pada hari ke empat saya ditugaskan Kelahiran buah hati adalah hal yang ditunggu ibu hamil, hal serupa juga dialami oleh klien i ruang VK. saya, Ny. P yang menunggu kelahiran buah hatinya. Sebelum jam jaga malam saya dimulai, pasien telah datang sejak jam 15.45 WIB dan telah dilakukan beberapa pemeriksaan olch bidan dan rekan saya sesama mahasiswa. Kemudian saya melanjutkan observasi sejak pukul 20.45 WIB. Setelah dilakukan observasi lanjutan seperti pemeriksaann his, Denyut Jantung Janin (DJJ) dan tekanan darah, ibu kembali berjalan-jalan santai di sekitar ruang VK. Ibu sangat kooperatif dan dapat memanajemen nyeri dengan baik setelah diberi tahu cara relaksasi yang benar ketika ada his. Setelah dilakukan pemeriksaan dalam, didapatkan ibu pembukaan 4 cm ddan nyeri yang dirasakan semakin sering dibandingkan saat pertama kali datang ke VK. Saat proses persalinan ibu meminta suami untuk mendampingi namun suami tidak bersedia mendampingi sehingga ibu hanya ditemani oleh bidan dan mahasiswa di dalam VK. Selama proses menolong persalinan saya dapat merasakan perasaan sedikit kecewa terlihat dati ckspresi wajah ibu. Sempat terbesit keheranan di dalam hati saya mengapa suami Klien tidak mau menemani istrinya, terkait saya tidak memanggil suaminya secara langsung sehingga tidak dapat bertanya alasan apa yang melandasi hal tersebut. ‘Anamnesa yang mendalam perlu dilakukan untuk mencari penyebab utama mengapa suami tidak berkenan menemani istri dalam proses persalinan. Pemberian semangat dari tenaga Kesehatan dapat _memberikan efek yang positif bagi keschatan mental seperti ‘meningkatkan kepercayaan diri dalam menjalani proses persalinan (Molina, 2019). Namun dirasa hal ini kurang optimal dikarenakan ibu sangat membutuhkan dukungan dari suami. Meskipun ibu tidak ditemani suami, namun ibu sangat baik dalam melakukan manajemen nyeri baik saat kala I hingga kala II berlangsung. Secara umum, asuhan yang saya berikan sudah efektif terkait dengan pengurangan rasa nyeri dan support yang saya berikan kepada ibu sehingga meskipun ia bersalin tanpa didampingi suami, ia dapat menjalani persalinan dengan normal dan bayinya lahir dengan sehat. Kehadiran buah hati merupakan hal yang sangat ditunggu-tunggu dan menjadi pengalaman paling berharga baik bagi ibu hamil dan suaminya, Begitu pula dengan kehadiran pendamping saat menjalani proses persalinan. WHO telah merekomendasikan pendamping persalinan baik suami maupun keluarga secara evidence based bermanfaat dan memiliki efek yang positif bagi ibu dalam menjalani proses persalinannya (Melo and Brito, 2013). Pada dasamya, keluarga Khususnya suami memiliki peran penting dalam memberikan dukungan kepada istrinya yang berefek pada kesehatan mental dan meningkatkan kekuatan ibu dalam ‘menghadapi persalinan, Hal ini juga dapat meningkatkan kepereayaan diri dan kesejahteraan ibu hamil, meringankan rasa sakit dan ketegangan yang sedang dihadapi dan mengurangi kemungkinan komplikasi yang terjadi (Labrague et al, 2013; El and Parto, 1981). Suami merupakan penyemangat paling diharapkan dan paling ideal bagi istri (Melo and Brito, 2013). Istri akan merasa ia tidak berjuang sendirian, dan hal ini diyakini dapat mempercepat proses persalinan dan mempererat hubungan antara suami dan istri (Labrague er al., 2013). Pendamping persalinan merupakan salah satu Komponen yang penting demi mendukung proses persalinan, Ibu tidak ditemani suami, namun manajemen nyeri yang diterapkan ibu sangat baik. Nyeri merupakan suatu hal yang tidak menyenangkan Karena respon saraf’ yang dapat menyebabkan sensasi berbeda pada tiap individu yang timbul karena berbagai_faktor fisiologis dan psikologis seperti hormone, endorphin, dan reseptor oksitosin. (Lennon, 2018). Rasa nyeri saat bersalin adalah hal yang subjektif dan setiap orang memiliki kondisi psikologis dan mental yang berbeda. (Bonura and Cyt, 2018). Manajemen nyeri pada Klien ‘menurut saya sudah sangat baik. Ini dapat disebabkan karena beberapa hal sepeti koping yang baik dari klien, persepsi atau sugesti, kemampuan teknik bernapas yang baik, dan klien sudah siap menghadapi persalinan sehingga tidak merasa stres. Dukungan yang diberikan tenaga Kesehatan juga dapat membantu meringankan stres yang dihadapi menjelang persalinan. Stress saat menghadapi persalinan dapat memblok kemampuan bernapas dengan baik, Klien tidak relaks dan menurunkan cara berpikir jemih dan berakibat pada tidak efektifnya emajuan persalinan (Gottesman, 2014). Penelitian yang dilakukan Labrague ef al (2013) menyatakan bahwa peran suami bukan hanya sebagai observer saat persalinan tetapi sebagai penyemangat paling ideal sehingga ibu bersalin dapat menjalani persalinannya dengan perasaan lebih tenang. Hubungan saling menyemangati antara pasangan dapat memberikan ibu kedamaian, perasaan senang menjalani persalinan baik dari fase laten, fase aktif dan kala II (Molina, 2019). Terdapat beberapa alasan yang mendasari seorang suami tidak berkenan menemani istrinya saat proses persalinan seperti merasa cemas, takut darah, tidak menyukai lingkungan rumah sakit/puskesmas, atau merasa bahwa kehadirannya tidak membantu apa-apa (Melo and Brito, 2013). Pengalaman sebelumnya yang tidak menyenangkan seat berada satu ruangan dengan tenaga kesehatan juga dapat menjadi salah satu faktor yang menyebabkan suam ‘mau menemani istrinya saat bersalin (Labrague er ai., 2013). Beberapa penelitian menyatakan bahwa bagi sebagian ayah, moment melahirkan tidak menyenangkan dan melelahkan, namun ada perasaan bersemangat menyambut kelahiran buah hati dan terkadang juga ada perasaan takut dan cemas sehingga mereka memilih untuk menunggu di luar ruangan. % dari ayah merasakan kekhawatiran, merasa bersalah tidak dapat menemani istrinya dan takut apabila istrinya akan meninggal selama menjalani persalinan (Labrague e? al., 2013). Hal ini merupakan suatu tantangan bagi tenaga keschatan dalam memberikan pelayanan dan keyakinan kepada ibu serta suami, bagaimana pendampingan persalinan sangat memberikan efek positif bagi kelangsungan proses persalinan, Suami ibu harus diberikan pengertian lebih bahwa support yang diberikan sangat membantu kesehatan mental ibu sehingga berdampak pada keseimbangan hormone yang melancarkan proses persalinan (Labrague ef al,, 2013). Proses anamnesa yang baik dan benar akan sangat membantu petugas kesehatan dalam mencari akar masalah dalam kasus ini. Komunikasi yang baik juga akan membentuk hubungan yang baik antara petugas keschatan dan suami Klien schingga dapat menimbulkan keyakinan dan kepercayaan diri pada suami klien untuk menemani istrinya bersalin, Pemberian edukasi mengenai pentingnya pendamping persalinan dan efek positifnya dalam menimbulkan kontak batin antara pasangan suami istri schingga akan timbul perasaan menyayangi dan suami dapat merasakan ‘sakit” yang dialami istrinya. Dengan ini diharapkan dapat menimbulkan keinginan dalam diri untuk mendampingi istrinya saat proses persalinan, Berdasarkan pengalaman ini, apabila saya mendapat pasien dengan kejadian serupa, saya akan belajar untuk dapat menggali lebih dalam alasan suami tidak berkenan mendampingi ibu saat persalinan, dan memotivasi suami klien bahwa support dan kehadirannya sangat dibutuhkan dan membantu ibu dalam menjalani proses persalinan sehingga akar permasalahan dapat dikoreksi secara tepat dan tuntas. Daftar Pustaka Bonura, B. and Cyt, E. (2018) ‘Just Breathe: Mindfulness as Pain Management in Pregnancy’, 33(1), pp. 6-10. EI, E. N. and Parto, P. D. E. (1981) ‘Original Article Feelings Experienced By Parturients In Reason The Inclusion Of The Partner In The Parturition Process’, 10, pp. 4735-4741 doi: 10.5205/reuol.8200-71830-3-SM. 1006sup201604. Gottesman, C. (2014) 'Stress Relief at Your Finger Tips for Labor, Delivery and Afterward’ International Journal of Childbirth Education, 29(4), pp: 28-31 Labrague, L. J. (2013) ‘Exploring First-Time Fathers * Feelings and Experiences during Labor - Delivery of their Partner / Wife’, 6(2), pp. 217-227. Lennon, R. (2018) ‘Pain Management in Labour and Childbirth: Going Back to Basics" British Journal of Midwifery. 26(10), pp: 637-641 Melo, R. M. De and Brito, R. S. De (2013) ‘The fathers * perception about their presence in the labor room during the birth of their child : a descriptive study’, pp. 596-599. Molina, F. (2019). "First Stage of Labor’. Midwiferytoday. issue 129

Anda mungkin juga menyukai