Apa yang para ahli tahu menurut sebuah artikel di jurnal Philosophical
Transactions of the Royal Society, bahwa sekitar 400.000 tahun yang
lalu, api mulai keluar lebih sering di catatan arkeologi di seluruh Eropa,
Timur Tengah, Afrika dan Asia. Para peneliti menganggap bahwa api-api
ini ada secara meluas, meski bukti akan hal ini masih relatif langka.
Peneliti mengatakan setidaknya ada dua situs terisolasi yang
menunjukkan manusia awal menggunakan api sebelum 400.000 tahun
yang lalu. Sebagai contoh, menurut sebuah studi di journal Science
pada 2012 yang lalu, sebuah situs di Israel, yang berusia 800.000 tahun
yang lalu, para arkeologi menemukan perapian, batuan api dan
serpihan kayu yang terbakar.
Sementara itu, otak mereka juga berkembang, yang dimana hal ini
membutuhkan banyak energi. Hal ini membawa pada pendapat bahwa
mereka telah mengenal api yang digunakan untuk memasak makanan
jauh sebelum sisa api yang ditemukan disitus Wonderwerk.
Untuk mendukung argumen tersebut itu, peneliti kini sedang mencari
tanda-tanda api kuno yang terkendali pada sebuah situs di Koobi Fora,
sebuah wilayah di Kenya utara yang kaya akan peninggalan
paleoantropologi sekitar 1,6 juta tahun yang lalu. Sejauh ini, peneliti
telah menemukan tulang yang terbakar berkerumun dengan artefak
lain di sana. Sedimen yang terbakar dikelompokkan secara terpisah,
menunjukkan bahwa ada satu area untuk mempertahankan api dan
area lain di mana manusia purba menghabiskan sebagian besar
waktunya.
Meski terdapat ahli yang percaya bahwa sisa api ini dibuat oleh
manusia, terdapat juga yang meragukan dan mengatakan bahwa sisa
api yang ditemukan mungkin saja berasal dari kebakaran alami.