Anda di halaman 1dari 18

Tugas Terstruktur Dosen Pembimbing

Bahasa Indonesia Friska Anggraini Barus, S.sos., M.Pd.

PENCURIAN DAN PERAMPOKAN

Disusun Oleh:

Abdullah Faqih Batubara

0601223049

PROGRAM STUDI ILMU PERPUSTAKAAN


FAKULTAS ILMU SOSIAL
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUMATERA UTARA
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Wr. Wb.

Alhamdulillahirabbil ‘alamin, segala puji syukur atas kehadiran Allah SWT


yang telah melimpahkan berkah, rahmat dan hidayah serta petunjuk-Nya sehingga
penulis dapat menyelesaikan makalah ini. Shalawat dan Salam senantiasa tercurah
kepada Baginda Rasululah Muhammad SAW dengan mengucapkan Allahumma
Shalli’ala Muhammad Wa’alaaihi Syaidina Muhammad yang telah membawa
manusia dari alam jahiliyah kepada alam yang terang menerang yang penuh ilmu
pengetahuan seperti saat sekarang ini.

Penulisan makalah ini diselesaikan guna menyelesaikan salah satu tugas yang diberikan
kepada saya dalam mata kuliah Bahasa Indonesia. Adapun judul makalah ini adalah “Pencurian
dan Perampokan”.

Penulis menyadari bahwa makalah ini jauh dari kata sempurna, oleh karena itu
kritik dan saran dari berbagai pihak sangat penulis harapkan demi perbaikan-
perbaikan kedepan. Penulis berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat membantu menambah
pengetahuan dan pengalaman bagi para pembacanya. Wassalamu’alaikum Warahmatullahi
Wabarakatuh.

Penulis

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .................................................................................................................................. ii


DAFTAR ISI................................................................................................................................................ iii
BAB I ............................................................................................................................................................ 1
A. Latar Belakang .................................................................................................................................. 1
B. Rumusan Masalah ............................................................................................................................. 2
C. Tujuan ............................................................................................................................................... 2
BAB II........................................................................................................................................................... 3
A. Pengertian Pencurian dan Perampokan ............................................................................................. 3
B. Faktor-Faktor Terjadinya Pencurian dan Perampokan ..................................................................... 5
C. Dampak Dari Pencurian dan Perampokan ........................................................................................ 7
D. Unsur-Unsur Tindak Pidana Pencurian............................................................................................. 9
E. Sanksi Dari Perbuatan Pencurian dan Perampokan ........................................................................ 11
BAB III ....................................................................................................................................................... 14
A. Kesimpulan ..................................................................................................................................... 14
B. Saran ............................................................................................................................................... 14
Daftar Pustaka ............................................................................................................................................. 15

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Indonesia sebagai suatu negara berkembang yang sedang melakukan pembangunan di segala
bidang, dengan tujuan pokok untuk memberikan kemakmuran dan kesejahteraan lahir dan batin
bagi seluruh rakyat Indonesia. Hal ini dapat tercapai sesuai harapan apabila masyarakat
mempunyai kesadaran bernegara dan berusaha untuk mewujudkan masyarakat yang adil, makmur
dan sejahtera. Masyarakat dapat dikatakan sejahtera apabila tingkat perekonomian menengah ke
atas dan kondisi keamanan yang harmonis, hal tersebut dapat tercapai dengan cara setiap
masyarakat berperilaku serasi dan harmonis di dalam berkehidupan bermasyarakat dengan
kepentingan yang berlaku dalam kehidupan masyarakat yang diwujudkan dengan bertingkah laku
sesuai dengan norma-norma yang ada

Pencurian merupakan suatu tindakan kejahatan yang seringkali terjadi di masyarakat dengan
target berupa bangunan, seperti rumah, kantor, atau tempat umum lainnya. Maraknya pencurian
yang terjadi menimbulkan keresahan bagi warga masyarakat. Keresahan yang muncul di
masyarakat bukan tanpa alasan, hal ini disebabkan oleh intensitas tindakan kejahatan pencurian
yang begitu tinggi. Kejahatan yang berkembang di masyarakat itu dapat terjadi di mana saja, kapan
saja, dan dalam bentuk atau jenis kejahatan yang beragam, dan dilatarbelakangi oleh faktor-faktor
yang memiliki keterkaitan dengan tempat, waktu dan jenis kejahatan tersebut.

Pencurian dengan kekerasan dikenal pula dengan istilah merampok. Kata merampok berarti
mencuri di jalan. Adapun perampokan berkenaan dengan proses, cara atau perbuatan merampok,
dan pencurian di jalan. Perampokan dilakukan oleh seorang atau beberapa orang terhadap seorang
atau beberapa orang yang sedang melintas di jalan dengan mencuri harta benda miliknya disertai
atau tanpa disertai dengan tindak kekarasan, bahkan tak jarang memakan korban jiwa. Kata begal
banyak ditemukan dalam literatur Bahasa Jawa. Begal merupakan perampokan yang dilakukan di
tempat yang sepi. Menunggu orang yang membawa harta benda ditempat sepi tersebut. Kata begal
dalam bahasa Banyumas memiliki arti rampok atau perampok. Dan begalan berarti pencurian atau
perampokan di tengah jalan.

1
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang penulis uraikan diatas, maka penulis dapat menyimpulkan
beberapa rumusan masalah, yaitu:

1.1 Pengertian pencurian dan perampokan


1.2 Faktor-faktor yang melatarbelakangi terjadinya pencurian dan perampokan
1.3 Dampak dari pencurian dan perampokan
1.4 Unsur-unsur tindak pidana pencurian
1.5 Sanksi dari tindak perbuatan pencurian dan perampokan

C. Tujuan
Berdasarkan rumusan masalah yang penulis uraikan diatas, maka penulis dapat menyimpulkan
beberapa tujuan, yaitu:

1.1 Untuk mengetahui pengertian perampokan dan pencurian


1.2 Untuk mengetahui faktor-faktor yang melatarbelakangi terjadinya perampokan dan
pencurian
1.3 Untuk mengetahui dampak dari pencurian dan perampokan
1.4 Untuk mengetahui unsur-unsur tindak pidana pencurian
1.5 Untuk mengetahui sanksi dari tindak perbuatan pencurian dan perampokan.

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Pencurian dan Perampokan


Kejahatan pencurian adalah salah satu kejahatan terhadap kepentingan individu yang
merupakan kejahatan terhadap benda/kekayaan. Hal ini termuat dalam Bab XXII Pasal 362-367
KUH Pidana. Kata pencurian dalam bahasa Indonesia, berasal dari kata dasar “curi” yang
memperoleh imbuhan “pe” diberi akhiran “an” sehingga membentuk kata “pencurian”. Kata
pencurian tersebut memiliki arti proses, perbuatan cara mencuri dilaksanakan. Pencurian adalah
suatu perbuatan yang sangat merugikan orang lain dan juga orang banyak, terutama masyarakat
sekitar kita. Maka dari itu kita harus mencegah terjadinya pencurian yang sering terjadi dalam
kehidupan sehari-hari, karena terkadang pencurian terjadi karena banyak kesempatan. Dalam
Kamus Bahasa Indonesia, disebutkan bahwa mencuri adalah suatu perbuatan yang mengambil
barang milik orang lain dengan jalan yang tidak sah. Pencurian yang artinya mengambil sesuatu
yang bukan haknya (hak orang lain) tanpa diketahui pemiliknya, masuk rumah tanpa izin dan
membawa kabur barang-barang. Pencurian (sariqah) adalah mengambil harta orang lain dengan
sembunyi-sembunyi dari tempat penyimpanannya. Mencuri merupakan salah satu dosa besar yang
diharamkan oleh Allah dan pelakunya diancam dengan had potong tangan. Hal ini berdasarkan
firman Allah dalam Q.S. Al-Baqarah ayat 38 yang berarti: “Laki-laki yang mencuri dan perempuan
yang mencuri, potonglah tangan keduanya (sebagai) pembalasan bagi apa yang mereka kerjakan
dan sebagai siksaan dari Allah dan Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana”

Dalam Pasal 365 ayat (1) KUHPidana ditentukan bahwa diancam dengan pidana penjara
paling lama sembilan tahun pencurian yang didahului, disertai atau diikuti dengan kekerasan atau
ancaman kekerasan, terhadap orang dengan maksud untuk mempersiapkan atsu mempermudah
pencurian, atau dalam hal tertangkap tangan, untuk memungkinkan melarikan diri sendiri atau
peserta lainnya, atau untuk tetap menguasai barang yang dicuri. Tindak pidana ini adalah pencurian
yang didahului, disertai atau diikuti dengan kekerasan atau ancaman kekerasan terhadap orang.
Karenanya, dalam doktrin sering disebut sebagai tindak pidana pencurian dengan kekerasan.
Perbuatan pokok dalam pasal tersebut adalah pencurian. Tetapi pencurian itu memiliki unsur-unsur
tambahan, yaitu:

3
1. Didahului oleh kekerasan atau ancaman kekerasan
2. Disertai dengan kekerasan atau ancaman kekerasan
3. Diikuti dengan kekerasan atau ancaman kekerasan.

Sedangkan sebagai maksud dilakukannya kekerasan atau ancaman kekerasan itu adalah:

1. Untuk mempersiapkan atau mempermudah pencurian


2. Dalam hal tertangkap tangan, untuk memungkinkan melarikan diri sendiri atau peserta
lainnya
3. Untuk tetap menguasai barang yang dicuri.

Rampok, yang merupakan asal kata dari perampokan, menurut suatu kamus Bahasa Indonesia
berarti “kawanan penjahat yang menggedor rumah orang”. Tetapi, pengertian rampok dalam
kamus tersebut tampaknya tidak begitu sesuatu dengan penggunaan sehari-hari dari kata tersebut.
Perampokan adalah variasi dari pencurian, hanya saja sifatnya dilakukan dengan kekerasan atau
dengan ancaman kekerasan. Dalam berita di berbagai media massa dan percakapan sehari-hari kata
perampokan menunjuk pada peristiwa di mana seseorang atau lebih dengan menggunakan senjata
api atau senjata tajam, di jalan umum, di suatu gedung ataupun di rumah korban, memaksa korban
memberikan sejumlah uang atau barang.

Berdasarkan penggunaannya di berbagai media massa dan percakapan sehari-hari, pengertian


umum dari perampokan adalah perbuatan memaksa seseorang dengan kekerasan atau ancaman
kekerasan agar yang bersangkutan menyerahkan suatu barang atau sejumlah uang. Tetapi
sebagaimana yang dikemukakan sebelumnya, dalam KUHPidana tidak dikenal adanya tindak
pidana yang telah diberikan nama sebagai tindak pidana perampokan. Hal ini menimbulkan
pertanyaan tentang pasal tindak pidana yang dapat dijadikan dasar penuntutan terhadap perbuatan
perampokan, apakah pencurian dengan kekerasan (Pasal 365 KUHPidana) ataukah pemerasan
(Pasal 368 ayat (1) KUHPidana).

4
B. Faktor-Faktor Terjadinya Pencurian dan Perampokan
Untuk mengetahui faktor pendorong atau penyebab seseorang melakukan kejahatan, ditinjau
dari hal-hal yang terdapat dalam kriminologi. Etiologi kejahatan merupakan salah satu bagian dari
kriminologi yaitu ilmu yang mencari sebab musabab kejahatan (dalam kriminologi, etiologi
merupakan kajian yang paling utama).

1. Criminal Biology (Teori-Teori yang Mencari Sebab Kejahatan dari Aspek Fisik) Cesare
Lambroso (1835-1909), seorang dokter ahli kedokteran kehakiman merupakan tokoh yang
penting dalam mencari sebab-sebab kejahatan dari ciri-ciri fisik (biologis) penjahat.
Lombroso mengklasifikasikan penjahat kedalam 4 golongan, yaitu:
a. Born criminal, yaitu orang berdasarkan pada doktrin atavisme tersebut di atas.
b. Insane criminal, yaitu orang menjadi penjahat sebagai hasil dari beberapa
perubahan dalam otak mereka yang mengganggu kemampuan mereka untuk
membedakan antara benar dan salah. Contohnya adalah kelompok idiot, embisil,
atau paranoid.
c. Occasional criminal, atau criminaloid, yaitu pelaku kejahatan berdasarkan
pengalaman yang terus-menerus sehingga mempengaruhi pribadinya. Contohnya
penjahat kambuhan.
d. Criminal of passion, yaitu pelaku kejahatan yang melakukan tindakannya karena
marah, cinta, atau karena kehormatan.
2. Criminal Psikologi (Teori-Teori yang Mencari Sebab Kejahatan dari Faktor Psikologis),
Menurut Kinberg, criminal psikologi dapat dibedakan menjadi tiga yaitu: objektif,
subjektif dan sosial. Objektif menitikberatkan kepada sifat bekerjanya (fungsi) penjahat
(tingkat kecerdasan, kepribadian dan lain-lain). Subjektif ditujukan kepada pengalaman si
pelaku selama persiapan psikologis suatu kejahatan, reaksi-reaksi psikisnya terhadap
rangsangan hingga berbuat dan sosiologis ditujukan untuk mempelajari dampak faktor-
faktor sosial psikologis terhadap individu selama kanak-kanan dan perkembangan
selanjutnya.
3. Criminal Sosiology (Teori-Teori yang Mencari Sebab Kejahatan dari Faktor Sosiologi
Kultural).

5
Faktor-faktor penyebab terjadinya pencurian dan perampokan adalah sebagai berikut:

1. Faktor Ekonomi
Faktor ekonomi ini merupakan yang paling tinggi tingkat pengaruhnya terhadap
kejahatan pencurian berulang bagi yang kehidupan ekonominya merosot akan
menjadikannya sebagai penghasilan atau tambahan untuk melangsungkan kehidupan.
Hampir setiap tahun harga kebutuhan pokok terus meningkat, sedangkan pendapatan tiap
individu belum tentu mampu untuk mencukupi peningkatan tersebut. Sehingga hal tersebut
mengakibatkan alasan bagi seseorang untuk melakukan kejahatan seperti kejahatan
pencurian berulang Orang-orang yang melakukan kejahatan kembali karena tuntutan
kebutuhan hidup yang mau tidak mau harus mereka penuhi, hasil dari pekerjaan tidak
cukup yang telah membuat mereka memilih jalan pintas yang salah, meskipun mereka
sudah tau bahwa melakukan kembali hal tersebut salah, dan meskipun mereka merasa jera
terhadap hukuman pidana yang dijatuhkan, mereka tidak memperdulikan, asal kebutuhan
hidup mereka terpenuhi. Bahkan ia begitu lemah tidak mampu mengontrol dorongan-
dorongan yang ada pada dirinya meskipun perasaan bersalah itu muncul dan akhirnya
kejahatan tersebut dilakukan tanpa pikir panjang.
2. Faktor Individu
Niat yang baik akan memunculkan manfaat, dan sebaliknya niat yang salah akan
memunculkan kerugian bagi diri sendiri dan orang lain. Tidak adanya niat atau tidak ada
perilaku dalam dirinya ingin melakukan sesuatu kejahatan meskipun seorang
penggangguran maka seseorang itu tidak akan melakukanya, akan tetapi seseorang yang
memiliki niat atau dalam dirinya ingin melakukan kejahatan didukung ia seorang
pengangguran yang tidak memiliki penghasilan maka ia akan berbuat nekat untuk
melakukan aksinya tersebut. Begitu juga dengan adanya peluang yang terdapat di tempat
kejadian perkara, adanya peluang untuk melakukan pencurian lagi, seseorang yang
memiliki perilaku tersebut maka ia akan terdorong untuk melakukan tindakan tersebut.
3. Faktor Kurangnya Pengetahuan Agama.
Faktor ini merupakan faktor yang mendasar menyebabkan terjadinya kejahatan
pencurian berulang. Keyakinan serta pengetahuan agama yang kurang akan membuat
seseorang tidak memiliki iman yang kuat. Orang yang imannya lemah cenderung mudah
terpancing emosinya untuk melakukan kejahatan. Dalam hukum pidana Islam, bentuk-

6
bentuk hukuman untuk tindak pidana pencurian yaitu pencuri dipotong tangan, sedangkan
kejahatan pengulangan yang melakukan tindak pidana pencurian para ulama berbeda
pendapat. Hukuman potong tangan dikenakan terhadap pencurian yang pertama dengan
cara memotong tangan kanan pencuri apabila ia mencuri untuk kedua kalinya maka ia
dikenai hukuman potong kaki kirinya. Ulama Hanafiyah dan ulama Hanabilah
berpendapat, setelah tangan kanan dan kaki kirinya dipotong, jika si pencuri melakukan
pencurian lagi, maka ia ia hanya didenda, dijatuhi hukuman ta’zir. Sementara itu, ulama
Malikiyah dan ulama Syafi’iyah berpendapat, apabila si pencuri itu melakukan pencurian
untuk ketiga kalinya maka tangan kirinya yang dipotong. Kemudian apabila ia melakukan
pencurian lagi untuk yang keempat kalinya, maka kaki kanannya yang dipotong. Kemudian
jika melakukan pencurian lagi, maka dijatuhi hukuman ta’zir.

C. Dampak Dari Pencurian dan Perampokan


Berikut adalah dampak yang ditimbulkan akibat melakukan pencurian:

1. Merusak keimanan, hati dan moral.


Melakukan perbuatan mencuri dan merampok ini membuat keimanan didalam dari
seorang menjadi rusak, karena segala sesuatu yang berkaitan dengan keimanan itu
merupakan suatu kebaikan bagi diri. Begitu juga dengan hati dan moral, melakukan
perbuatan ini membuat seseorang menjadi tidak memiliki hati dan moral.
2. Merasa gelisah.
Hal ini disebabkan karena si pencuri selalu diiringi rasa bersalah dan takut jika
perbuatannya terbongkar.
3. Tercorengnya nama baik.
Melakukan perbuatan yang tidak baik ini tentunya membuat nama baik menjadi buruk
atau jelek dilingkungan masyarakat.
4. Dikucilkan oleh masyarakat.
Tentunya ketika masyarakat sudah mengetahui jika seseorang melakukan perbuatan
mencuri ini, masyarakat akan menjauh dan menguncilkan pelaku pencurian dengan tujuan

7
agar barang-barang milik masyarakat tidak dicuri olehnya dan juga agar anak-anak
disekitar juga tidak terpengaruh oleh tindak kejahatan pelaku pencurian ini.

Adanya perilaku kriminalitas seperti pencurian dan perampokan yang terjadi di masyarakat
menimbulkan akibat yang negatif. Antara lain;

1. Keresahan masyarakat. Masyarakat yang awalnya merasa aman dan damai menjadi
memiliki beban tersendiri. Definisi masyarakat disini merasa takut apabila sewaktu-waktu
tindakan kriminal terjadi di lingkungannya. Hal yang dikhawatirkan tentu saja keselamatan
diri dan kemungkinan kerugian yang harus ditanggung.

2. Kerugian berupa material. Ketika terdapat tindakan kriminal yang berkaitan dengan
perampokan, pencurian, dan lain-lain pasti terdapat kerugian material. Kerugian ini akan
memberikan dampak yang cukup besar. Bahkan pada kasus perampokan di toko atau
tempat usaha kerugian yang dirasakan akan semakin terasa.

3. Trauma. Jelas seseorang akan merasa trauma ketika terdapat tindakan kejahatan yang
dilakukan dengan cara terlihat, biasanya mereka menggunakan senjata tajam. Tekanan
yang diberikan oleh pelaku kepada korban juga menjadi suatu trauma tersendiri, hal ini
bahkan dipelajari secara mendalam dalam sosiologi kriminalitas.

4. Rasa tidak nyaman. Rasa ini muncul dari keresahan yang dirasakan akan segala
kemungkinan buruk yang dapat terjadi. Kemungkinan buruk tidak tau kapan seseorang
akan menjadikan dirinya sebagai sasaran atas tindakan kriminal yang akan di lakukan. Hal
ini bisa saja kapan pun dan dimana pun.

5. Minimnya rasa tenggang rasa. Rasa curiga antara individu satu dengan yang lain membuat
seseorang akan merasa tidak peduli dengan orang yang ada disekitarnya. Ketika hal ini
terjadi terus menerus maka tidak akan ada lagi sebuah potret kegiatan masyarakat yang
aman dan damai. Rasa kekeluargaan lama-lama juga akan menghilang.

6. Rasa bersalah yang tinggi. Dampak kejiwaan yang harus ditanggung leh seseorang yang
merasa takut melakukan kejahatan tetapi tetap melakukan ialah merasa bersalah. Ketika
perasaan bersalah yang tinggi maka akan mempengaruhi kesehatan mental seseorang.

8
Semakin buruk tingkat kesehatan yang dialami oleh seseorang berupa mental maka dapat
membunuh karakter seseorang yang ada hanya ketakutan.

7. Merasa frustasi. Orang yang melakukan tindakan kejahatan dan terus mendapat tekanan
dari berbagai pihak maka ooorang tersebut dapat merasakan frustasi. Frustasi ini terjadi
karena memang merasa bersalah dan kebingungan bagaimana mengatasi segala hal yang
terjadi.

8. Dikucilkan. Bentuk hukuman yang ada di lingkungan masyarakat akibat perbuatan yang
kurang sesuai dengan apa yang menjadi ketetapan mesyarakat. Kriminalitas merupakan hal
yang buruk dimata masyarakat. Seorang yang telah menjadi narapidan akan sulit diterima
oleh masyarakat, walaupun orang tersebut telah benar-benar berubah.

9. Merasa tidak aman. Perasaan ini dapat dirasakan oleh pelaku atau masyarakat yang merasa
jadi sasaran atau objek tindakan kejahatan. Pelaku akan merasa tidak aman ketika sudah
menjadi buron pihak yang berwenang. Masyarakat merasa tidak aman ketika sudah banyak
kejadian kriminal yang ada di lingkungan tempat tinggal atau tempat yang sering
dikunjungi.

10. Cacat fisik dan mental. Akibat tindakan kriminal dapat membuat seseorang harus
menanggung bekas tindakan tersebut. Tindakan yang dilakukan oleh seorang kriminal
dapat menyisakan luka fisik dan mental bagi para korban. Banyak orang yang menjadi
korban dan merasakan kecacatan selama sisa hidupnya.

D. Unsur-Unsur Tindak Pidana Pencurian


Dalam ilmu hukum pidana mengenai pencurian ini telah diatur dalam beberapa pasal
diantaranya Pasal 362 KUH Pidana. Pasal 362 KUH Pidana berbunyi: Barang siapa mengambil
suatu barang yang sama dengan maksud akan memiliki barang itu dengan melawan hak, dihukum
karena pencurian dengan hukuman penjara selama-lamanya lima tahun atau denda sebanyak-
banyaknya Rp.900. Namun dalam Kitab Undang-Undang Hukum Pidana ada juga tentang
pencurian yang memberatkan dan juga pencurian dengan kekerasan. Berdasarkan bunyi Pasal 362
KUH Pidana tersebut dapat kita lihat unsur-unsurnya sebagai berikut:

9
1. Mengambil barang
2. Yang diambil harus sesuatu barang
3. Barang itu harus seluruhnya atau sebagian kepunyaan orang lain
4. Pengambilan itu harus dilakukan dengan maksud untuk memiliki barang itu dengan
melawan hukum (melawan hak)
a. Perbuatan mengambil Unsur dari tindak pidana pencurian ialah perbuatan
mengambil barang kata mengambil dalam arti sempit terbatas pada menggerakkan
tangan dan jari-jari memegang barangnya dan mengalihkannya ketempat lain.
Sudah lazim masuk istilah pencurian apabila orang mencuri barang cair seperti
misalnya bir dengan membuka suatu kran untuk mengalirkannya ke dalam botol
yang ditempatkan dibawah kran itu, bahkan tenaga listrik sekarang dianggap dapat
dicuri dengan sepotong kawat.
b. Yang diambil harus sesuatu barang kita ketahui bersama bahwa sifat tindak pidana
pencurian ialah merugikan kekayaan si korban maka barang yang diambil haruslah
berharga. Harga ini tidak selalu bersifat ekonomis. Yang dimaksudkan berupa
barang ini tentu saja barang yang dapat dinikmati oleh yang membutuhkanya.
c. Barang yang diambil harus seluruhnya atau sebagian kepunyaan orang lain Yang
dimaksudkan kepunyaan orang lain dalam hal ini dimaksudkan bahwa barang yang
diambil itu haruslah kepunyaan orang lain atau selain kepunyaan orang yang
mengambil tersebut.
d. Pengambilan itu harus dilakukan dengan maksud untuk memiliki barang itu
dengan melawan hukum Dalam hal ini dimaksudkan bahwa timbulnya perbuatan
itu haruslah berdasarkan adanya keinginan dari si pelaku untuk memiliki barang
tersebut dengan cara melawan hukum, dimana letak perbuatan melawan hukum
dalam hal ini adalah memiliki barang orang dengan cara mencuri atau mengambil
barang orang lain tanpa sepengetahuan pemiliknya.

Unsur-unsur yang memberatkan pidana pada pencurian yang diatur dalam Pasal 363 KUH
Pidana ayat (1) angka ke-2 KUH Pidana yaitu dilakukan pelaku:

1. Pada waktu terjadi kebakaran


2. Pada waktu terjadi ledakan

10
3. Pada waktu terjadi bahaya banjir
4. Pada waktu terjadi gempa bumi atau gempa laut
5. Pada waktu terjadi letusan gunung berapi
6. Pada waktu ada kapal karam
7. Pada waktu ada kapal terdampar
8. Pada waktu terjadi kecelakaan kereta api
9. Pada waktu terjadi suatu pemberontakan
10. Pada waktu terjadi huru hara
11. Pada waktu terjadi bahaya perang

Unsur-unsur yang memberatkan pidana pencurian yang diatur Pasal 363 ayat (1) angka 3 KUH
Pidana adalah karena tindak pidana pencurian yang dilakukan pada malam hari yakni:

1. Di dalam suatu tempat kediaman


2. Di atas sebuah pekarangan tertutup yang di atasnya terdapat sebuah tempat kediaman
ataupun
3. Dilakukan oleh orang yang berada di sana tanpa sepengetahuan atau bertentanga dengan
keinginan orang yang berhak.

Yang di maksud pada malam hari menurut penjelasan pembentukan undang-undang dalam
Pasal 98 KUHPidana ialah waktu antara matahari terbenam dengan matahari terbit.

E. Sanksi Dari Perbuatan Pencurian dan Perampokan


Tindak pidana pencurian dengan kekerasan sebagaimana dirumuskan pada Pasal 365 KUHP,
yaitu pencurian dalam bentuk pokok (pencurian biasa) ditambah dengan unsur kekerasan. Di
kalangan masyarakat pencurian dengan kekerasan ini disebut dengan istilah perampokan. Sanksi
tindak pidana pencurian dengan kekerasan (perampokan) sebagaimana dirumuskan di dalam Pasal
365 KUHP sanksinya bermacam-macam, tergantung akibat yang dilakukan oleh pelaku pencurian
itu. Sanksinya dapat berupa: sembilan tahun, dua belas tahun, lima belas tahun, dan hukuman mati,
atau hukuman penjara seumur hidup atau penjara selama-lamanya dua puluh tahun. Penjatuhan
hukuman atau sanksi pidana sembilan tahun diancamkan bagi pelaku perampokan, jika perbuatan
pencurian itu dilakukan dengan cara didahului, disertai atau diikuti dengan kekerasan atau

11
ancaman kekerasan terhadap orang tersebut. Kekerasan di sini diartikan sebagai perbuatan yang
menggunakan tenaga badan yang tidak ringan, yakni kekuatan fisik. Penggunaan kekerasan
terwujud dalam memkul dengan saja, memukul dengan senjata, menyekap, mengikat, dan
menahan.

Penjatuhan sanksi 12 (dua belas) tahun dijatuhkan terhadap pelaku perampokan atau
pencurian dengan kekerasan, jika perbuatan pencurian itu dilakukan pada waktu malam di dalam
rumah atau pekarangan yang tertutup, yang ada rumahnya atau di jalan umum atau di dalam kereta
api atau trem yang sedang berjalan. Dilakukan oleh dua orang bersama-sama atau lebih dan
dilakukan dengan membongkar, memanjat, memakai pakaian palsu, perintah palsu, dan pakaian
jabatan palsu, perbuatan pencurian tersebut mengakibatkan ada orang yang mendapat luka berat.

Hal ini juga djelaskan oleh R. Soesilo, bahwa ancaman hukuman diperberat, jika pencurian
dengan kekerasan ini dilakukan disertai dengan salah satu dari syarat-syarat tersebut, seperti
membongkar, memanjat, perintah palsu, dan pakaian palsu. Pengancaman hukuman lima belas
tahun penjara terhadap pelaku pencurian dengan kekerasan, jika perbuatan pencurian itu
mengakibatkan matinya orang. Sanksi pidana mati, hukuman penjara seumur hidup, atau penjara
dua puluh tahun apabila perbuatan pencurian itu menyebabkan ada orang yang mendapat luka berat
atau mati, dan dilakukan oleh dua orang secara bersama-sama atau lebih. Hal ini juga dijelaskan
oleh Wirjono Prodjodikoro bahwa: Pencurian yang disertai kekerasan ini diancam hukuman berat
(sembilan tahun penjara). Hukuman ini diperberat lagi menjadi dua belas tahun penjara, apabila
menurut ayat 2 dari Pasal 365 pencurian khusus disertai lagi dengan hal-hal yang sebagaimana
dengan hal-hal yang memberatkan hukuman dari pencurian biasa (Pasal 363 KUHP).

Lebih lanjut dijelaskan bahwa salah satu kejahatan yang dirumuskan di dalam Pasal 365 pada
ayat (3) KUHP tersebut adalah melakukan pencurian yang didahului, disertai, diikuti dengan
kekerasan terhadap orang, dan pencurian ini mengakibatkan matinya orang. Jika perbuatan ini
dibandingkan dengan salah satu perbuatan menurut Pasal 339 KUHP, yakni melakukan
pembunuhan yang diikuti, disertai, didahului, yang dapat dihukum dan yang dilakukan dengan
maksud untuk menyiapkan, memudahkan perbuatan itu, maka kedua Pasal tersebut yakni Pasal
365 KUHP dengan Pasal 339 KUHP terdapat dua fakta yang sama, yaitu terjadinya pencurian, dan
adanya orang yang meninggal. Perbedaannya adalah bahwa untuk menerapkan Pasal 339 KUHP,
kematian itu adalah kehendak dari si pelaku, sedangkan untuk penerapan Pasal 365 KUHP, bahwa

12
kematian seseorang itu bukan yang dikehendaki oleh pelaku, akan tetapi suatu akibat dari tindakan
kekerasan tersebut. Dan karenanya ditentukan maksimum ancaman pidananya yang berbeda.

13
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Kejahatan pencurian adalah salah satu kejahatan terhadap kepentingan individu yang
merupakan kejahatan terhadap benda/kekayaan. Pencurian adalah suatu perbuatan yang sangat
merugikan orang lain dan juga orang banyak, terutama masyarakat sekitar kita. mencuri adalah
suatu perbuatan yang mengambil barang milik orang lain dengan jalan yang tidak sah. Pencurian
yang artinya mengambil sesuatu yang bukan haknya (hak orang lain) tanpa diketahui pemiliknya,
masuk rumah tanpa izin dan membawa kabur barang-barang.

Perampokan adalah variasi dari pencurian, hanya saja sifatnya dilakukan dengan kekerasan
atau dengan ancaman kekerasan. Dalam berita di berbagai media massa dan percakapan sehari-
hari kata perampokan menunjuk pada peristiwa di mana seseorang atau lebih dengan
menggunakan senjata api atau senjata tajam, di jalan umum, di suatu gedung ataupun di rumah
korban, memaksa korban memberikan sejumlah uang atau barang. pengertian umum dari
perampokan adalah perbuatan memaksa seseorang dengan kekerasan atau ancaman kekerasan agar
yang bersangkutan menyerahkan suatu barang atau sejumlah uang.

B. Saran
Dari makalah yang telah saya tuliskan tersebut, maka saya penulis menyarankan kepada
pembaca yang telah membaca makalah tersebut untuk menggunakan makalah ini dengan sebaik-
baiknya. Harapan saya sebagai penulis agar makalah ini digunakan untuk mengurangi kekerasan
atau pelecehan seksual pada perempuan dilingkungan kita.

Saya menyadari makalah ini jauh dari kata sempurna oleh karena itu kritik dan saran dari para
pembaca sangat berharga yang bisa membantu dalam mengembangkan makalah ini menjadi lebih
baik lagi buat kedepannya.

14
Daftar Pustaka

Dama, I. (n.d.). SANKSI PIDANA PERAMPOKAN DALAM KUHP DAN HUKUM PIDANA
ISLAM. Sanksi Pidana Perampokan dalam KUHP.

Harahap, R. H., Siregar, F. A., & Harahap, I. (n.d.). Faktor-Faktor Penyebab Terjadinya Kejahatan
Pencurian .

Hasibuan, R. (1994). Kriminologi Dalam Arti Sempit dan Ilmu-Ilmu Forensik. Medan: USU Press.

Lamintang, P. (2009). Delik-Delik Khusus Kejahatan Terhadap Harta Kekayaan. Jakarta: Sinar
Grafika.

Prodjodikoro, W. (2010). Tindak-Tindak Pidana Tertentu di Indonesia. Bandung: Refika Aditama.

Shietra, H. (2013, 11 12). Percobaan, Pencurian, dan Perampokan dalam Hukum Tindak Pidana
Indonesia. Retrieved from Hukum-Hukum: https://www.hukum-
hukum.com/2013/12/percobaan-pencurian-dan-perampokan.html

15

Anda mungkin juga menyukai