Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH DASAR-DASAR

BUDIDAYA BELUT

Disusun oleh :

NAMA : ALFIAN RIZKY PRATAM


NO ABSEN :03
KELAS : VIII - F

SMP NEGERI 2 KARANGJATI


Tahun Ajran 2022 / 2023
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha
Panyayang, kami panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah
melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat
menyelesaikan makalah Dasar-dasar akuakultur mengenai budidaya belut ini.

Adapun makalah dasar-dasar akuakultur tentang budidaya belut ini telah kami
usahakan semaksimal mungkin dan tentunya dengan bantuan berbagai pihak,
sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk itu kami tidak lupa
menyampaikan banyak terima kasih kepada pihak yang telah membantu kami dalam
pembuatan makalah ini. Namun tidak lepas dari semua itu, kami menyadari
sepenuhnya bahwa ada kekurangan baik dari segi penyusun bahasanya maupun segi
lainnya. Oleh karena itu dengan lapang dada dan tangan terbuka kami membuka
selebar-lebarnya bagi pembaca yang ingin memberi saran dan kritik kepada kami

Akhirnya penyusun mengharapkan semoga dari makalah dasar-dasar


akuakultur ini kita dapat mengambil hikmah dan manfaatnya sehingga dapat
memberikan inpirasi terhadap pembaca.

Ngawi, .............................

Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR i

DAFTAR ISI ii

BAB 1 Pendahuluan

1.1 Latar belakang 1


1.2 Perumusan masalah 1
1.3 Tujuan 1

BAB 2 Landasan Teori

2.1 Dasar teori 2


2.2 Jenis-jenis belut 2
2.3 Persiapan lokasi 2
2.4 Penyiapan sarana peralatan 3
2.5 Penyiapan bibit 4
2.6 Ciri-ciri induk belut 5
2.7 Perkembangbiakan belut 5
2.8 Penetasan 6
2.9 Pemeliharaan pembesaran 6
2.10 Hama dan penyakit 6
2.11 Panen 7
2.12 Pasca panen 7

BAB 3 Penutup

3.1 Kesimpulan 8
3.2 Saran 8

DAFTAR PUSTAKA

ii
BAB 1

PENDAHULUAN

1. Latar belakang

Indonesia dikenal sebagai Negara yang luas dan kaya akan


keanekaragaman hayati. Salah satunya adalah belut (synbranchidae) didalam
kurun waktu lebih 29 tahun terakhir ini terus memiliki nilai bisnis yang terus
meningkat. Bahkan diberbagai Negara terkadang belut dijadikan komoditi utama
untuk pasar local maupun ekspor.

Belut adalah sekolompok ikan berbentuk mirip ular yang tremasuk dalam
suku synbranchidae. Suku ini terdiri dari empat genera dengan total 20 jenis.
Anggota dari setiap belut itu bersifat pantropis (ditemukan disemua daerah
tropika).

Belut berbeda dengan sidat, yang sering dipertukarkan. Ikan ini bisa
dikatakan tidak memiliki sirip , kecuali sirip ekor yang juga tereduksi, sedangkan
sidat masih memiliki sirip yang jelas. Ciri belut yang lain adalah tidak bersisik
(hanya sedikit) dapat bernapas melalui udara, bukaan insang sempit, tidak
memilii kantung renang dan tulang rusuk. Belut merupakan hewan air darat
sedangkan sidat hidup dilaut walaupun ada yang hidup di air tawar. Mata belut
biasanya tidak berfungsi baik. belut yang buta adalah belut yang hidup didalam
gua.
2. Rumusan masalah
2.1 Bagaimana cara budidaya belut secara umum
2.2 Bagaimana cara pemilihan lokasi
2.3 Bagaimana pemilihan induk
2.4 Bagaimana proses pemijahan
2.5 Berapa lama dan bagaimana panen
3. Tujuan
3.1 Untuk mengetahui cara membudidaya belut secara umum
3.2 Untuk mengetahui pemilihan lokasi yang baik dan benar
3.3 Untuk mengatahui bagaimana pemilihan induk yang bagus
3.4 Untuk mengetahui proses pemijahan
3.5 Untuk mengetahui waktu yang dibutuhkan untuk panen

1
BAB 2

LANDASAN TEORI

2.1 Dasar teori

Belut merupakan jenis ikan yang banyak hidup liar disungai, perswahan dan
rawa-rawa. Ikan jenis ini biasanya menimbulkan masalah bagi petani, sebab belut
suka menggali lubang yang mengakibatkan sawah bocor atau kekeringan.

Spesies belut masuk dalam kelas pisces dengan nama latin synbranchaedae.
Belut merupaka jenis ikan yang paling nikmat dikonsumsi, serta memiliki kandungan
gizi yang tinggi dan tidk kalah dengan ikn.

Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam pembudidayaan belut yaitu dengan tidak
asal-asalan dalam memulai bisnis ini. Karena ada prosedur sendiri dalam hal ini.
Anjuran ini didasarkan pada tingkat rata-rata kegagalan 35% bahkan ada juga yang
mencapai 50%.

Berdasarkan kondisi tersebut langkah yang paling tepat adalah mengetahui tata
cara membudidayakan belut, kemudian menganalisis hasilnya. Setelah hasilnya
memuaskan, barulah kegiatan-kegiatan berikut dilakukan sesuai kebutuhan.

2.2 Jenis-jenis belut

Jenis belut yang ada diindonesia adalah belut sawah, belut rawa, dan belut
kali/sungai. Dari ketiga belut tersebut pertumbuhan dan adaptasi memiliki ciri yang
hampir sama. Tapi memiliki perbedaan yang sangat sedikit bhakan susah untuk
dideteksi.

2.3 Persyaratan lokasi


2.3.1 Secara klimatologis ikan belut tidak membutuhkan kondisi iklim dan
geografis yang spesifik. Ketinggian tempat budidaya ikan belut dapat
berada di dataran rendah sampai dataran tinggi. Begitu pula dengan
kelembaban dan curah hujan tidak ada batasan yang spesifik.
2.3.2 Kualitas air untuk pemeliharaan belut harus bersih, tidak terlalu keruh
dan tidak tercemar bahan-bahan kimia beracun, dan minyak/limbah
pabrik. Kondisi tanah dasar kolam tidak beracun.
2.3.3 Suhu udara/temperatur optimal untukpertumbuhan belut yaitu berkisar
antara 25-31 ᵒC.

2
2.3.4 Pada prinsipnya kondisi perairan adalah air yang harus bersih dan kaya
akan osigen terutama untuk bibit/benih yang masih kecil yaitu ukuran 1-
2 cm.

Sedangkan untuk perkembangan selanjutnya belut dewasa tidak memilih


kualitas air dan dapat hidup di air yang keruh.

2.4 Penyiapan sarana peralatan:


2.4.1 Perlu diketahui bahwa jenis kolam budidaya ikan belut harus dibedakan
antara lain: kolam induk/kolam pamijahan, kolam pendederan (untuk
benih berukuran 1-2 cm), kolam belut remaja (untuk ukuran 3-5 cm) dan
kolam pemeliharaan belut konsumsi (terbagi menjadi dua tahapan yang
masing-masing dibutuhkan waktu dua bulan) yaitu untuk pemeliharaan
belut.
2.4.2 Anak belut yang sudah siap dipeliharasecara intensif adalah yang
berukuran 5-8 cm. dipelihara selama empat bulan dalam dua tahapan
dengan masing-masing tahapannya selama dua bulan.
2.4.3 Bibit bisa diperoleh dari kolam pembibitan atau bisa juga diperoleh dari
sarang-sarang bibit yang ada di alam. Pemilihan bibit bisa diperoleh dari
kolam peternakan atau pamijahan.
2.4.4 Biasanya belut yang dipijahkan adalah belut betina berukuran 30 cm dan
belut jantan berukuran 40 cm.
2.4.5 Pemijahan dilakukan dikolam pemijahan dengan kapasitas satu ekor
pejantan dengan dua ekor betina untuk kolam seluas 1 m2
2.4.6 Rincinya sebagai berikut:
2.4.6.1 Buat kolam timbul diatas tanah seluas 2x6 m
2.4.6.2 Dipetak-petak, 1 petak = 1 m2
Tinggi petak 70 m
Pinggir dan dasar di plur/ diplester
2.4.6.3 Diairi selama 1 minggu.
2.4.6.4 Masukan lumpur sedalam 20 cm.
2.4.6.5 Taburi jerami kira-kira 10 cm.
2.4.6.6 Taburi irisan pohon pisang
2.4.6.7 Diairi dengan air yang mengalir walaupun kecil selama 1
minggu

3
2.4.6.8 Siapkan bibit besar yang unggul sebagai mana tadi telah
disebutkan.
2.4.6.9 Untuk setiap petak 1: 4 jantan dan betinanya
2.4.6.10 Selama 3 bulan beranak
2.4.6.11 Anaknya dipisahkan dengan membuat Kolam baru.
2.4.6.12 Makanan : makanan bekas

2.5 Penyiapan Bibit


2.5.1 Menyiapkan Bibit
2.5.1.1 Anak belut yang sudah siap dipelihara secara intensif adalah
yang berukuran 5-8 cm. Di pelihara selama 4 bulan dalam 2
tahapan dengan masing-masing tahapannya selama 2 bulan.
2.5.1.2 Bibit bisa diperoleh dari bak/kolam pembibitan atau bisa juga
bibit diperoleh dari sarang-sarang bibit yang ada di alam.
2.5.1.3 Pemilihan bibit bisa diperoleh dari kolam peternakan atau
pemijahan. Biasanya belut yang dipijahkan adalah belut betina
berukuran ± 30 cm dan belut jantan berukuran ± 40 cm.
2.5.1.4 Pemijahan dilakukan di kolam pemijahan dengan kapasitas satu
ekor pejantan dengan dua ekor betina untuk kolam seluas 1 m2.
Waktu pemijahan kira-kira berlangsung 10 hari baru telur-telur
ikan belut menetas. Dan setelah menetas umur 5-8 hari dengan
ukuran anak belut berkisar 1,5–2,5 cm. Dalam ukuran ini belut
segera diambil untuk ditempatkan di kolam pendederan calon
benih/calon bibit. Anak belut dengan ukuran sedemikian
tersebut diatas segera ditempatkan di kolam pendederan calon
bibit selama ± 1 (satu) bulan sampai anak belut tersebut
berukuran 5-8 cm. Dengan ukuran ini anak belut sudah bisa
diperlihara dalam kolam belut untuk konsumsi selama dua
bulan atau empat bulan.
2.5.2 Perlakuan dan Perawatan Bibit
Dari hasil pemijahan anak belut ditampung di kolam pendederan calon
benih selama 1 bulan. Dalam hal ini benih diperlakukan dengan secermat
mungkin agar tidak banyak yang hilang. Dengan perairan yang bersih dan
lebih baik lagi apabila di air yang mengalir.

4
2.6 Ciri-ciri induk belut
2.6.1 Ciri Induk Belut Jantan
2.6.1.1 Berukuran panjang lebih dari 40 cm
2.6.1.2 Warna permukaan kulit lebih gelap atau abu – abu
2.6.1.3 Bemtuk kepala tumpul
2.6.1.4 Usianya diatas sepuluh tahun
2.6.2 Ciri Induk Belut Betina
2.6.2.1 Berukuran panjang antara 20 cm -30 cm
2.6.2.2 Warna permukaan kulit lebih cerah atau lebih muda
2.6.2.3 Warna hijau muda pada punggung dan warna putih kekuningan
pada perutnya
2.6.2.4 Bentuk kepala runcing
2.6.2.5 Usianya dibawah sembilan bulan

2.7 Perkembangbiakan Belut


Belut ini mudah berkembang biak dialam, tetapi juga tidak sulit
dikembangbiakkan di kolam, asal media dikolam menyerupai habitat aslinya. Secara
alami berkembang biak setahun sekali, tapi dengan masa perkawinan yang amat
panjang yaitu mulai dari musim penghujan sampai dengan permulaan musim
kemarau ( Kurang lebih empat sampai lima bulan )
Perkawinan belut umumnya tiba akan terlihat belut jantan berbomdong ramai –
ramai berenang ke berbagai penjuru kearah tepian. Diperairan yang dangkal itulah
nantinya belut jantan menggali lubang perkawinan. Lubang perkawinan diabangun
mirip “U” . Selanjutnya dalam lubang tersebut belut jantan lalu membuat gelembung-
gelembung udara yang membusa di permukaan air diatas salah satu lubnagnya. Busa
– busa tersebut berguna untuk menarik perhatian lawan jenisnya. Belut jantan
menanti kehadiran belut betina di lubang yang tidak diliputi busa.
Setelah belut betina yang dinanti tiba, sebelum perkawinan dilangsungkan akan
terjadi cumbu-cumbuan mesra terlebih dahulu. Dalam perkawinan telur-telur dari
betina akan dikeluarkan disekitar lubang dibawah busa-busa yang mengapung pada
permukaan aor. Telur yang sudah dibuahi selanjutnya akan dicakup belut jantan
untuk disemburkan dan diamankan dalam lubang persembunyian.
Kemudian belut jantanlah yang akan menjalani tugas menjaga telur – telur
tersebut sampai menetas. Selama menjaga telur ini belut jantan galaknya bukan main.
Setiap mahluk yang mendekat ke sarang pasti akan diserang.

5
2.8 Penetasan
Telur –telur dialam akan menetas setelah 9-10 hari kemudian. Tetspi untuk
dikolam pendederan dan pemijahan telur-telur belut akan menetas dalam waktu 12-14
hari. Sewaktu baru menetas warna anak belut kuning setelah itu pelan – pelan
berubah menjadi kuning kecoklatan dan selanjutnya menjadi coklat muda. Anak –
anak belut yang sudah menetas sementara masih diasuh oleh belut jantan selama dua
minggu. Setelah berumur 15 hari anak-anak belut sudah bisa berenag sendiri dan
meninggalkan sarana penetasan. Mereka sudah mampu menggali lubnag dan mencari
makanan sendiri tempat lain.

2.9 Pemeliharaan Pembesaran


2.9.1 Pemupukan
Jerami yang sudah lapuk diperlukan untuk membentuk pelumpuran yang
subur dan pupuk kandang juga diperlukan sebagai salah satu bahan
organic utama.
2.9.2 Pemberian Pakan
Bila diperlukan bisa diberi makanan tambahan berupa cacing, kecoa, ulat
besar(belatung) yang diberikan setiap 10 hari sekali.
2.9.3 Pemberian Vaksinasi
2.9.4 Pemeliharaan Kolam dan Tambak
Yang perlu diperhatikan pada pemeliharaan belut adalah menjaga kolam
agar tidak ada gangguan dari luar dan dalam kolam tidak beracun

2.10 Hama dan penyakit


2.10.1 Hama
2.10.1.1 Hama pada belut adalah binatang tingkat tinggi yang langsung
mengganggu kehidupan belut.
2.10.1.2 Di alam bebas dan di kolam terbuka, hama yang sering
menyerang belut antara lain: berang-berang, ular, katak,
burung, serangga, musang air dan ikan gabus.
2.10.1.3 Di pekarangan, terutama yang ada di perkotaan, hama yang
sering menyerang hanya katak dan kucing. Pemeliharaan belut
secara intensif tidak banyak diserang hama.

6
2.10.2 Penyakit
Penyakit yang umum menyerang adalah penyakit yang disebabkan oleh
organisme tingkat rendah seperti virus, bakteri, jamur, dan protozoa yang
berukuran kecil.

2.11 Panen
Pemanenan belut berupa 2 jenis yaitu :
1.1 Berupa benih/bibit yang dijual untuk diternak/dibudidayakan.
1.2 Berupa hasil akhir pemeliharaan belut yang siap dijual untuk konsumsi
(besarnya/panjangnya sesuai dengan permintaan pasar/konsumen).
Cara Penangkapan belut sama seperti menangkap ikan lainnya dengan peralatan
antara lain: bubu/posong, jaring/jala bermata lembut, dengan pancing atau kail dan
pengeringan air kolam sehingga belut tinggal diambil saja.

2.12 Pasca panen


Pada pemeliharaan belut secara komersial dan dalam jumlah yang besar,
penanganan pasca panen perlu mendapat perhatian yang serius. Hal ini agar belut
dapat diterima oleh konsumen dalam kualitas yang baik, sehingga mempunyai
jaringan pemasaran yang luas.

7
BAB 3
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Belut ada tiga macam/jenis, antara lain : belut sawah, belut rawa, dan belut
kali/sungai. Dari ketiga belut tersebut memiliki pesamaan dan perbedaan yang sangat
sedikit. Jadi, sulit untuk dilihat oleh kasat mata mana yang belut sawah, rawa atau
sungai.
Budidaya belut itu harus memiliki kesabaran dan tingkat pengetauan yang
tinggi dikareakan tidak semua orang bisa berhasil dalam membudidayakan belut ini.
Banyak orang diluar sana yang inginmembudidayakan belut tapi mereka menganggap
bahwa belut hanyalah binatang yang sangat menggelikan yang seperti ular. Padahal
jika kita teleti dan kaji belut tidak seburk yang kita bayngkan. Mungkin ada sebagian
orang menganggap positif dan negative terhadap belut itu sendiri.

3.2 Saran
Penyusun menyadari bahwa makalah ini masih sangat jauh dari sempurna.
Untuk itu, penyusun mengharapkan adanya kritik dan saran dari semua pihak. Serta
dapat menjadikan makalah kami sebagai titik tolak pengetahuan tentang belut yang
lebih lanjut oleh pihak – pihak yang berminat menhkaji lebih dalam. kami berharap
agar budidaya belut dapat lebih dikmaksimalkan dan dilestarikan di lingkungan
masyarakat.

8
DAFTAR PUSTAKA

Satwono, B. 1999. Budidaya Belut dan Tidar. Penerbit Penebar Swadaya


(Anggota IKAPI). Jakarta

Ronni Hendrik S. 1999. Budidaya Belut. Penerbit Bhratara, Jakarta


http://www.warintek.ristek.go.id/perikanan/air%20tawar/belut.pdf

http://file.upi.edu/Direktori/FPBS/JUR._PEND._BAHASA_ARAB/195105281979031

AHMAD_SUKARNA_FIRDAUS/KEWIRAUSAHAAN/BUDIDAYA_BELUT.pdf

http://digilib.unimed.ac.id/public/UNIMED-Research-22090-06%20Bab%20II.pdf

http://www.migroplus.com/brosur/Budidaya%20belut.pdf

http://perpustakaandinaskelautandanperikanan.blogspot.com/2011/09/cara-budidaya-
belut.

Anda mungkin juga menyukai