Anda di halaman 1dari 10

LAPORAN PRAKTIKUM

TOPOGRAFI
PERCOBAAN III
MENENTUKAN PATH PROFILE DAN KEMIRINGAN LERENG

OLEH :

NAMA : IKA PUSPITA


NIM : 1911014220016

KEMENTERIAN PENDIDIKAN KEBUDAYAAN RISET DAN TEKNOLOGI


UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
PROGRAM STUDI S-1 FISIKA
BANJARBARU
2022
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Topografi merupakan bentuk permukan bumi dipandang dari kemiringan
lereng dan beda tinggi dari permukaan laut. Permukaan tanah dengan beda tinggi
dan kemiringan yang sangat besar, maka disebut topografinya bergunung,
sedangkan untuk beda tinggi dan kemiringan yang lebih rendah secara berurutan
disebut berbukit, bergelombang, dan berombak. Ilmu yang membahas tentang
topgrafi ini disebut geomorfologi. Dua unsur topografi yang banyak dibahas dan
besar pengaruhnya terhadap erosi adalah panjang lereng (length,) dan kemiringan
lereng (slope).
Bentuk lereng tergantung pada proses erosi, gerakan tanah, dan pelapukan.
Sedangkan, kemiringan lereng terjadi akibat perubahan permukaan bumi di
berbagai tempat yang disebabakan oleh daya-daya eksogen dan gaya-gaya
endogen. Hal inilah yang mengakibatkan perbedaan letak ketinggian titik-titik
diatas permukaan bumi.
Kemiringan lereng terjadi akibat perubahan permukaan bumi di berbagai
tempat yang disebabakan oleh daya-daya eksogen dan gaya-gaya endogen yang
terjadi sehingga mengakibatkan perbedaan letak ketinggian titik-titik diatas
permukaan bumi. Kemiringan lereng mempengaruhi erosi melalui runoff. Makin
curam lereng makin besar laju dan jumlah aliran permukaan dan semakin besar
erosi yang terjadi. Tentunya, derajat kemiringan lereng dan panjang lereng
merupakan sifat tofografi yang dapat mempengaruhi besarnya erosi tanah.
Semakin curam dan semakin panjang lereng maka makin besar pula aliran
permukaan dan bahaya erosi semakin tinggi.

1.2 Tujuan Praktikum


Adapun tujuan dari praktikum ini adalah sebagai berikut:
1. Praktikan dapat mengetahui bagaimana mencari titik tertinggi dan terendah
dari sebuah kemiringan.
2. Praktikan dapat mengetahui cara menghitung kemiringan di Global Mapper.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

Kemiringan lereng terjadi akibat perubahan permukiman bumi di berbagai


tempat yang disebabkan oleh daya-daya eksogen dan gaya-gaya endogen yang
terjadi sehingga mengakibatkan perbedaan letak ketinggian titik-titik diatas
permukaan bumi. Kemiringan lereng mempengaruhi erosi melalui runoff. Makin
curam lereng makin besar laju dan jumlah aliran permukaan dan semakin besar
erosi yang terjadi. Selain itu partikel tanah yang terpercik akibat tumbukan butir
hujan makin banyak (Arsyad, 2000).
Kemiringan lereng mempengaruhi erosi melalui runoff. Kemiringan lereng
(slope) merupakan suatu unsur topografi dan factor erosi. Kemiringan lereng
terjadi akibat perubahan permukaan bumi diberbagai tempat yang disebabkan oleh
gaya-gaya eksogen dan endogen yang terjadi sehingga mengakibatkan perbedaan
letak ketinggian titik-titik di atas permukaan bumi (Kartasapoetra, 1986).
Kemiringan lereng menunjukkan besarnya sudut lereng dalam persen atau
derajat. Dua titik yang berjarak horizontal 100meter yang mempunyai selisih
tinggi 10meter membentuk leren 10%. Kecuraman lereng 100% sama dengan
kecuraman 45 derajat. Selain dari memperbesar jumlah aliran permukaan,
semakin curamnya lereng juga memperbesar energi angkut air. Jika kemiringan
lereng semakin besar, maka jumlah butir-butir tanah yang terpercik ke bawah oleh
tumbukan butir hujan akan semakin banyak. Hal ini disebabkan gaya berat yang
semakin besar sejalan dengan semakin miringnya permukaan tanah dari bidang
horizontal, sehingga lapisan tanah atas yang tererosi akan semakin banyak. Jika
lereng permukaan tanah nenjadi dua kali lebih curam, maka banyaknya erosi per
satuan luas menjadi 2,0-2,5 kali lebih banyak (Arsyad, 2000).
Lereng mempengaruhi erosi dalam hubungannya dengan kecuraman dan
panjang lereng. Lereng dengan kemiringan lereng yang curam (30-45%) memiliki
pengaruh gaya berat (gravity) yang lebih besar dibandingkan lahan dengan
kemiringan lereng agak curam (15-30%) dan landau (8-15%). Hal ini disebabkan
gaya berat semakin besar sejalan dengan semakin miringnya permukaan tanah
dari bidang horizontal. Gaya berat ini merupakan persyaratan mutlak terjadinya
proses pengikisan (detachment), pengangkutan (ransportation), dan pengendapan
(sedimentation). (Wiradisastra, 1999).
Kondisi lereng yang semakin curam mengakibatkan pengaruh gaya berat
dalam memindahkan bahan-bahan yang terlepas meninggalkan lereng semakin
besar pula. Jika proses tersebut terjadi pada kemiringan lereng lebih dari 8%,
maka aliran permukaan akan semakin meningkat dalam jumlah dan kecepatan
seiring dengan semakin curamnya lereng. Berdasarkan hal tersebut, diduga
penurunan sifat fisik tanah akan lebih besar terjadi pada lereng 30-45%. Hal ini
disebabkan pada daerah yang berlereng curam (30-45%) terjadi erosi terus-
menerus sehingga tanah-tanahnyabersolum dangkal, kandungan bahan organik
rendah, tingkat kepadatan tanah yang tinggi, serta porositas tanah yang rendah
dibandingkan dengan tanah-tanah di daerah datar yang air tanahanya dalam.
Perbedaan lereng juga menyebabkan perbedaan banyaknya air tersedia bagi
tumbuh-tumbuhan sehingga mempengaruhi pertumbuhan vegetasi di tempat
tersebut (Hardjowigeno, 1993).
Hubungan antara lereng dengan sifat-sifat tanah tidak selalu sama disemua
tempat, hal ini disebabkan karena faktor-faktor pembentuk tanah yang berbeda di
setiap tempat. Keadaan topografi dipengaruhi oleh iklim terutama oleh curah
hujan dan temperatur (Salim, 1998).
Mengetahui besar kemiringan lereng adalah penting untuk perencanaan dan
pelaksanaan berbagai kebutuhan pembangunan, terutama dalam bidang konservasi
tanah dan air antara lain sebagai suatu faktor yang mengendalikan erosi dan
menentukan kelas kemampuan lahan. Besar kemiringan lereng yang dinyatakan
dalam satuan derajat atau persen. (Saleh, 2010).
BAB III
METODE PERCOBAAN

3.1 Waktu dan Tempat


Praktikum kali ini dilaksanakan pada hari Kamis, 20 Oktober 2022 pukul
08.00 WITA sampai selesai. Bertempat di Laboratorium Geofisika, Fakultas
Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Lambung Mangkurat,
Banjarbaru.

3.2 Alat dan Bahan


Alat dan bahan yang digunakan adalah sebagai berikut:
1. Laptop
2. Software Global Mapper 21
3. Data DEM wilayah masing-masing.

3.3 Prosedur Percobaan


Adapun prosedur percobaan ini adalah:
1. Buka software Global Mapper 21
2. Masukkan file data yang ingin dicari kemiringan lerengnya.
3. Pilih Path Profile.
4. Mencari kemiringan yang ingin dicari dengan mengklik kiri dan mengklik
kanan maka akan keluar Path Profil.
5. Pilih kemiringan yang ingin dihitung.
6. Lakukan hal ini sebanyak 3 kali pengulangan dengan mengambil titik
tertinggi dan terendahnya.
7. Jika sudah didapat nilai ketinggian tertitinggi dan terendahnya bisa
menghitung beda tinggi dan jarak sebenarnya.
8. Jika sudah dapat nilai beda tinggi dan jarak sebenarnya maka kemiringan
lereng dapat dicari dengan menggunakan rumus
Beda Tinggi
Kemiringan Lereng= x 100 %
Jarak Sebenarnya
BAB IV
HASIL

3.1 Menghitung Kemiringan Lereng dari Path Profil Menggunakan Global


Mapper

Gambar 4.1 Membuka Software Global Mapper 21

Gambar 4.2 Hasil Path Profil Ketinggian Tertinggi untuk Titik Pertama
Gambar 4.3 Hasil Path Profil Ketinggian Terendah untuk Titik Pertama

Ketinggian Tertinggi => y2= 37.455m X2= 494.28m


Ketinggian Terendah => y1= 32.855m X1= 513m
Beda Tinggi= 4.6m
Jarak Sebenarnya= 18.72m
Beda Tinggi
Kemiringan Lereng= x 100 %
Jarak Sebenarnya
= 24.6%

Gambar 4.4 Hasil Path Profil Ketinggian Tertinggi untuk Titik Kedua
Gambar 4.5 Hasil Path Profil Ketinggian Terendah untuk Titik Kedua

Ketinggian Tertinggi => y2= 29.905m X2= 1.254km


Ketinggian Terendah => y1= 26.63m X1= 1.235km
Beda Tinggi= 3.275m
Jarak Sebenarnya= 0.019km= 19m
Beda Tinggi
Kemiringan Lereng= x 100 %
Jarak Sebenarnya
= 17.2%
Gambar 4.6 Hasil Path Profil Ketinggian Tertinggi untuk Titik Ketiga

Gambar 4.7 Hasil Path Profil Ketinggian Terendah untuk Titik Ketiga

Ketinggian Tertinggi => y2= 24.161m X2= 1.122km


Ketinggian Terendah => y1= 20.598m X1= 1.151km
Beda Tinggi= 3.563m
Jarak Sebenarnya= 0.029km= 29m
Beda Tinggi
Kemiringan Lereng= x 100 %
Jarak Sebenarnya
= 12.3%

DAFTAR PUSTAKA
Arsyad, Sitanala. 2000. Konservasi Tanah dan Air. Bandung: IPB.
Hardjowigeno, S. 1993. Klasifikasi Tanah Pedogenesis. Jakarta: Akademika
Pressindo.
Kartasapoetra, A., G. 1986. Masalah Pertanahan di Indonesia. Jakarta: PT. Bina
Aksara.
Wiradisastra. 1999. Geomorfologi dan Analisis Lanskap. Bandung: IPB.

Anda mungkin juga menyukai