Anda di halaman 1dari 9

LAPORAN PRAKTIKUM

TOPOGRAFI
PERCOBAAN VI
AKUISISI DAN PENGOLAHAN DATA DRONE

OLEH :

NAMA : IKA PUSPITA


NIM : 1911014220016

KEMENTERIAN PENDIDIKAN KEBUDAYAAN RISET DAN TEKNOLOGI


UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
PROGRAM STUDI S-1 FISIKA
BANJARBARU
2022
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Berkembangnya teknologi ilmu geodesi dan geomatika sudah mencapai
kemajuan yang signifikan pada bidang penginderaan jauh (remote sensing).
Teknologi ini menggunakan wahana satelit yang mampu memetakan daerah yang
sangat luas dengan efektifitas waktu yang cepat. Penginderaan jauh dengan
menggunakan wahana satelit saat ini mampu menghasilkan citra resolusi tinggi.
Namun data citra satelit yang ada tidak bisa langsung digunakan sebagai data
dasar pemetaan dikarenakan citra tersebut masih dipengaruhi distorsi geometrik
atau pergeseran posisi. Distorsi geometrik diakibatkan oleh kelengkungan
permukaan bumi dan beberapa faktor lain seperti variasi tinggi satelit, ketegakan
satelit dan kecepatannya, sehingga posisi spasial dari suatu area pada citra tidak
sesuai dengan posisi sebenarnya di lapangan. Maka dari itu untuk menghilangkan
distorsi geometrik yang terjadi perlu dilakukan koreksi geometri dengan cara
orthorektifikasi citra. Dalam proses orthorektifikasi citra diperlukan beberapa data
penunjang yang nantinya mampu menghasilkan citra resolusi tinggi.

1.2 Tujuan Praktikum


Adapun tujuan praktikum ini adalah :
1. Praktikan dapat mengetahui cara menggunakan Drone Dji Zoom 2.
2. Praktikan dapat melakukan proses akuisisi data yang diinginkan.
3. Praktikan dapat melakukan pengolahan data melalui software agisoft.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

Untuk mendukung keberhasilan kebijakan satu peta (One Map Policy) maka
harus didukung oleh semua lapisan. Kebijakan satu peta harus mendapat
dukungan dari semua lapisan pemerintah dan masyarakat. Salah satu teknologi
yang saat ini sedang berkembang untuk pemetaan dengan skala besar adalah
penggunaan UAV atau drone. Saat ini perkembangan teknologi pemetaan
menggunakan pesawat UAV/drone sangatlah pesat, dengan berbagai macam tipe
dan spesifikasi. Menurut Suroso (2016) drone merupakan pesawat tanpa awak
yang dikendalikan dari jarah jauh oleh auto pilot atau mampu mengendalikan
dirinya sendiri dan menggunakan hukum aerodinamika untuk menganggkat diri
sendiri agar bisa melakukan penerbangan. UAV atau drone memiliki kemampuan
melakukan pelacakan posisi dan arah dari sensor yang dapat diterapkan dalam
sistem kordinat global dan koordinat lokal (Eisenbeiss, 2009 dalam Utomo, 2017).

UAV atau drone memiliki keunggulan dibandingkan dengan citra satelit


antara lain dapat dioperasikan relatif cepat dan berulang, mampu terbang rendah
sehingga menghasilkan citra resolusi tinggi, biaya lebih rendah, aplikasi yang
beragam, dan tanpa menggunakan pilot, sedangkan citra satelit waktu
perekamannya sudah ditetapkan, adanya gangguan awan, dan gangguan-gangguan
lain saat perekaman (Shofiyanti, 2011). Menurut Zaco, et al, (2014) dalam Utomo
(2017) penggunaan drone akan menghasilkan gambaran kenampakan bumi
dengan resolusi spasial tinggi dan tidak terkendala awan, sehingga proses
pengumpulan datanya menjadi lebih mudah.

Pemanfaatan UAV/drone hingga saat ini telah banyak dilakukan antara lain
monitoring tata ruang kota, melihat kawasan hutan, perhitungan jumlah pokok
tanaman, identifikasi perubahan lingkungan, konstruksi bangunan, industri,
pemetaan perikanan, lahan, kehutanan, tata ruang, hingga pemetaan batas wilayah
administrasi daerah/kota. Penegasan atau penetapan batas administrasi haruslah
dimulai dari unit terkecil yaitu desa/kelurahan, kecamatan, kabupaten/kota, dan
provinsi, hal ini bertujuan agar perencanaan dan pembangunan wilayah dapat
berjalan dengan baik, sesuai dengan Undang-Undang No 23 Tahun 2014. Saat ini
foto udara menggunakan drone banyak digunakan untuk memetakan suatu
wilayah administrasi, hal ini dikarenakan foto udara (drone) dapat merekam
wilayah administrasi kapan pun, tanpa terikat waktu seperti citra satelit, dan
menghasilkan resolusi yang tinggi.

Menurut Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 76 Tahun 2012 tentang


pedoman penegasan batas daerah, batas daerah adalah kumpulan titik-titik
koordinat geografis yang merujuk kepada sistem georeferensi nasional dan
membentuk garis batas wilayah administrasi pemerintahan antardaerah.
Budisusanto et al., (2014) mengemukakan batas wilayah memiliki fungsi yang
sangat penting antara lain meminimalisasi terjadinya konflik batas, sebagai
rujukan kerja yang akan datang, tertib administrasi pemerintahan, perhitungan
fiskal daerah, kepastian hukum dan yurisdiksi pemerintah daerah, dan rencana tata
ruang tepat sasaran. Hingga saat ini batas wilayah administrasi masih menjadi
masalah karena belum semua wilayah administratif memiliki batas segmen yang
tegas dan jelas, yang ditandai dengan banyaknya permasalahkan yang timbul baik
secarapemerintahan hingga konflik antarmasyarakat.
BAB III
METODE PERCOBAAN

3.1 Waktu dan Tempat


Praktikum kali ini dilaksanakan pada hari Kamis pukul 08.00 WITA sampai
selesai. Bertempat di Laboratorium Geofisika, Fakultas Matematika dan Ilmu
Pengetahuan Alam Universitas Lambung Mangkurat, Banjarbaru.

3.2 Alat dan Bahan


Alat dan bahan yang digunakan adalah sebagai berikut :
4. Laptop
5. Drone Dji Zoom 2
6. Aplikasi Agisoft
7. Aplikasi Drone Deploy
8. Aplikasi DJI GO 4
9. Data Drone MIPA 2

3.3 Prosedur Percobaan


Adapun prosedur percobaan ini adalah:
A. Akuisisi Data
1. Melakukan instalasi aplikasi DJI GO 4 pada gawai.
2. Menerbangkan dan mengoperasikan drone.
3. Melakukan instalasi aplikasi Drone Deploy.
4. Membuat rute pengambilan data drone untuk dijadikan data DEM.
5. Menyimpan data yang didapat.

B. Pengolahan Data
1. Membuka aplikasi Agisoft.
2. Memasukkan data drone yang sudah didapat dalam bentuk photo.
3. Melakukan align photo.
4. Melakukan build dense cloud.
5. Melakukan build mesh.
6. Melakukan build texture.
7. Melakukan build DEM.
8. Menyimpan data DEM yang sudah diproses.
9. Melakukan perhitungan tinggi Gedung MIPA 2.
BAB IV
HASIL

4.1 Hasil Pengolahan Data DEM


4.2 Hasil Analisis Ketinggian Gedung MIPA 2 melalui Global Mapper

DAFTAR PUSTAKA
Budisusanto, Y., Khomsin., Purwati, R., Nurry, A., & Widiastuty, R. 2014.
Pemetaan Partisipatif Batas Kelurahan di Kecamatan Sukolilo. GEOID.
Vol.10(01): 87-92.
Peraturan Menteri Dalam Negeri Republik Indonesia Nomor 76 Tahun 2012
Tentang Pedoman Penegasan Batas Daerah.
Shofiyati, Rizatun. 2011. Teknologi Pesawat Tanpa Awak Untuk Pemetaan dan
Pemantauan Tanaman dan Lahan Pertanian. Informatika Pertanian. Vol. 20
(02): 58-64.
Suroso, Indreswari. 2016. Peran Drone/Unmanned Aerial Vehicle (UAV) Buatan
STTKD Dalam Dunia Penerbangan. Program Studi Teknik Aeronautika,
Sekolah Tinggi Teknologi Kedirgantaraan.
Undang-Undang Nomor 4 Tahun 2011 Tentang Informasi Geospasial
Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 Tentang Pemerintahan Daerah.
Utomo, Budi. 2017. Drone Untuk Percepatan Pemetaan Bidang Tanah. Media
Komunikasi Geografi. Vol. 18(02): 146-156.

Anda mungkin juga menyukai