Anda di halaman 1dari 15

LAPORAN PRAKTIKUM

TOPOGRAFI
PERCOBAAN II
MEMBUAT KONTUR KETINGGIAN DENGAN MENGGUNAKAN
GLOBAL MAPPER DAN ArcGIS SERTA MEMBUAT AREA INTERVAL
DENGAN ArcGIS

OLEH :

NAMA : IKA PUSPITA


NIM : 1911014220016

KEMENTERIAN PENDIDIKAN KEBUDAYAAN RISET DAN TEKNOLOGI


UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
PROGRAM STUDI S-1 FISIKA
BANJARBARU
2022
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Kelayakan teknis dalam perencanaan prasarana jalan, diawali dengan
perancangan geometrik jalan. Dibutuhkan peta-peta pendukung untuk
mewujudkan hasil rancangan geometrik jalan yang harus dipersiapkan sebelum
pelaksanaan perancangan geometrik jalan antara lain:
a. Peta dasar yang menggambarkan situasi kawasan/daerah perancangan dari
titik awal/asal jalan sampai ke titik akhir/tujuan jalan yang harus dibangun.
(dalam peta ini tercantum situasi daerah seperti adanya tempat ibadah,
situs arkeologi, cagar alam, cagar budaya, permukiman, aliran sumgai dan
lain sebagainya),
b. Peta Topografi yaitu peta situasi suatu daerah dengan memperlihatkan
garis yang menunjukkan ketinggian yang sama (Countur).
c. Peta tematik yang menggambarkan kebencanaan daerah tersebut, iklim
daerah tersebut dan lainsebaginya.
Peta-peta tersebut di atas dipersiapka sebagai pendukung dibuatnya
perancangan geometrik jalan, sebelum penggunaan komputer dengan sistem
digital, peta-peta tersebut dibuat secara manual, dengan menggunakan alat ukur
tanah manual, penggambaran secara manual, sehingga beaya menjadi mahal, dan
dibutuhkan waktu yang lama dalam menyelesaikan pembuatan peta-peta tersebut
tersebut.
Pada masa millennium kedua atau setelah tahun duaribuan, pemanfaatan
digital sangat luas sehingga pembuatan peta terutama pembutan peta topografi
dapat dipermudah dan dapat dipercepat, hal ini tidak terlepas dari adanya aplikasi
yang menyediakan data digital yang terus diperbaharui sesuai dengan perubahan
waktu, juga adanya aplikasi untuk melakukan perubahan sesuai dengan kebutuhan
perancangan, sehingga perubahan-perubahan yang dibutuhkan dalam perancangan
dapat dilakukan secara cepat, dan hasil rancangan dapat mendekati sempurna,
baik dari segi teknis, ekonomi, dan finansial, maupun dari segi lingkungan.
1.2 Tujuan Praktikum
Adapun tujuan dari praktikum ini adalah sebagai berikut:
1. Praktikan dapat membuat kontur ketinggian dengan menggunakan software
ArcGIS dan Global Mapper.
2. Praktikan dapat menentukan area interval mengguanakan ArcGIS.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

Peta Topografi merupakan salah satu jenis peta yang ditandai dengan skala
besar dan detail, biasanya menggunakan garis kontur dalam pemetaan modern.
Sebuah peta topografi biasanya terdiri dari dua atau lebih peta yang tergabung
untuk membentuk keseluruhan peta. Sebuah garis kontur merupakan kombinasi
dari dua segmen garis yang berhubungan namun tidak berpotongan, ini
merupakan titik elevasi pada peta topografi. Karakteristik unik yang membedakan
peta topografi dari jenis peta lainnya adalah peta ini menunjukkan kontur
topografi atau bentuk tanah di samping fitur lainnya seperti jalan, sungai, danau,
dan lain-lain. Karena peta topografi menunjukkan kontur bentuk tanah, maka peta
jenis ini merupakan jenis peta yang paling cocok untuk kegiatan outdoor dari peta
kebanyakan.
Pada peta kontur dilengkapi dengan garis kontur yang juga diberi label
ketinggian garis serta interval kontur. Peta kontur adalah suatu peta yang di
dalamnya terdapat (garis-garis kontur) yang menghubungkan tempat-tempat yang
mempunyai ketinggian yang sama. Garis kontur adalah garis khayal dilapangan
yang dibuat dengan cara menghubungkan titik-titik yang mempunyai ketinggian
yang sama atau garis kontur adalah garis menerus di atas peta yang megambarkan
titik-titik di atas peta dengan ketinggian yang sama. Garis kontur ini merupkan
ciri khas yang membedakan peta topografi dengan peta lainnya dan digunakan
untuk penggambarkan relief bumi atau tinggi rendahnya permukaan bumi pada
peta. Garis kontur dapat juga disebut garis tranches, garis tinggi dan garis tinggi
horizontal. Dalam hal ini dapat dimisalkan bahwa garis tinggi horizontal adalah
+30 m dari muka air laut, artinya garis kontur ini dihubungkan oleh titik-titik yang
mempunyai ketinggian yang sama + 30 m terhadap tinggi dari muka air laut. Garis
kontur digambarkan di atas peta untuk menggambarkan tinggi rendahnya
permukaan tanah dari muka air laut. Dari garis kontur ini selanjutnya dapat
diaplikasikan untuk mendapatkan informasi mengenai slope (kemiringan tanah
rata-rata), irisan profil memanjang atau melintang permukaan tanah, dalam bidang
Teknik Sipil (dalam pembangunan jalan) dapat digiaplikasikan untuk menghitung
galian serta timbunan (cut and fill) permukaan tanah asli terhadap ketinggian
vertikal garis jalan yang dibangun. Garis kontur dapat dibentuk dengan membuat
proyeksi tegak garis-garis perpotongan bidang mendatar dengan permukaan bumi
kebidang mendatar peta. Garis-garis kontur merupakan cara yang dilakukan untuk
menggambarkan bentuk permukaan bumi pada peta, karena memberikan ketelitian
yang lebih baik. Cara lain untuk menggambarkan bentuk permukaan bumi yaitu
dengan cara hachures dan shadding. Bidang pembanding ini digunakan pada
umumnya adalah tinggi permukaan air laut, dan ini diambil dan disepakati sebagai
titik ketinggian nol. Indeks kontur adalah garis kontur yang digambarkan lebih
besar/tebal didalam peta, yang merupakan kelipatan lima atau kelipatan sepuluh
dari interval kontur, agar bila gambar peta diperkecil, maka dengan mudah dapat
dibaca mengenai ketinggian garis-garis kontur tersebut.
Karaktersitik garis kontur dapat dijelaskan sebagai berikut ;
1. Sifat-sifat garis kontur
Garis kontur pada dasarnya merupakan wujud dari perpotongan antara suatu
bidang atau suatu benda dengan suatu bidang datar, yang dilihat dari atas.
Garis kontur mempunyai sifat sebagi berikut :
a. Garis kontur tidak pernah saling berpotongan, kecuali dalam keadaan
ekstrim seperti tebing yang menggantung.
b. Garis kontur akan lebih renggang kalau topografi landai dan lebih rapat
topografinya kalau curam.
c. Garis kontur tidak akan bertemu atau menyambung dengan garis kontur
yang bernilai lain.
d. Pada lembah garis kontur akan meruncing kearah hulu.
2. Penentuan besarnya kontur-kontur
Besarnya interval kontur ditentukan oleh :
a. Skala peta makin besar, maka interval konturnya makin kecil.
b. Variasi relief makin besar, maka makin kecil intervalnya.
c. Tujuan khusus.
Perlu dipahami, bahwa semakin kecil interval konturnya, maka makin
banyak detail yang dapat diperlihatkan. Tetapi dalam pemilihan besarnya interval
kontur, harus tetap disesuaikan dengan kebutuhan seberapa detail yang
dibutuhkan untuk diperlihatkan. Kalau tidak ada hal-hal yang khusus yang
dibutuhkan atau ada hal-hal yang luar biasa, interval kontur biasanya diambil
sebesar 1/2000 dari skala peta. Misalnya peta yang berskala 1: 10.000 akan
mempunyai interval kontur sebesar 5 m.
3. Aturan dan cara-cara pembuatan garis kontur
Dalam membuat garis kontur ada beberapa aturan yang diikuti antara lain;
a. Garis kontur selalu dibuat tertutup atau berakhir pada tepi peta.
b. Kontur tertutup yang menunjukkan depresi harus dibedakan dengan kontur
tertutup yang menunjukkan bukit, yaitu dengan cara menambahkan garis-
garis gigi yang mengarah kearah depresi. Cara pembuatan garis kontur
secara manual adalah sebagai berikut;
a) Cantumkan titik-titik dengan harga ketinggiannya.
b) Hubungkan titik-titik yang mempunyai tinggi yang sama, dan
dibedakan dengan titik- titik yang lebih rendah disekitarnya,
kemudian buatlah interpolasi sesuai dengan interval konturnya.
c) Hubungkan titik-titik yang diperoleh dari hasil interpolasi, sehingga
menjadi garis yang mempunyai nilai yang sama..
d) Kalau gari-garis kontur yang telah diperoleh memotong lembah,
walaupun tidak ada suatu harga ketinggian pada hulu lembah
tersebut, garis kontur tersebut kita buat meruncing kehulu. juga spasi
kontur disesuaikan dengan bentuk-bentuk lereng.
4. Interval kontur
Pembuatan garis kontur antara kontur yang satu dengan kontur yang lain
didasarkan pada besarnya perbedaan tinggi diantara kedua buah kontur yang
berdekatan dan perbedaan tinggi tersebut disebut dengan,’’Interval Kontur”
(Contour interval). Untuk menentukan besarnya interval kontur tersebut ada
ketentuan umum yang dapat digunakan yaitu :
• Interval kontur merupakan jarak tegak antara dua garis-garis kontur yang
berdekatan. Jadi interval kontur juga merupakan jarak antara dua bidang datar
yang berdekatan. Pada suatu peta topografi, interval kontur dibuat sama,
berbanding terbalik dengan skala peta. Semaki besar skala peta, maka akan
semakin banyak informasi yang dapat disajikan, dan interval kontur semakin
kecil.
Penarikan kontur dilakukan dengan cara memperkirakan (interpolasi) antara
besarnya nilai titik-titik ketinggian yang ada denga besarnya nilai kontur, artinya
antara dua titik ketinggian dapat dilewati beberapa kontur, tetapi dapat juga tidak
ada kontur yang melewati dua titik ketinggian atau atau lebih. jadi semakin besar
perbedaan angka ketinggian antara dua buah titik tersebut,maka semakin banyak
dan rapat kontur yang memalaui titik tersebut,yang berarti daerah tersebut
lerengnya terjal, sebaliknya semakin kecil perbedaan angka ketinggian
antara dua buah tiitk tersebut, maka semakin sedikit dan jarang kontur yang ada,
berarti daerah tersebut lerengnya landai atau datar. Dengan demikian dari garis
kontur digital tersebut, kita dapat membaca bentuk medan (relief) dari daerah
yang digambarkan dari garis kontur tersebut, apakah mempunyai lerengyang
terjal, (berbukit, bergunung), bergelombang, landai atau datar. Informasi relief
secara absolut diperlihatkan dengan cara menuliskan nilai kontur yang merupakan
ketinggian garis tersebut di atas bidang permukaan laut rata-rata. Garis kontur
mempunyai arti yang penting bagi perencanaan rekayasa, karena dari garis kontur
dapat direncanakan, antara lain : penentuan trase jalan, saluran irigasi, saluran
drainase dalam bentuk irisan, tampang pada arah yang dikehendaki, gambar
isometrik dari galian/timbunan, besar volume galian/timbunan, penentuan batas
genangan pada waduk, dan arah drainase. Pengumpulan data titik koordinat (x,y)
dan ketinggian (z) melalui google earth pro dapat diwujudkan dengan cara
Penginderaan Jauh (PJ), yaitu untuk mendapatkan informasi tentang obyek,
wilayah atau gejala dengan cara menganalisis data yang diperoleh
dari suatu alat tanpa berhubungan langsung dengan obyek, wilayah atau gejala
yang sedang dikaji. (Lilesand et.all, 2007). DTM adalah suatu basis data dengan
koordinat (x,y) dan z yang digunakan untuk mempersentasikan permukaan tanah
secara digital (Kenneth Field (2002), dan yang disebut dengan akurasi adalah nilai
ketinggian titik (z) yang diberikan oleh DEM. DEM merupakan suatu sistem,
model, metode, dan alat dalam mengumpulkan, mengolah, dan penyajian
informasi medan. Susunan nilai-nilai digital yang mewakili distribusi spasial dari
karakteristik medan, distribusi spasial di wakili oleh nilai-nilai pada sistem
koordinat horisontal (X, Y) dan karakteristik medan diwakili oleh ketinggian
medan
dalam sistem koordinat (Z) (Frederic J. Doyle, 1991). Dengan begitu data yang
dihasilkan google earth pro berupa data DTM (digital Terrain Modal) atau Data
DEM (digital evelation modal).
Model Elevasi Digital (Dem) adalah jenis raster lapisan GIS. Dalam DEM,
setiap sel dari lapisan raster GIS memiliki nilai sesuai dengan elevasi (z nilai pada
interval jarak teratur). DEM file data berisi ketinggian medan di wilayah tertentu,
biasanya pada interval grid yang tetap selama “Bare Earth”.Interval antara
masing-masing titik grid akan selalu direferensikan ke beberapa sistem koordinat
geografis (lintang dan bujur atau UTM (Universal Transverse Mercator) sistem
koordinat (Easting Northing). Untuk lebih detil informasi dalam DEM data file,
perlu bahwa titik-titik grid lebih dekat bersama-sama. Rincian puncak dan lembah
di medan akan lebih baik dimodelkan dengan jarak grid kecil daripada ketika
interval grid yang sangat besar. Sebuah digital terrain model (DTM) dapat
digambarkan sebagai tiga – representasi dimensi permukaan medan yang terdiri
dari X, Y, Z koordinat disimpan dalam bentuk digital. DTM adalah singkatan dari
Digital Terrain Model atau bentuk digital dari terrain (permukaan tanah, tidak
termasuk objek diatasnya) DTM menampilkan data yang lebih lengkap dari DEM.
Ini mencakup tidak hanya ketinggian dan elevasi tetapi unsur-unsur geografis
lainnya dan fitur alami seperti sungai, jalur punggungan, dll. DTM secara efektif
DEM yang telah ditambah dengan unsur-unsur seperti breaklines dan pengamatan
selain data asli untuk mengoreksi artefak yang dihasilkan dengan hanya
menggunakan data asli. Dengan meningkatnya penggunaan komputer dalam
rekayasa dan pengembangan cepat tiga dimensi grafis komputer DTM menjadi
alat yang ampuh untuk sejumlah besar aplikasi dibumi dan ilmu teknik.
Sistem informasi yang berbasis spasial merupakan suatu system berbasis
komputer yang digunakan untuk mengumpulkan, menyimpan, mengatur,
mentransformasi, memanupulasi dan menganalisis data-data geografis Data
geografis yang dimaksud disini adalah data spasial yang mempunyai ciri cirinya;
a. Memiliki geometric properties seperti koordinat dan lokasi.
b. Terkait dengan aspek ruang seperti persil, kota,kawasan pembangunan
c. Behubungan dengan semua fenomena yang terdapat dibumi, misalnya data,
kejadian gejala dan objek.
d. Dipakai untuk maksud maksud tertentu, misalnya analisis pemantauan
ataupun pengolahan.
Kebanyakan SIG menggunakan system konsep “lapis” (layer). Setiap
lapisan mewakili satu fitur geografi dalam era yang sama dsn selanjutnya semua
lapisan bisa saling ditumpuk unutk mendapatkan informasi yang lengkap. Setiap
lapisan dapat dibayangkan seperti plastic transparan yang mengandung hanya
gambar tertentu. Pemakai bisa memilih transparan transparan yang dikehendaki
dan kemudian saling ditumpangkan sehingga akan diperoleh gambar yang
merupakan gabungan dari sejumlah transparan.
BAB III
METODE PERCOBAAN

3.1 Waktu dan Tempat


Praktikum kali ini dilaksanakan pada hari Kamis, 29 September 2022 pukul
08.00 WITA sampai selesai. Bertempat di Laboratorium Geofisika, Fakultas
Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Lambung Mangkurat,
Banjarbaru.

3.2 Alat dan Bahan


Alat dan bahan yang digunakan adalah sebagai berikut:
1. Laptop
2. Software ArcMap 10.8
3. Software Global Mapper 21
4. Batas DAS wilayah masing-masing praktikan
5. Data DEM

3.3 Prosedur Percobaan


Adapun prosedur percobaan ini adalah:
A. Kontur Ketinggian dan Area Interval Menggunakan ArcGIS
1. Buka software ArcMap 10.8
2. Masukkan file DEM yang sudah digabungkan dan dipotong.
3. Mengubah sistem koordinat dengan cara search “Project Raster (Data
Management)”.
4. Pada input raster masukkan file DEM yang sudah digabung dan dipotong.
5. Pilih output raster dataset yang kita inginkan.
6. Ubah output coordinate system menjadi WGS _1984_UTM_Zone_50S.
7. Setelah diubah sistem koordinatnya, selanjutnya contour dengan cara
mencari contour dan pilih yang spatial analyst.
8. Pada input raster masukkan file yang diubah sistem koordinatnya.
9. Pilih output raster dataset yang kita inginkan.
10. Masukkan interval kontur yang diinginkan.
11. Cari reclassify pilih Spatial Analyst.
12. Pada input raster masukkan file yang diubah sistem koordinatnya.
13. Pilih classify, ubah classes sesuai dengan keinginan.
14. Ubah juga break valuesnya dari 0, 200, 400, 600, dan 1204.
15. Jangan lupa untuk mengubah tempat penyimpanan yang diinginkan.

B. Kontur Ketinggian dengan Global Mapper


1. Buka software Global Mapper 21
2. Masukkan file.tif yang sudah diubah sistem koordinatnya.
3. Pilih analyst => generate conturs (from terrain grid).
4. Kontur ketinggianpun selesai.
.
BAB IV
HASIL

4.1 Kontur Ketinggian dan Area Interval Menggunakan ArcGIS

Gambar 4.1 Masukkan File yang sudah diclip

Gambar 4.2 Hasil Kontur


Gambar 4.3 Hasil Reclassify

4.2 Kontur Ketinggian dengan Global Mapper

Gambar 4.4 Membuka Software Global Mapper 21


Gambar 4.5 Hasil Kontur Ketinggian dengan Global Mapper

DAFTAR PUSTAKA
Frederic J. Doyle. 1991. Digital Terrain Model: An Overview. Photogrammetric
Engineering &Remote Sensing. Vol 44 (12): 1481 – 1485.
Kenneth Field. 2002. Kingston Centre for GIS. Kingston: University London.
Lilesand, Keifer and Chipman. 2007. Remote Sensing and Image Interpretation 6
th Edition. Wiley: United States.

Anda mungkin juga menyukai