Anda di halaman 1dari 61

Peta Topografi

PETA TOPOGRAFI
Sebuah peta yang memperlihatkan,
bentuk, penyebaran roman muka
bumi dan dimensinya
ROMAN MUKA BUMI
Relief yang meliputi gunung, bukit, lembah,
dataran, tebing dan sejenisnya
Drainase (pola aliran air), termasuk di
dalamnya laut, sungai, danau, rawa, terusan
Culture ( hasil rekayasa manusia ) yang
meliputi kota, jalan antar kota, jalan antar
desa, jalan setapak, rel kereta api, lapangan
terbang, pelabuhan laut, batas daerah dan
nama tempat serta sejenisnya
Peta topografi
Gambaran vertikal (proyeksi orthogonal) dari
penggambaran angka-angka hasil pengukuran
geodetik di lapangan.
Teknik penggambaran peta topografi di mulai
secara manual, berkembang sesuai dengan
kemajuan teknologi yang ditindaklanjuti
dengan aplikai digitasi yang memanfaatkan
program komputer.
Digital Elevation Model (DEM) surface
Peta topografi yang lengkap
selalu disertai hal-hal sebagai berikut:
(1). Skala peta,
(2). Nomor lembar peta dan nama geografinya,
(3). Deklinasi,
(4). Kedudukan lembar peta terhadap lembar peta
yang lain (bladwijzer = index to ajoining sheets),
(5). Garis kontur,
(6). Relief, drainase dan culture,
(7). Legenda atau keterangan.
(1). Skala Peta
Pada umumnya skala peta dituliskan di bagian
bawah garis batas gambar peta. Cara menuliskan
skala peta dapat dengan:
Sistem equivalent: 1 inch = 1 mile
Sistem grafis: 0------====1 km

Sistem RF (Representative Fraction), yaitu


ditunjukkan dalam perbandingan dengan angka
misal: 1: 25.000, artinya jarak 1 cm di peta =
25.000 cm di lapangan = 250 meter (secara
horizontal)
Perlu dicatat:
Besaran nilai skala suatu peta topografi ini hanya
berlaku untuk memperhitungkan ukuran panjang
suatu satuan jarak antar tempat atau lokasi dalam
tatacara teknik penggambaran pada selembar kertas.
Besaran nilai skala, tidak berlaku dalam melukiskan
tebal suatu garis dan sejenisnya. Misal tebal garis untuk
jalan, lebar rel kereta api, lebar sungai tidak mungkin
dilukiskan pada selembar kertas dengan mengikuti
kaidah pengertian dan makna dari skala. Teknik
penggambaran jalan, lebar rel kereta api, lebar sungai
dan sejenisnya tersebut lebih ditekankan pada estetika
atau kerapian dalam teknik penampilan sebuah peta.
Peta topografi terbitan P3G
Peta topografi yang diterbitkan oleh P3G
(Pusat Pengembangan dan Penelitian Geologi)
untuk skala peta 1:25.000, ukuran panjang
dan lebar (merupakan bentuk bujur sangkar,
ukuran panjang = ukuran lebar) peta adalah 5
(5 menit) yang identik dengan 9 km.
Dengan demikian maka 1o = 60/5 x 9 km = 108
km.
Peta terbitan Bakosurtanal
Untuk peta yang diterbikan oleh Bakosurtanal
mempunyai bentuk empat persegi panjang (bukan
bentuk bujur sangkar).
Peta topografi yang diterbitkan oleh Bakosurtanal
(kemudian disebut sebagai Peta Rupa Bumi = PRB),
misal untuk skala 1: 250.000, ukuran panjang telah
ditentukan 1o30 dan ukuran lebar 1o.
Dengan demikian pembagian peta terbitan
Bakosurtanal untuk skala 1:250.000, ukuran panjang
(arah timur-barat) adalah 1o30 dan ukuran lebar (arah
utara-selatan) adalah 1o, mempunyai bentuk empat
persegi panjang (bukan bentuk bujur sangkar)
(2). Deklinasi
Jarum kompas adalah jarum magnet, dan arah utara yang
ditunjukkan oleh jarum kompas adalah arah utara
magnetic.
Arah utara magnetic ini tidak berimpit dengan arah
utara sebenarnya (arah utara geografis).
Keduanya membentuk sudut yang besarannya berbeda-
beda dari satu lokasi geografis yang satu dengan lokasi
geografis lainnya, dan kadang-kadang berubah dari satu
waktu ke lain waktu meskipun lokasinya sama.
Sudut yang dibentuk antara arah utara magnetic dengan
arah utara geografis (sebenarnya) disebut dengan istilah
deklinasi.
Arah utara magnetic
Deklinasi Sudut yang dibentuk antara arah utara
magnetic dengan arah utara geografis (sebenarnya)
Penulisan pada lembar peta
Pada lembar peta, deklinasi dituliskan dengan
magnetic declination. Nilai magnetic declination
ini penting diperhatikan dalam penyesuaian
kompas geologi yang akan dipakai di peta lembar
itu. Petunjuk besarnya deklinasi pada peta
topografi umumnya dituliskan pada bagian
bawah lembar peta di sebelah kiri.
Pada peta sering dituliskan sebagai berikut:
Approximate mean declination 1943 for center of
sheet: Annual magnetic change 3 increase.
Keterangan
GN-Grid North; MN-Magnetic North;
Sudut yang dibentuk antara GN dan MN
adalah besarnya deklinasi.
Supaya jarum kompas menunjukkan arah yang
sesuai dengan arah utara geografis maka
harus dilakukan koreksi deklinasi, dengan cara
memutar piringan deklinasi.
(3). Kedudukan lembar peta terhadap peta yang
lain dalam Bladwijzer (Index to adjoining sheets)
Hal ini penting diperhatikan dalam mencari hubungan
nomor lembar peta dari daerah yang bersangkutan dengan
daerah yang bersebelahan atau sekeliling
Lembar peta yang bersangkutan umumnya diberi warna
yang lebih tampak, atau diarsir. Tulisan index`to adjoining
sheets selalu dijumpai pada peta topografi yang lengkap,
pada bagian bawah lembar peta sisi kanan.
Apabila tidak ada keterangan yang lain, maka garis pinggir
peta yang kedudukannya vertikal (tegak) selalu sejajar
dengan arah utara (true north ), yang sering dituliskan
sebagai Grid North.
<Kode RBI_Bakosurtanal)
(4). Ekspresi Relief
Garis kontur (contour lines) adalah garis yang
merupakan tempat kedudukan titik-titik
dipermukaan bumi yang berdekatan dan mempunyai
nilai ketinggian yang sama terhadap bidang referensi.
Sudah merupakan kesepakatan, bahwa bidang
referensi ini dipergunakan permukaan laut sebagai
titik nol. Namun demikian untuk kepentingan
tertentu yang sifatnya khusus, bidang referensi tidak
harus terhadap permukaan laut.
Penggambaran Peta
Dalam sistem bladwijzer, peta suatu daerah pasti akan berdampingan
dengan peta daerah yang berdekatan, oleh sebab itu, secara umum bidang
referensi (datum plane) diambil dari ketinggian permukaan laut, dan
dianggap sebagai titik 0 (nol).
Untuk mengetahui tingkat ketelitian dalam penggambaran peta topografi,
perhatikan garis-garis kontur di masing-masing lembar peta yang
berdekatan.
Penggambaran peta dengan tingkat ketelitian tinggi ditandai dengan garis
kontur yang mempunyai nilai ketinggian sama, ditunjukkan bila peta
topografi yang posisinya berdampingan disinggungkan pinggirnya, garis
kontur yang mempunyai nilai ketinggian sama pasti bersambung.
Dengan demikian, pola penggambaran garis-garis kontur dapat diartikan
bahwa garis-garis kontur pada peta topografi akan menunjukkan tinggi
dan rendahnya suatu daerah.
TEKNIK PENGGAMBARAN RELIEF
Teknik penggambaran relief pada peta-peta
yang dimanfaatkan oleh para pemerhati ilmu
kebumian, maka disuguhkan dengan berbagai
model yaitu dengan:
(a). Garis-garis kontur
(b). Garis-garis tinting
(c). Bayangan (shading)
(d). Garis hachures
(a). Garis-garis kontur
Peta dengan garis kontur umum dipergunakan sebagai peta dasar
dalam membuat peta geologi karena diyakini lebih praktis.
Nilai ketinggian suatu tempat dapat diketahui dengan pasti dan
cepat,
Warna yang dipergunakan untuk menggambar peta topografi dapat
dan dibenarkan hanya satu yaitu warna hitam di atas kertas yang
berwarna putih.
Disamping itu notasi-notasi geologi yang lain baik itu merupakan
symbol struktur geologi, symbol lithologi dan symbol lainnya,
misalkan jalan, sungai tidak tenggelam dalam peta topografi
dengan model garis kontur. Anda juga dipermudah dalam
membaca peta geologi.
(a). Garis-garis kontur
Dengan adanya nilai absolute besaran ketinggian garis kontur
pada peta topografi, anda juga menjadi dipermudah dalam
membuat garis profil (profile line) topografi pada sayatan
geomorfologi atau pada sayatan atau penampang geologi.
Garis kontur merupakan suatu garis sifatnya harus tertutup
(bersambung) baik dalam dimensi lokal ataupun dimensi
regional. Itulah sebabnya mengapa dalam teknik
penggambaran peta topografi, garis-garis kontur dilukiskan
hingga pada pinggir peta. Namun demikian, hal ini tidak
berlaku apabila dalam satu lembar peta terdapat daratan yang
berbatasan dengan laut.
Perhatikan cara menuliskan angka
nilai ketinggian garis kontur
Peta Dasar Pemetaan Geologi
Mempertimbangkan hal-hal tersebut di atas,
peta topografi dengan garis kontur ini-lah
yang disarankan untuk dipergunakan sebagai
peta dasar untuk membuat peta geologi.
Dengan demikian peta geologi yang dihasilkan
akan mudah dibaca, sehingga tujuan
membuat peta agar mempermudah pemakai
peta dapat tercapai.
(b). Garis-garis tinting
Menunjukkan ketinggian suatu tempat dengan garis-garis lengkung (yang cara
penggambarannya mirip dengan garis kontur) yaitu merupakan garis-garis
lengkung yang melingkar tertutup dan memusat. Garis-garis lengkung
tersebut tidak ada besaran nilai ketinggian (seperti yang tampak pada garis
kontur)
Pada peta yang dicetak asli (bukan hasil foto copy-hitam putih) garis-garis
tersebut digambarkan dengan warna coklat, makin kearah tempat dengan
topografi yang lebih tinggi garis-garisnya menjadi semakin tebal dan semakin
rapat sehingga tampak sebagai warna yang tampak gelap karena demikian
rapatnya garis-garis lengkung itu, Sedangkan makin ke arah daerah dengan
angka ketinggian makin kecil dipakai warna yang bertendesi kuning tua.
Garis-garis lengkung ini (pada peta dengan garis-garis tinting sebagai petunjuk
nilai ketinggian) tampak indah dan menarik untuk dilihat. Namun, apabila peta
dengan model ini dipergunakan sebagai peta dasar untuk menggambar peta
geologi akan dapat menimbulkan kerancuan dengan notasi yang dipergunakan
sebagai symbol lithologi
(b). Garis-garis tinting
Garis-garis yang menunjukkan batas satuan batuan atau batas
formasi batuan, tanda-tanda strike dan dip, gari-garis
patahan, tanda-tanda struktur geologi antara lain garis
symbol antiklin dan sinklin akan dapat tenggelam sehingga
peta geologi yang dihasilkan akan sulit untuk dibaca
Penggambaran garis profil (profil line) topografi tidak akan
dapat dilakukan dengan tingkat ketelitian yang tinggi. Dengan
demikian, garis profil sayatan geologi atau pada sayatan
geomorfologi lebih memanfaatkan pada konsep pendekatan.
Menunjukkan ketinggian banyak tempat dengan garis-garis
tinting, pada umumnya dipergunakan pada peta topografi
dengan skala kecil, misalnya skala 1:50.000.000.
(b). Garis-garis tinting
Peta topografi dengan garis-garis tinting dapat dilihat pada:
School Atlas Der Gehele Aarde Herzien Door P.Eibergen,
diterbitkan Bij J.B Wolters Uitgeversmaatchapaij N.V.-
Groningen-Batavia (1947), misalnya pada hal.18, De
Alpen, schaal 1:250.000; hal.29, Azie, schaal
1:30.000.000; hal. 32, De Grote Ocean, schaal
1:60.000.000.
Atlas Indonesia dan Dunia disusun oleh Chamzawi dan
Wibisono, diterbitkan oleh CV.Pradika (1983); hal.26,
Sulawesi, skala 1:4.500.000; hal.37, Irian Jaya, skala
1:4.820.000; hal. 42. Asia,skala 1:50.000.000.
(b). Garis-garis tinting
Hal yang perlu diperhatikan bila akan menunjukkan besaran
nilai ketinggian suatu tempat dengan mempergunakan garis-
garis tinting antara lain:
Pemakai peta akan mengalami kesulitan dalam membacanya.
Pada peta dengan model ini anda akan mengalami kesulitan
pada saat akan menentukan besaran nilai ketinggian suatu
tempat.
Peta dengan model tinting terbatas dipergunakan pada
daerah yang berbukit-bukit atau pada daerah gunung api.
Pada puncak gunung api garis-garis tersebut seolah-olah
saling merapat dan akhirnya menyatu dan menghasilkan
warna yang relatif gelap.
(b). Garis-garis tinting
Peta topografi dengan model ini, tidak pernah
dipergunakan sebagai peta dasar untuk melukiskan
peta geologi, karena akan dapat
menenggelamkan warna symbol lithologi dan
notasi-notasi geologi lainnya.
Bila penggambaran peta geologi mempergunakan
peta dengan model ini sebagai peta dasar, salah
satu tujuan peta geologi agar memberikan
informasi dan kemudahan untuk dibaca menjadi
tidak tercapai.
TINTING Pemberian warna >>> semakin tinggi semakin gelap;
warna menunjukkan interval tertentu
(c). Bayangan (shading)
Sering disebut dengan nama Digital Elevation Model
(DEM)
Keberadaan shading yang digambarkan dengan
variasi warna biru (biru pucat, biru muda, biru tua)
akan tampak rancu dengan simbol-simbol lithologi.
Sebagai contoh: pada peta yang besaran nilai
ketinggian tempat ditunjukkan dengan shading pada
berbagai variasi warna biru, akan rancu dengan
simbol lithologi batugamping yang juga digambarkan
dengan warna biru pada peta geologi.
Digital Elevation Model (DEM) surface
Topografi diperlihatkan dalam
bentuk peta Bayangan (shading)
(c). Bayangan (shading)
Dengan peta model ini anda akan mengalami kesulitan pada
saat menentukan nilai ketinggian suatu tempat.
Penggambaran garis profil (profil line) topografi tidak akan
dapat dilakukan dengan tingkat ketelitian yang tinggi. Dengan
demikian, garis profil topografi pada sayatan geologi atau
garis profil topografi pada sayatan geomorfologi digambar
lebih dengan model konsep pendekatan.
Menunjukkan ketinggian banyak tempat dengan garis-garis
shading, pada umumnya dipergunakan pada peta topografi
dengan skala kecil, misalnya skala 1:50.000.000.
(c). Bayangan (shading)
Peta topografi dengan model shading tidak
pernah dipergunakan sebagai peta dasar
untuk membuat peta geologi.
Bila penggambaran peta geologi
mempergunakan peta dengan model ini
sebagai peta dasar, salah satu tujuan peta
geologi agar memberikan informasi dan
kemudahan untuk dibaca menjadi tidak
tercapai.
(c). Bayangan (shading)
Peta yang menunjukkan ketinggian dengan shading
dapat anda jumpai pada:
ATLAS Indonesia dan Dunia, yang disusun oleh
Chamzawi dan Wibisono, diterbitkan oleh CV.Pradika,
Jakarta tahun 1983, misal peta Jawa Barat, skala
1:1.474.000; atau
Peta Azie, Schaal 1: 30.000.000, (hal 29), yang
dimuat dalam Scholl Atlas Der Gehele Aarde, Herzien
Door P.Eibergen, diterbitkan Bij J.B. Wolters
Uitgeversmaatschappij NV- Groningen, Batavia,
tahun 1947.
(c). Bayangan (shading)
Apabila diperhatikan lebih lanjut menunjukkan
besaran nilai ketinggian tempat dengan tinting
dan dengan shading dilakukan secara
kombinasi.
Hal ini dapat ditemukan pada peta-peta yang
digambarkan pada Atlas Indonesia dan Dunia
(1983) dan School Atlas Der Gehele Aarde
(1947).
(d). Garis hachures
Menunjukkan ketinggian suatu tempat dengan garis lurus setrip-
setrip yang memusat. Garis-garis inilah yang disebut sebagai garis
hachures.
Pada peta yang asli garis-garis tersebut digambarkan dengan
warna coklat, makin ke arah tempat yang secara topografis
menjadi lebih tinggi garisnya menjadi semakin tebal dan semakin
rapat. Apabila peta tersebut difoto copy garis-garis tersebut akan
tampak dengan warna hitam di atas lembaran kertas sebagai
dasar berwarna putih.
Garis-garis ini akan tampak rancu dengan notasi yang
dipergunakan sebagai symbol lithologi pada peta geologi. Pemakai
peta geologi akan mengalami kesulitan dalam membacanya.
(d). Garis hachures
Pada peta dengan model ini anda akan mengalami
kesulitan pada saat anda menentukan besaran nilai
ketinggian suatu tempat.
Peta dengan model hanchurs terbatas dipergunakan
pada daerah yang berbukit-bukit dan gunung api.
Menunjukkan ketinggian banyak tempat dengan
garis-garis tinting, pada umumnya dipergunakan
pada peta topografi dengan skala kecil, misalnya
skala 1:50.000.000.
Penggunaan hachures
Saat ini peta topografi dengan model garis hachures
tidak pernah diterbitkan lagi.
Peta dengan model ini, tidak dipergunakan sebagai peta
dasar untuk menggambar peta geologi, karena akan
dapat menenggelamkan warna yang dipergunakan
untuk symbol lithologi dan notasi geologi yang lain.
Bila penggambaran peta geologi mempergunakan peta
dengan model ini sebagai peta dasar, salah satu tujuan
peta geologi agar memberikan informasi dan kemudahan
untuk dibaca menjadi tidak tercapai.
Peta model hachures
(6). Kultur
Kultur dalam bahasa aslinya (yaitu bahasa Inggris) disebut dengan kata culture
dimaksudkan suatu bentukan fisik sebagai hasil budaya atau kinerja manusia. Yang
termasuk kultur dalam konteks peta topografi antara lain:
Keberadaan desa, jalan antar kota, jalan antar desa, rel kereta api, lapangan
terbang, pelabuhan, tempat-tempat bersejarah, bendungan, makam, tempat
penambangan, tempat sumur minyak bumi dan sejenisnya, yang selalu menyertai
dalam penggambaran sebuah peta topografi.
Kultur tersebut tidak mempunyai peran yang signifikan pada peta geologi yang
dihasilkan.
Oleh sebab itu tanda-tanda atau gambar atau legenda atau keterangan yang
berkaitan dengan kultur disarankan tidak perlu ditulis kembali pada uraian atau
keterangan lebih lanjut pada penyuguhan peta geologi, dengan asumsi seorang
geologist sudah harus dan wajib mengetahui semua arti dan makna dari gambar-
gambar kultur tersebut. Saran ini dipertimbangkan agar peta geologi yang
dihasilkan menjadi ringkas namun tetap informatif.
MAKNA VARIASI GARIS KONTUR
PADA INTERPRETASI GEOLOGI
Dari tampilan garis-garis kontur yang tergambarkan pada peta
topografi, seorang geologist sudah mampu menginterpretasi
kesulitan yang akan dihadapi pada saat melakukan penelitian di
lapangan.
Penyuguhan peta topografi dengan garis-garis kontur dapat
dimanfaatkan untuk melakukan interpretasi:
Keadaan topografi suatu daerah,
Tingkat keragaman resistensi batuan di suatu daerah,
Jenis batuan penyusun lithologi yang tersingkap,
Kemungkinan adanya strukur perlipatan atau patahan.
Makna Peta Topografi
Interpretasi peta topografi akan menjadi lebih mendekati
kebenaran dan memiliki validitas tinggi, bila didampingi
atau dikombinasi dengan hasil interpretasi foto udara.
Kenampakan peta topografi yang besaran nilai
ketinggian tempat digambarkan dengan garis-garis
kontur, dan setelah dilukiskan secara keseluruhan pada
selembar kertas dapat dimanfaatkan oleh geologist
untuk melakukan interpretasi keadaan geologinya suatu
daerah. Teknik pendekatan analisa ini sering disebut
dengan istilah Teknik Interpretasi Peta Topografi.
Interpretasi Peta
Perkembangan teknologi
Teknologi indera makin lama makin berkembang dan memberikan
kemudahan bagi anda sebagai geologist. Tersedianya program
Google Earth, yang dapat di-akses melalui computer via internet,
telah memungkinkan anda mendapatkan gambaran secara garis
besar tentang struktur geologi dan variasi tingkat resistensi lithologi
suatu daerah.
Untuk melakukan interpretasi kenampakan geologi dengan Google
Earth dilakukan secara bertahap dan sistimatis. Dari Google Earth
dapat diperoleh keterangan mengenai kedudukan koordinat (letak
lintang dan bujur suatu tempat) serta ketinggian suatu tempat serta
kenampakan geologi lainnya. Geologist yang mempunyai banyak
pengalaman lapangan dan banyak jam terbang, mampu membaca
tampilan geologi suatu daerah via Google Earth.
3.4. DRAINAGE PATTERN.
Drainage pattern (pola aliran) sungai pasti tampak pada peta
topografi, ataupun pada foto udara.
Pola aliran sungai yang digambarkan pada peta topografi, atau
tampilan pada foto udara meliputi sungai permanent dan sungai
intermitten.
Sungai permanent adalah sungai yang mengalirkan air sepanjang
musim (baik pada musim kemarau ataupun pada musim hujan,
tentu saja dengan besaran debitnya berbeda).
Sungai intermitten adalah sungai yang hanya mengalirkan air
pada musim hujan saja.
Kenampakan pola aliran sungai kaitannya
dengan keadaan geologi suatu daerah
Pada peta topografi selain garis kontur juga dicantunkan keberadaan
sungai. Sungai merupakan ekspresi daerah dengan penyebaran lithologi
yang lemah atau tingkat resistensi rendah, mudah tererosi.
Zona patahan merupakan daerah yang lemah, ditempat tersebut akan
terbentuk breksiasi, milonit. Keduanya merupakan bagian yang lemah dan
mudah tererosi. Zona patahan biasanya pada peta topografi merupakan
garis-garis yang relative lurus.
Hal serupa kemudian akan terekspresikan sebagai sungai. Oleh sebab itu
apabila pada peta topografi, atau pada foto udara, foto Econos, bahkan
dalam peta topografi skala regional atau tampil dalam bentuk bentang
alam pada Google Earth, kenampakan terjadinya sungai yang hampir lurus
dapat dan kuat diduga merupakan suatu jalur patahan.
Kenampakan pola aliran sungai kaitannya
dengan keadaan geologi
Patahan geologi yang dianggap sudah mati sangat
mungkin dapat terjadi reaktivasi (aktif) kembali apabila ada
trigger yang bersifat endogen (berasal dari dalam kulit
bumi, misal kekuatan yang timbul akibat gempa tektonik).
Sebagai contoh, patahan Sungai Opak (lihat peta geologi
Lembar Jogyakarta) yang diyakini telah mati, terjadi
reaktivasi sebagai akibat gempa tektonik Jogyakarta, yang
terjadi pada hari Sabtu, tanggal 27 Mei 2006. Rumah-
rumah yang dibangun di daerah lembah sekitar sungai
Opak merupakan daerah yang paling parah mengalami
kerusakan.
REPRODUKSI PETA TOPOGRAFI
Apabila anda membeli peta topografi masa kini, yang dikenal sebagai PETA
RUPA BUMI (diterbitkan oleh Bakosurtanal), dicetak dengan berbagai
macam warna pada satu peta.
Bila peta ini dipergunakan sebagai peta dasar untuk membuat peta
geologi, akan menimbulkan sedikit masalah dalam menampilkan symbol-
symbol peta geologi yang diekspresikan dengan warna (bukan dengan
gambar-gambar).
Dengan teknologi reproduksi atau foto copy muthakir yang telah
dikembangkan, warna-warna pada PETA RUPA BUMI, dapat dihilangkan,
sehingga yang tampak dan diperoleh adalah peta kontur dengan dasar
kertas putih, tulisan huruf dan angka serta garis-garis penyertanya dapat
diubah menjadi warna hitam termasuk warna garis konturnya.
Peta hasil reproduksi ini dapat dipergunakan sebagai peta dasar untuk
berbagai keperluan dalam membuat peta thematik, termasuk sebagai
peta dasar untuk membuat peta geologi.
Peta Rupa Bumi terbitan
Bakosurtanal (yang asli)
Telah tercantum keterangan sebagai berikut:
Gedung dan bangunan lain meliputi: permukiman, bangunan, tempat bangunan
sejarah, kantor pemerintah, menara, tambang, sumur bahan bakar, sumur
gas`alam, pusat pembangkit listrik, kawat listrik tegangan tinggi, pipa bahan bakar.
Perhubungan meliputi: jalan arteri-satu jalur, dua jalur, jalan kolektor, jalan sedang
dibangun, jalan lain, jalan setapak, tambangan, jalan kereta api, stasiun,
terowongan, lapangan terbang, lapangan terbang internasional,
Relief dan titik kontrol meliputi: garis kontur, kontur indeks, garis kontur bantuan,
tebing, batu-daerah pasir atau kerakal, tinggi titik, titik kontrol geodesi.
Tumbuh-tumbuhan: meliputi: sawah, perkebunan, hutan, belukar, ladang.
Batas administrasi meliputi: batas negara, batas propinsi, batas kabupaten atau
kota, batas kecamatan, batas hutan lindung.
Perairan meliputi: garis pantai, batu karang, terumbu, beting karang, sungai, air
terjun, arah aliran, rawa, empang, penggaraman, danau, terusan atau saluran air,
bendungan, tempat berlabuh, menara suar.
Penggunaan Peta Rupa Bumi
Seiring giat membangun sarana dan prasarana fisik, sangat dimungkinan akan
terjadi penambahan bangunan fisik yang lain.
Misal yang semula terdapat hutan lindung pada suatu saat akan hilang; saat ini
disuatu daerah tidak ada lapangan terbang internasional, dimasa mendatang akan
dibangun; yang semula hutan kemudian berubah fungsi menjadi perkebunan; yang
semula ladang berubah menjadi tempat permukiman; dan lain sebagainya.
Dengan demikian maka Peta Rupa Bumi yang telah diterbitkan oleh Bakosutanal
itu belum merupakan peta topografi lengkap dan final, yang pada suatu saat
akan ditambahkan lagi dengan berbagai notasi, atau notasi yang telah ada
menjadi berkurang. Walaupun demikian, Peta Rupa Bumi ini, masih dapat
dipergunakan sebagai peta dasar untuk membuat peta geologi, dengan mengambil
keterangan yang telah dicantumkan pada peta, namun sifatnya selektif.
Berkaitan dengan hal tersebut nampaknya Peta Rupa Bumi yang sudah diterbitkan,
pada suatu saat perlu dilakukan pengurangan atau penambahan atau
penyempurnaan atau dengan kata singkat perlu di-revisi, disesuaikan dengan
kondisi yang baru.
TEMPAT MEMPEROLEH PETA
TOPOGRAFI
Di Indonesia peta topografi dengan berbagai macam skala dapat diperoleh
di Direktorat Geologi Bandung, Jalan Diponegoro 57 Bandung (sekarang
disebut sebagai Pusat Pengembangan dan Penelitian Geologi Bandung =
P3G Bandung), atau di Kantor Badan Koordinasi Survey dan Pemetaan
Nasional (Bakosurtanal) c.q. Pusat Pemetaan Dasar Rupa Bumi dan Tata
Ruang, jln. Raya-Bogor,km.46, Cibinong, Jakarta, Indonesia, telephon/Fax:
021-87901254.
Peta terbitan Bakosurtanal juga dapat dibeli di outlet peta Bakosurtanal di
beberapa kota besar yang ada Perguruan Tinggi atau Universitas yang
menyelenggarakan pendidikan disiplin ilmu kebumian, antara lain geologi,
ataupun geografi. Di Jogyakarta, outlet tersebut bertempat di Ruko,
Kompleks Puskesmas Depok, yang berada di sebelah utara Kompleks
Fakultas Pertanian, Universitas Gadjah Mada, Jogyakarta.

Anda mungkin juga menyukai