HUTAN
PAPUA
David Saweri
Feki Mobalen
Hiryet H. Hegemur
Oktavianus Waken
Richarth Charles Tawaru
Titus Paskalis
Wirya Supriyadi
i
POTRET
HUTAN
PAPUA David Saweri
Feki Mobalen
Hiryet H. Hegemur
Oktavianus Waken
Richarth Charles Tawaru
Titus Paskalis
Wirya Supriyadi
POTRET HUTAN PAPUA
Copyright ©️2021, WRI Indonesia
xx + 191 halaman
PENULIS:
David Saweri
Feki Mobalen
Hiryet H. Hegemur
Oktavianus Waken
Richarth Charles Tawaru
Titus Paskalis
Wirya Supriyadi
EDITOR:
Agoeng Wijaya
Sandy Indra Pratama
Tulus Wijanarko
Yosep Suprayogi
PETA:
Kanda Raharja
EDITOR BAHASA:
Uu Suhardi
ISBN xxx-xxx-xxx-xx-x
Dengarkan Suara
Masyarakat Adat
Papua
HUTAN Papua adalah tempat kehidupan masyarakat adat Papua.
Dalam hutan itu ada banyak sumber kehidupan yang harus dijaga
dan dimanfaatkan untuk kehidupan masyarakat adat Papua dan
masyarakat dunia.
Hutan Papua juga tempat bermain, menimba ilmu, serta melatih
keterampilan dan ketangkasan kerja. Hal ini disyairkan oleh
Domine Izaak Samuel Kijne dalam lagu Hai Tanah Ku Papua ayat
5: Kukasih Hutan-Hutan Selimut TanahKu, Ku Suka Mengembara di
Bawah Naunganmu.
Hutan Papua telah lama menjadi incaran banyak orang dari
berbagai belahan dunia. Banyak pengusaha, pemegang hak
pengusahaan hutan, yang telah masuk dan memanfaatkan sumber
daya hutan Papua. Tapi mereka melakukannya dengan cara-
cara yang merusak dan menyengsarakan rakyat Papua. Konflik
masyarakat adat dan pengusaha terjadi di hampir seluruh tanah
Papua. Dan itu telah mengakibatkan kematian, trauma, dan
kesengsaraan berkepanjangan bagi masyarakat adat Papua.
Adakah masa depan bagi orang Papua dalam kebijakan kehutanan?
Pertanyaan itu bisa jadi yang menuntun sebagian masyarakat adat
Papua pada pertanyaan lain dalam relasi Negara Indonesia dan
rakyat Papua. Mengapa sejahtera di Papua harus dipaksakan sama
dengan sejahtera di wilayah lain Indonesia? Mengapa eksploitasi
hutan dilakukan atas nama pembangunan dan kesejahteraan diukur
dengan banyaknya hutan yang diganti dengan jalan dan kota?
Kotaraja Dalam
Awal Oktober 2021
Leo Imbiri
Sekretaris Umum Dewan Adat Papua
Pengurangan
Tutupan
Hutan
xii — Potret Hutan Papua xiii — Potret Hutan Papua xiv — Potret Hutan Papua xv xvi xvii xviii xix
2006 2011 2015 2020
xx — Potret Hutan Papua xxi — Potret Hutan Papua xxii — Potret Hutan Papua xxiii xxiv xxv xxvi xxvii
PENDAHULUAN
MORATORIUM SAWIT: MANJUR Kelapa Sawit. Adapun kepada Menteri Agraria dan Tata Ruang (ATR)/Kepala
Badan Pertanahan Nasional (BPN), diperintahkan melakukan evaluasi terhadap
ATAU TIDAK? penerapan HGU perkebunan kelapa sawit.
ADA upaya pemerintah mengembalikan kawasan hutan yang telah beralih rupa Apakah Inpres itu ada hasilnya? Sesuai laporan koalisi Moratorium Kelapa
menjadi perkebunan sawit, yakni melalui Instruksi Presiden (Inpes) No. 8 Tahun Sawit, pemerintah Papua Barat telah menelaah ulang perizinan 30 perkebunan
2018. Inpres yang diteken Presiden Joko Widodo pada 19 September 2018 kelapa sawit selama 2019-2021. Hasilnya, perizinan 14 perusahaan kelapa
ini bertajuk Penundaan dan Evaluasi Perizinan Perkebunan Kelapa Sawit serta sawit dicabut dengan total luas lahan hampir mencapai 270 ribu hektar. Koalisi
Peningkatan Produktivitas Perkebunan Kelapa Sawit. ini beranggotakan sejumlah LSM lingkungan hidup, Komisi Pemberantasa
Korupsi (KPK).
Inpres ini berisi sejumlah instruksi kepada beberapa Menteri untuk melakukan
evaluasi terhadap semua perizinan. Penerima instruksi, antara lain, Menteri Sebenarnya Inpres tersebut telah jatuh tempo pada 19 September 2021.
Lingkungan Hidup dan Kehutanan (LHK) yang harus menunda pelepasan atau Namun hingga naskah ini ditulis belum ada kejelasan apakah moratoriuam
tukar-menukar kawasan hutan perkebunan kelapa sawit. Penundaan berlaku diperpanjang atau tidak. Kalaupun diperpanjang, sejumlah kalangan menyebut
bagi permohonan baru, permohonan yang telah diajukan, juga permohonan moratorium bakal tak manjur karena berlakunya UU Cipta kerja (Omibus Law).
yang telah mendapat persetujuan prinsip. Manajer Kampanye Eksekutif Nasional Wahana Lingkungan Hidup (Walhi),
Presiden juga menginstruksikan Menteri LHK melakukan identifikasi Wahyu Perdana, menilai regulasi itu bisa membuka celah perizinan baru
perkebunan kelapa sawit yang terindikasi berada di kawasan hutan. Menteri perkebunan sawit. “Moratorium (kelapa sawit) tidak mungkin dilakukan selama
harus melaksanakan ketentuan alokasi 20% untuk perkebunan rakyat atas masih ada UU Cipataker,” kata dia. (Kompas.com, 24/6/2021).
pelepasan kawasan hutan untuk perkebunan kelapa sawit. Selain itu, kata dia, ada persoalan penegakan hukum. Beberapa hal yang
Selain kepada Menteri KLH, instruksi juga ditujukan kepada Menteri Pertanian dahulunya merupakan tindakan illegal, tapi saat ini justru menjadi legal oleh
untuk melakukan evaluasi terhadap proses pemberian Izin Usaha Perkebunan UU Cipta Kerja. “Jadi, hadirnya Omnibus Law tidak memungkinkan moratorium
lanjut.”
2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019 2020
10.169,12
13.290,87 15.110,47 16.230,13
20.553,31 20.075,51
21.767,45 24.812,01
21.576,08
25.639,54
Penyusutan tutupan saban tahun (hektare)
HUTAN
TAK BERHENTI Luas Hutan Papua
(hektare)
MENYUSUT
xxx 28.068,92
DALAM 20 tahun terakhir, hutan di
30.438,86
Provinsi Papua dan Papua Barat telah xxx
susut seluas 700 ribu hektare. Rimba
36.508, 63
yang menjadi sumber penghidupan
dan jantung budaya orang Papua itu
38.304,51 39.843,73
beralih fungsi menjadi kebun sawit,
tambang, hutan tanaman industri, 47.463,35
47.306,87
dan ajang pembalakan liar. 2001 2021
60.535,72
85.323,90
xlii — Potret Hutan Papua 97.215,01 xliii
SAGU, PALA, DAN MERBAU HUTAN BAGAIKAN IBU
HAMPIR seluruh flora di rimba Papua berharga bagi orang Papua. Tiga BAGI orang Papua, hutan bukanlah sekadar kerimbunan pepohonan di lahan
tanaman di antaranya menjadi sumber kebutuhan pokok dan perlindungan yang luas. Hutan adalah segalanya bagi mereka. Dari rimba, mereka mendapat
mereka, yakni sagu, pala, dan merbau. Deforestasi membuat tiga tanaman ini makanan, pengobatan, kepercayaan, serta jantung tradisi dan budaya.
menyusut drastis dari tanah Papua.
AMPAT
22.285
Ikan kerapu
yang dihasilkan
(kilogram)
47.963
n
35.160 Wisatawan
asing 24.090
18.430
7.691 n
Wisatawan
10.759 domestik
Pulau Waigeo
Teluk Mayalibit
Pulau Doom
Kampung Samate
Pulau Selawati
Pulau Misool
sudah tidak 2017, hasil tangkap ikan kerapu mengalami Cahaya dari lampu gas yang diletakkan di depan perahu dayung menghipnotis
seperti itu penurunan tiap tahun. Misalnya, pada 2013, ikan-ikan lema hingga mengikuti ke manapun arah lampu.
lagi. ikan kerapu yang dihasilkan mencapai Dengan hanya ditimba, ikan lema yang diperoleh masyarakat bisa mencapai
68.460 kilogram, tahun berikutnya menurun ratusan ton. Tidak ada ikan jenis lain yang ikut tertangkap sepanjang mereka
menjadi 47.963 kilogram, pada 2015 menjadi 35.160 kilogram, dan menimba ikan.
pada 2016 menjadi 18.430 kilogram.
Belakangan, jumlah ikan yang ditimba terus menurun. Konservasi ikan yang
Bahkan untuk lobster, menurut data yang sama, pada 2015
membatasi masyarakat selama bulan tangkap cukup signifikan mengurangi
dan 2016 tidak ada data hasil tangkap yang disajikan. Salah satu
hasil.
penyebabnya, seperti diceritakan Musay dan Bapak Raja Abdullah
Arfan, spot tangkap lobster telah dikuasai resor. Masyarakat dilarang Hutan bakau di depan Kampung Warsambin dan Kampung Lopintol adalah
menangkapnya dan harus bayar untuk memasuki kawasan. kawasan cagar alam, tempat berkembang biak kasia atau anak udang dan
kepiting bakau.
Soal nelayan yang mengeluhkan kehidupannya tak berubah
setelah maraknya pariwisata di Raja Ampat, Bapak Raja melihat
memang ada beberapa poin alasan.
baik. Namun seharusnya ada pendampingan terhadap masyarakat Kabupaten Raja Ampat. Awal Februari 2017, sekitar pukul dua siang, dering
pemilik lahan saat berbicara dengan para investor,” katanya. telepon menyalak-nyalak.
Kedua, pemerintah tak bisa membuat aturan yang melindungi Di ujung telepon, seseorang memberitahukan adanya insiden sebuah kapal
masyarakat soal hubungan warga dengan laut (misalnya dilarang pesiar besar kandas menghantam karang di dekat pelabuhan Waisai, ibu kota
memancing di perairan dekat resor, bahkan tidak boleh melintas) Kabupaten Raja Ampat. Kapal itu bernama Calodonian Sky.
yang juga digunakan investor. “Sebab,
Musay dan rekan-rekannya bergegas menuju tempat kapal tersebut kandas.
Masyarakat biasanya investasi resor itu kemudian
Tanpa pikir panjang, Musay dan teman-temannya langsung meraih peralatan
yang terbatas merambah dan mengisolasi sebagian
selam. “Saya langsung menyelam masuk ke air. Kami menyelam berenam,”
pengetahuannya laut di hadapannya,” ujar Bapak Raja.
katanya.
harus langsung Seharusnya, kata dia, pemerintah
bernegosiasi daerah bisa membuat solusi akan hal
Saat menyelam, Musay dan kanawan-kawannya langsung memeriksa kondisi
nnn Yang menjadi persoalan lain adalah tidak adanya ruang bagi
masyarakat lokal untuk dapat mengakses sumber daya dari
pemerintah daerah, khususnya Dinas Pariwisata. Hanya segelintir
TIDAK jauh dari Pelabuhan Raja Ampat, berdiri hotel kontainer orang tertentu yang bisa memperolehnya.
yang megah. Hotel itu dilengkapi dengan segala jenis fasilitas
Kini Bapak Raja sudah tiada. Raja Abdullah Arfan wafat pada 29
mewah. Juga sarana yang cukup memadai, seperti kapal laut yang
April 2018. Kegundahannya soal Raja Ampat, tanah kelahiran yang
selalu tersedia dan jembatan yang menghubungkan hotel dengan
amat dia cintai, masih belum terjawab.
pelabuhan. Kapal turis yang ramai selalu mewarnai lingkungan
tersebut, dari hotel hingga jembatan. Nasib masyarakat Raja Ampat masih saja dirundung malang
akibat ekspansi pariwisata yang tak terkontrol dan tak berwawasan
Masyarakat Raja Ampat sering bertanya-tanya: sebenarnya
adat lokal. Masih terngiang keluhannya dalam nada yang sangat
pembangunan semua itu oleh siapa dan untuk siapa? Apakah ada
pelan. “Kami memang cuma jadi penonton,” katanya. Pelan sekali.
warga lokal yang tinggal dan menginap serta menikmati fasilitas
dan pelayanan di hotel? Atau adakah warga setempat yang turut
menjadi tenaga kerja di dalamnya?
Ada spot-spot untuk masyarakat lokal supaya mereka bisa
mandiri. Masyarakat diharapkan juga mampu mengelola spot dan
pulau-pulau dengan baik. Tujuannya supaya masyarakat lokal
tidak bergantung pada bantuan pemerintah kabupaten. Ketika
dihitung dengan kalkulasi kecil, ada 20 spot masyarakat yang perlu
bantuan.
Namun, ketika ditelusuri di Dinas Pariwisata Raja Ampat,
bantuan yang diberikan kepada penduduk lokal untuk mengelola
pariwisata lokal, terkait dengan pemberdayaan ekonomi
pariwisata masyarakat lokal, tidak sebanding dengan apa yang
harus diberikan sebagai bantuan kepada masyarakat lokal.
Ketika ada penduduk yang punya keinginan membuat homestay,
mereka harus memanfaatkan hasil hutan, bambu, tali rotan, dan
kayu-kayu di sekitar lingkungannya, yang mungkin tidak akan
bertahan lama. Mereka harus membiayainya sendiri.
Pulau
Antalisa
350 350
300
250
200
2016 2017
O ber
er
r
er
be
be
ob
ob
em
em
em
ov
pt
es
O
Se
D
N
Cerita dari
Hutan Pala Fakfak
Hiryet Haraharat Hegemur dan Kennial Laia
terhadap produksi nasional. SUMBER: KABUPATEN FAKFAK DALAM ANGKA 2021, BADAN PUSAT STATISTIK
Nabire l
MIFEE DAN ORANG MARIND Proyek MIFEE, yang dicanangkan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono dengan
slogan “feeding Indonesia, feeding the world”, yang diarahkan menjadikan Papua
DI ZANEGI sebagai lumbung pangan dunia, pada praktiknya menyebabkan masyarakat
kehilangan sumber penghidupan secara sewenang-wenang. Ini ironis. Dengan
KISAH-KISAH makin terdesaknya lahan penghidupan masyarakat terjadi di
dukungan program itu, perusahaan perkebunan sawit dan tebu mencaplok
berbagai tempat di Papua. Dalam dokumen Inkuiri Nasional, terekam tekanan
ribuan hektare tanah orang Marind dan berbagai suku lain di Papua.
program Merauke Integrated Food and Energy Estate (MIFEE) terhadap orang
Malind atau Marind di Zanegi. Sama seperti yang dialami masyarakat Kampung Setidaknya puluhan izin lokasi diterbitkan atas nama program MIFEE, tidak
Sima, tekanan ini membuat masyarakat Zanegi kehilangan kemandiriannya hanya untuk perusahaan yang berdomisili di Indonesia, tapi juga untuk
terhadap pangan. Mereka harus membeli bahan pangan yang cukup mahal investasi asing dari Korea Selatan. Keberatan terhadap proyek dan investasi
untuk kehidupan sehari-hari. Mereka terpaksa melakukan hal itu akibat tersebut bukan perkara mudah. Dengan berbagai alasan, informasi tentang
tidak tersedianya lahan untuk berburu satwa liar lagi. Beras dan mi instan izin dan hak guna usaha yang menjadi dasar hukum bagi perusahaan tidak bisa
menggantikan binatang buruan dan sagu. diakses dengan mudah.
(sumber) makan, usaha skala besar mulai masuk dan mengambil alih dusun sagu. Hal itu
kehidupan kami dilakukan, salah satunya, untuk pengembangan lahan sawah yang dirancang
terancam sampai ke dinas pertanian. Pembukaan lahan yang sebelumnya merupakan dusun sagu
anak-cucu.” dimulai pada 2016. “Dinas datang dan menggusur dusun sagu tanpa berbicara
dengan kami,” kata Yanes Napasau. “Alat berat tiba-tiba datang. Kami sudah
melaporkannya kepada pihak berwenang, tapi tidak ada kejelasan tindak
—Juru bicara suku besar Yerisiam Goa
Sambena Inggeruhi lanjutnya,” kata dia (Komnas HAM, 2016).
Rp 21 juta
Rp 500 ribu
pangan yang dibawa pulang dari kota hanya garam. Sekarang beras, jang 300 kilometer itu dengan FOTO: FOSTIVE VISUAL
Indomie, dan micin (vetsin),” ujarnya. Beras itu menggantikan sagu kecepatan penuh.
sebagai sumber karbohidrat. Indomie atau mi instan menggantikan Setelah Sarmi tertinggal jauh di
lauk. Beras dan mi instan tinggal beli, asalkan ada uang. Sedangkan belakang, kami mulai sering melihat banyak jejak ban truk, balok
sagu harus ditokok dan babi harus diburu lebih dulu. kayu, dan banyak jejak kaki di tepi jalan. Ji meyakini truk-truk kayu
Ketika kami bertanya, jika dari Kota Sarmi ke Samorkena, itu berjarak hanya dua atau tiga jam di depan.
Aeroran, atau Bina sudah ada jalan umum, apakah warga kampung Dini hari, kami memasuki SP 2, permukiman transmigrasi
akan menjual merbau yang ditinggalkan HPH seperti yang terjadi di peninggalan Presiden Soeharto. Mobil kami melambat. Di
Pantai Timur, ketiga orang kepala kampung itu terlihat menimbang kejauhan, tampak truk dengan penutup terpal berjejer di tepi
sejenak. “Kalau memang tidak ada alternatif lain, mungkin akan jalan. Ada 12 truk berhenti di sisi kanan dan kiri jalan. Mesinnya
kami jual juga,” kata Darius Merne. Kedua rekannya, Julianus mati. Sopirnya berkumpul di warung yang masih buka.
Weraso dan Nataniel Akuakim, sependapat dengan Darius. Kami berhenti di depan warung itu. Sekelompok pria paruh
baya yang mengenakan kupluk asyik bercengkerama di sisi kanan
nnn warung. Di meja mereka tersaji beberapa gelas kopi yang tak lagi
penuh. Sesekali mereka terdiam, dengan posisi sarung tetap melilit
pada leher, mengamati truk yang terparkir di pinggir jalan. Di meja
SEPEKAN setelah peristiwa putusnya Jembatan Tujuh, Ji menepati
lain, seorang pemuda asyik sendiri mengelus-elus layar telepon
janjinya mengantar kami membuntuti truk pengangkut merbau.
pintarnya. Kami menghampirinya.
Dari Sarmi, kami berangkat tepat pukul 22.00 ke arah Jayapura.
PT Mansinam mencatat
PT Mansinam Global Mandiri
pada Rencana Pada 2018, mereka
mengirimkan kayu tidak CV Sorong Timber
Pemenuhan Bahan mengirimkan 31
MESIN CUCI
disertai dokumen lengkap. Irian, bagian Grup Alco
Baku Industri (RPBBI) kontainer kayu
Industri mengatasnamakan Timber
sebanyak 225 meter merbau ke Ningbo
KAYU ILEGAL masyarakat adat. Dokumen
legalitas kayu dibuat asal-
kubik kayu selama dua
tahun terakhir (2016-
dan Huangpu,
pelabuhan utama di
CV Maridjo tidak
menampik jika industri
SUMBER: ARTIKEL INVESTIGASI MAJALAH asalan, termasuk petak di Sorong disebut
TEMPO "MESIN CUCI KAYU ILEGAL", 2017). Tapi data otoritas Provinsi Zhejiang dan
TERBIT 23 DESEMBER 2018. kayunya. menampung kayu dari
pelabuhan mencatat Provinsi Guangdong,
hutan adat yang tak
Mansinam mengirimkan Cina. Padahal, pada
punya izin.
100 kontainer kayu November 2018, tak
ke Shanghai, Cina, satu meter kubik pun
sepanjang tahun itu. pasokan bahan baku
kayu tercatat masuk ke
Mansinam.
Ia lalu mengendarai motor itu di atas rel yang terbuat dari papan kayu sembari
berupaya agar tak jatuh. “Saat ini, lokasi penebangannya makin jauh ke dalam,
lebih dari sepuluh kilometer melewati medan turunan, tanjakan, dan tikungan.
Ketika hujan, jalan makin berat dilalui,” katanya.
Bagi cukong merbau, nilai segitu kecil. Di luar negeri, harga merbau bisa
DIA YANG LUKA, mencapai Rp 21 juta per meter kubik, bahkan masih bisa lebih tinggi. Cukong-
CUKONG YANG KAYA cukong itu membeli pohon dari pemilik ulayat dengan harga murah.
John Burdameswarga Bonggo, yang pernah ikut menjual kayu merbau kepada
PEMUDA keturunan Bugis itu asyik dengan sepeda motornya di bawah rumah para cukong, misalnya, mengaku untuk setiap meter kubik mendapat Rp 500
panggung setinggi empat meter. Asap rokok terus mengepul dari mulutnya. Ia ribu. Ia menaksir harga dari industri tidak akan lebih tinggi dari Rp 7 juta.
sedang memeriksa kesiapan tunggangannya untuk bekerja. Karena itu, ketika ia tahu harga kayu ini di Australia sekitar Rp 21 juta per
Jangan membayangkan pemuda itu sedang berada di tengah kampung. Rumah meter kubik, raut wajahnya berubah mendadak. Kernyit di dahinya makin
panggungnya berdiri di tengah sisa-sisa hutan, beberapa kilometer dari ruas banyak, makin dalam.
Dekai l
ADA benang merah dari kisah yang disampaikan Berry Keikye, supermarket atau klan. Setiap marga memiliki ayah yang
Sony Omu, Biyemi Sonomi, dan Yunani Irainkya tersebut, yakni yang dianggap sebagai penemu atau pencipta
kehidupan masyarakat adat Momuna masih sangat bergantung menyediakan marga tersebut. Jadi setiap marga memiliki
pada hasil hutan. Tanah dan hutan wilayah adat Momuna memiliki semua totem berupa binatang yang berasosiasi
berbagai arti dan makna bagi mereka. kebutuhan dengan pencipta atau penemu klan. Setiap
lebih tinggi lagi, baik di Dekai, Sentani, maupun Jayapura. Di Alex Raiki, Kepala Suku Wate, yang tinggal di Kota Nabire, mengatakan
antaranya Tinus Keikye, yang kini kuliah di Fakultas Keguruan pembangunan Kota Nabire sudah dimulai jauh sebelum pembangunan Kota
dan Ilmu Pendidikan Universitas Dekai, yakni pada 1966. “Menurut kita pu tete-tete dulu, rumah-rumah di sini,
kota-kota itu, dulunya hutan tempat suku Wate berburu, cari makan, ambil
Kala itu, Cenderawasih. “Saya kini semester
kayu,” katanya. Hasil tanaman dan buruan itu lalu diturunkan ke Oyehe dan
tenaga tiga, mengambil jurusan biologi,” ucap
menjadi makanan untuk semua.
pengajar Tinus. Ada juga Seroz Temay dan Yonas
Dokumen 66, yakni dokumen resmi yang berisi pernyataan masuknya wilayah
kebanyakan Pattiasina, yang sekarang kuliah di
Nabire ke wilayah NKRI, ditandatangani Christian Waray, pemimpin wilayah
berasal Makassar. Konon, bahkan ada pemuda
Nabire pada saat itu. Setelah Nabire resmi menjadi bagian dari Republik
dari guru Momuna yang melanjutkan pendidikan di
Indonesia, pemerintah Indonesia mulai membangunnya sebagai bentuk
sukarela. Pada Malang dan Jakarta. komitmen. “Sedikit-sedikit, lalu makin banyak wilayah yang dibangun, sampai
umumnya Namun, dari sederet kisah sukses, sebesar kota ini sekarang,” ujar Alex.
mereka masih terselip cerita pahit yang dialami Dampaknya, suku Wate pun kehilangan hutan di tanah ulayat sebagai tempat
tidak tamat Yunani Irainkya. Anaknya, Manu Irainkya, berburu dan mencari makan. Lalu mereka berburu di hutan yang berlokasi di
sekolah dasar, saat lulus sekolah dasar, menerima ijazah wilayah ulayat suku Yerisiam, dengan seizin pemiliknya.
sehingga yang bukan atas namanya. “Saya marah Karakter nomadik dari suku Wate—gemar berpindah dari satu tempat ke
kualitas dan meminta tanggung jawab sekolah tempat lain—kadang menimbulkan pengakuan ganda atas sebuah hak ulayat.
mengajarnya karena ijazah yang diterima bukan atas Suku Yerisiam beranggapan, karena pola nomadik, ditambah kehilangan
pun kurang nama anak saya, tapi nama orang lain,” sebagian hutannya, kadang suku Wate mengklaim wilayah yang ditempatinya.
bagus. ujar Yunani. Sedangkan menurut suku Wate, walaupun berpola hidup nomadik, mereka
hanya berpindah dan mengklaim wilayah ulayat suku sendiri, bukan wilayah
Ia menjelaskan, urusan ijazah bisa
adat suku Yerisiam.
merembet ke mana-mana. Jika anaknya menggunakan ijazah
Clemens Monei, tokoh adat suku Wate di Kampung Nifasi, Kabupaten Nabire,
itu, namanya dan marganya jadi berubah. Padahal marga sangat
mengatakan dulu sangat mudah berburu hewan. Mereka tinggal jalan sebentar
penting bagi masyarakat Momuna. Akibatnya, Manu Irainkya
ke belakang rumah, maka sudah bertemu dengan babi, kasuari, atau rusa.
tidak disekolahkan lagi. Soal ijazah, ia meminta kepala sekolah
“Gampang untuk didapat,” katanya.
menyimpannya. Ini keputusan yang pahit.
Namun sekarang mereka harus berjalan kaki tiga atau empat jam baru bisa
Sebenarnya Yunani masih punya rencana untuk anaknya. Manu ketemu hutan. Saat mereka tiba di hutan, hewan buruan pun susah ditemukan.
akan dipindahkan ke Kampung Seradala agar bisa bersekolah di “Untuk mendapatkannya, kadang harus sampai bermalam di hutan,” ujar
sana dan mendapatkan ijazah. Masalahnya, Kampung Seradala Clemens. “Jadi tak cukup lagi satu hari untuk berburu babi dan kasuari.”
nnn
WHO: masalah
gizi akut-kronis
jika prevalensi
Papua balita kurus
mencapai 5
persen atau
lebih.
Kampung Zanegi l
Kampung Poo l
l Merauke
l Kelurahan
Kladufu
WHO: masalah
gizi akut-kronis
jika prevalensi
Papua balita pendek
Barat mencapai 20
persen atau
lebih.
WHO: masalah
gizi akut-kronis
jika prevalensi
Papua balita kurus
Barat mencapai 5
persen atau
lebih.
berjangkitnya yang tak seimbang dan lingkungan PAPUA (%) PAPUA BARAT (%)
gizi buruk bersanitasi buruk menyebabkan anak Balita pendek (stunting) 32,9 27,8
pada anak. rawan terjangkit bakteri. “Keluarga
Balita kurus 10,2 12
Asupan gizi kurang memberikan asupan gizi yang
yang tak baik dari kehamilan sampai lahir, karena Balita kurang gizi 17,5 19,5
seimbang dan rendahnya pendapatan rumah tangga,” SUMBER: DATA RISET KESEHATAN DASAR KEMENTERIAN KESEHATAN 2018
TANAH Cenderawasih diciptakan dengan kekayaan alam, terutama Anak-anak penderita stunting berisiko terpapar berbagai jenis
di hutan. Orang asli Papua sangat bergantung pada hutan. Hutan penyakit, baik yang menular maupun tidak. Dan ini menyebabkan
adalah sumber penghidupan mereka. Rimba bagaikan pasar tumbuh kembangnya menjadi terhambat. Ketika mereka masuk
swalayan yang menyediakan aneka ragam bahan makanan. Kapan usia dewasa, terjadi gangguan produktivitas. Mereka memiliki
saja, mereka bisa mengambil sagu sebagai sumber karbohidrat, tingkat produktivitas rendah.
babi dan rusa sebagai sumber protein, serta beraneka tanaman Di luar masalah teknis kesehatan, risiko gizi buruk dan stunting
sayuran dan obat-obatan. juga diperparah dengan kondisi lingkungan yang terus terancam.
Tapi itu dulu. Sekarang? Ketika pembangunan dilakukan dan Secara pendekatan etnografi, orang asli Papua merupakan suku
aktivitas perusakan hutan masif terjadi di tanah Papua, semua bangsa yang hidup secara meramu di hutan. Mereka sangat
cuma tinggal cerita. bergantung pada sumber bahan pangan yang ada di hutan.
Hilangnya tutupan hutan menyebabkan ancaman terhadap
Perambahan hutan menimbulkan dampak terhadap hilangnya
sumber asupan pangan mereka, sehingga terjadi kelaparan, gizi
sumber bahan makanan dan perekonomian orang asli Papua. Inilah
buruk, stunting, dan kekurangan energi kronis pada ibu hamil,
pemicu krisis pangan yang kemudian menyebabkan kelaparan dan
yang berujung kematian.
gizi buruk.
Perkara kesehatan memang merupakan salah satu persoalan
nnn
utama pembangunan Papua, selain masalah lingkungan,
pendidikan, dan kemiskinan. Kelompok yang paling rentan
terhadap masalah kesehatan tentu ibu dan anak. Kurang meratanya PERMASALAHAN gizi buruk dan penyakit misterius yang berujung
pelayanan dan infrastruktur kesehatan merupakan biang keladi kematian hampir setiap tahun terjadi di Papua. Skalanya pun terus
munculnya gizi buruk, kematian anak, dan kematian ibu di Papua. meluas, bisa tersebar ke berbagai tempat. Daerah yang pernah
Tingginya kematian ibu hamil dan melahirkan disebabkan mengalaminya antara lain Nabire, Paniai, Asmat, Yahukimo,
oleh perdarahan. Ini dipicu banyak hal, antara lain kekurangan Pegunungan Bintang, Lanny Jaya, dan Nduga.
energi kronis (KEK), kekurangan asupan zat besi, tidak pernah ada Pada 2008, misalnya, 172 anak dan orang dewasa meninggal di
pemeriksaan rutin kehamilan, dan keterlambatan mendapatkan Kabupaten Nabire dan Kabupaten Paniai, yang ditengarai karena
Kegiatan Petugas medis di kampung dan di Ilwayab Okaba, tokoh masyarakat suku Marind dari kampung
pembangunan, kota juga tidak melakukan tindakan asli di daerah Tubang, mempunyai pandangan berbeda. Mereka
perambahan antisipasi yang berarti. “Mereka percaya kejadian mematikan ini disebarkan oleh seseorang atau
hutan, hanya bertindak reaktif dengan sesuatu yang fisiknya tidak kelihatan. Hal gaib itu mereka sebut
perusahaan, melakukan penyuluhan setelah kasus Tik Anem, yang menyebarkan penyakit mematikan melalui
polusi udara, kematian anak ini kami suarakan,” kekuatan tak kasatmata. Tujuannya untuk menjaga keseimbangan
pencemaran air, kata Pastor John. Masih belum ada kehidupan antara manusia dan binatang ataupun untuk niat jahat.
dan sebagainya upaya menyelidiki penyebab kejadian Leo Moyuend, Kepala Kampung Bibikem, Distrik Ilwayab,
telah dijalankan kemanusiaan ini dan upaya mencegah menafsirkan peristiwa kematian anak dan kematian ibu yang
secara perluasannya. disebabkan oleh Tik Anem itu sama seperti kebijakan pemerintah.
menyimpang dan Dalam sejarah, pernah juga terjadi Kata dia, kegiatan pembangunan, perambahan hutan, perusahaan,
menggunakan peristiwa kematian pada penduduk polusi udara, pencemaran air, dan sebagainya telah dijalankan
kekerasan. asli suku Marind. Sebagian besar secara menyimpang dan menggunakan kekerasan. Semua itu
Semua itu korbannya berdiam di kampung- mendatangkan malapetaka bagi suku Marind. Wujudnya bisa
mendatangkan kampung pesisir Merauke. Diper ki terlihat, bisa juga tak terlihat.
malapetaka bagi rakan separuh pendu duk asli suku
suku Marind. Marind meninggal dalam kurun 1910-
Wujudnya bisa 1918.
terlihat, bisa juga Diduga kematian massal ini
tak terlihat. disebabkan oleh wabah penyakit
yang dinamai granuloma veneries
atau sejenis penyakit kelamin. Penyakit ini ditularkan melalui
aktivitas seksual, sebagaimana ditemukan dokter Van der Meer
dan Sitanala. Hasil pengamatan dokter kepala Cnopius pada waktu
itu (1920-an) menemukan hal yang sama dan kemudian berhasil
mencegah penularannya dan menyembuhkan warga.
kembang mereka. Kemiskinan itu adalah imbas dari terus berkurangnya hutan hutan. Lalu hutannya habis. Dengan teman-teman, kami mulai menambang
yang selama ini menjadi sumber mata pencarian dan pangan penduduk Papua. batu karang untuk menambah penghasilan,” kata Franky Erare, 43 tahun, ayah
Natalis, saat ditemui. Dari pekerjaan tersebut,
Salah satu dampak kemiskinan itu adalah makin banyaknya anak yang hidup
Franky mendapatkan Rp 100 ribu per hari. Uang itu
di jalanan perkotaan. Di antaranya di Kota Sorong. Dari hasil penelusuran, “Saya sudah digunakan untuk membiayai istri dan lima anaknya.
banyak anak berusia di bawah 18 tahun yang hidup menggelandang di jalanan. mengambil
Menurut catatan Dinas Sosial Kota Sorong (2018), jumlahnya mencapai 102 kayu dan Penghasilannya terus berkurang lantaran hutan
anak. batu sejak bakau sudah rusak dan batu karang mulai habis.
Banyak dari mereka menjadi tukang parkir. Di Kota Sorong, mereka dikenal
di tempat ini Uang Rp 100 ribu tidak mencukupi lagi untuk
dengan sebutan komunitas karton. Sebutan itu berasal dari perangkat utama
masih banyak membiayai kebutuhan rumah tangga. “Jadi saya
mereka saat menjadi juru parkir, yakni karton. Kertas bongkaran kotak kardus
hutan. Lalu membiarkan anak bekerja menjadi juru parkir
itu digunakan untuk menutupi jok sepeda motor yang sedang terparkir.
hutannya untuk menambah biaya hidup,” ujar Franky. Dia
habis. tahu hal itu berisiko tinggi sekali bagi masa depan
Salah seorang pelaku komunitas karton di Sorong itu bernama Natalis Erare. Dengan Natalis. “Tapi harus bagaimana lagi?”
Aktivitas sebagai juru parkir dilakoni Natalis setelah pulang sekolah sore hari. teman- Banyak anak seusia Natalis dari daerah yang
Dia bersekolah mulai pukul 12.00 sampai 16.00. Setelah mandi, ia menuju teman, sama menjadi pelaku komunitas karton di jalanan
tempat kerjanya dan berada di sana sampai pukul 23.00. Dalam satu hari, kami mulai Kota Sorong. Ini masalah sosial yang bisa menjadi
Natalis bisa mendapatkan uang Rp 10-20 ribu, yang dia gunakan untuk jajan. menambang bom waktu bagi generasi Papua mendatang. Jika
Hidup di jalanan membuat Natalis terpapar cara hidup tak terarah. Ia, misalnya, batu karang tak segera diselesaikan, hal ini bisa menciptakan
kecanduan mengisap lem Aibon, yang menjadi tren kehidupan komunitas untuk kemiskinan lintas generasi.
karton. Kebiasaan ini menyebabkan hidupnya rentan terhadap berbagai macam menambah
penyakit. penghasilan.” Dan ancaman itu tak hanya dihadapi Kota Sorong,
karena kemiskinan serupa ada di wilayah lain.
Tak hanya itu, mereka juga terancam putus sekolah. Menurut Napoleon Banyak anak Papua yang akan menurunkan
Fakdawer, Ketua Yayasan Citra Sehat Papua yang sering melakukan riset kemiskinan lintas generasi karena masalah pendidikan dan gizi buruk. Mereka
terhadap kondisi komunitas karton, anak-anak tersebut tidak memiliki akta bakal menjadi generasi yang hilang.
kelahiran. Mereka juga, kata dia, tak pernah didata Dinas Sosial Kota Sorong.
Napoleon khawatir melihat jumlah anak jalanan yang terus meningkat, dengan
kondisi kian parah. Kalau dibiarkan, mereka akan menjadi generasi yang hilang
karena terancam tidak berpendidikan.
+ Dapat ikankah? Pada masa yang baik itu, kata Martias, ibu-ibu tak perlu ke sungai dan berjalan
jauh masuk ke hutan untuk mendapatkan makanan. “Ketika hamil pun, mereka
- Tidak!
lebih banyak mengerjakan bahan ramuan di rumah. Jika mereka ikut berburu
+ Kenapa tidak dapat, Mama? pun, jaraknya dekat dari rumah,” ujar Martias.
- Susah mencari ikan sekarang di sungai. Sekarang lahan dan hutan di Papua sudah banyak berganti menjadi kebun
sawit. “Saya tidak tahu lagi ke depannya bagaimana hidup kami di sini,” kata
+ Kenapa, Mama?
Martias. Ibu dan anak adalah kelompok paling rentan terkena imbas perubahan
- Sungai sudah tercemar, sekarang mau apa lagi? lahan di Papua.
Sudah lazim di Kampung Poo, juga di seluruh tanah Papua, seorang mama ikut
membantu keluarga mencari makanan di hutan dan sungai. Pola hidup meramu
Tabel: Indikator Kesehatan Ibu di Provinsi Papua Barat
menuntut keluarga untuk bergotong-royong. Pada waktu senggang, para mama
dan Provinsi Papua 2018-2019
di Kampung Poo pun berburu ikan di sungai.
INDIKATOR KESEHATAN SATUAN 2018 2019
Berburu ikan di sungai bagi warga Kampung Poo bukan budaya yang mendarah IBU
PAPUA PAPUA PAPUA PAPUA
daging. Namun, gara-gara hutan dirambah dan dijadikan lahan perkebunan BARAT BARAT
sawit, hewan buruan seperti rusa dan babi sudah sangat jarang ditemukan.
Angka kematian ibu Per 202 105 201 93
Tinggal sungai menjadi satu-satunya harapan mereka mendapatkan lauk-pauk. 100.000
kelahiran
Itu pun kini terus menyusut. hidup
Beban hidup yang berat bagi seorang mama menimbulkan risiko terhadap Cakupan pelayanan % 83,8 80,9
kesehatan ibu hamil (K1)
kesehatannya. Banyak mama hamil yang juga terlibat berburu dan memancing
ikan. Itu menimbulkan risiko tinggi yang bisa bermuara pada kematian. Cakupan pelayanan % 54,9 37,1
kesehatan ibu hamil (K4)
Berdasarkan data Kementerian Kesehatan 2019, tingkat kematian ibu hamil
Cakupan persalinan % 55,4 46,6
dan melahirkan di Papua sangat tinggi. Angka kematian ibu di Provinsi Papua di fasilitas pelayanan
kesehatan
dan Papua Barat mencapai 294 orang per 100 ribu kelahiran. Ini lebih tinggi
daripada rata-rata nasional, yang mencapai 88 orang per 100 ribu kelahiran.
Hilangnya hutan dan bergantinya lahan menjadi perkebunan sawit itu menjadi
pemicu masalah. Hal itu dituturkan Cornelia Balagaize dan Magdalena Mahuze,
dua perempuan yang dituakan di Kampung Zanegi, Kabupaten Merauke.
Menurut keduanya, wabah penyakit dan kematian yang terjadi di lingkungan
mereka berhubungan dengan aktivitas perusahaan PT Selaras Inti Semesta
(SIS), “yang melakukan pembongkaran hutan, menggusur tempat keramat,
dusun sagu, dan tempat berburu, menimbun dan mengubah aliran air di rawa,
menggunakan pestisida, dan menimbulkan limbah beracun,” ujar Cornelia.
Sebelum ada perusahaan, masyarakat bisa bebas mandi, masak, dan minum
menggunakan air dari rawa, sungai, serta sumur alam bob. Kini semua itu
menjadi berisiko.
Kabupaten Merauke saat ini dikepung perkebunan sawit. Data analisis citra Vitalis Gebze, warga Zanegi, salah satu buruh PT SIS yang bertahan dengan
satelit pada 2016 menunjukkan terdapat 34 ribu lahan hutan yang sudah status pekerja kontrak. Dia bertugas sebagai helper CSR, dengan gaji sekitar Rp
beralih fungsi menjadi kebun sawit. Itu adalah jumlah terluas di Papua, yang 1,75 juta per bulan.
total luasan kebun sawitnya mencapai 158 ribu
Sejak bekerja di perusahaan, Vitalis tak punya kesempatan lagi berburu ke
Aktivitas hektare.
hutan dan menokok sagu di dusun. Alhasil, keluarganya menggantungkan hidup
penggundulan Aktivitas penggundulan hutan alam dalam skala hanya pada upah yang tak seberapa itu. Apalagi harga-harga kebutuhan pokok
hutan alam luas membuat masyarakat kehilangan akses dan di kampungnya cukup mahal. Maklum, Zanegi cukup terpencil. “Gaji yang ada
dalam skala kesulitan memanfaatkan hasil pangan dalam hanya untuk memenuhi kebutuhan makan keluarga beberapa minggu,” kata
luas membuat hutan. Masyarakat memerlukan waktu lebih Vitalis. Untuk menambal kekurangan, dia terpaksa berutang.
masyarakat lama untuk mencapai bivak, buat mengambil
Vitalis, yang dulu nyaman makan sagu, kini jadi doyan makanan praktis, seperti
kehilangan hasil pangan dari hutan dan dusun sagu.
mi instan, ikan kaleng, dan dendeng—jenis-jenis makanan yang kualitas dan
akses dan Demikian pula dengan aktivitas berburu. Hutan
gizinya layak diragukan—juga pinang dan rokok. Kualitas kesehatan Vitalis dan
kesulitan hilang dan penggunaan mesin-mesin pembelah
keluarganya pun patut diduga tak seprima dulu lagi.
memanfaatkan pohon kayu yang bising membuat hewan-hewan
hasil pangan melarikan diri ke tempat jauh. Itu semua harga yang harus dibayar orang Papua. Hutan hilang, penyakit pun
dalam hutan. “Kami sulit mendapat daging hewan buruan.
berbilang.
hutan dan rusa mencapai 400 kilogram per bulan dengan valuasi sekitar Rp 6 Fakfak 17,3 31,3 11,7 18,3 28,445
juta per bulan.
Kaimana 22,4 31,1 20,5 28,6 20,030
Uang itu lantas dibelanjakan untuk kebutuhan keluarga, seperti beras, pinang, Teluk 26,7 38,6 16,0 19,0 7,657
Wondama
Teluk Bintuni 25,8 24,9 17,3 16,0 25,310 Paniai 22,2 42,3 15,9 12,5 1,676
Manokwari 29,6 36,8 14,8 30,0 12,829 Mimika 18,3 32,2 10,9 23,0 29,201
Sorong Selatan 35,1 36,8 24,6 30,0 20,319 Boven Digoel 19,5 31,8 15,9 3,7 54,591
Sorong 23,5 28,4 12,9 10,8 31,377 Mappi 19,6 31,4 20,8 55,6 49,558
Raja Ampat 32,6 36,9 22,7 4,8 10,114 Asmat 30,3 25,9 28,8 33,3 8,787
Tambrauw 36,5 37,3 31,6 7,2 10,242 Tolikara 20,1 41,0 10,9 12,8 4,739
Maybrat 13,5 20,5 25,5 7,8 4,425 Sarmi 24,5 25,9 14,1 10,6 14,375
Manokwari 23,3 39,5 16,8 18,7 4,173 Keerom 18,5 26,6 13,0 14,7 24,935
Selatan
Waropen 26,6 28,1 16,3 33,3 5,755
Pegunungan 32,2 43,5 17,7 na 2,563
Arfak Supiori 26,5 38,1 12,3 27,4 395
Kota Sorong 16,3 32,7 13,4 14,8 953 Lanny Jaya 11,7 28,6 7,6 27,7 1,085
PAPUA BARAT 24,0 33,3 16,4 15,9 178,435 Mamberamo 11,0 26,0 3,0 18,5 2,605
Tengah
Menjaga
Surga Kecil Papua
SURGA bukan kutukan, melainkan karunia yang perlu dijaga.
Surga harus dipelihara dan dilestarikan agar dapat dinikmati
anak-cucu sampai bumi berakhir. Tanah Papua adalah surga
kecil di bumi, seperti cerita manis dan juga miris yang dituturkan
masyarakat adat pemilik ulayat di sebagian besar wilayah Papua.
Tapi timbul pertanyaan. Mengapa kekayaan yang dimiliki itu
tidak memberikan mata air, tapi justru air mata, untuk generasi
ini? Air mata muncul karena (tak ada lagi) kisah panen pala, panen
HIV, alih fungsi hutan, konflik sosial, tata kelola yang buruk, dan
masih banyak lagi. Hal itu umumnya memang merupakan isu
klasik di negara berkembang.
Di Provinsi Papua dalam visi 2100, pembangunan akan
diutamakan berdasarkan wilayah adat dengan memproklamasikan
pemertahanan hutan alam sebanyak 70 persen. Ini artinya
hutan menjadi elemen utama dalam melakukan perencanaan,
implementasi, pengawasan, dan penegakan hukum. Sekitar 86
persen kampung Papua berada di kawasan hutan, sehingga perlu
dipikirkan insentif bagi masyarakat yang menjaga hutan.
Sedangkan di wilayah Provinsi Papua Barat muncul komitmen
untuk meningkatkan luas kawasan berfungsi lindung sebesar
70 persen dengan segala konsekuensinya. Maka akan berlaku
moratorium perizinan, pengembangan model best management
practices berbasis potensi lokal dan ecological fiscal transfer
(EFT). Hal ini menunjukkan keseriusan pemerintah daerah dalam
Oktavianus Waken 2009, Charles menjabat Kepala Proyek Kampanye Hutan untuk Wilayah Regional
Papua di Greenpeace.
Oktavianus Waken atau yang lebih dikenal dengan Okto Waken
lahir di Merauke, Papua, pada 1981. Okto banyak terlibat
dalam kegiatan advokasi hak-hak masyarakat adat di Titus Paskalis
Merauke dan Boven Digoel. Ia kerap menjadi penyambung Titus Paskalis lahir di Katlarat, Pulau Kei, Maluku Tenggara,
aspirasi masyarakat adat yang mengalami konflik dengan pada 1974. Titus besar dan tinggal di Kota Nabire, Papua,
perusahaan perkebunan sawit yang merupakan bagian serta memiliki ketertarikan pada jurnalisme sejak masih
dari program Merauke Integrated Food and Energy Estate atau muda. Sebagai aktivis cum jurnalis di sebuah media
MIFEE. lokal, Jubi, Titus adalah salah satu pelantang keras isu-isu
ketidakadilan terhadap masyarakat Papua.
Saat ini, Okto bekerja sebagai aktivis masyarakat adat di Sekretariat Keadilan dan
Perdamaian Keuskupan Agung Merauke. Bersama beberapa rekannya, Okto juga Selama hidupnya, Titus tidak hanya menjadi saksi mata, tapi juga
turut serta mengedukasi masyarakat di Merauke dalam program pemberdayaan kemudian menyampaikan ke publik bagaimana perusahaan sumber daya alam
perempuan untuk meningkatkan kesehatan keluarga, seperti program mengelola skala besar masuk dan merongrong kehidupan masyarakat asli Papua. Karena
pangan untuk meningkatkan nilai tambah dan gizi keluarga. menyuarakan ketidakadilan bagi masyarakat asli Papua, ia juga mengalami berbagai
kekerasan.