com/
Synopsis :
Komentar :
Daftar Isi
Bab 1 Gerhana ~1
Bab 2 Huru-hara ~38
Bab 3 Meniup Bara ~72
Bab 4 Pengembara ~119
Bab 5 Nyai Emas Purbamanik —163
Bab 6 Si Gojin -299
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Bab 1
Gerhana
oleh kehidupan, kalau saja tidak ada bagian wajah lain yang
sangat menonjol. Hidung Ayahanda yang agak besar dan
melengkung bagai paruh elang menghilangkan kesan lemah
dari pribadinya. Hidung Ayahanda yang menonjol itu seolah-
olah menantang kesan-kesan yang ditimbulkan oleh bagian-
bagian wajah dan tubuh lainnya. Kesan yang diberikan hidung
itu demikian kuat, sehingga memberikan kesan menantang
dan dapat mengatasi segala kesukaran dan derita hidup. Di
samping itu, hidung itu memberi kesan ketangguhan seorang
bangsawan Pajajaran yang berani menyerahkan segala-
galanya untuk asas yang diperjuangkannya. Apalagi kalau
kesan hidung itu sudah berpadu dengan pandangan mata
Ayahanda Banyak Citra, pandangan sepasang mata hitam
kelam dan terletak dalam-dalam di tempatnya.
Kedua mata yang tajam itu sekarang terangkat,
memandang Banyak Sumba yang sejak tadi duduk di sudut
sambil memandangi Ayahanda yang sedang bekerja.
Ya, Jante yang biasa mereka sebut Den Ageung, yang pada
masa kanak-kanaknya biasa bermain-main di antara mereka,
sekarang sudah dibunuh orang. Mereka menggeram karena
dendam mulai bangkit dalam hati mereka. Mendengar
geraman itu, Ayahanda Banyak Citra berhenti bicara. Setelah
suasana hening kembali, beliau melanjutkan kata-katanya,
"Hanya itulah yang akan kusampaikan kepada kalian, anak
sulungku telah tiada. Kuserahkan pada kasih sayang kalian
agar rohnya diterima di Buana Padang dengan baik. Semoga
anakku, anak kalian, Jante Jaluwuyung dapat tidur dengan
nyenyak. Kuminta doa kalian untuk kepergiannya."
Untuk pertama kali dalam kehidupannya, Banyak Sumba
mendengar betapa suara Ayahanda gemetar karena
kesedihan. Suara laki-laki yang keras itu baru kali ini gemetar
dan tidak disadarinya, dada Banyak Sumba pun mulai
berguncang. Banyak Sumba menangis selama dua hari sejak
ia mengetahui bahwa Jante Jaluwuyung dibunuh orang.
Tiba-tiba, terdengar teriakan dari hadirin, teriakan-teriakan
yang mula-mula tidak jelas terdengar, tetapi akhirnya dapat
ditangkap dengan terang. Teriakan-teriakan itu adalah
teriakan tuntutan balas dendam. Bangsawan-bangsawan
muda dengan pakaian perang dan sikap yang gagali perkasa
maju ke depan. Mereka mengucapkan sumpah balas dendam
dan berjanji untuk menyerahkan nyawanya demi terbunuhnya
para pembunuh Jante Jaluwuyung. Kemudian, rakyat biasa
pun berbuat demikian, ingar-bingarlah lapangan, seolah-olah
seluruh hadirin mabuk atau menjadi gila karena marah.
Dalam ingar-bingar itu, Banyak Sumba maju, melemparkan
badik hadiah dari Pangeran Anggadipati. Demikian juga
Ayunda Yuta Inten, melemparkan segala perhiasan yang
diterima dari tunangannya. Kemudian, Ayunda pingsan untuk
ketiga kalinya dan terpaksa dipapah menjauh dari api yang
berkobar-kobar buas itu. Sementara itu, tangisan menjadi
keras kembali, teriakan-teriakan menggetarkan langit malam
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
-oo00dw00oo-
Bab 2
Huru hara
salah satu papan lemari itu dapat dicabut, yaitu papan yang
berada di samping kiri yang melekat pada dinding batu.
Seandainya orang mengangkat atau menggeser lemari itu
secara kepalang tanggung dalam mencari pintu rahasia,
mungkin orang akan menyangka bahwa lemari berat itu tidak
memiliki terowongan di sampingnya. Hanya orang yang
berhasil memindahkan lemari berat itu jauh dari tempatnya
yang dapat melihat terowongan sempit itu. Orang yang hanya
sedikit menggesernya, tidak mungkin dapat melihat
terowongan yang berada di samping lemari itu. Pengetahuan
tentang adanya jalan rahasia itu menimbulkan kekaguman
Banyak Sumba terhadap Ayahanda.
"Sekarang, mulai angkut peti-peti itu," kata Kakek Misja
kepada enam orang gulang-gulang kepercayaan itu. Mereka
pun pergi, kembali ke ruangan tengah kaputren.
"Mungkinkah mereka akan membocorkan rahasia tentang
adanya terowongan ini?" tanya Banyak Sumba kepada Kakek
Misja.
"Tidak mungkin, mereka semua berutang budi secara
turun-temurun kepada keluarga Banyak Citra. Mereka telah
bersumpah dengan saksi Sang Hiang Tunggal," jawab Kakek
Misja. Banyak Sumba tenteram oleh jawaban orang tua itu.
Kemudian, ia melihat lubang kelam yang berupa terowongan.
Selagi ia melihat-lihat, kembalilah para gulang-gulang itu.
mengangkat peti-peti barang keluarga Banyak Citra. Peti-peti
itu dibawa masuk terowongan, kemudian mereka kembali.
Sekarang, tinggallah Kakek Misja dan Banyak Sumba.
"Di manakah berakhirnya terowongan ini?" tanya Banyak
Sumba.
"Di tepi sungai," jawab Kakek Misja.
"Jauh?"
"Lumayan jauhnya."
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Bab 3
Meniup Bara
-ooo00dw00ooo-
Bab 4
Pengembara
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
banyak dan makin luas pula. Semua itu berarti sebuah kota
telah de cat.
Sangkaan Banyak Sumba tidaklah salah karena tak lama
kemudian, tampaklah menara penjagaan kota yang tinggi. Di
suai u belokan, ia berpapasan dengan kereta yang ditarik oleh
dua ekor kuda, kereta yang hanya dapat dipergunakan dijalan
lebai sekitar kota. Kesadaran bahwa ia akan memasuki kota
melegakan hati Banyak Sumba.
Beberapa buah pedati kerbau yang mengangkut hasil bumi
telah mereka lewati, ketika di suatu kelompok rumah mereka
melihat pemandangan yang aneh. Orang-orang tua menyuruh
anak-anak gadisnya masuk rumah atau sembunyi.
"Apakah yang terjadi?" pikir Banyak Sumba sambil
menahan kendali kudanya. Belum lagi pertanyaan hatinya
terjawab, dari jauh terdengar suara trompet tiram mendayu-
dayu.
Tak lama kemudian, terdengar pula suara pecut besar yang
diledak-ledakkan di udara. Banyak Sumba melihat ke kanan ke
kiri. Ke arah orang-orang yang berjajar di pinggir jalan,
kepada ibu-ibu yang sibuk menghalau gadis-gadis supaya
menjauh, dan kepada pemuda-peniuda yang dengan muka
muram berdiri di pinggir jalan. Banyak Sumba melihat pedati'
kerbau berhenti di pinggir jalan hingga rodanya masuk ke
selokan. Demikian dilihatnya para penunggang kuda lain turun
dari kudanya masing-masing, seraya meminggir memegang
kendalinya.
"Bangsawan tinggi lewat, Raden," ujar Jasik dari belakang
Banyak Sumba.
"Tapi mengapa gadis-gadis itu disuruh bersembunyi, Sik?"
"Saya pun heran, Raden."
Percakapan mereka terhenti karena bunyi pecut, suara
trompet tiram, dan deru derap kuda terdengar mendekat. Tak
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
senjata kecil dan pendek. Akan tetapi, hatinya yang risau tidak
mendorongnya untuk menikmati tamasya kota itu. Ia berjalan
terlunta-lunta dari lorong ke lorong, di antara orang banyak.
Ia menyesali dirinya karena tidak dapat segera melaksanakan
tugasnya. Ia marah dan tidak dapat menghargai dirinya
sebagai salah seorang wangsa Banyak Citra.
Pertanyaan-pertanyaan Jasik dijawab dengan singkat. Ia
sendiri tidak pernah membuka percakapan. Jasik yang
menyadari suasana hati tuannya sedang tidak baik, tidak
berkata apa-apa lagi. Ia membisu sambil terus mengikuti
tuannya. Mereka pun berjalan, sementara malam makin larut
dan bulan makin tinggi.
Tanpa disadari, mereka menuju suatu perempatan. Di sana,
banyak sekali orang berkumpul. Di tempat itu lebih banyak
obor dipasang hingga malam pun terang benderang. Tampak
pula pedagang luar biasa banyaknya.
Makin lama, orang makin banyak hingga akhirnya Banyak
Sumba dan panakawannya tidak dapat maju lagi. Mula-mula,
Banyak Sumba akan berbalik. Kemudian, terdengarlah suara
kecapi tukang pantun yang dengan lantang dan indah
menggetarkan udara malam yang sejuk. Banyak Sumba
tertegun. Jasik tampaknya senang karena dia tahu Banyak
Sumba senang sekali mendengarkan cerita dan nyanyian
tukang pantun. Ia berharap agar kesenangan itu dapat
mengubah suasana hati tuannya yang sedang kalang kabut.
Maka, berdirilah ia dengan hormat di belakang tuannya.
Banyak Sumba tengadah, mencoba melihat ke panggung
tempat tukang pantun buta itu duduk, dikelilingi para tamu
laki-laki dan para pemuda. Sementara tamu wanita dan
nyonya rumah, bersama para pemudi, berkumpul di seberang
ambang pintu di tengah rumah.
Ketika Banyak Sumba datang, tukang pantun itu sedang
melawak. Ia sedang menceritakan tokoh badut dalam cerita,
tetapi bukan Uwak Batara Lengser. Badut dalam cerita itu
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Sik!" serunya.
"Saya, Raden," seru Jasik dalam gelap.
Di penginapan itu, Banyak Sumba merunduk dalam gelap.
Kesedihan yang dalam dan perasaan berdosa memberati
hatinya. Keesokan malamnya, secara rahasia, ia mengirim lima
belas keping uang emas untuk tuan rumah yang berkenduri,
yang tempatnya dijadikan gelanggang perkelahian itu.
Tinggallah sepuluh uang emas lagi yang dimilikinya.
-ooo0dw0ooo-
Bab 5
Nyai Emas Purbamanik
"Delapan tahun?"
"Ya, Den Jimat diantar oleh dua orang pengiring dan
seorang emban untuk berkunjung ke nenekandanya di
Kutabarang. Hari ini, saat ini, mereka seharusnya sudah ada di
sini kembali."
"Oh. Berapa orangkah putra tuanmu?"
"Hanya seorang dan mungkin tidak akan beradik lagi," kata
pengiring itu.
"Bagaimana kautahu?" tanya Banyak Sumba.
"Sejak kejadian itu, juragan tidak pernah kembali kepada
juragan istri."
"Kejadian apa?" tanya Banyak Sumba jadi penasaran. "Lima
tahun yang lalu, juragan dicegat dan dikeroyok orang, lalu
dilukai dan bekasnya jelas bagi setiap orang. Dengan luka
yang mengerikan itu, tentu saja berat bagi juragan untuk
kembali kepada juragan istri. Padahal, juragan istri cantik
jelita. Maka, juragan memutuskan tidak akan kembali. Juragan
berpesan kepada saya dan Arnasik untuk kembali
mengabarkan kepada juragan istri bahwa juragan tewas oleh
perampok. Sebelum meninggal, begitu perintah juragan,
juragan berpesan agar Den Jimat dipelihara oleh ibunda
juragan. Juragan istri betul-betul patah hati dan menjadi
pertapa sekarang. Raden Jimat segera diserahkan kepada
nenekandanya. Akan tetapi, Raden Jimat segera diambil oleh
juragan. Sewaktu-waktu saja Raden Jimat dibawa untuk
dipertemukan dengan nenekandanya di Kutabarang."
Banyak Sumba mulai menyadari, nasib buruk macam apa
yang sebenarnya telah menimpa si Colat. Alangkah kejam
orang-orang yang menganiaya hingga ia luka dan karena itu
harus berpisah dengan istri yang dicintainya. Alangkah kejam
orang-orang yang memisahkan anak dari ibunya setelah
membinasakan ayahnya. Kesadaran akan nasib si Colat
menimbulkan rasa sayang Banyak Sumba kepada orang itu.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
kuat seperti apa pun akan lumpuh. Atau ... Raden punya
musuh? Inilah jawabnya," kata pedagang pisau itu sambil
tersenyum culas.
Menyadari ke mana penjual pisau itu membawanya, Banyak
Sumba jadi bimbang. Pertama, ia sangat ingin memiliki pisau
yang indah-indah buatannya itu; kemudian sekarang dia tahu
bahwa pisau itu mungkin ada hubungannya dengan tugas
yang diembannya. Mungkin sekali pisau dengan isi pundi-
pundi itu dapat membantunya menyelesaikan tugas dengan
cepat. Akan tetapi, ia pun ragu-ragu, apakah penggunaan
pisau beracun itu cocok baginya, bagi seorang bangsawan
Pajajaran yang punya rasa kehormatan?
Bukankah hanya orang pengecut dan orang jahat yang
sampai hati mempergunakan senjata secara licik seperti itu?
Akan tetapi, kalau lawan demikian busuknya dan telah mem-
perdaya keluarga Banyak Citra, bukankah pada tempatnya
kalau dilawan secara kejam pula? Dan bukankah dengan
mempergunakan pisau beracun itu, ia akan dapat
memperpendek penderitaan keluarga Banyak Citra?
Dalam kebimbangan dan kebingungan itu, ia berkata
kepada penjual itu, "Terlalu mahal."
"Raden, Paman tahu Raden tidak kekurangan uang.
Bukankah sudah banyak sekali Raden membeli barang-barang
tadi?"
"Justru telah saya belanjakan, maka saya tidak sanggup
lagi membeli pisau itu."
"Ah, bukankah tidak terlalu mahal?"
"Bagaimana kalau pisaunya saja?"
"Raden, besi pisau itu dibuat khusus untuk mengisap isi
pundi-pundi itu. Sekali dicelup, isi pundi-pundi itu banyak
sekali yang terisap. Raden tinggal melemparkannya ke
sasaran. Sedangkan gagang pisau itu dibuat begitu rupa
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
hingga gerakan pisau itu di udara lebih lurus dari anak panah
yang paling lurus. Nah ..."
"Terlalu mahal dan itu benda terlarang. Bagaimana kalau
ada orang yang tahu dan saya ditangkap?"
Rupanya penjual pisau itu sadar bahwa ia telah banyak
bicara tentang sesuatu yang sebenarnya berbahaya bagi dia.
Dia melihat ke kanan ke kiri, lalu berbisik, "Bagaimana
kalau satu keping perak dan lima keping perunggu?"
"Terlalu mahal."
"Satu keping perak saja," kata pedagang itu sambil
menyodorkan pisau serta pundi-pundi itu. Dalam
kebimbangannya, Banyak Sumba menerima pisau dan pundi-
pundi itu, lalu memasukkannya ke balik pakaiannya. Ia
membayar harga senjata itu, lalu dengan tergesa-gesa pergi
dari tempat itu ke tempat Jasik dan Arsim yang sedang
menunggu. Banyak Sumba menyerahkan pisau yang
terbungkus itu kepada Jasik, tetapi ia tidak menyerahkan
pundi-pundi racun yang terasa dingin di rusuk kirinya.
Setelah berbelanja beberapa lama, mereka pun pulang ke
Perguruan Gan Tunjung, tempat Jasik dan Arsim bekerja dan
tempat Banyak Sumba menginap malam itu.
yang melekat di rambut gadis yang tebal dan ikal mayang itu,
"Kakanda akan kembali kepadamu, Kakanda akan kembali
kepadamu. Kakanda akan hidup karena engkaulah Kakanda
akan hidup."
Ia merasa gadis itu menyandarkan dirinya ke dadanya.
Sikap gadis itu sangat mengharukannya dan perasaan bahagia
serta dukacitayang bergalau hampir tidak tertahan dalam
hatinya. Untuk mencurahkan perasaannya yang tidak tertahan
itu, ia mengusap-usap rambut gadis itu sambil membisikkan
kata-kata yang tidak direka sebelumnya, kata-kata yang keluar
dari hatinya yang jujur dan polos, "Engkau lebih kuat dan lebih
perkasa dari maut; kecantikan dan kelemahlembutanmu lebih
kuat daripada penderitaan Kngkiiiihli \auy .il.iu nn
nyelamatkan Kakanda dari nasib buruk ykiig selama ini nn
rundung Kakanda. Engkau akan menyelamatkan Kakanda dan
meraih Kakanda ke dalam kasih sayangmu. Kasih sayangmu
lebih perkasa daripada malakal maut. Janganlah takut,
Kakanda akan kembali kepadamu."
Gadis itu makin menyurukkan wajahnya ke dada Banyak
Sumba yang bidang. Banyak Sumba mengangkat muka gadis
itu, kemudian terasa olehnya dua tangan yang halus
melingkari lehernya.
"Kembalilah segera, Adinda akan selalu menunggu,"
bisiknya di sela-sela sedu sedannya. Banyak Sumba teringat
akan sisir gading indah yang dibelinya di Kutabarang. Ia
mengambil sisir yang indah dan diinginkan Putri Purbamanik
itu dari balik pakaiannya, lalu menyisipkannya di dekat sanggul
gadis itu sambil berkata, "Adinda, kausuka sisir ini, Kakanda
membelinya untukmu. Pakailah sebagai kenang-kenangan dan
wakil Kakanda di sini," katanya.
Putri Purbamanik memegang pergelangan tangan Banyak
Sumba, mengambil sisir itu, lalu menciumnya. Ketika itulah, ia
tersenyum dari balik wajahnya yang basah oleh air mata.
Kemudian, dieratkannya rangkulannya.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Bab 6
Si Gojin
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Sumba bahwa jalan itu tidak akan berada jauh letaknya dari
suatu kota, atau sekurang-kurangnya kampung besar. Seraya
berjalan, Banyak Sumba melihat ke sekelilingnya dan dari jauh
tampaklah kelompok kampung yang besar. Banyak Sumba
lega karena si Gojin memasuki wilayah yang beradab.
Ketika itu, lewatlah dua buah pedati kerbau: Si Gojin tanpa
minta izin melompat menaiki salah satu pedati kerbau itu,
Banyak Sumba minta izin ikut kepada yang lain.
"Mau ke mana?" tanya kusir pedati.
"Saya tidak tahu," jawab Banyak Sumba.
"Tidak tahu?" tanya kusir itu.
"Saya mengikuti orang yang di depan itu," lanjut Banyak
Sumba.
"Oh, apakah orang itu badega Raden? Mengapa ia malah
Raden ikuti dan bukan ia yang mengikuti Raden?" tanya kusir.
"Saya ada urusan dengannya, Paman. Akan tetapi, saya
tidak dapat menjelaskannya kepada Paman."
"Oh, tidak usah," kata orang itu.
Di suatu kampung besar tapi agak jauh dari jalan, si Gojin
turun. Banyak Sumba pun turun, lalu mengikutinya. Si Gojin
memasuki sebuah rumah besar. Banyak Sumba duduk di
serambi, beristirahat. Dari dalam rumah, terdengar berbagai
bunyi yang tidak dikenalnya dan didengarnya pula suara orang
banyak. Banyak Sumba menduga rumah itu tempat perjudian.
Kalau begitu, pikirnya, mungkin ia harus menunggu si Gojin
untuk waktu yang tidak terbatas. Akan tetapi, diterimanya saja
kemungkinan itu, lalu Banyak Sumba berdiri, melihat-lihat
suasana kampung itu.
Ternyata, kampung itu penghuninya kebanyakan
pedagang. Mereka membuat kerajinan tangan dari rotan. Di
antara mereka ada pula yang memelihara ayam sabung.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
-oooodw0o0kzooo-
Glosarium :
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/