Anda di halaman 1dari 5

WILAYAH ADAT NAGARI TIMBULUN

Nama Komunitas : Timbulun - Sinyamu


Provinsi : Sumatera Barat
Kabupaten / Kota : Sijunjung
Kecamatan : Tanjung Gadang
Desa / Nagari : Timbulun

KEWILAYAHAN ADAT
Luas : ± 5,250 ha
Satuan : Timbulun- Sinyamu
Kondisi Fisik : Perbukitan, Dataran, Lahan Basah, Perairan

BATAS WILAYAH
Batas Barat : Sebelah Barat Berbatasan Dengan Nagari Sijunjung
Batas Selatan : Sebelah Barat Berbatasan Dengan Nagari Taratak Baru
Batas Timur : Sebelah Barat Berbatasan Dengan Nagari Tanjung Gadang
Batas Utara : Sebelah Barat Berbatasan Dengan Nagari Aie Angek

KEPENDUDUKAN
Jumlah KK : 841 KK
Jumlah laki-laki : 1.636 Jiwa
Jumlah perempuan : 1.590 Jiwa
Mata Pencaharian Utama : Pertanian dan Perdagangan
SEJARAH SINGKAT MASYARAKAT ADAT
Pada awalnya Nenek Moyang masyarakat Timbulun berdiam atau bermukim di suatu Bukit yang
di sebut dengan Cangkiang Namun ditempat tersebut agak kesulitan sumber air, pada suatu
hari ada beberapa orang yang melakukan perjalanan untuk memancing, didalam perjalanan
tersebut mereka mendengar gemuruh air terjun maka diikutilah sumber suara bergemuruh
tersebut dan ditemukan sebuah air terjun yang disebut dengan Timbulun.
Singkat cerita setelah kembalinya mereka dari memancing tadi dilakukan musyawarah dan
dapat kesepakatan untuk pindah satu persatu dari Cangking menuju area sekitar air terjun tadi
(Timbulun) supaya dekat dengan sumber air. lama kelamaan berkembanglah pemukiman
masyarakat dan terbentuklah koto, sejak itu tempat tersebut di manakan dengan Timbulun
HAK ATAS TANAH DAN PENGELOLAAN WILAYAH
A. Pembagian ruang menurut adat
 Ulayat Kaum, ulayat kaum ditentukan untuk pengelolaan hutan oleh kaum dalam satu
paruik. Maka setiap kaum yang ada di Nagari Timbulun memiliki tanah pada umumnya
berada didalam hutan
B. Sistem penguasaan dan pengelolaan wilayah
 Pusako tinggi, dikuasai oleh suatu paruik (keluarga inti dalam satu keturunan ibu) dan
dikepalai oleh seorang mamak kapalo waris atau tungganai. Mamak kapalo waris
mengatur hal-hal yang berhubungan dengan pusako tinggi bagi anak kemenakannya.

 Ulayat Kaum, ulayat kaum ditentukan untuk pengelolaan hutan oleh kaum dalam satu
paruik. Maka setiap kaum yang ada di Nagari Timbulun memiliki tanah yang berada
didalam hutan yang bisa dimanfaatkan untuk parak atau kayu yang bisa diambil oleh
kaum tersebut untuk kepentingan mereka sendiri tanpa dipungut bungo rimbo.

 Ulayat Suku, Ulayat suku merupakan pembagian kawasan hutan untuk dimanfaatkan oleh
seluruh suku. Masing-masing suku mempunyai ulayat sendiri. Didalam ulayat suku
masyarakat bisa memanfaatkan hutan untuk parak atau ladang atau mereka bisa
mengambil kayu didalamnya dengan tidak dikenakan bungo rimbo.
KELEMBAGAAN ADAT
Nama : KAN Timbulun - Sinyamu
Struktur : 1. Penghulu Pucuak 2. Penghulu suku 3. Ampek Jinih 4. Tungganai, Anak
kemanakan.
TUGAS DAN FUNGSI PEMANGKU ADAT
 Penghulu Pucuk, Penghulu pucuk merupakan orang yang dituakan. Penghulu pucuk
mempunyai fungsi orang yang pertama memancang hutan dan menjadikan hutan sebagai
tempat bercocok tanam.
 Penghulu suku, Penghulu Suku merupakan pimpinan didalam satu suku atau dalam satu
paruik (satu keturunan) Penghulu suku mempunyai wewenang untuk mengatur
peruntukan ulayat kepada seluruh kemanakan di dalam sukunya;
 Ampek Jinih, ampek jinih atau empat jenis terdiri dari manti, alim ulama, dubalang,
pandito dan penghulu. Ampek jiniah merupakan komponen yang membantu pelaksanaan
roda pemerintahan dalam adat, seperti manti untuk administrasi pemerintahan adat, dan
dubalang untuk menjaga keamanan dan malin yang mengurusi masalah keagamaan;
 Tungganai, Tungganai, merupakan orang yang dituakan pada suatu kaum atau mamak
kepala waris dan secara langsung berkaitan atau berurusan dengan anak kemanakannya;
 Anak kemanakan, Anak kemanakan merupakan semua anggota yang terdapat dalam
suatu suku. Anak kemanakan merupakan orang yang akan memanfaatkan dan mengelola
ulayat.

MEKANISME PENGAMBILAN KEPUTUSAN


Musyawarah Biasanya dilakukan dalam penentuan kapan akan dilaksanakannya Acara Khatib,
Bakaul Adat secara Turun temurun, dan dalam hal ini melibatkan seluruh Ninik Mamak yang
ada didalam Kenagari Timbulun dan berbagai elemen masyakat.
Musyawarah juga dilakukan dalam pembukaan lubuk larangan, dilakukan untuk penunjukan
panitia dan berapa harga karcis untuk para penangkap ikan.
HUKUM ADAT
A. Aturan adat yang berkaitan dengan pengelolaan wilayah dan sumber daya alam
 Dalam konteks ini adanya larangan bagi setiap masyarakat Nagari Timbulun untuk
melakukan kegiatan penambangan emas. Karena selain menjaga ekosistem juga dari
dahulunya tidak dilazimkan dalam aturan pranata Lingkung Adat.
B. Aturan adat terkait Pranata Sosial
 Perkawinan Sasuku dengan Ninik Mamak 4,5 yang sama.
 Dilarangnya Penangkapan ikan dengan menggunakan pukat atau racun dan sentrum.
 Dilarangnya Pengambilan Buah Durian yang Masih Muda.

C. Contoh Keputusan dari Penerapan Hukum Adat


 Takurung di bilik dalam (Kawin Tatangkok) bagi pelaku tersebut akan dinikahkan dan di
denda dengan menyembelih seekor kambing atas kesalahan yang telah dilakukannya.
KEANEKARAGAMAN HAYATI
Jenis Ekosistem

Sumber
Sumber Pangan : Pertanian ( Padi )
Sumber Kesehatan dan Kecantikan :-
Papan dan Bahan Infrastruktur : Kayu Pohon, Pasir, Batu
Sumber Sandang :-
Sumber Rempah-rempah dan Bumbu : Kayu Kulit Manis, Kapulaga, Kemiri, Pinang,
Kopi.
Sumber Pendapatan Ekonomi : Pertanian dan Perdagangan

KEBIJAKAN NAGARI TERKAIT PENGELOLAAN LINGKUNGAN (PERATURAN


NAGARI)
1. Larangan Penangkapan menggunakan Pukat atau Racun dan Sentrum
2. Larangan Mengambil Buah Durian Muda ( Belum Matang )
3. Larangan Menebang Pohon Durian
4. Larangan Menambang emas.
KEARIFAN LOKAL YANG ADA DI NAGARI
Misal :
1. Hutan Adat ( Tidak Ada )
2. Hutan Ulayat ( Ada, hal ini dibuktikan dengan adanya ulayat
 Malin Pangulu di sebagian Jorong Sibisir,
 Dt. Kayo Bonsu Sebagian Besar Jorong Koto Dan Balai-balai.
 Dt. Ponji Alam di Jorong Koto Timbulun.
 Dt. Bandaro Sati di Jorong Tandikek
 Panghulu sati dan Datuk Sati di Jorong Tandikek.
 Monti Lobih di Jorong Tandikek.
 Paneka Rajo dan Dt. Malano di Jorong Tandikek.
3. Masyarakat yang berdiam dan bermukim di hutan
(Tidak Ada )
4. Bakaul Adat (Ada ,dimulai dengan berkaul disetiap Jorong dan dilanjutkan dengan
berkaul di tingkat Nagari yaitu Berkaul di Kubang dengan menyembelih seekor kerbau )
5. Lubuk Larangan (Ada )
- Jorong Sibisir Dari Topian Enti s/d Belakang Rumah Marwan.
- Jorong Tandikek Dari Ampang Caniago s/d Muara sungai Napar.
- Jorong Balai-balai Dan Koto Timbulun ( Nagari Timbulun ) Dari Kincir bosi s/d
Tumpuan Sungai Tandikek.
- Larangan Pemuda Dari Tumpuan Sungai Tandikek s/d Lubuk Nyik Bayang.
6. Makanan Khas pada acara-acara adat
- Kareh-Kareh - lopek
- Lemang
- Limpiang
- Galamai

Anda mungkin juga menyukai