ILMU BAHAN
NIM : 1911014210021
2020
PURUN
Purun adalah gulma lahan gambut dengan berbagai manfaat. Berdasarkan hasil
penelitian, purun memiliki kemampuan digunakan sebagai bahan kerajinan karena sifatnya
yang awet dengan kandungan lignin sebanyak 26.4% dan kandungan selulosa sebanyak
32.62%. Beberapa daerah penghasil ayaman purun adalah Desa Sungai Kali, Kec. Barambai,
Kab. Barito Kuala; Kec. Anjir Serapat, Kab. Kapuas, dan kampung purun, kota Banjarbaru.
Padahal selama ini, banyak yang menganggap purun hanya sebagai gulma yang
keberadaannnya sering dianggap mengganggu tanaman pertanian. Purun sendiri sebenarnya
termasuk sejenis rumput teki-tekian (family Cyperaceae). Purun memiliki batang lurus
berongga dan tidak berdaun. Terdapat beberapa jenis purun, antara lain purun tikus
(Eleocharis dulcis), purun danau (Lepironia articulata Retz.) dan purun bajang. Jenis ini
banyak dijumpai di wilayah rawa tergenang, di tepi sungai, gambut dangkal dan tanah
masam.
Selain bermanfaat secara langsung, purun juga memiliki berbagai manfaat ekologis
antara lain sebagai penyerap limbah beracun, pupuk organik, perangkap hama padi dan juga
biofilter. Purun juga termasuk jenis asli lahan rawa gambut, sehingga dengan adanya
budidaya jenis ini mampu memelihara kondisi asli dari hutan rawa gambut. Kondisi lahan
gambut yang terjaga akan mampu menjalankan fungsi hidrologis gambut tetap terjaga
sehingga kelestarian floram fauna, juga mikroba yang ada di habitat tersebut juga lestari.
PURUN DANAU
A. Pendahuluan
Purun danau (Lepironia articulata) adalah sejenis rumput anggota suku teki-tekian
(Cyperaceae) yang sering dimanfaatkan sebagai bahan anyam-anyaman. Rumput ini tumbuh
di paya dan rawa-rawa. Nama-nama daerahnya, di antaranya, purun, purun danau
(Banjarmasin) juga dikenal sebagai purun, pucet (Bangka), dan kerejut (Lingga).
Rumput dengan batang berongga seperti buluh, tidak berdaun. Rimpang mengayu,
menjalar datar, tertutupi sisik-sisik bentuk bundar telur, meruncing, kecokelatan. Batang
ramping, muncul satu-satu dari rimpang, kaku, licin, hijau keabu-abuan atau keputihan,
sangat berubah-ubah ukurannya, 40-150(-200) cm × 2-5(-8) mm, sekat ruang (septae) dalam
batang berdekatan, hanya terlihat dari luar manakala batang mengering. Daun tereduksi
menjadi seludang yang membungkus batang, tanpa helai daun, tepinya saling menangkup,
kuning jerami hingga kecokelatan, yang teratas jauh lebih panjang daripada yang bawah,
panjang 10-30 cm.
Perbungaan berupa spikelet tunggal, muncul ke samping pada suatu daun pembalut
yang merupakan kelanjutan batang; daun pembalut bentuk tabung, berujung runcing, 2-5 cm.
Spikelet bulat telur hingga elipsoid lonjong, berujung runcing, 1-2(-4) cm × 5-10(-15) mm.
Glume (daun pelindung bunga) bundar telur terbalik sangat lebar atau hampir bundar
sepenuhnya, sangat menumpul, sering robek di ujungnya, tidak atau sangat jarang bertepian
bening keputihan, tak berurat, tak berlunas, cokelat atau cokelat berangan berkilau, panjang
4-6 mm dan demikian pula kurang lebih lebarnya. Bunga sepanjang atau sedikit lebih pendek
dari glume; benang sari 2-3 mm panjangnya. Buah keras (bulir) bulat telur terbalik atau
memipih hampir bundar, beralur-alur memanjang, halus kecuali di tepinya yang kasar
mendekati ujung, cokelat, 3-4 mm × 2,5-3 mm.
B. Daerah Persebaran
Purun danau menyebar luas mulai dari Madagaskar, Srilangka, Indocina, Cina
Selatan, Thailand, Kawasan Malesia, hingga pesisir Australia utara dan timur, Kaledonia
Baru, hingga Fiji. Di Indonesia didapati di Sumatra, Bangka, Kalimantan, Sulawesi (Danau
Towuti), Maluku (Sula, Taliabu, Buru), dan Nugini.
Rumput ini tumbuh subur di paya-paya atau rawa-rawa terbuka, rawa di sabana, dan
sepanjang sungai kecil yang tenang; sering di wilayah dekat pantai. Sering membentuk
tutupan vegetasi yang luas. Di Sumatra hingga ketinggian 1.000 m dpl; di Terengganu hingga
1.200 m dpl., dan di Nugini hingga 1.750 m dpl..
C. Klasifikasi Taksonomi
Kingdom: Plantae
Subkingdom: Tracheobionta
Superdivisi: Spermatophyta
Divisi: Magnoliophyta
Kelas: Liliopsida
Subkelas: Commelinidae
Ordo: Cyperales
Famili: Cyperaceae
Genus: Lepironia
Spesies: Lepironia articulata (Retz.) Domin
D. Manfaat
Purun danau acap dibudidayakan, setidaknya pada masa lampau, untuk dipanen
batangnya yang dijadikan bahan anyaman. Pembudidayaan rumput ini tidak memerlukan
banyak pemeliharaan, asalkan dihindarkan dari gulma yang dapat mengalahkan pertumbuhan
purun danau. Panenan terbaik dihasilkan dari rumpun yang telah berusia 2-3 tahun.[4]
Batang-batang yang telah dipanen kemudian dijemur dalam abu kayu yang ditebar di
tanah, selama lk. 5 hari hingga kering. Kemudian dibersihkan, diikat dalam jaras-jaras (@
200-300 batang), dipipihkan, dan dilembutkan. Setiap jaras kemudian dianyam untuk
menghasilkan selembar tikar; pada masa lalu tikar-tikar purun ini disukai sebagai
pembungkus barang-barang yang diperdagangkan seperti tembakau, kapuk, kapas, gambir,
garam dan lain-lain. Selain itu, dalam jumlah yang lebih sedikit, tikar purun juga
dipergunakan sebagai alas tidur dan duduk. Daerah penghasil tikar purun ini di antaranya
Martapura, Kandangan, dan Amuntai di Kalimantan Selatan; dan di sekitar Palembang,
Sumatra Selatan.[4]
Penggunaan lain, sebagaimana halnya rumput lembang, purun danau ditanam dalam
sebuah area lahan basah buatan --sebagai bagian dari instalasi pengolahan air limbah-- untuk
membersihkan air yang tercemar sebelum dibuang ke perairan umum. Purun danau juga
berpotensi sebagai tanaman hias akuatik.
Tanaman ini memiliki potensi untuk menjadi sedotan hijau atau sedotan ramah
lingkungan, proses pembuatan sedotan tidak sulit, hanya dengan membersihkan batang
tanaman dan mengeringkannya di bawah sinar matahari.
A. Klasifikasi Material
Kandunan utama dari Purun Danau adalah serat alam (selulosa). Secara kimia,
selulosa merupakan senyawa polisakarida yang terdapat banyak di alam.Bobot molekulnya
tinggi, strukturnya teratur berupa polimer yang linear terdiri dari unit ulangan β-D-
Glukopiranosa. Karakteristik selulosa antara lain muncul karena adanya struktur kristalin dan
amorf serta pembentukan mikro fibril dan fibril yang pada akhirnya menjadi serat selulosa.
Sifat selulosa sebagai polimer tercermin dari bobot molekul rata-rata, polidispersitas dan
konfigurasi rantainya.
Menurut Nuringtyas (2010), terdapat tiga jenis selulosa berdasarkan derajat polimerisasi dan
kelarutan dalam senyawa natrium hidroksida (NaOH), yaitu sebagai berikut:
Selulosa α adalah jenis selulosa berantai panjang, tidak larut dalam larutan NaOH
17,5% atau larutan basa kuat dengan derajat polimerisasi 600 - 1500. Selulosa α dipakai
sebagai penduga dan atau penentu tingkat kemurnian selulosa. Selulosa α merupakan kualitas
selulosa yang paling tinggi (murni). Selulosa α > 92% memenuhi syarat untuk digunakan
sebagai bahan baku utama pembuatan propelan dan atau bahan peledak, sedangkan selulosa
kualitas di-bawahnya digunakan sebagai bahan baku pada industri kertas dan industri
sandang/kain. Semakin tinggi kadar alfa selulosa, maka semakin baik mutu bahannya.
Selulosa ß adalah jenis selulosa berantai pendek, larut dalam larutan NaOH 17,5%
atau basa kuat dengan derajat polimerisasi 15 - 90, dapat mengendap bila dinetralkan.
Gugus hidroksil C3 pada unit glukosa dan atom O cincin piranosa yang terdapat pada unit
glukosa terdekat.
Gugus hidroksil pada C2 dan atom O pada C6 unit glukosa tetangganya. Ikatan hidrogen
antarmolekul terbentuk antara gugus hidroksil C6 dan atom O pada C3 di sepanjang
sumbu b.
C. Struktur kristal
Dengan adanya ikatan hidrogen serta gaya van der Waals yang terbentuk, maka
struktur selulosa dapat tersusun secara teratur dan membentuk daerah kristalin. Di samping
itu, juga terbentuk rangkaian struktur yang tidak tersusun secara teratur yang akan
membentuk daerah nonkristalin atau amorf. Semakin tinggi packing density-nya maka
selulosa akan berbentuk kristal, sedangkan semakin rendah packing density maka selulosa
akan berbentuk amorf.
Derajat kristalinitas selulosa dipengaruhi oleh sumber dan perlakuan yang diberikan.
Rantai-rantai selulosa akan bergabung menjadi satu kesatuan membentuk mikrofibril, bagian
kristalin akan bergabung dengan bagian nonkristalin. Mikrofibril-mikrofibril akan bergabung
membentuk fibril, selanjutnya gabungan fibril akan membentuk serat.
Produk kerajinan menjadi salah satu komoditas ekspor Kalimantan Selatan yang
potensial dikembangkan, karena produk ini cukup diminati di pasar dunia sehingga
permintaannya cukup besar. Namun produk kerajinan hingga kini masih belum mampu
memenuhi permintaan pasar, akibat terkendala dengan masalah desain, kualitas produk
dan lainnya, termasuk kesulitan memenuhi permintaan dalam jumlah besar atau terkait
dengan bahan baku. Masalah yang dihadapi oleh pengrajin purun Kalimantan Selatan yaitu
berkurangnya bahan baku purun yang sudah umum digunakan pengrajin seperti purun
danau dan purun tikus.
A. Sifat Fisis
Pada konteks ini sifat fisis yang akan di angkat adalah sifat kadar air purun segar,
kadar air purun setelah dijemur dan kerapatan dengan pembanding purun tikus dan purun
bajang. Untuk keperluan tersebut, dari setiap contoh uji dibedakan antara batang bagian
pangkal dan batang bagian ujung dengan ukuran panjang 5 cm dan diameter mengikuti tebal
purun. Semua contoh uji setelah ditimbang berat awal pada suhu kamar (±25o C) serta diukur
dimensinya untuk mendapatkan nilai kerapatan, kemudian dikeringkan dalam oven pada suhu
103o C sampai beratnya konstan. Selanjutnya semua contoh uji ditimbang untuk
mendapatkan berat akhir. Untuk mendapatkan nilai volume purun (cm3), purun dianggap
silinder kemudian diukur dengan kondisi kering udara, dimana rumus volume silinder adalah
(π/4)d2.t ; dimana d=diameter; t=tebal. Kadar air dihitung berdasarkan rumus :
Keterangan : Ba = Berat awal (g);
Sedangkan kerapatan purun merupakan perbandingan berat dan volume dalam keadaan kadar
air kering udara, rumusnya sebagai berikut :
Dari serangkaian pengujian, didapatilah hasil dan perbandingan antara ketiga jenis purun:
Berdasarkan hasil pembandingan pengujian terlihat bahwa kadar air dari purun bajang
memiliki nilai kadar air yang paling tinggi pada kondisi baru dicabut/dipanen dibandingkan
dengan purun danau dan purun tikus, baik pada pangkal maupun pada ujung batang purun.
Namun memiliki nilai kadar air yang paling rendah pada kondisi setelah dijemur/
dikeringkan. Hal tersebut dimungkinkan purun bajang memiliki jaringan sel yang besar dan
memiliki dinding sel yang tipis sehingga proses keluar masuknya air sangat mudah. Adapun
nilai kadar air yang paling rendah pada kondisi baru dipanen pada pangkal maupun ujung
batang adalah purun danau. Serta memiliki nilai kadar air yang paling tinggi pada kondisi
setelah dijemur / dikeringkan. Hal tersebut kemungkinan purun danau memiliki jaringan sel
yang rapat dan memiliki dinding sel yang tebal sehingga proses keluar masuknya air lebih
sulit. Disamping itu, berdasarkan pengamatan visual pada purun danau lebih kasar
dibandingkan purun bajang dan purun tikus yang relative licin. Hal tersebut berarti purun
danau mempunyai kandungan silika yang lebih banyak. Namun purun tidak seperti bamboo
andong segar yang memiliki nilai kadar air cenderung lebih tinggi pada bagian pangkal
dibandingkan dengan bagian.
B. Sifat Mekanis
Sifat mekanis yang di uji disini adalah kuat Tarik dari masing masing jenis purun. Berikut
data yang di peroleh:
Berdasarkan hasil pembandingan pengujian terlihat bahwa kerapatan dari purun bajang
memiliki nilai kekuatan Tarik yang paling rendah baik pada perlakuan sebelum ditumbuk
maupun setelah ditumbuk. Sedangkan yang memiliki nilai yang tinggi pada kekuatan tarik
adalah purun danau. Hal tersebut berhubungan dengan kerapatan. Kerapatan merupakan
perbandingan antara massa purun dengan volumenya dalam kondisi kering udara. Kerapatan
sangat berhubungan dengan kekuatan tarik purun. Semakin tinggi kerapatan maka semakin
tinggi kekuatan tarik, dan pada umunnya akan memiliki dinding sel yang banyak dan tebal.
Seperti halnya pandan, purun dalam keadaan basah memiliki kekuatan tarik yang rendah
dibandingkan purun yang sudah kering. Kekuatan tarik merupakan salah satu sifat serat yang
sangat penting terhadap.
DAFTAR PUSTAKA
Harsono, D. (2013). Sifat Fisis dan Mekanis Purun Bajang sebagai Substitusi Purun Danau
dan Purun Tikus. Jurnal Riset Industri Hasil Hutan, 5(2), 45-51.
“Purun, Gulma Bermanfaat dari Lahan Gambut”. Badan Penelitian dan Pengembangan
inovasi Kementrian Lingkuangan Hidup. Badan Penelitian dan Pengembangan inovasi
Kementrian Lingkuangan Hidup.16 November 2020. https://www.forda-
mof.org/berita/post/4545-purun-gulma-bermanfaat-dari-lahan-gambut