Disusun oleh:
GIOVANY HERNANDES SIMANJUNTAK
Dosen Pengampu:
Zulkarnain, M.T S.T
PEMABAHASAN
A. Kontur
Garis kontur adalah garis imajiner pada suatu wilayah atau area di atas peta yang
menghubungkan dan memperlihatkan beberapa titik pada peta yang memiliki ketinggian yang
sama. Garis kontur disebut sebagai garis tranches, garis tinggi, atau garis tinggi horizontal.
Dikutip dari laman Ilmugeografi.com, garis ini selanjutnya menunjukkan pergerakan atau
perkembangan naik turunnya suatu keadaan tanah. Misalnya, suatu garis kontur ditunjukkan
dengan angka + 25 meter, berarti garis kontur ini menghubungkan titik-titik yang memiliki
sudut elevasi atau ketinggian yang sama + 25 meter terhadap sudut elevasi atau ketinggian
tertentu.
Garis kontur ini dapat dibuat dengan membuat suatu proyeksi garis tegak berpotongan
pada bidang datar dengan permukaan bumi ke bidang mendatar pada suatu peta. Garis kontur
yang dibuat pada peta akan terkait langsung dengan skala yang mana garis kontur ini dibuat
sesuai dengan skala peta yang diinginkan.
a. Interval Kontur
kontur yang berdekatan. Misalnya, pada penampilan peta di satu halaman, nilai
interval kontur dibuat sama besar antar satu kontur dengan kontur yang lainnya. Dengan kata
lain, semakin besar skalanya Hal ini menunjukkan perbedaan elevasi atau sudut ketinggian
antar dua garis maka informasi pada peta akan semakin banyak atau detail, sehingga interval
kontur akan semakin kecil.
b. Indeks Kontur
Hal ini menunjukkan adanya garis kontur dengan kelipatan tertentu. Misalnya, setiap
kelipatan 1 meter, 5 meter, 10 meter, dan seterusnya. Dalam menentukan indeks kontur ini
maka dapat digunakan rumus penentuan indeks kontur sebagai berikut: i = (25/panjang 1 km
di peta) meter.Sebagai contoh: Pada peta dengan skala 1:1000, maka indeks kontur yang
ditunjukkan dalam peta adalah 1 km, pada peta dengan skala 1:1000 = (1 km/1000 cm) =
(100000 cm/1000 cm)= 100 meter. Maka, i = (25/100) = 0,25 meter.
Garis kontur sangat berguna untuk memproyeksikan bentuk permukaan tanah dan
ketinggian pada suatu peta.Garis kontur memiliki karakteristik sebagai berikut ini:
1. Garis kontur yang menunjukkan tingkat kerapatan yang lebih besar menandakan sudut
kemiringan atau lereng yang sangat curam;
2. Garis kontur yang tingkat kerapatannya jarang menandakan keadaan permukaan tanah
yang landau;
3. Garis kontur selalu bersifat horizontal, tidak bercabang, dan tidak berpotongan;
4. Garis kontur selalu berkelok-kelok dan mengikuti sudut kemiringan atau lereng dari
suatu lembah;
5. Garis kontur selalu tegak lurus terhadap aliran air yang mengalir di permukaan tanah;
Garis kontur berbentuk kurva tertutup;
6. Garis kontur sellu menjorok ke hulu jika melewati aliran sungai;
7. Garis kontur selalu menjorok ke arah jalan jika melewati permukaan jalan;
8. Garis kontur yang disajikan selalu disesuaikan dengan skala peta yang dibuat;
9. Garis kontur memiliki sajian indeks yang berbeda-beda mengikuti posisi topografi
suatu wilayah;
10. Garis kontur hanya diperuntukkan satu sudut ketinggian tertentu;
11. Garis kontur yang bernilai lebih rendah selalu mengelilingi garis kontur yang bernilai
lebih tinggi;
12. Garis kontur yang bertanda huruf U selalu menunjukkan punggung pegunungan atau
gunung; dan
13. Garis kontur yang bertanda huruf V selalu menandakan suatu lembah atau jurang.
Gambar 1.3 garis kontur
Pada pekerjaan pengukuran dan pematokan garis sempadan (Rooi) bangunan dan titk
tetap (benchmark)harus sesuai persyaratan yang ditentukan dan bekerjasamadengan
instansi yang terkait, pada awal pekerjaan pengukuran dan pematokan.
Sebagai ketinggian (level) referensi, patok tetap yang ada di lapangan digunakan
sebagai referensi atau pedoman. Patok permanen dibuat dari beton dengan ukuran panjang,
lebar dan tinggi sesuai dengan persyaratan, ditempatkan pada daerah aman serta diikat dan
ditandai dengan teliti, Patoktetap referensi harus dijaga sampai akhir pelaksanaan
pekerjaan pembangunan.Patoktetap referensi ini merupakan referensi semua pengukuran
dan pematokan gedung (jarak dan sudut datar serta koordinat).Pengukuran titik dan level
lainnya dikerjakan secara teliti menggunakan alatsipat datar (Waterpass) dan theodolite
yang telah dikalibrasi.Kontraktor harus memberitahu pengawas secara tertulis
setiapketidaksesuaian antara gambar dan kondisi site dan jika menemui keraguan atas data
patoktetap referensi.Kontraktor bertanggung-jawab atas semua hasil pengukuran.
Pengawasan oleh pengawas resmitidak melepaskan tanggung jawab kontraktor.
Papan referensi bangunan dibuat dari kayu dan dipasang dengan kokoh dan akurat
pada posisinya.Tanda referensi bangunan dibuat dari kayu dengan ukuran lebarminimum
150 mm dan tebal 20 mm.Referensi elevasi bangunan sama dengan datum utama, kecuali
ditentukanlain.Setelah selesai pemasangan referensi bangunan, kontraktor
harusmelaporkan kepada pengawas untuk inspeksi dan persetujuan.Semua tanda yang
menunjukan as dan elevasi harus dibuat dari cat terangdan tahan cuaca, menggunakan
simbol standard yang disetujui pengawas.
4. Pengukuran Site
Kontraktor harus memulai pekerjaan berpedoman pada as utama dan asreferensi
seperti yang terlihat pada rencana tapak dan bertanggung jawab penuh atashasil
pengukuran.Kontraktor harus menyediakan material, alat dan tenaga kerja, termasuk
juruukur yang berpengalaman, dan setiap saat diperlukan harus siap
mengadakanpengukuran ulang.Kontraktor harus bertanggung jawab untuk melindungi dan
memeliharapatok tetap utama selama pekerjaan pembangunan. Kontraktor bertanggung
jawabuntuk memelihara patok sekunder dilapangan dengan jumlah dan posisi
sesuaipengarahan pengawas.
Tahapan-tahapan pengukuran dan pengukuran yang harus dilakukan oleh juru ukur
dalam menerapkan sistem ini adalah sebagai berikut:
1. Meginterpretasi data dan informasi yang disajikan pada gambar kerja (gambar site
plan, denah ruang dan pondasi).
2. Menghitung jarak datar dan sudut datar setiap as gedung sesuai gambar kerja.
3. Menyajikan hasil hitungan dalam bentuk tabel.
4. Menentukan garis sempadan ( Rooi ) bangunan sesuai gambar rencana (site plan)
5. Menentukan basis ukur sebagai pedoman pengukuran jarak dan sudut datar .
6. Menentukan setiap as bangunan gedung sesuai jarak dan sudut datar yang telah
dihitung.
7. Mengontrol kesikuan dan jarak datar sesuai data ukuran yang tersedia pada gambar
denah ruang dan pondasi
8. Menghitung kebutuhan bahan konstruksi bowplank.
9. Memasang patok bowplank menerus sesuai bentuk dan ukuran gedung
10. Menentukan peil lantai ( ± 0.00 )
11. Memindah as ukuran gedung pada konstruksi bowplank
12. Mengontrol kesikuan dan jarak sesuai denah ruang dan pondasi
Sebelum mengulas lebih jauh mengenai standar dan metode pengukuran pengerjaan
sebuah bangunan, sebaiknya kita ketahui dulu pengertian dari bangunan.
Bangunan merupakan lingkungan yang sengaja diciptakan oleh manusia untuk tujuan
tertentu. Umumnya bangunan dibuat dalam rangka memenuhi kebutuhan sehari-hari manusia.
Kebutuhan itu seperti berkumpul dengan keluarga, bekerja, hingga liburan. Nyaris untuk
setiap rutinitasnya, manusia membutuhkan bangunan untuk bernaung.
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, bangunan termasuk ke dalam kelompok kata
benda yang memiliki arti sesuatu yang didirikan. Hal ini berarti, bangunan akan ada bila ada
yang mendirikan. Dan untuk mendirikan bangunan itu, dibutuhkan standar dan metode agar
bangunan tidak menjadi produk gagal.
Apa yang Anda lakukan sebelum membangun sebuah bangunan? Tentunya melakukan
pengukuran, bukan? Melakukan pengukuran sebelum membangun memang penting, agar
bangunan tidak gagal. Dalam pengukuran pengerjaan bangunan, tentu ada standar yang harus
diikuti.Standar dan metode pengukuran pengerjaan bangunan atau disebut juga Standard
Methode of Measurement of Building Works merupakan berbagai standar yang digunakan
untuk melakukan pengukuran dalam suatu proyek bangunan. Standar pengukuran ini
ditetapkan dari tahap perencanaan hingga pemeliharaan bangunan.Orang yang paling utama
untuk mengerti mengenai standar pengukuran pengerjaan bangunan ini adalah Quantity
surveyor.Mengapa?Karena seorang Quantity surveyor bersentuhan langsung dengan
pengukuran pengerjaan bangunan tersebut. Selain itu, semua orang yang terlibat dalam
manajemen bangunan juga wajib untuk mengetahui perihal standar pengukuran pengerjaan
bangunan.
Secara garis besar, cakupan standar pengerjaan pengukuran bangunan ini, antara lain:
Meteran yang umumnya digunakan memiliki panjang berkisar 3-7,5 meter. Selain
mudah ditemukan dan terjangkau, meteran juga praktis dibawa untuk mengukur sebagian
besar bagian pekerjaan bangunan. Bagian tersebut, seperti panjang ruangan, ukuran
kusen, tinggi dinding, dan ukuran balok. Bagi seorang pengelola bangunan, alat satu ini
tentu wajib dimiliki.
Jika untuk bagian yang relatif besar dapat diukur menggunakan alat meteran, lantas
bagaimana dengan bagian bangunan yang berukuran kecil? Untuk benda-benda yang
berukuran kecil, dapat digunakan alat ukur bernama Sigma. Alat ukur ini memiliki tingkat
ketelitian tinggi. Material yang umumnya diukur menggunakan Sigma, seperti diameter
besi, ketebalan plat besi, ketebalan triplek, dan lain sebagainya.
Theodolit ini digunakan secara khusus untuk mengukur elevasi atau ketinggian
bangunan dari permukaan tanah. Misalnya, ketika mengerjakan sebuah bangunan di
daerah persawahan atau, dengan bantuan Theodolit, Anda dapat mengetahui elevasi awal
bangunan tersebut.
Alat satu ini juga efektif jika digunakan pada pengerjaan bangunan seperti
pembukaan badan jalan baru di lokasi pegunungan atau perbukitan. Theodolit membantu
Anda untuk mengetahui ketinggian gunung atau bukit yang akan digali. Hal ini penting
untuk memenuhi faktor kenyamanan dan keamanan jalan ketika dilalui.
Akan tetapi, penggunaan dan pengolahan data menggunakan alat ini terbilang rumit.
Oleh karena itu, hanya beberapa orang yang merupakan surveyor yang dapat
menggunakan alat ukur ini.
Pengerjaan bangunan tentunya tidak bisa sembarangan. Ada banyak sekali hal yang
harus disiapkan secara matang. Berikut beberapa metode dalam pengerjaan bangunan.
1. Persiapan
Yang termasuk dalam tahap persiapan ini antara lain sebagai berikut.
1. Segala hal yang terkait kelancaran dalam pengerjaan bangunan harus sudah matang
persiapannya, bahkan sebelum pelaksanaan di lapangan.
2. Penempatan bahan/material bangunan dan kemungkinannya dalam mengganggu arus lalu
lintas juga tidak boleh luput dari perhatian.
3. Rincian jadwal, mobilisasi peralatan maupun tenaga kerja, dan semua kelengkapan
administrasi harus sudah siap sebelum pengerjaan dimulai.
4. Situasi, kondisi, dan berbagai ukuran. Situasi kondisi yang perlu diperhatikan, seperti
keadaan tanah, sifat pengerjaan bangunan, dan sebagainya.
5. Tanah dan Pasir (Fondasi)
Pada tahap ini terdapat beberapa pekerjaan yang dilakukan, seperti penggalian
fondasi, penimbunan galian, dan pemadatan setiap lapisan. Oleh karena itu karena
termasuk pekerjaan dasar, maka ada beberapa ketentuan yang wajib dipenuhi kontraktor
sebagai berikut.
1. Memastikan posisi galian dan ukuran sesuai dengan yang tertera dalam gambar.
2. Memastikan telah memperoleh persetujuan pengawas lapangan.
3. Penggalian fondasi baru dimulai jika pemasangan bouwplank dan patok disetujui oleh
pengawas lapangan.
4. Dasar galian harus sampai pada tanah yang keras serta bersih dari berbagai sesuatu yang
dapat mengganggu.
5. Dilakukan penimbunan menggunakan pasir dan tanah yang telah sesuai dengan gambar.
3. Pemasangan
Pada tahap ini, pekerjaan yang dilakukan meliputi pemasangan beton. Beton tersebut mulai
dari yang bertulang sampai yang tidak bertulang. Kualitas dari beton sendiri tergantung pada
kualitas bahan yang digunakan. Bahan untuk pemasangan beton ini, antara lain semen, air,
kerikil, pasir, beton, dan kayu.
4. Lantai
Tujuan dari pemasangan lantai didasarkan atas petunjuk dari manajemen konstruksi dan
rancangan proyek. Sebagai contoh pemasangan lantai menggunakan keramik. Pemasangan
menggunakan keramik tersebut harus memenuhi aturan, seperti keramik bersih, tidak retak
dan bergelombang. Jika pemasangan tidak sesuai dengan rancangan proyek yang
dicanangkan, maka pembongkaran dan pemasangan ulang wajib dilakukan.
5. Instalasi Listrik
Pekerjaan satu ini juga harus dilakukan sebaik mungkin. Pemasangan instalasi listrik harus
disesuaikan dengan peraturan yang berlaku. Pekerjaan yang dilakukan, seperti pengadaan dan
pemasangan seluruh komponen listrik sampai uji coba berbagai komponen tersebut.
Penutup
Tahap ini meliputi pembersihan dan pemeliharaan. Ketika tahap pembersihan, kontraktor
memiliki kewajiban untuk membersihkan seluruh bagian proyek agar siap huni. Sedangkan di
tahap pemeliharaan, kontraktor memiliki kewajiban untuk mengganti berbagai material yang
rusak maupun tidak berfungsi sesuai dengan target dari proyek.
D. Pengukuran Keluasan Tower
1. Bentuk dan kompleksitas tower: Bentuk dan kompleksitas tower dapat mempengaruhi cara
pengukuran dilakukan.Jika tower memiliki bentuk yang kompleks, mungkin diperlukan
pendekatan yang lebih terperinci dalam pengukuran keluasan.
2. Tingkat akurasi alat pengukuran: Tingkat akurasi alat pengukuran yang digunakan akan
memengaruhi hasil pengukuran keluasan. Alat pengukuran yang lebih akurat akan
memberikan hasil yang lebih presisi.
3. Kondisi lingkungan: Faktor-faktor lingkungan seperti cuaca, keadaan tanah, atau gangguan
lainnya dapat mempengaruhi pengukuran keluasan tower. Misalnya, cuaca buruk atau
keadaan tanah yang tidak stabil dapat menyebabkan
4. Keahlian dan pengalaman pengukur: Keahlian dan pengalaman pengukur juga dapat
mempengaruhi pengukuran keluasan. Pengukur yang terlatih dan berpengalaman akan
mampu melakukan pengukuran dengan lebih akurat dan efisien.
5. Kesalahan manusia: Kesalahan manusia dalam membaca atau mencatat hasil pengukuran
juga dapat mempengaruhi akurasi pengukuran keluasan. Penting untuk memastikan bahwa
pengukur melakukan pengukuran dengan cermat dan teliti.
6. Metode pengukuran yang digunakan: Metode pengukuran yang digunakan juga dapat
mempengaruhi hasil pengukuran keluasan. Metode yang tidak sesuai atau tidak akurat dapat
menghasilkan keluasan yang tidak akurat.
Pengukuran keluasan tower adalah proses mengukur luas atau area yang dimiliki oleh sebuah
tower. Luas tower dapat diukur dengan mengukur panjang dan lebar dasar tower atau dengan
mengukur luas seluruh struktur termasuk tangga, platform, dan bagian lainnya.Pengukuran
keluasan tower penting dalam berbagai konteks, seperti perencanaan konstruksi, pemetaan,
atau pemeliharaan. Informasi tentang keluasan tower dapat digunakan untuk perencanaan tata
letak, perhitungan kebutuhan material, atau analisis struktural.Hasil pengukuran keluasan
tower dapat digunakan sebagai data referensi dalam berbagai aplikasi, termasuk perencanaan
dan pemeliharaan infrastruktur, pemetaan topografi, atau pemantauan perubahan lingkungan.