Anda di halaman 1dari 16

Nama : I Made Denny Tarukan

Course : MTU VIII D


NIT/Absen : 3062208

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2001


TENTANG KEAMANAN DAN KESELAMATAN PENERBANGAN

BAB I
KETENTUAN UMUM
Pasal 1 :
1. Keamanan dan keselamatan penerbangan dilaksanakan secara aman dan selamat
sesuai rencana penerbangan
2. Keamanan penerbangan adalah keadaan penerbangan yang bebas dari gangguan dan
tindakan yang melawan hukum
3. Keselamatan penerbangan adalah keadaan penerbangan yang lancar sesuai prosedur
operasi dan persyaratan kelaiakan teknis
4. Pesawat udara adalah alat yang dapat terbang di atmosfer
5. Helikopter adalah pesawat terbang dengan sayap berputar
6. Pesawat terbang adalah pesawat yang bersayap tetap
7. Pesawat udara negara adalah pesawat yang digunakan oleh TNI, POLRI, dan instansi
pemerintah lainnya
8. Pesawat udara sipil adalah pesawat selain pesawat udara negara
9. Bandara adalah lapangan yang digunakan untuk mendarat dan lepas landas pesawat,
naik turun penumpang, dan bongkar muat kargo
10. Kawasan udara terlarang (prohibited area) adalah tempat dimana pesawat dilarang
melintasi tempat tersebut
11. Kawasan udara terbatas (restricted area) adalah pembatasan penerangan bagi pesawat
12. Kawasan udara berbahaya (danger area) sewaktu-waktu bisa membahayakan
penerbangan
13. Personil penerbangan merupakan personil yang mempengaruhi keamanan dan
keselamatan pesawat
14. Personil pesawat udara memiliki sertifikat kecakapan sebagai personil dan penunjang
operasi pesawat udara
15. Personil pelayanan keamanan dan keselamatan penerbangan memiliki sertifikat
kecakapan tertentu
16. Kapten penerbang, memimpin dan bertanggung jawab selama penerbangan
17. Pengoperasian pesawat dan helikopter mulai dari mesin menyala hingga dimatikan
18. Kelaikan udara menjamin keselamatan penerbangan
19. Sertifikat kecakapan personil penerbangan adalah bukti terpenuhinya persyaratan
20. Sertifikat kesehatan personil penerbang adalah bukti terpenuhinya persyaratan
21. Sertifikat pendaftar pesawat adalah bukti terpenuhinya persyaratan
22. Sertifikat tipe, bukti standar kelaikan udara
23. Sertifikat tipe validasi, bukti standar kelaikan udara Republik Indonesia
24. Sertifikat tipe tambahan, bukti standar kelaikan dalam modifikasi pesawat
25. Sertifikat mutu produksi, tanda bukti persyaratan standar
26. Sertifikat kelaikan udara, bukti persyaratan
27. Sertifikat operator pesawat udara/ air operator certificate (AOC), bukti standar dan
prosedur pengoperasian pesawat oleh perusahaan
28. Sertifikat pengoperasian pesawat/ operating Certificate (OC), bukti pengoperasian
pesawat untuk kegiatan angkutan udara
29. Sertifikat perusahaan perawatan pesawat
30. Sertifikat penyelenggaraan pendidikan dan pelatihan dikeluarkan oleh menteri berisi
pengakuan
31. Surat persetujuan rancang bangun komponen
32. Surat persetujuan rancang bangun perubahan
33. Pendaftaran pesawat dan helikopter untuk mendapatkan hak beroperasi
34. Gawat darurat di bandara perlu tindakan cepat
35. Menteri bertanggung jawab di bidang penerbangan
BAB II
PEMBINAAN KEAMANAN DAN KESELAMATAN
PENERBANGAN
Pasal 2 :
1. Menteri melakukan pembinaan
2. Pembinaan dalam ayat 1, aspek pengaturan, pengendalian dan pengawasan
3. kegiatan pada ayat 2 meliputi kegiatan penetapan kebijaksanaan
4. Kegiatan pengendalian pada ayat 2:
a. pemberian petunjuk dan arahan
b. pemberian bimbingan dan penyuluhan mengenai hak dan kewajiban
masyarakat
5. Kegiatan pengawasan pada ayat 2:
a. pemantauan dan penilaian pelaksanaan kebijakan
b. tindakan korektif terhadap pelaksanaan kebijakan
Pasal 3 :
1. Menteri menetapkan program pengamanan penerbangan sipil
2. Program pengamanan, meliputi bandara dan perusahaan angkutan udara
program pengamanan penerbangan sipil meliputi petunjuk dan prosedur pelaksanaan
Pasal 4 :
1. Menteri menetapkan persyaratan kendala operasional pesawat
2. Persyaratan pada ayat 1, meliputi standar kelaikan udara, rancangan bangun pesawat,
pembuatan pesawat, perawatan pesawat, perawatan pesawat, pengoperasian pesawat,
standar kebisingan pesawat, ambang batas gas buang pesawat, personil pesawat
3. Penetapan persyaratan keandalan operasional pesawat
Pasal 5 :
1. Menteri menetapkan persyaratan teknik dan operasional pelayanan navigasi
penerbangan
2. Pada ayat 1, meliputi pelayanan navigasi, pengendalian ruang udara, membantu
pencarian dan pertolongan kecelakaan, penyediaan pembinaan personil, penyediaan
pemeriksaan sarana
3. Penetapan persyaratan teknik dan operasional pelayanan navigasi penerbangan
Pasal 6 :
1. Menteri menetapkan persyaratan teknis dan operasional pengoperasian bandara
2. Pada ayat 1, meliputi pemeriksaan, pengamanan, pelayanan, pelayanan penunjang,
melakukan pencarian, penelitian, pembinaan personil
3. Penetapan persyaratan teknis dan operasional
Pasal 7 :
1. Pelayanan navigasi penerbangan dan pengoperasian bandara
2. Badan hukum pengoperasian bandara

BAB III
KEAMANAN DAN KESELAMATAN PESAWAT UDARA
Pasal 8 :
1. Penetapan standar kelaikan udara untuk pesawat udara
2. Standar kelaikan udara
3. Ketentuan lebih lanjut
4. Menteri menetapkan persyaratan di luar standar
Pasal 9 :
1. Setiap badan hukum yang memuat pesawat dimintakan sertifikat tipe
2. Pembuatan rancang bangun memenuhi standar
3. Pelaksanaan pembuatan rancangan sesuai dengan tahapan
4. Ketentuan lebih lanjut mengenai rancang bangun
Pasal 10 :
1. Rancang bangun komponen dibuat sesuai prosedur
2. Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara pemberian sertifikat tipe
Pasal 11 :
1. Setiap badan hukum yang akan membuat komponen dimintakan surat persetujuan
rancang bangun komponen
2. Pembuatan rancang bangun komponen harus memenuhi standar
3. Pelaksanaan pembuatan rancang bangun komponen sesuai dengan tahapan dan
memenuhi spesifikasi komponen
4. Ketentuan lebih lanjut diatur dengan keputusan menteri
Pasal 12 :
1. Rancang bangun komponen peswat melakukan pemeriksaan dan pengujian
2. Ketentuan lebih lanjut diatur dalam keputusan menteri
Pasal 13 :
1. Setiap perubahan rancangan mendapatkan sertifikat tipe wajib memenuhi standar
2. Pelaksanaan perubahan dilakukan sesuai tahapan-tahapan
3. Rancangan bangun perubahan memenuhi standar kelaikan udara
4. Ketentuan lebih lanjut diatur keputusan menteri
Pasal 14 :
1. Setiap perubahan rancang harus melalui tahap pemeriksa dan pengujian
2. Ketentuan lebih lanjut tata cara pemberian surat persetujuan diatur keputusan menteri
Pasal 15 :
1. Setiap pesawat yang akan diimpor wajib memenuhi standar
2. Pesawat wajib dilaksanakan validasi terhadap sertifikat tipe
3. Menteri memberikan sertifikat tipe validasi terhadap pesawat
4. Ketentuan lebih lanjut diatur keputusan menteri
Pasal 16 :
1. Perakitan pesawat hanya dapat dilakukan oleh badan hukum Indonesia
2. Setiap badan hukum Indonesia mengajukan sertifikat mutu produksi
3. Ketentuan lebih lanjut diatur keputusan menteri
Pasal 17 :
1. Setiap orang atau badan yang mengoperasikan pesawat wajib merawat pesawat
2. Pelaksanaan perawatan pesawat dan komponennya
3. Badan hukum wajib memiliki sertifikat perusahaan perawatan pesawat
4. Sertifikat diberikan oleh menteri kepada perusahaan perawatan pesawat
5. Perusahaan melaksanakan perawatan pesawat harus memenuhi persyaratan
6. Perorangan pemegang ijazah terbatas melakukan perawatan pesawat
7. Ketentuan lebih lanjut diatur keputusan menteri
Pasal 18 :
1. Sertifikat perusahaan perawatan pesawat dapat diberikan kepada perusahaan di luar
negeri yang memenuhi syarat
2. Ketentuan lebih lanjut diatur keputusan menteri
Pasal 19 :
1. Setiap pesawat wajib memiliki sertifikat kelaikan udara
2. Sertifikat kelaikan udara ada 2, yaitu kelaikan udara standar dan khusus
3. Sertifikat kelaikan udara standar untuk pesawat transport, normal, komuter, helicopter
kategori normal beserta balon berpenumpang
4. Sertifikat kelaikan udara khusus diberikan ke pesawat secara terbatas, sementara,
percobaan, dan penerbangan khusus
5. Sertifikat dikeluarkan oleh menteri
6. Ketentuan lebih lanjut diatur keputusan menteri
Pasal 20 :
1. Persyaratan untuk memperoleh sertifikat kelaikan udara standar pertama
2. Persyaratan harus telah diperiksa dan sesuai dengan sertifikat tipe validasi Indonesia
3. Persyaratan bekas impor telah dirawat sesuai dengan program perawatan pabrik
4. Persyaratan untuk memperoleh sertifikat kelaikan udara standar lanjutan
5. Persyaratan yang rusak harus diuji kembali
6. Ketentuan lebih lanjut diatur keputusan menteri
Pasal 21 :
1. Keperluan ekspor, pesawat dikeluarkan sertifikat kelaikan ekspor
2. Sertifikat diberikan kepada suatu produk yang akan diekspor
BAB IV
PENGGUNAAN DAN PENGOPERASIAN
PESAWAT UDARA
Pasal 22 :
1. Pesawat sipil digunakan kegiatan angkutan penumpang, barang
2. Ketentuan lebih lanjut diatur keputusan menteri
Pasal 23 :
Penggunaan dan pengoperasian pesawat diatur menteri
Pasal 24 :
Pengoperasian pesawat niaga hanya dapat dilakukan oleh operator pesawat yang memiliki
sertifikat
Pasal 25 :
1. Mendapatkan sertifikat operator
2. Ketentuan lebih lanjut diatur keputusan menteri
Pasal 26 :
1. Pemegang sertifikat operator pesawat
2. Ketentuan lebih lanjut diatur keputusan menteri
Pasal 27 :
1. Setiap operator memiliki sertifikat pengoperasian pesawat
2. Persyaratan mendapatkan sertifikat
3. Ketentuan lebih lanjut diatur keputusan menteri
Pasal 28 :
1. Pemegang sertifikat pengoperasian pesawat udara
2. Ketentuan lebih lanjut diatur keputusan menteri
Pasal 29 :
1. Menteri melakukan pemeriksaan kendala operasional pesawat
2. Pemeriksaan dilakukan dipenuhinya persyaratan
3. Pemeriksaan yang dimaksud
4. Ketentuan lebih lanjut diatur keputusan menteri
Pasal 30 :
1. Setiap WNI atau badan hukum memiliki pesawat wajib mendaftarkan pesawatnya
2. Mendaftarkan berdasarkan sewa beli atau bentuk perjanjian lainnya
3. Menteri dapat memberikan sertifikat pendaftaran
4. Sertifikat pendaftaran berisi tanda kebangsaan dan tanda pendaftar
5. Ketentuan lebih lanjut diatur keputusan menteri
Pasal 31 :
1. Tanda kebangsaan pesawat terdiri dari 2 huruf
2. Tanda pendaftar pesawat terdiri dari 3 huruf atau 3 angka
3. Pesawat Indonesia wajib dilengkapi dengan bendera negara Republik Indonesia
4. Ukuran waran, penempatan tanda, bendera diatur dengan keputusan menteri
Pasal 32 :
Pendaftaran dan tanda kebangsaan untuk pesawat diatur oleh menteri
Pasal 33 :
1. Penghapusan tanda kebangsaan dapat dilakukan menteri
2. Ketentuan lebih lanjut diatur keputusan menteri
BAB V
KEAMANAN DAN KESELAMATAN BANDAR UDARA
Pasal 34 :
1. Setiap penyelenggara bandara wajib memiliki sertifikat operasi bandara
2. Persyaratan untuk dapat sertifikat
3. Ketentuan lebih lanjut diatur keputusan menteri
Pasal 35 :
Untuk kepentingan keamanan dan keselamatan bandara menetapkan batas sisi darat dan sisi
udara
Pasal 36 :
1. Penetapan penggunaan sisi darat dan udara
2. Ketentuan lebih lanjut diatur keputusan menteri
Pasal 37 :
1. Peralatan penunjang digunakan dalam pelayanan keamanan dan keselamatan
penerbangna
2. Penyediaan peralatan penunjang
3. Ketentuan lebih lanjut diatur keputusan menteri
Pasal 38 :
1. Untuk menunjang kelancaran disediakan peralatan penunjang operasi bandara
2. Peralatan penunjang harus memenuhi syarat
3. Menteri melakukan pemeriksaan kendala peralatan
4. Ketentuan lebih lanjut diatur keputusan menteri
Pasal 39 :
1. Penyelenggara bandara wajib memiliki kemampuan penanggulangan gawat darurat di
bandara
2. Penanggulangan dilaksanakan terpadu dan melibatkan instansi terkait
3. Penyelenggara wajib melaksanakan latihan
4. Pelaksanaan penanggulangan dan latihan dilaporkan kepada menteri
5. Ketentuan lebih lanjut diatur keputusan menteri
Pasal 40 :
1. Penyelenggara bandara wajib memasang rambu dan marka
2. Rambu dan marka untuk memberikan larangan , perintah dan peringatan
3. Ketentuan lebih lanjut diatur keputusan menteri
Pasal 41 :
1. Penyelenggara bandara wajib memberikan isyarat kepada pesawat
2. Isyarat berupa lampu, elektronika, bendera, dan fisik
3. Isyarat memberikan perintah, larangan, peringatan dan petunjuk
4. Ketentuan lebih lanjut diatur keputusan menteri
Pasal 42 :
1. Penyelenggara bandara wajib memberikan pelayanan terhadap pesawat yang akan
parkir
2. Pelayanan parkir
3. Ketentuan lebih lanjut diatur keputusan menteri
Pasal 43 :
1. Penyelenggara bandara wajib memberitahu menteri apabila terdapat perubahan
kondisi bandara
2. Ketentuan lebih lanjut diatur keputusan menteri
Pasal 44 :
1. Menteri menerbitkan buku publikasi informasi aeronautika Indonesia
2. Buku publikasi memuat informasi
Pasal 45 :
1. Penyelenggara bandara wajib menyediakan informasi aeronautika dan informasi
cuaca bandara setempat
2. Informasi aeronautika
3. Informasi cuaca dibuat oleh Badan Meteorologi dan Geofisika
Pasal 46 :
1. Untuk keamanan dan keselamatan penerbangan, bandara dapat menutup sebagian atau
seluruh landasan pacu, penghubung landasan atau pelataran parkir
2. Keadaan yang dimaksud: bencana alam, huru hara, kecelakaan pesawat,
pembangunan, keadaan bahaya
3. Penyelenggara bandara wajib memberitahu kapten penerbang, operatop, dan bandara
lainnya
4. Pemberitahuan wajib dilaporkan kepada menteri
5. Ketentuan lebih lanjut diatur keputusan menteri
Pasal 47 :
1. Penyelenggara bandara wajib menyediakan tempat isolasi pesawat
2. Penyediaan atau penunjukan tempat isolasi
3. Ketentuan lebih lanjut diatur keputusan menteri
Pasal 48 :
1. Jam operasional bandara ditetapkan menteri
2. Penetapan jam operasional
3. Ketentuan lebih lanjut diatur keputusan menteri
Pasal 49 :
1. Dalam keadaan darurat, bandara menambah jam operasi
2. Ketentuan: keamanan dan keselamatan penerbangan, kemampuan bandara melayani
pesawat, kelancaran operasi bandara
3. Ketentuan lebih lanjut diatur keputusan menteri
Pasal 50 :
1. Penyelenggara bandara wajib menjaga lingkungan bandara
2. Ketentuan lebih lanjut diatur keputusan menteri
Pasal 51 :
1. Penyelenggara bandara melaksanakan pemindahan pesawat yang mengalami
kecelakaan
2. Biaya pemindahan menjadi beban perusahaan angkutan udara
3. Ketentuan lebih lanjut diatur keputusan menteri
Pasal 52 :
Setiap orang, barang, kendaraan yang masuk sisi udara wajib melalui pemeriksaan keamanan
Pasal 53 :
1. Personil pesawat, penumpang, bagasi, kargo wajib melalui pemeriksaan keamanan
2. Pemeriksaan keamanan dilakukan tanpa menggunakan alat bantu
3. Ketentuan lebih lanjut diatur keputusan menteri
Pasal 54 :
1. Penyandang cacat dan orang sakit, penumpang VIP dan penumpang khusus lainnya
dilakukan pemeriksaan khusus
2. Ketentuan lebih lanjut diatur keputusan menteri
Pasal 55 :
Bagasi dari penumpang yang batal berangkat wajib dilakukan pemeriksaan keamanan ulang
Pasal 56 :
1. Kargo dan pos disimpan di tempat khusus
2. Tempat penyimpanan harus aman
3. Ketentuan lebih lanjut diatur keputusan menteri
Pasal 57 :
1. Kantong diplomatic bersegel tidak boleh dibuka
2. Dugaan kantong dapat membahayakan penerbangan, perusahaan angkutan udara
dapat menolak untuk mengangkut
3. Pelaksanaan ketentuan didasarkan pada peraturan perundang-undangan yang berlaku
Pasal 58 :
1. Bahan atau barang berbahaya wajib memenuhi ketentuan pengangkutan
2. Perusahaan angkutan udara wajib memberi tahu kepada kapten bila ada barang
berbahaya
3. Bahan atau barang berbahaya disediakan tempat khusus
4. Apabila terjadi kerusakan kemasan atau segel maka harus diturunkan dari pesawat
5. Ketentuan lebih lanjut diatur keputusan menteri
Pasal 59 :
1. Agen pengangkut yang menangani barang berbahaya harus dapat pengesahan dari
perusahaan angkutan udara
2. Agen pengangkut harus melakukan pemeriksaan sesuai ketentuan yang berlaku
3. Ketentuan lebih lanjut diatur keputusan menteri
Pasal 60 :
1. Penumpang yang membawa senjata wajib melaporkan dan menyerahkan kepada
perusahaan angkutan udara
2. Senjata disimpan ditempat tertentu
3. Pemilik senjata diberi tanda terima bukti
4. Perusahaan bertanggung jawab atas keamanan senjata
5. Ketentuan lebih lanjut diatur keputusan menteri
Pasal 61:
1. Penyelenggara bandara wajib melaporkan pada polisi atas barang yang diduga bahaya
2. Ketentuan lebih lanjut diatur keputusan menteri
Pasal 62 :
1. Penyelenggara bandara wajib melakukan perawatan dan pemeriksaan secara berkala
terhadap peralatan penunjang penerbangnan
2. Jika terjadi perubahan peralatan penunjang, bandara wajib melaporkan ke menteri
3. Menteri melakukan pemeriksaan
4. Ketentuan lebih lanjut diatur keputusan menteri
BAB VI
RUANG UDARA DAN LALU LINTAS UDARA
Pasal 63 :
1. Menteri menetapkan batas pengguna untuk navigasi penerbangan
2. Batas-batas pengguna didasarkan pada perjanjian antarnegara
3. Pelaksanaan perjanjian antar negara dilakukan oleh menteri
Pasal 64 :
1. Ruang udara dikendalikan dan ruang udara tidak dikendalikan
2. Ruang udara diklasifikasikan dengan pertimbangan
3. Ketentuan lebih lanjut diatur keputusan menteri
Pasal 65 :
Menteri menetapkan jalur lalu lintas udara dengan pertimbangan
Pasal 66 :
1. Untuk keselamatan, ditetapkan kawasan udara terlarang, terbatas, dan berbahaya
2. Kawasan udara memiliki batas vertikal dan horizontal
3. Ketentuan lebih lanjut diatur keputusan menteri
Pasal 67 :
1. Pelanggaran wilayah udara RI, dilaksanakan penegakan hukum
2. Penegakan hukum dilakukan oleh TNI
3. Ketentuan lebih lanjut diatur oleh menteri bidang pertahanan
Pasal 68 :
1. Fasilitas penerbangan dalam lalu lintas udara: komunikasi penerbangan, navigasi,
pengamatan, peralatan bantu pendaratan
2. Penyediaan fasilitas penerbangan
3. Setiap fasilitas harus dikalibrasi secara berkala
4. Ketentuan lebih lanjut diatur dengan keputusan menteri
Pasal 69 :
1. Kapten penerbang wajib memenuhi ketentuan tata cara berlalu lintas udara
2. Ketentuan lebih lanjut diatur keputusan menteri
Pasal 70 :
1. Kapten penerbang wajib memenuhi rencana penerbangan yang telah ditetapkan
2. Penyimpangan dapat dilakukan untuk alasan keselamatan penerbangan dengan
ketentuan
3. Kapten penerbang atau awak atau operation wajib melaporkan kepada pejabat
mengenai pendaratan darurat
4. Ketentuan lebih lanjut diatur keputusan menteri
Pasal 71 :
1. Setiap orang dilarang membuang apapun dari pesawat selama penerbangan
2. Pembuangan hanya dapat dilakukan dalam keadaan darurat atas izin kapten
3. Kapten harus melaporkan daerah pembuangan kepada pemandu
4. Pembuangan benda dari pesawat dan daerah pembuangan
5. Ketentuan lebih lanjut diatur keputusan menteri
Pasal 72 :
1. Pesawat dalam keadaan darurat berhak mendapatkan prioritas pelayanan
2. Pemberian prioritas atas laporan keadaan darurat dari kapten
3. Pemandu lalu lintas wajib mengambil tindakan
Pasal 73 :
1. Pelayanan lalu lintas udara diselenggarakan oleh pemerintah
2. Setiap pesawat di ruang udara Indonesia diberikan pelayanan lalu lintas udara
3. Pelayanan lalu lintas udara memperhatikan hal-hal
4. Pelayanan lalu lintas udara
5. Ketentuan lebih lanjut diatur keputusan menteri
Pasal 74 :
1. Pelayanan lalu lintas dilaksanakan oleh unit pelayanan lalu lintas udara
2. Ketentuan lebih lanjut diatur keputusan menteri
Pasal 75 :
Pelayanan navigasi wajib melakukan peningkatan kualitas SDM sesuai kebutuhan dan
perkembangan teknologi penerbangan
Pasal 76 :
1. Pelayanan lalu lintas di bandara pelaksanaannya dilimpahkan ke BUMN
2. Biaya pelayanan lalu lintas dibebankan kepada pengelola bandara khusus
3. Pengelola bandara khusus wajib menyediakan, memelihara, dan merawat fasilitas
untuk pelayanan lalu lintas udara
4. Ketentuan lebih lanjut diatur dengan keputusan menteri
BAB VII
PERSONIL DAN KESEHATAN PENERBANGAN
Pasal 77 :
1. Personil penerbangan: personil pesawat, personil pelayanan keamanan dan
keselamatan penerbangan
2. Personil pesawat dalam ayat 1: personil operasi udara, personil penunjang operasi
udara
3. Personil operasi pesawat udara dalam ayat 2: penerbang, juru mesin pesawat udara,
juru navigasi udara
4. Personil penunjang: personil ahli perawatan pesawat udara, penunjang operasi
penerbangan, kabin
5. Personil pelayanan keamanan dan keselamatan penerbangan: personil pelayanan
navigasi, pengoperasian bandara, keamanan dan keselamatan perusahaan angkutan
udara
Pasal 78 :
1. Personil penerbangan wajib memiliki sertifikat kecakapan yang sah dan masih berlaku
2. Sertifikat diberikan oleh menteri
3. Sertifikat diperoleh dengan mengikuti pendidikan dan pelatihan
4. Ketentuan lebih lanjut diatur dengan keputusan menteri
Pasal 79 :
1. Personil penerbangan wajib mematuhi ketentuan, mempertahankan kecakapan dan
kemampuan yang dimiliki
2. Personil penerbangan yang akan melaksanakan tugas, wajib: memiliki sertifikat, sehat
jasmani dan rohani, cakap dan mampu melaksanakan tugas
3. Personil penerbangan wajib mematuhi seluruh ketentuan peraturan
4. Ketentuan lebih lanjut diatur keputusan menteri
Pasal 80 :
1. Dalam melaksanakan tugas, kapten pesawat bertanggung jawab atas keamanan dan
keselamatan penerbangan
2. Kapten penerbang mempunyai wewenang untuk melakukan tindakan pencegahan
terjadinya gangguan keamanan dan keselamatan penerbangan
3. Tindakan pencegahan
4. Ketentuan lebih lanjut diatur keputusan menteri
Pasal 81 :
1. Personil operasi pesawat dan kabin membantu kapten atas keamanan dan keselamatan
penerbangan
2. Dalam keadaan darurat, personil dapat berbuat atau bertindak diluar peraturan yang
berlaku atas perintah kapten
Pasal 82 :
1. Personil penunjang bertanggung jawab atas kesiapan pesawat untuk melakukan
penerbangan
2. Petugas personil penunjang dapat menunda penerbangan karena alasan tertentu
Pasal 83 :
1. Pendidikan dan pelatihan personil terdiri dari jenis dan jenjang
2. Pendidikan dan pelatihan diselenggarakan oleh pemerintah
3. Penyelenggaraan wajib mendapat izin dari menteri dibidang pendidikan nasional
4. Menyelenggarakan pendidikan dan pelatihan personil wajib memenuhi syarat
5. Penyelenggara pendidikan dan personil diberikan sertifikat oleh menteri
6. Sertifikat berlaku sepanjang masih melakukan kegiatan pendidikan dan pelatihan
personil
7. Menteri berkewajiban melakukan pengawasan dan evaluasi
8. Ketentuan lebih lanjut diatur keputusan menteri
Pasal 84 :
1. Kewajiban pemegang sertifikat penyelenggaraan pendidikan dan pelatihan
2. Ketentuan lebih lanjut diatur keputusan menteri
Pasal 85 :
1. Sertifikat dapat dibekukan, direvisi atau dicabut
2. Ketentuan lebih lanjut diatur keputusan menteri
Pasal 86 :
1. Sertifikat penyelenggaraan diberikan kepada penyelenggara di luar negeri dengan cara
memvalidasi sertifikat
2. Ketentuan lebih lanjut diatur keputusan menteri
Pasal 87 :
1. Pelayanan kesehatan penerbagan diselenggarakan oleh pemerintah
2. Kegiatan pelayanan kesehatan penerbangan
3. Hasil pemeriksaan kesehatan
4. Ketentuan lebih lanjut diatur keputusan menteri
BAB VIII
TARIF JASA PELAYANAN NAVIGASI PENERBANGAN
Pasal 88 :
1. Pemberian jasa pelayanan navigasi dikenakan biaya berupa tariff
2. Tarif jasapelayanan ditetapkan berdasarkan struktur dan golongan
Pasal 89 :
1. Struktur tarif jasa pelayanan navigasi dikaitkan dengan faktor jarak terbang dan berat
pesawat
2. Golongan tariff jasa pelayanan navigasi penerbangan domestic dan internasional
3. Ketentuan lebih lanjut diatur keputusan menteri

Pasal 90 :
Tarif yang tidak dikenakan
Pasal 91 :
1. Tarif diselenggarakan oleh pemerintah dan ditetapkan dengan peraturan pemerintah
2. Tarif jasa yang diselenggarakan BUMN ditetapkan oleh penyelenggara pelayanan
navigasi
BAB IX
PENCARIAN DAN PERTOLONGAN KECELAKAAN
PESAWAT UDARA
Pasal 92 :
1. Setiap penerbang yang mengalami keadaan bahaya wajib segera memberitahukan
kepada petugas lalu lintas udara
2. Setiap petugas lalu lintas setelah menerima pemberitahuan, wajib segera
memberitahukan kepada badan SAR Nasional
Pasal 93 :
1. BASARNAS wajib mengerahkan tim SAR guna pencarian dan pertolongan
2. Setiap orang atau badan hukum wajib membantu usaha pencarian dan pertolongan
terhadap kecelakaan pesawat
3. Ketentuan lebih lanjut diatur ketentuan menteri
BAB X
PENELITIAN PENYEBAB KECELAKAAN
PESAWAT UDARA
Pasal 94 :
1. Setiap terjadi kecelakaan , dilakukan penelitian untuk mengetahui penyebabnya
2. Penelitian dilakukan oleh Sub Komite Penelitian Kecelakaan Transportasi Udara
sesuai perundang-undangan
3. Menteri dapat menunjuk orang yang memiliki keahlian untuk menjadi anggota
4. Pelaksanaan tugas Sub Komite Penelitian kecelakaan Transportasi Udara
5. Sub Komite berwenang meminta keterangan untuk kelancaran penelitian
6. Ketentuan lebih lanjut diatur keputusan menteri
Pasal 95 :
1. Perusahaan angkutan udara yang pesawatnya mengalami kecelakaan wajib segera
melaporkan kepada menteri dan Sub Komite
2. Penyelenggara bandara menerima laporan kecelakaan wajib segera melaporkan
kepada menteri dan Sub Komite
3. Setelah menerima laporan kecelakaan Sub komite segera melakukan penelitian
4. Ketentuan lebih lanjut diatur keputusan menteri
Pasal 96 :
1. Pejabat yang berwenang wajib melakukan tindakan pengamanan terhadap pesawat
yang mengalami kecelakaan
2. Tindakan pengamanan dapat berlangsung sampai berakhirnya pelaksanaan penelitian
3. Ketentuan lebih lanjut diatur keputusan menteri
Pasal 97 :
1. Sub Komite wajib melaporkan hasil penelitian kepada menteri
2. Menteri menyampaikan hasil penelitian kepada organisasi penerbangna sipil
internasional
3. Ketentuan lebih lanjut diatur keputusan menteri
BAB XI
PENCEMARAN LINGKUNGAN
Pasal 98 :
1. Setiap orang dan badan hukum wajib mencegah terjadinya pencemaran lingkungan
2. Pencemaran lingkungan meliputi hal-hal yang berkaitan
3. Ketentuan berlaku bagi pesawat yang didaftarkan di wilayah Republik Indonesia
4. Ketentuan hanya berlaku untuk pesawat yang digerakan oleh mesin penggerak jenis
gas turbin
5. Pesawat harus memenuhi persyaratan, selambat-lambatnya 10 tahun sejak ditetapkan
peraturan pemerintah ini
6. Ketrentuan lebih lanjut diatur keputusan menteri
BAB XII
SANKSI
Pasal 99 :
1. Pelanggaran terhadap tidak terpenuhinya persyaratan keandalan dikenakan sanksi
administratif
2. Pengenaan sanksi dilakukan sebanyak 3 kali berturut-turut dengan tenggang waktu 1
bulan
3. Apabila peringatan tidak diindahkan, dilanjutkan dengan pembekuan sertifikat paling
lama 3 bulan
4. Apabila pembekuan habis jangka waktunya maka sertifikat dicabut
Pasal 100 :
Pemegang sertifikat dapat langsung dikenakan sanksi pencabutan sertifikat
Pasal 101 :
1. Sertifikat kecakapan personil dapat dicabut apabila tidak memenuhi kewajiban dalam
pasal 69
2. Pencabutan dilakukan melalui proses peringatan tertulis
3. Apabila peringatan tidak diindahkan, dilanjutkan pembekuan sertifikat
4. Apabila selama pembekuan tidak ada upaya perbaikan maka sertifikat dicabut
5. Ketentuan lebih lanjut diatur menteri
Pasal 102 :
Sertifikat kecakapan dicabut melalui proses peringatan atau pembekuan
BAB XIII
KETENTUAN PERALIHAN
Pasal 103 :
Dengan berlakunya peraturan pemerintah semua perundang-undangan yang lebih rendah
mengatur mengenai keamanan dan keselamatan
BAB XIV
KETENTUAN PENUTUP
Pasal 104 :
Peraturan pemerintah mulai berlaku 1 tahun sejak tanggal ditetapkan agar semua orang
mengetahuinya.

Anda mungkin juga menyukai