Anda di halaman 1dari 25

PROPOSAL SKRIPSI

PENGARUH PEMIJATAN BAYI USIA 6-12 BULAN


TERHADAP PENINGKATAN NAFSU MAKAN BAYI
DI DESA TENGGUN DAJAH BANGKALAN

MUSDALIFAH
217019033

PROGRAM STUDI KEBIDANAN PROGRAM SARJANA


FAKULTAS SAINS DAN KESEHATAN
UNIVERSITAS PGRI ADI BUANA
SURABAYA
2022
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Kehidupan anak usia dibawah lima tahun bagian yang sangat penting.
Kesehatan bayi dan balita harus selalu dipantau untuk memastikan
kesehatan mereka selalu dalam kondisi optimal. Pelayanan kesehatan bayi
termasuk salah satu dari beberapa indikator yang bisa menjadi ukuran
keberhasilan upaya peningkatan kesehatan bayi dan balita (Marini, 2016)
Hal ini memerlukan perhatian khusus dan harus didukung oleh status gizi
yang baik karena status gizi berperan dalam menentukan sukses tidaknya
upaya peningkatan sumberdaya manusia (Sulastri, 2014). Gizi merupakan
substansi organik yang dibutuhkan oleh tubuh dan menjadi faktor yang
mempengaruhi kualitas tumbuh kembang manusia. Masa kanak-kanak
adalah awal yang baik untuk pemenuhan gizi karena harus dimulai sedini
mungkin. Namun yang masih menjadi problematika dan masih menjadi isu
sentral adalah tidak terpenuhinya gizi (Pahlevi, 2012). Tidak terpenuhi gizi
pada anak dikarenakan berkurangnya nafsu makan dan sulit untuk makan
sehingga menjadi permasalahan dalam memberikan makanan dan
memenuhi kebutuhan gizi yang secara umum ditemukan pada anak-anak
sebagai permasalahan kesehatan di dunia. Pada umumnya bayi dan anak
yang mengalami kesulitan makan diidentikkan dengan masalah
perkembangan dan pertumbuhan (Asih dan Mugiati, 2018)
Menurut World Health Organization (WHO) pada tahun 2018 terdapat
49 juta balita yang mengalami gizi kurang dan hampir 17 juta balita
mengalami gizi buruk dengan patokan nilai ideal status gizi 2 SD sampai
dengan -2 SD. Kasus tertinggi yang mengalami gizi buruk yaitu di Benua
Afrika dan bagian Benua Asia Selatan. Banyak balita di Negara Benua Asia
Tenggara mengalami kekurangan gizi. Pada tahun 2018 di Benua Asia kasus
balita yang mengalami gizi buruk 9-26% dan gizi kurang sebanyak 6-13%
(WHO, 2018). Berdasarkan hasil Studi Status Gizi Indonesia (SSGI)
Kementerian Kesehatan, prevalensi Balita stunting sebesar 24,4% pada
2

2021. Artinya, hampir seperempat Balita Indonesia mengalami stunting


pada tahun lalu. Namun, demikian, angka tersebut lebih rendah dibanding
2020 yang diperkirakan mencapai 26, 9%. Pemerintah menargetkan stunting
di Indonesia akan turun menjadi hanya 14% pada 2024 (Kemenkes RI,
2021)
Masalah status gizi kurang pada anak balita mencapai 30,79% (2018).
Masalah kekurangan gizi (underweight) pada anak balita sejumlah 17,68%,
masalah anak balita kurus (wasting) sejumlah 10,19%, masalah kegemukan
(obesitas) terjadi penurunan dari 11,90% menjadi 8,04% dari tahun 2013
sampai tahun 2018 (Riskesdas, 2018). Pada tahun 2018 di jawa Timur
tercatat gizi buruk dan kurang sejumlah 16.80% (Riskesdas, 2018). Pada
tahun 2017-2019 di Bangkalan tercatat status gizi kurang dan buruk
sejumlah 355 balita (Dinkes Bangkalan, 2020). Berdasarkan hasil studi
pendahuluan yang dilakukan di Desa Tenggun Dajah Bangkalan pada bulan
September 2022 pada 10 ibu dengan bayi usia 6-12 bulan, 4 diantaranya
mengalami nafsu makan baik dengan dibuktikan hasil bahwa tidak ada
kriteria nafsu makan menurun seperti bayi tidak mau makan, makananya
dimuntahkan dan tidak teratur, 6 bayi mengalami penurunan nafsu makan
dengan dibuktikan hasil kriteria seperti bayi tidak mau makan, makananya
dimuntahkan.
Faktor penyebab masalah status gizi pada balita diklasifikasikan sebagai
penyebab langsung dan tidak langsung. Faktor penyebab langsung masalah
status gizi balita karena asupan makanan dan infeksi penyakit. Faktor tidak
langsung karena ketersediaan pangan dalam rumah tangga, pendidikan,
pengetahuan, sikap, pola asuh, keterjangkauan pelayanan kesehatan,
kesehatan lingkungan dan jumlah anak dalam keluarga (Notoatmodjo, 2007)
dalam (Handayani, 2020) serta kesulitan pemberian makan pada anak
dikarenakan kurangnya nafsu makan (Marini, 2016)
Peristiwa kesulitan makan pada anak bisa terjadi dan biasanya
berlangsung lama. Dampak yang ditimbulkan adalah gangguan asupan gizi
seperti kekurangan kalori, protein, vitamin, mineral, elektrolit dan anemia,
(Widodo, 2004) dalam Marini (2016). Dampak lainnya akan beresiko
3

timbulnya kecacatan dengan angka kesakitan serta terjadi kematian. Angka


kematian anak prasekolah yang disebabkan kekurangan gizi sedang dan
ringan justru jauh lebih besar disebabkan karena faktor kekurangan gizi
(Widodo, 2010)
Upaya yang bisa dilakukan untuk meningkatkan asupan makanan
terhadap bayi bisa dilakukan pemijatan yang merupakan tradisi lama
namum menjadi penemuan baru keilmuan sebagai stimulasi pertumbuhan
dan perkembangan anak. Menurut (Roesli, 2007) dalam Marini (2016)
dalam bukunya mengatakan kebiasaan pijat-memijat dalam masyarakat kita
sebenarnya merupakan tradisi yang sudah dikenal sejak lama tanpa
diketahui secara jelas bagaimana pijat dan sentuhan dapat secara positif
berpengaruh pada tubuh manusia. Bahkan buku kedokteran tertua di India
dan juga bahkan para dokter di Cina dan Dinasti Tang di Cina menuliskan
seni pijat sebagai cara penyembuhan utama pada masa itu. Pemberian pijat
bayi teknik kunci yang benar, dengan adanya peningkatan aktivitas Nervus
Vagus dan hormon gastrin dan insulin sehingga penyerapan sari makan
lebih baik, pengosongan lambung lebih cepat, dengan harapan nafsu makan
anak meningkat. Bayi yang dilakukan pemijatan maka otot akan
berkontraksi dan pemecahan ATP (Adenosin Trifosfat) menjadi sejumlah
ADP (Adenosin Difosfat). Sejumlah energi akan terpakai saat otot
berkontraksi sehingga cadangan energi akan berkurang hal ini akan
merangsang pusat lapar hipotalamus (Guyton, 1991) dalam Marini (2016).
Berdasarkan pendahuluan diatas peneliti berinisiatif dan tertarik
melakukan penelitian dengan judul “Pengaruh pemijatan bayi usia 6-12
bulan terhadap peningkatan nafsu makan bayi di Desa Tenggun Dajah
Bangkalan”.
4

1.2 Rumusan Masalah


a. Apakah ada pengaruh pemijatan bayi usia 6-12 bulan terhadap
peningkatan nafsu makan bayi di Desa Tenggun Dajah Bangkalan?

1.3 Tujuan Penelitian


1.3.1 Tujuan Umum
Menganalisis pengaruh pemijatan bayi usia 6-12 bulan terhadap
peningkatan nafsu makan bayi di Desa Tenggun Dajah Bangkalan.
1.3.2 Tujuan Khusus
a. Mengidentifikasi nafsu makan bayi usia 6-12 bulan sebelum dilakukan
pemijatan di Desa Tenggun Dajah Bangkalan
b. Mengidentifikasi nafsu makan bayi usia 6-12 bulan sesudah dilakukan
pemijatan di Desa Tenggun Dajah Bangkalan
c. Menganalisis pengaruh pemijatan bayi usia 6-12 bulan terhadap
peningkatan nafsu makan bayi di Desa Tenggun Dajah Bangkalan
sebelum dan sesudah perlakuan

1.4 Manfaat penelitian


1.4.1 Manfaat Teoritis
Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat untuk pengembangan ilmu
pengetahuan tentang status gizi balita di Desa Tenggun Dajah wilayah
kerja Puskesmas Klampis.

1.4.2 Manfaat Praktis


a. Bagi tempat penelitian
Penelitian ini diharapkan dijadikan bahan edukasi pengembangan
pengetahuan peningkatan status gizi pada balita di Desa Tenggun
Bangkalan
b. Bagi responden
Penelitian ini diharapkan bisa menambah wawasan responden tentang
bagaimana menjaga status gizi anak balita.
c. Bagi institusi
5

Hasil penelitian dapat digunakan sebagai sumber informasi dan


pengembangan penelitian selanjutnya mengenai status gizi balita.
BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Bayi
2.1.1 Pengertian Bayi
Bayi atau yang juga disebut infant merupakan individu dengan umur 0
sampai 12 bulan. Terdapat dua periode pada masa bayi, yang pertama
adalah neonatal dan yang kedua adalah postneonatal. Yang disebut dengan
periode neonatal adalah periode bayi pada saat berusia 0 sampai 28 hari.
Pada periode neonatal terjadi adaptasi terhadap lingkungan dan terjadi
perubahan sirkulasi darah, serta mulai berfungsinya organ-organ penting
dalam tubuh pada bayi. Periode neonatal ini sendiri dibagi menjadi dua,
periode neonatal dini dan periode neonatal lanjut. Masa neonatal dini
dimulai dari umur 0 sampai 7 hari, sedangkan masa neonatal lanjut dimulai
dari umur 8 sampai 28 hari. Masa bayi yang kedua adalah masa
postneonatal, yaitu masa bayi yang dimulai pada umur 29 hari sampai 12
bulan. Pada masa ini terjadi pertumbuhan yang pesat dan proses
pematangan yang berlangsung secara terus menerus terutama
meningkatnya fungsi sistem syaraf (Roslesmana, 2015).
2.1.2 Nutrisi dan Pertumbuhan dan Perkembangan Bayi
Nutrisi merupakan faktor lingkungan yang begitu penting untuk
mencapai tumbuh kembang yang optimal. Nutrisi mutlak diperlukan oleh
setiap mahluk hidup untuk bertumbuh dan berkembang serta berfungsi
secara maksimal. Pemberian nutrisi yang tepat dan optimal sangat penting
dalam mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan anak. Global
Strategy for Infant and Young Child Feeding menyatakan bahwa
pemberian makanan yang tepat adalah menyusui bayi sesegera mungkin
setelah lahir, memberikan ASI eksklusif sampai umur 6 bulan,
memberikan makanan pendamping ASI yang tepat dan adekuat sejak usia
6 bulan dan melanjutkan pemberian ASI sampai umur 2 tahun atau lebih
(WHO, 2013).
2

Pertumbuhan adalah bertambahnya ukuran dan jumlah sel serta


jaringan interseluler, berarti bertambahnya ukuran fisik dan struktur tubuh
sebagian atau keseluruhan, sehingga dapat diukur dengan satuan panjang
dan berat. Perkembangan adalah pertambahan struktur dan fungsi tubuh
yang lebih kompleks dalam kemampuan gerak kasar, gerak halus, bicara
dan bahasa serta sosialisasi dan kemandirian pertumbuhan terjadi secara
simultan dengan perkembangan. Berbeda dengan pertumbuhan,
perkembangan merupakan hasil interaksi kematangan susunan saraf pusat
dengan organ yang dipengaruhinya, misalnya perkembangan sisterm
neuromuskuler, kemampuan bicara, emosi dan sosial, kesemua fungsi
tersebut berperan penting dalam kehidupan manusia yang utuh.
(Kemenkes, 2016)
2.1.3 Faktor Faktor Yang Mempengaruhi Kualitas Tumbuh Kembang
Pertumbuhan dan perkembangan anak secara optimal dipengaruhi
oleh hasil interaksi antara faktor genetic, hereditas, dan konstitusi dengan
faktor lingkungan. Faktor lingkungan dapat memberikan dampak yang
positif bagi anak, sehingga perlu pemenuhan kebutuhan dasar (Saputri.N,
2019). Kebutuhan dasar anak untuk tumbuh kembang, secara umum dibagi
menjadi 3 kebutuhan dasar yaitu:
a. Kebutuhan fisik-biomedis (”ASUH”) Meliputi:
1) Pangan / gizi untuk tumbuh kembang bayi, diperlukan zat
makanan yang adekuat.
2) Perawatan kesehatan dasar perawatan kebutuhan dasar seperti
imunisasi, pemberian ASI, penimbangan yang teratur, dan lain lain
b. Kebutuhan emosi / kasih sayang (”ASIH”)
Kasih sayang dari orang tua akan menciptakan ikatan yang erat dan
kepercayaan dasar untuk menjamin tumbuh kembang yang selaras
baik fisik, mental, atau psikososial.
c. Kebutuhan akan stimulasi mental (”ASAH”)
Stimulasi mental mengembangkan perkembangan kecerdasan,
kemandirian, kreativitas, agama, kepribadian, moral-etika,
produktivitas dan sebagainya.
3

Aspek aspek perkembangan yang dipantau dari anak meliputi:


a. Gerak kasar atau motorik kasar adaah aspek yang berhubungan dengan
kemampuan anak melakukan pergerakan dan sikap tubuh yang
melibatkan otot otot besar seperti duduk, berdiri, dan sebagainya
b. Gerak halus atau motorik halus adalah aspek yang berhubungan
dengan kemampuan anak melakukan gerakan yang melibatkan bagian
bagian tubuh tertentu dan dilakukan oleh otot otot kecil, tetapi
memerlukan koordinasi yang cermat seperti mengamati sesuatu,
menjimpit, menulis, dan sebagainya
c. Kemampuan bicara dan bahasa adalah aspek yang berhubungan
dengan kemmpuan untuk memberikan reponsi terhadap suara, bicara,
komunikasi, mengikuti perintah dan sebagainya.
d. Sosialisasi dan kemandirian adalah aspek yang berhubungan dengan
kemampuan mandiri anak seperti makan sendiri, membereskan mainan
selesai bermain, bersosialisasi dn berinteraksi dengan lingkungnnya,
dan sebagainya (Kemenkes, 2016).
2.2 Pijat Bayi
2.2.1 Pengertian Pijat Bayi
Baby massage adalah pemijatan yang dilakukan lebih mendekati
usapan usapan halus atau rangsangan raba (taktil) yang dilakukan
dipermukaan kulit, manipulasi terhadap jaringan atau organ tubuh
bertujuan untuk menghasilkan efek terhadap syaraf otot, dan sistem
pernafasan serta memperlancar sirkulasi darah (Roesli, 2015).
Pijat bayi adalah terapi sentuhan tertua yang dikenal manusia dan
yang paling popular. Pijat adalah seni perawatan kesehatan dan
pengobatan yang di praktekkan sejak berabad - abad silam lamanya.
Bahkan diperkirakan ilmu ini telah dikenal sejak awal manusia diciptakan,
mungkin karena pijat berhubungan sangat erat dengan kehamilan dan
proses kelahiran manusia (Wati, 2012).
2.2.2 Manfaat Pijat Bayi
Efek fisik / klinis pijat bayi adalah sebagai berikut:
4

a. Meningkatkan jumlah dan sitotoksisitas dari sistem imunitas (sel


pembunuh alami).
b. Mengubah gelombang otak secara positif
c. Memperbaiki sirkulasi darah dan pernafasan
d. Merangsang fungsi pencernaan serta pembuangan.
e. Meningkatkan kenaikan berat badan
f. Mengurangi depresi dan ketegangan.
g. Meningkatkan kesiagaan.
h. Membuat tidur lelap.
i. Mengurangi rasa sakit.
j. Mengurangi kembung dan kolik (sakit perut)
k. Meningkatkan hubungan batin antara orang tua dan bayinya (bonding).
Berikut ini beberapa hasil laporan penelitian para pakar mengenai manfaat
pijat bayi:
a. Meningkatkan berat badan
Penelitian yang dilakukan oleh Irva (2013) yang menyatakan bahwa
berdasarkan uji Wilcoxon pada kelompok eksperimen sebelum dan
sesudah pemberian terapi pijat didapatkan nilai p- value 0,000 <
α(0,05) yang bermakna adanya peningkatan berat badan yang terjadi
yaitu sebesar 700 gram selama dua minggu pemijatan hal ini juga
didukung oleh penelitian Suryani (2017) tentang Pengaruh Pijat Bayi
Terhadap Peningkatan Berat Badan di BPS Masnoni diperoleh hasil
pemberian pijatan pada bayi berpengaruh terhadap kenaikan berat
badan dengan nilai p- value 0,000 < α(0,05)
b. Meningkatkan pertumbuhan
Pemberian pijat pada bayi dapat meningkatkan pertumbuhan. Hatice
Ball Yilmaz (2014) menyatakan bahwa bayi premature yang diberikan
pijatan memiliki kenaikan berat badan 8 gram lebih tinggi per hari
dibandingkan bayi dalam kelompok kontrol diberi jumlah kalori yang
sama
c. Meningkatkan daya tahan tubuh
5

Penelitian terhadap penderita HIV yang dipijat sebanyak 5 kali dalam


seminggu selama 1 bulan, menunjukkan terjadinya peningkatan jumlah
dan toksisitas, sel pembunuh alami (natural killer cells). Hal tersebut
dapat mengurangi kemungkinan terjadinya infeksi sekunder pada
penderita AIDS. Meningkatkan konsentrasi bayi dan membuat bayi
tidur lebih lelap Umumnya, bayi yang dipijat akan tertidur lebih lelap,
sedangkan pada waktu bangun konsentrasinya akan lebih penuh. Di
Touch Research Institute, Amerika, dilakukan penelitian pada
kelompok anak dengan pemberian soal matematika. Selain itu
dilakukan pemijatan pada anak–anak tersebut selama 2 x 15 menit,
setiap minggunya selama jangka waktu 5 minggu. Selanjutnya, pada
anak–anak tersebut diberikan lagi soal matematika lain. Ternyata,
mereka hanya memerlukan waktu penyelesaian setengah dari waktu
yang dipergunakan untuk menyelesaikan soal terdahulu, dan ternyata
pula tingkat kesalahannya hanya sebanyak 50% dari sebelum dipijat
(Roesli, 2015).
d. Membina ikatan kasih sayang orang tua dan anak (bounding) Sentuhan
dan pandangan kasih orang tua pada bayinya akan mengalirkan ke
kuatan jalinan kasih sayang diantara keduanya. Pada perkembangan
anak, sentuhan orang tua adalah dasar perkembangan komunikasi yang
akan memupuk cinta kasih secara timbal balik. Semua ini akan
menjadi penentu bagi anak untuk secara potensial menjadi anak
berbudi pekerti baik yang percaya diri.
2.2.3 Waktu Pemijatan
Pijat bayi dapat segera dimulai setelah bayi dilahirkan. Dengan lebih
cepat mengawali pemijatan, bayi akan mendapat keuntungan yang lebih
besar. Apalagi pemijatan dapat dilakukan setiap hari dari sejak kelahiran
sampai bayi berusia 6 - 7 bulan (Ifalahma, 2012). Menurut Roesli (2015)
bayi dapat dipijat pada waktu–waktu yang tepat meliputi:
a. Pagi hari, pada saat orang tua dan anak siap untuk memulai hari baru
b. Malam hari, sebelum tidur. Ini sangat baik untuk membantu bayi tidur
lebih nyenyak
6

2.2.4 Tempat Pemijatan Bayi


Tempat pemijatan bayi menurut Subakti dan Anggraini (2020) adalah:
a. Ruangan yang hangat tapi tidak panas.
b. Ruangan kering dan tidak pengap.
c. Ruangan tidak berisik.
d. Ruangan yang penerangannya cukup.
e. Ruangan tanpa aroma menyengat dan mengganggu.
2.2.5 Cara Pemijatan Sesuai Usia Bayi
a. 0 Bulan, disarankan gerakan yang lebih mendekatusapan-usapan
halus. Sebelum tali pusat lepas sebaiknya tidakdilakukan pemijatan di
daerah perut.
b. 1-3 bulan, disarankan gerakan halus disertai dengan tekanan ringan
dalam waktu yang singkat
c. 3 bulan - 3 tahun, disarankan seluruh gerakan dilakukan dengan
tekanan dan waktu yang semakin meningkat (Puri Mahayu, 2016).

2.2.6 Teknik Pijat Bayi


Tehnik pijat pada bayi sebaiknya dimulai dari kaki bayi karena
umumnya bayi lebih menerima apabila dipijat pada daerah kaki. Dengan
demikian akan memberi kesempatan pada bayi untuk membiasakan dipijat
sebelum bagian lain dari badannya disentuh (Nurmalasari, Agung, and
Nahariani, 2016). Susan (2013) menyatakan bahwa pijat bayi sebaiknya
dimulai dari bagian kaki, perut, dada, tangan, muka dan di akhiri pada
bagian punggung. Pernyataan tersebut juga didukung oleh (Utami) 2016
dalam bukunya menyatakan bahwa sebaiknya urutan pemijatan bayi
dianjurkan dimulai dari bagian kaki, perut, dada, tangan, muka dan di
akhiri pada bagian punggung. Cara pemijatan sesuai usia bayi:
a. Kaki
1) Perahan cara India
Peganglah kaki bayi pada pangkal paha, seperti memegang
pemukul softball. Gerakkan tangan kebawah secara bergantian,
seperti memerah susu (Utami, 2016).
2) Peras dan putar
7

Pegang kaki bayi pada pangkal paha dengan kedua tangan secara
bersamaan. Peras dan putar kaki bayi denagn lembut dan dimulai
dari pangkal paha searah mata kaki. (Utami, 2016).

3) Telapak kaki
Urutlah telapak kaki bayi dengan kedua ibu jari secara bergantian,
dimulai dengan tumit kaki menuju jari – jari diseluruh telapak kaki
(Utami, 2016)
4) Tarikan lembut jari
Pijatlah jari – jarinya satu persatu dengan gerakan memutar
menjauhi telapak kaki, diakhiri denga tarikan kasih yang lembut
pada tiap ujung hari (Utami, 2016).
5) Gerakan peregangan (stretch)
Dengan mempergunakan sisi dari jari telunjuk, pijat telapak kaki
mulai dari batas jari – jari kearah tumit. Dengan jari tangan lain
regangkan dengan lembut punggung kaki pada daerah pangkal
kaki kearah tumit (Utami, 2016).
6) Titik tekan
Tekan – tekanlah kedua ibu jari secara bersamaan diseluruh
permukaan telapak kaki dari arah tumit ke jari – jari (Utami,
2016).
7) Punggung kaki
Dengan mempergunakan kedua ibu jari secara bergantian pijatlah
punggung kaki dari pergelangan kaki kearah jari – jari secara
bergantian (Utami, 2016)
8) Peras dan putar pergelangan kaki (ankle circles)
Buatlah gerakan seperti memeras dengan mempergunakan ibu jari
dan jari – jari lainnya dipergelangan kaki bayi (Utami, 2016)
9) Perahan cara Swedia
Peganglah pergelangan tangan bayi. Gerakkan tangan anda secara
bergantian dari pergelangan tangan (Utami, 2016).
10) Gerakan menggulung
8

Pegang pangkal paha dengan kedua tangan anda. Buatlah gerakan


menggulung dari pangkal paha menuju pergelangan kaki (Utami,
2016).
11) Gerakan akhir
Setelah gerakan 1 sampai 10 dilakukan pada kaki kanan dan kiri
rapatkan kedua kaki bayi. Letakkan kedua tangan anda secara
bersamaan pada pantat dan pangkal paha. Usap kedua kaki bayi
dengan tekanan lembut dari paha kearah pergelangan kaki. Ini
merupakan gerakan akhir bagian kaki (Utami, 2016).
b. Perut
1) Mengayuh sepeda
Lakukan gerakan memijat pada perut bayi seperti mengayuh
sepeda, dari atas kebawah perut, bergantian dengan tangan kanan
dan kiri (Utami, 2016).
2) Mengayuh sepeda dengan kaki diangkat
Angkat kedua kaki bayi dengan salah satu tangan. Dengan tangan
yang lain, pijat perut bayi dari perut bagian atas sampai ke jari–jari
kaki (Utami, 2016).
3) Bulan Matahari
Buat lingkaran searah jarum jam dengan jari tangan kiri mulai dari
perut sebelah kanan bawah (daerah usus buntu) keatas, kemudian
kembali kearah kanan bawah (seolah membentuk gambar matahari
(M)) beberapa kali. Gunakan tangan kanan untuk membuat
gerakan setengah lingkaran mulai dari bagian kanan bawah perut
bayi sampai bagian kiri perut bayi (seolah membentuk gambar
bulan (B) ), lakukan kedua gerakan ini bersama – sama. Tangan
kiri selalu membuat bulatan penuh (matahari) sedangkan tangan
kanan akan membuat gerakan setengah melingkar (Utami, 2016).
4) Gerakan I – Love – U
I, Pijatlah perut bayi mulai dari bagian kiri atas ke bawah dengan
menggunakan jari– jari tangan kanan membentuk huruf “I”.
9

Love, Pijatlah perut bayi membentuk huruf “L” terbalik, mulai


dari kanan atas ke kiri atas, kemudian dari kiri atas ke kiri bawah.
You, Pijatlah perut bayi membentuk huruf “U” terbalik, mulai dari
kanan bawah (daerah usus buntu) keatas, kemudian ke kiri,
kebawah dan berakhir diperut kiri bawah (Utami, 2016).
5) Gelembung atau jari – jari berjalan (walking fingers)
Letakkan ujung jari–jari satu tangan pada perut bayi bagian kanan.
Gerakan jari–jari anda pada perut bayi dari bagian kanan ke bagian
kiri guna mengeluarkan gelembung – gelembung udara (Utami,
2016).
6) Dada
a) Jantung besar
Buatlah gerakan yang menggambarkan jantung dengan
meletakkan ujung – ujung jari kedua telapak tangan anda
ditengah dada bayi atau di ulu hati. Buat gerakan ke atas
sampai di bawah leher, kemudian di samping diatas tulang
selangka, lalu ke bawah membentuk jantung dan kembali ke
ulu hati (Utami, 2016).
b) Kupu – kupu
Buatlah gerakan diagonal seperti gambar kupu – kupu, dimulai
dengan tangan kanan membuat gerakan memijat menyilang
dari tengah dada atau ulu hati ke arah bahu kanan dan kembali
ke ulu hati. Gerakan tangan kiri ke bahu kiri dan kembali ke
ulu hati (Utami, 2016).
c. Tangan
1) Memijat ketiak (armpits)
Buatlah gerakan memijat pada daerah ketiak dari atas ke bawah.
Perlu diingat, kalau dapat pembengkakan kelenjar di daerah
ketiak, sebaiknya gerakan tidak dilakukan (Utami, 2016).
2) Perahan cara India
Arah pijatan cara India adalah pijatan yang menjauhi tubuh. Guna
pemijatan cara ini adalah untuk relaksasi atau melemaskan otot.
10

Peganglah lengan bayi bagian pundak dengan tangan kanan seperti


memegang pemukul soft ball, tangan kiri memegang pergelangan
tangan bayi. Gerakan tangan kanan mulai dari bagian pundak ke
arah pergelangan tangan, kemudian gerakkan tangan kri dari
pundak ke arah pergelangan tangan. Demikian seterusnya, gerakan
tangan kanan dan kiri ke bawah secara bergantian dan berulang–
ulang seolah memerah susu sapi (Utami, 2016).
3) Peras dan putar
Peras dan putar lengan bayi dengan lembut mulai dari pundak ke
pergelangan tangan (Utami, 2016)
4) Membuka tangan
Pijat telapak tangan dengan kedua ibu jari, dari pergelangan
tangan ke arah jari–jari (Utami, 2016).
5) Putar jari–jari
Pijat lembut jari bayi satu per satu menuju ke arah ujung jari
dengan gerakan memutar. Akhirilah gerakan ini dengan tarikan
lembut pada tiap ujung jari (Utami, 2016).
6) Punggung tangan
Letakkan tangan bayi di antara kedua tangan. Usap punggung
tangannya dari pergelangan tangan ke arah jari–jari dengan lembut
(Utami, 2016).
7) Peras dan putar pergelangan tangan
Peraslah sekeliling pergelangan tangan dengan ibu jari dan jari
telunjuk (Utami, 2016)
8) Perahan cara Swedia
Arah pijatan cara Swedia adalah dari pergelangan tangan ke arah
badan. Pijatan ini berguna untuk mengalirkan darah ke jantung dan
paru–paru.
a) Gerakkan tangan kanan dan kiri secara bergantian mulai dari
pergelangan tangan kanan bayi ke arah pundak.
b) Lanjutkan dengan pijatan dari pergelangan kiri bayi ke arah
pundak (Utami, 2016)
11

9) Gerakan menggulung
Peganglah lengan bagian atas atau bahu dengan kedua telapak
tangan. Bentuklah gerakan menggulung dari pangkal lengan
menuju kearah pergelangan tangan atau jari– jari (Utami, 2016).
d. Muka
1) Dahi
Letakkan jari–jari kedua tangan pada pertengahan dahi. Tekankan
jari–jari dengan lembut mulai dari tengah dahi keluar ke samping
kanan dan kiri seolah menyetrika dahi atau membuka lembaran
buku. Gerakan kebawah ke daerah pelipis, buatlah lingkaran–
lingkaran kecil didaerah pelipis, kemudian gerakkan kedalam
melalui daerah pipi dibawah mata (Utami, 2016).
2) Alis
Letakkan kedua ibu jari di antara kedua alis mata. Gunakan kedua
ibu jari untuk memijat secara lembut pada alis mata dan dibatas
kelopak mata, mulai dari tengah ke samping seolah menyetrika alis
(Utami, 2016).
3) Hidung: senyum I
Letakkan kedua ibu jari pada pertengahan alis. Tekankan ibu jari
dari pertengahan kedua alis turun melalui tepi hidung kearah pipi
dengan membuat gerakan ke samping dan ke atas seolah membuat
bayi tersenyum.
4) Mulut bagian atas : senyum II
Letakkan kedua ibu jari di atas mulut di bawah sekat hidung.
Gerakkan kedua ibu jari dari tengah ke samping dan ke atas ke
daerah pipi seolah membuat bayi senyum (Utami, 2016)
5) Mulut bagian bawah: senyum III
Letakkan kedua ibu jari ditengah dagu. Tekankan dua ibu jari pada
dagu dengan gerakan dari tengah ke samping, kemudian ke atas ke
arah pipi seolah membuat bayi senyum (Utami, 2016).
6) Lingkaran kecil dirahang (small circles around jaw)
12

Dengan jari kedua tangan, buatlah lingkaran–lingkaran kecil di


daerah rahang bayi (Utami, 2016).
7) Belakang telinga
Dengan mempergunakan ujung–ujung jari, berikan tekanan lembut
pada daerah belakang telinga kanan dan kiri. Gerakkan kearah
pertengahan dagu dibawah dagu (Utami, 2016).
8) Punggung
a) Gerakan maju mundur (kursi goyang)
Tengkurapkan bayi melintang didepan dengan kepala di
sebelah kiri dan kaki di sebelah kanan. Pijatlah sepanjang
punggung bayi dengan gerkan maju mundur menggunakan
kedua telapak tangan, dari bawah leher sampai kepantat bayi,
lalu kembali lagi ke leher (Utami, 2016).
b) Gerakan menyetrika
Pegang pantat bayi dengan tangan kanan. Dengan tangan kiri,
pijatlah mulai dari leher kebawah sampai bertemu dengan
tangan kanan yang menahan pantat bayi seolah menyetrika
punggung (Utami, 2016).
c) Gerakan menyetrika dan mengangkat kaki
Ulangi gerakan menyetrika punggung, hanya kali ini tangan
kanan memegang kaki bayi dan gerakan dilanjutkan sampai ke
tumit kaki bayi (Utami, 2016)
d) Gerakan melingkar
Dengan jari – jari kedua tangan, buatlah gerakan–gerakan
melingkar kecil–kecil mulai dari batas tengkuk turun ke bawah
di sebelah kanan dan kiri tulang punggung sampai pantat. Mulai
dengan lingkaran–lingkaran kecil di daerah leher, kemudian
lingkaran yang lebih besar di daerah pantat (Utami, 2016).
e) Gerakan menggaruk
Tekankan dengan lembut kelima jari–jari tangan kanan anda
pada punggung bayi. Buat gerakan menggaruk ke bawah
memanjang sampai kepantat bayi (Utami, 2016).
13

2.3 Nafsu Makan


2.3.1 Pengertian Nafsu makan
Nafsu makan merupakan suatu proses dalam tubuh yang dapat
menyebabkan seseorang mempunyai keinginan makan selain rasa lapar.
Nafsu makan biasanya diartikan sebagai rasa senang atau ingin yang
ditimbulkan oleh rangsangan makan (aroma, penampilan) dan keputusan
memilih jenis makanan tertentu (Oenzi, 2012).
Dalam tinjauan gizi seimbang, selera makan dapat dikatakan baik dan
dapat juga dikatakan tidak baik, bila dikatakan baik maka proses makan
guna memenuhi kebutuhan gizi tubuh terutama keseimbangan energi dapat
berjalan maksimal. Namun jika dikatakan tidak baik, ada dua hal
kemungkinan akan terjadi, pertama selera makan yang berlebihan (rakus)
dan yang kedua selera makan berkurang atau hilang. Selera makan yang
berlebihan (terlihat rakus) artinya intake makanan melebihi kebutuhan
tubuh, akibatnya adalah peningkatan berat badan yang tidak diinginkan
dan beberapa akibat penyakit lain. Sebaliknya, selera makan berkurang
atau hilang akan mengakibatkan penurunan berat badan yang tidak
dikehendaki (Arali, 2011).
2.3.2 Dampak tidak Nafsu Makan
Selera makan yang tidak pasti pada bayi sudah sejak lama menjadi
masalah yang harus dicari solusi untuk mengatasinya. Bayi yang
mengalami selera makan yang rendah akan sulit untuk memenuhi
kebutuhan nutrisinya, dengan demikian dapat berdampak pada gangguan
kesehatan (Judarwanto, 2010). Adapun gejala yang timbul tergantung dari
jenis dan jumlah zat gizi yang kurang. Bila anak tidak mau makan sayur
dan buah maka terjadi defisiensi vitamin A, bila hanya mau minum susu
saja akan terjadi anemia, jika kerurangan kalori dan protein akan terjadi
Kekurangan Energi Protein (KEP), dan gangguan pertumbuhan (Sunarjo,
2013).
a. Kurang Energi Protein
b. Anemia
c. Gangguan Pertumbuhan
14
15

2.4 Pengaruh Pemijatan Bayi Usia 6-12 Bulan Terhadap Peningkatan

Nafsu Makan Bayi

Pemijatan merupakan tradisi lama namum merupakan penemuan baru


keilmuan sebagai stimulasi pertumbuhan dan perkembangan anak. Menurut
(Roesli, 2007) dalam (Marini, 2016) kebiasaan pijat-memijat dalam
masyarakat kita sebenarnya merupakan tradisi yang sudah dikenal sejak
lama tanpa diketahui secara jelas bagaimana pijat dan sentuhan dapat secara
positif berpengaruh pada tubuh manusia. Bahkan buku kedokteran tertua di
India dan juga bahkan para dokter di Cina dan Dinasti Tang di Cina
menuliskan seni pijat sebagai cara penyembuhan utama pada masa itu.
Pemberian pijat bayi teknik kunci yang benar, dengan adanya
peningkatan aktivitas Nervus Vagus dan hormon gastrin dan insulin
sehingga penyerapan sari makan lebih baik, pengosongan lambung lebih
cepat, dengan harapan nafsu makan anak meningkat. Bayi yang melakukan
senam maka otot akan berkontraksi dan pemecahan ATP (Adenosin
Trifosfat) menjadi sejumlah ADP (Adenosin Difosfat). Sejumlah energi akan
terpakai saat otot berkontraksi sehingga cadangan energi akan berkurang hal
ini akan merangsang pusat lapar hipotalamus (Guyton, 1991) dalam (Marini,
2016).
Menurut Turner dan Nanayakkara (2005) pemijatan merupakan teknik
sentuhan dengan memusatkan perhatian pada kelembutan kulit bayi. Hal
yang sangat menarik pada penelitian tentang pemijatan bayi adalah
mekanika dasar pemijatan Menurut Roesli (2001) dalam (Marini, 2016) ada
beberapa cara pada mekanisme dasar pijat bayi menerangkan antara lain
pertama adalah mekanisme pertumbuhan, pijatan akan meningatkatkan
pertumbuhan anak. Ditemukan bahwa hubungan taktil dapat menyebabkan
peningkatan enzim ODC (ornithine decarboxyline) sebagai enzim
pertumbuhan sel dan jaringan, peningkatan pengeluaran hormon
pertumbuhan, meningkatkan kepekaan ODC jaringan terhadap pemberian
hormon pertumbuhan. Kedua mekanisme penyerapan makanan yang lebih
baik, bayi yang dipijat akan terjadi peningkatan tonus nervus vagus (saraf
otak kesepuluh), peningkatan aktivitas nervus vagus akan menyebabkan
16

peningkatan produksi enzim penyerapan seperti gastrin dan insulin sehingga


penyerapan makanan menjadi lebih baik. Kondisi inilah yang dapat
menjelaskan mengapa nafsu makan meningkat sehingga berat badan bayi
yang dipijat meningkat lebih banyak. Adanya peningkatan nervus vagus
menyebabkan bayi akan lebih cepat lapar dan sering menyusu pada ibu.
Ketiga mekanisme peningkatan daya tahan tubuh, produksi serotonin
meningkatkan daya tubuh. Pijat bayi dapat meningkatkan aktivitas
neurotransmiter serotonin yaitu meningkatkan kapasitas sel reseptor yang
berfungsi meningkatkan glucocorticoid (adrenalin, suatu hormon stres). Hal
ini menyebabkan terjadinya penurunan hormon adrenalin dan meningkatkan
daya tahan tubuh terutama IgM dan IgG dan keempat mekanisme tidur lelap
dan meningkatkan kesiagaan, pijatan dapat mengubah gelombang otak
sedemikian rupa sehingga terjadi penurunan gelombang alpha dan
peningkatan gelombang beta, serta tetha. Gelombang otak seperti ini akan
membuat bayi tidur lelap dan saat terbangun akan berada dalam keadaan
siaga (full alert)
Pada Bayi yang diberi stimulus infant exercise otot-otot yang bekerja
akan mengalami kontraksi. Saat otot-otot berkonstraksi terjadi pemecahan
ATP menjadi ADP. Salah satu sumber ADP adalah melalui proses
glikolisis. Glukosa diubah menjadi ADP maka kadar glukosa dalam darah
akan menurun, hal ini akan menjadi terjadinya peningkatan peletupan
neuron glukosensitif yang berada dipusat lapar hipotalamus (lateral) Selain
itu ADP dihasilkan dari proses metabolism oksidatif. Proses ini
mengakibatkan penurunan jumlah O2 jaringan yan gmenyebabkan
peningkatan aliran darah. Denga peningkatan aliran darah, jumlah O2 yang
didistribusikan ke jaringan akan meningkat, sehingga kecepatan penggunaan
zat makanan akan meningkat. Pemecahan ATP menjadi ADP
mengakibatkan pelepasan sejumlah energi, sehingga cadangan energi
menurun yang selanjutnya juga akan meningkatkan penggunaan zat
makanan. Dengan terjadinya letupan neuron glukosisitif dan kecepatan
penggunaan zat makanan yang meningkat, maka akan meingkatkan pusat
lapar hipotalamus. Hal ini akan meningkatkan nafsu makan (Marini, 2016).
17

Sehingga peningkatan absorbsi zat nutrisi terjadi akibat intake makanan


yang meningkat, dengan demikian berat badan bayi akan meningkat
(Guyton, 1991). Selain infant exercise beberapa factor yang secara khusus
mempengaruhi berat badan adalah keturunan lingkungan (nutrisi, penyakit
dan status kesehatan, social ekonomi dan mikro environtment (Narendra
2002).
Menurut Walker (2011) pemijatan pada bagian perut bayi dapat
membuat perut bayi lebih rileks. Perut yang rileks memudahkan pencernaan
karena memungkinkan diafragma di dasar paru-paru untuk turun, hal ini
meningkatkan volume oksigen dan menciptakan gelombang internal halus
yang melembutkan organ-organ pencernaan melalui setiap tarikan napas.
Pijat bayi dapat membuat bayi cepat merasa lapar, karena penyerapan
makanan menjadi lebih baik (Prasetyono, 2013).
18

DAFTAR PUSTAKA

Achmadi, (2012). Kesehatan Masyarakat: teori dan aplikasi. Jakarta : Rajawali


Pers
Anggraini & Sari. 2020. Pengaruh pijat bayi terhadap kualitas tidur bayi Usia 0-6
bulan. Jurnal Penelitian Kesehatan.8 (1).25-32
Arali. 2011. Nafsu Makan dan Faktor yang Mempengaruhinya. Artikel Penelitian
Dinkes Bangkalan, 2020. Data informasi daerah Bangkalan
Handayani (2020) Hubungan Kebiasaan Makan, Aktivitas Fisik Dan Kesehatan
Mental Dengan Status Gizi Perawat. Skripsi-S1 thesis, Universitas
Hasanuddin
Hatice Ball Yilmaz. 2014. The Effect of Massage by Mothers on Growth in
Healthy Full Term Infants. Ege University, School Of Nursing, Bornova,
Izmir, Turkey.
Ifalahma, Darah et al. 2012. Efektivitas Pijat Bayi Terhadap Kualitas Tidur Bayi
Irva, Tri Sasmi et al. 2013. Pengaruh Terapi Pijat Terhadap Peningkatan Berat
Badan Bayi.: 1–9.
Jurdawanto, Widodo. 2010. Perilaku Makan Anak Sekolah. Artikel Klinik Khusus
Kesulitan Makan Pada Anak
Jurdawanto, Widodo. 2010. Perilaku Makan Anak Sekolah. Artikel Klinik Khusus
Kesulitan Makan Pada Anak
Kemenkes RI, 2018, Buku Saku Pemantauan Status Gizi 2017
Kemenkes RI. Hasil Pemantauan Status Gizi (PSG) Tahun 2016. Jakarta:
Direktorat Gizi Masyarakat Direktorat Jendral Kesehatan
Masyarakat Kemenkes;
Mahayu, Puri. (2016). Buku Lengkap Perawatan Bayi dan Balita. Yogyakarta :
Saufa.
Nurmalasari, Devi Indah, Erika M Agung, and Pepin Nahariani. 2016. Pengaruh
Pijat Bayi Dengan Kualitas Tidur Bayi Usia 3-6 Bulan Di Desa Bandung
Kecamatan Diwek Kabupaten Jombang. Jurnal Ilmiah Kebidanan 1.
Nyoman Roslesmana. 2015. Pengaruh Pijat Bayi Terhadap Nafsu Makan Anak
Usia 6-24 Bulan Di Daerah Endemik Gaky, Desa Ngargosoka, Kecamatan
Srumbung, Kabupaten Magelang. Program Studi Pendidikan Dokter
Fakultas Kedokteran Dan Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah
Yogyakarta
Oenzil Fadil. 2012. Gizi Meningkatkan Kualitas Manula. Buku Kedokteran. EGC
19

Pahlevi, A., E., (2012). Determinan status gizi pada siswa sekolah dasar.
KEMAS : Jurnal Kesehatan Masyarakat. 7 (2), hal. 122-126.
http://journal.unnes.ac.id/nju/index.php/kemas/article/view/2807
Roesli, 2015. Pedoman Pijat Bayi. Jakarta: Trubus Agriwidya.
Saputri, N. (2019). Hubungan Faktor Lingkungan Dengan Kejadian Diare Pada
Balita di Puskesmas Bernung. Ilmu keperawatan dan kebidanan, 10 (1).
pp.101-110.
Sulastri, D., Putri, R,F., & Lestari, Y., (2014). Faktor-faktor yang berhubungan
dengan Status Gizi Anak Balita di Wilayah Kerja Puskesmas Nanggalo
Padang. http://id.portalgaruda.org/index.php?
ref=browse&mod=viewarticle=300016
Sunarjo. 2013. Kesulitan Makan Pada Anak. Dalam Makalah Lengkap
Pendidikan Kedokteran Berkelanjutan Ilmu Kesehatan Anak ke XXXI.
Jakarta, Universitas Indonesia
Suryani, Irma Lilis, and Berat Badan. 2017. Pengaruh Pijat Bayi Terhadap
Peningkatan Berat Badan Pada Bayi Jurnal Kesehatan Holistik ( The
Journal of Holistic Healthcare), Volume 11 , No . 2 , April 2017 : 72-76.
11(2): 72–76.
Susan, G. Salvo. 2013. Massage Therapy Principles And Practice. Six Editio.
Umi Ma’rifah, Gita Marini. 2016. Efektifitas Pijat Bayi Teknik Kunci Dan Senam
Bayi Terhadap Peningkatan Nafsu Makan Bayi Usia 6 - 12 Bulan Di
Puskesmas Kenjeran Surabaya. Jurnal Keperawatan Muhammadiyah 1 (1)
2016
UNICEF, (2018). Monitoring the situation of children and women. Malnutrition,
Utami, Roesli. 2016. Pedoman Pijat Bayi. jakarta: Jakarta Trubus Agriwidya
Wati, Erna. 2012. Pengaruh Pijat Bayi Terhadap Kuantitas Tidur Bayi Usia 3 - 6
Bulan Di Desa Ngunut Kecamatan Jumangtono Kabupaten Karanganyar.
WHO (Whorld Health Orgamization). 2013. Level And Trends In Child
Malnutrition.
WHO, 2018. Prevalensi data gizi buruk

Anda mungkin juga menyukai