Anda di halaman 1dari 18

PENGEMBANGAN VARIASI MENGAJAR

Makalah ini dibuat untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Strategi dan
Metode Pembelajaran AUD

Dosen Pengampu : Anggia Firmansyah, M.Pd.I

Disusun oleh :

Semester II/ S1 PIAUD

Fitri

Alfu zahra

Oneng Hayati

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN ISLAM ANAK USIA DINI

SEKOLAH TINGGI ILMU TARBIYAH ASSA'IDIYYAH

CIPANAS CIANJUR

2023
2
KATA PENGANTAR

Segala puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT, yang telah meberi
hidayah dan inayah-Nya pada penulis, sehingga penulis dapat menyelesaika makalah ini
dengan baik dan lancar. Serta tak lupa pula kami kami ucapkan terimakasih pada Dosen
yang membimbing dan mengarahkan penulis dalam penulisan makalah yang berjudul
Pengembangan Variasi Mengajar ini semoga dapat bermanfaat bagi pembaca dan
penulis.

Penulis menyadari bahwa dalam pembuatan makalah ini masih banyak


kekurangan maka dari itu penulis menerima saran dan kritik yang membangun dari
pembaca makalah ini.

Cipanas , Mei 2023

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.................................................................................... i
DAFTAR ISI................................................................................................... ii
BAB I, PENDAHULUAN.............................................................................. 1
A. Latar Belakang Masalah....................................................................... 1
B. Rumusan Masalah................................................................................. 1
C. Tujuan Penulisan.................................................................................. 1
BAB II, PEMBAHASAN................................................................................ 2
A. Tujuan Variasi Mengajar...................................................................... 3
B. Prinsip Penggunaan Variasi Mengajar.................................................. 7
C. Komponen-Komponen Variasi Mengajar............................................. 8
BAB III, PENUTUP........................................................................................ 13
A. Kesimpulan........................................................................................... 13
B. Saran..................................................................................................... 13
DAFTAR PUSTAKA...................................................................................... 14

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Kebosanan pada dasarnya keadaan yang tidak ingin dialami setiap orang dalam
kehidupan ini. Perasaan bosan tidaklah menyenangkan bagi siapa saja. Kalau setiap hari
kita memakan makanan yang sama terus menerus yang akhirnya nanti akan berujung
pada kebosanan.
Demikian juga pada dunia pendidikan khususnya dalam proses pembelajaran.
Guru diharapkan dalam proses pembelajaran menggunakan variasi mengajar dan tidak
monoton dalam proses pembelajaran. Hal ini diharapkan agar siswa tidak menjadi bosan,
lebih perhatian, tidak mengantuk dalam proses pembelajaran sehingga nantinya tujuan
pembelaran dapat tercapai dengan efektif.
Dalam proses pembelajaran terjadinya variasi mengajar guru dapat ditunjukkan
dengan adanya perubahan gaya mengajar, media yang digunakan berganti-ganti, dan ada
perubahan dalam pola interaksi antara guru-siswa, siswa-guru, dan siswa-siswa.
Penggunaan variasi dalam mengajar ditujukan kepada perhatian siswa, motivasi dan
belajar siswa.

B. Rumusan Masalah
Dari beberapa uraian di atas, timbul beberapa permasalahan sebagai berikut:
1. Apakah tujuan dari diadakannya variasi dalam mengajar?
2. Apa saja prinsip-prinsip penggunaan variasi pengajaran?
3. Apa saja komponen-komponen variasi mengajar?

C. Tujuan Penulisan
Tujuan penyusunan makalah ini adalah sebagai berikut :
1. Untuk mengetahui apa tujuan dari diadakannya variasi dalam mengajar?
2. Untuk mengetahui prinsip-prinsip penggunaan variasi pengajaran?
3. Untuk mengetahui apa saja komponen-komponen variasi mengajar?

1
BAB II
PEMBAHASAN

Pengertian Variasi mengajar

Kemampuan mengajar adalah kemampuan essensial yang harus dimiliki oleh


guru, tidak lain karena tugas guru yang paling utama adalah mengajar. Yang dihadapi
oleh guru adalah para siswa yang dinamis, baik sebagai akibat dari dinamika internal
yang berasal dari diri siswa maupun sebagai akibat dari dinamika lingkungan yang
sedikit banyak berpengaruh terhadap siswa. Oleh karena itu, kemampuan mengajar guru
haruslah dinamis juga, sebagai akibat dari tuntutan-tuntutan dinamika siswa yang tak
terelakkan.

Variasi mengajar adalah suatu kegiatan guru dalam konteks proses interaksi
belajar-mengajar yang ditujukan untuk mengatasi kebosanan siswa sehingga, dalam
situasi belajar-mengajar, siswa senantiasa menunjukkan ketekunan, antusiasme, serta
penuh partisipasi.

Keterampilan mengadakan variasi dalam proses belajar mengajar meliputi tiga


aspek, yaitu variasi dalam gaya mengajar, variasi dalam menggunakan media dan bahan
pengajaran, dan variasi dalam interaksi antara guru dengan siswa.

Hakikat Belajar Mengajar

Belajar merupakan suatu aktivitas mental yang berlangsung dalam interaksi


dengan lingkungannya yang menghasilkan perubahan yang bersifat relatif konstan.

Belajar pada hakikatnya adalah ”perubahan” yang terjadi di dalam diri seseorang
yang terjadi di dalam diri seseorang setelah berakhirnya melakukan akivitas belajar.

2
Namun, tidak semua perubahan termasuk kategori belajar seperti perubahan fisik,
mabuk, gila, dan sebagainya.

Proses belajar mengajar merupakan inti dari proses pendidikan secara


keseluruhan dengan guru sebagai pemegang peranan utama. Proses belajar mengajar
merupakan suatu proses yang mengandung serangkaian perbuatan guru dan siswa atas
dasar hubungan timbal balik yang berlangsung dalam situasi edukatif untuk mencapai
tujuan tertentu.

Proses belajar mengajar mempunyai pengertian dan makna yang berbeda dengan
mengajar. Dalam proses belajar mengajar terdapat tersirat adanya satu kesatuan kegiatan
yang tak terpisahkan antara siswa yang belajar dan guru yang mengajar. Antara kedua
kegiatan ini terjalin interaksi yang saling menunjang.

A. Tujuan Variasi Mengajar

Penggunaan variasi terutama ditujukan terhadap perhatian siswa, motivasi, dan


belajar siswa. Tujuan mengadakan variasi mengajar adalah:

1. Meningkatkan dan memelihara perhatian siswa terhadap relevansi proses belajar


mengajar

Dalam proses pembelajaran perhatian siswa terhadap materi pelajaran yang


diajarkan sangat dituntut. Tidak diharapkan sedikitpun terdapat siswa yang tidak
atau kurang memperhatikan penjelasan yang diberikan guru, karena hal tersebut
akan membuat siswa tidak memahami akan bahan yang diajarkan oleh guru.

Dalam jumlah siswa yang besar sering ditemukan kesulitan untuk


mempertahankan agar perhatian siswa tetap pada materi pelajaran yang diberikan.
Banyak faktor yang mempengaruhi hal tersebut. Misalnya faktor penjelasan guru
yang kurang mengenai sasaran, situasi di luar kelas yang lebih menarik

3
dibandingkan dengan materi pelajaran yang diberikan guru, siswa yang kurang
menyenangi materi pelajaran yang diberikan guru.

Fokus permasalahan pentingnya perhatian ini dalam proses belajar mengajar,


karena dengan perhatian yang diberikan siswa terhadap materi pelajaran yang guru
jelaskan, akan mendukung tercapainya tujuan pembelajaran tersebut bila setiap
siswa mencapai penguasaan terhadap materi yang diberikan dalam suatu pertemuan
kelas. Indiktor penguasaan siswa terhadap materi pelajaran adalah terjadinya
perubahan dalam diri siswa. Jadi, perhatian adalah masalah yang tidak bisa
dikesampingkan dalam konteks percapaian tujuan pembelajaran.

Karena itu, guru selalu memperhatikan variasi mengajarnya apakah sudah


dapat meningkatkan dan memelihara perhatian siswa terhadap materi yang
dijelaskan atau belum.

2. Memberikan kesempatan kemungkinan berfungsinya motivasi

Motivasi memegang peran penting dalam belajar. Seorang siswa tidak akan
dapat belajar dengan baik dan tekun jika tidak ada motivasi di dalam dirinya.
Bahkan tanpa motivasi, seorang siswa tidak akan melakukan kegiatan belajar maka
dari itu, guru siswa tidak adak melalakukan kegiatan belajar. Maka dari itu, guru
selalu memperhatikan masalah motivasi ini dan berusaha agar tetap tergejolak
dalam diri setiap siswa selama pengajaran berlangsung.

Dalam proses belajar mengajar di kelas, tidak setiap siswa mempunyai


motivasi yang sama terhadap suatu bahan pelajaran. Untuk bahan tertentu mungkin
seorang siswa menyenanginya, tetapi untuk bahan yang lain boleh jadi siswa
tersebut tidak menyenanginya. Ini merupakan masalah bagi guru dalam setiap kali
mengadakan pertemuan. Guru selalu dihadapkan pada masalah motivasi. Guru

4
selalu ingin memberikan motivasi terhadap siswanya yang kurang memperhatikan
materi pelajaran yang diberikan.

Bagi siswa yang selalu memperhatikan materi pelajaran yang diberikan,


bukanlah masalah bagi guru. Dalam diri siswa yang seperti ini sudah tertanam
motivasi untuk belajar yang disebut motivasi intrinsik. Siswa yang demikian
biasanya dengan sendirinya memperhatikan penjelasan guru. Rasa ingin tahunya
lebih tinggi terhadap materi pelajaran yang diberikan.

Lain halnya bagi siswa yang tidak ada motivasi di dalam dirinya. Untuk
siswa yang seperti ini motivasi ekstrinsik yang merupakan dorongan dari luar
dirinya mutlak dibutuhkan. Disini peran guru lebih diinginkan untuk memerankan
fungsi guru sebagai motivator, yaitu memotivasi sebagai alat yang mendorong
manusia untuk berbuat, motivasi sebagai alat yang menentukan arah perbuatan, dan
motivasi sebagai alat untuk menyeleksi perbuatan.

3. Membentuk sikap positif terhadap guru dan sekolah

Masih sering dijumpai disetiap sekolah terdapat siswa tertentu yang kurang
senang terhadap seorang guru. Konsekuensinya bidang studi yang dipegang oleh
guru tersebut juga menjadi tidak disenangi. Kecuekan selalu ditunjukkan lewat
sikap dan perbuatan ketika guru tersebut sedang memberikan materi pelajaran di
kelas.

Kurang senangnya seorang siswa terhadap guru bisa jadi disebabkan gaya
mengajar guru yang monoton tidak bervariasi atau guru kurang datap menguasai
kelas. Kegaduhan biasanya sering terjadi pada sudut-sudut kelas. Akibatnya
jalannya proses pembelajaran tidak efektif. Guru gagal menciptakan suasana belajar
yang menbangkitkan kreativitas dan kegairahan belajar siswa.

5
4. Memberi kemungkinan pilihan dan fasilitas belajar individual

Sebagai seorang guru yang profesional dituntut mempunyai keterampilan-


keterampilan yang mendukung tugasnya dalam proses pembelajaran. Penguasaan
metode mengajar yang dituntut kepada guru tidak hanya satu atau dua metode,
tetapi lebih banyak dari itu. Penguasaan terhadap berbagai penggunaan media
merupakan keterampilan lain yang harus dimiliki bagi guru.

Fasilitas merupakan kelengkapan balajar yanag harus ada di sekolah yang


berguna sebagai alat bantu pengajaran. Lengkap tidaknya fasilitas belajar
mempengaruhi pemilihan yang harus guru lakukan. Sangat terbatasnya fasilitas
belajar cenderung lebih sedikit alternatif yang tersedia untuk melakukan pemilihan.

5. Mendorong siswa untuk belajar

Membuat suasana belajar yang nyaman adalah tugas guru. Kewajiban belajar
adalah tugas siswa. Kedua kegiatan ini menyatu dalam sebuah interaksi pengajaran
yang disebut interaksi edukatif. Lingkungan pembelajaran yang kondusif adalah
lingkungan yang mampu mendorong siswa untuk selalu belajar.

Gejala adanya siswa yang kurang senang menerima pelajaran dari guru tidak
semestinya terjadi, karena hal ini akan menghambat proses pembelajaran. Disinilah
diperlukan peranan guru, bagaimana upaya menciptakan lingkungan belajar yang
mampu mendorong siswa untuk senang dan bergairah belajar.

Untuk hal ini cara yang tepat yang mesti dilakukan oleh guru adalah
mengembangkan varisai mengajar, baik dalam gaya mengajar, dalam menggunakan
media dan bahan pengajaran maupun dalam interaksi guru dengan siswa.

6
B. Prinsip Penggunaan Variasi Mengajar

Dalam proses belajar mengajar kegiatan siswa adalah yang menjadi fokus
perhatian. Apapun kegiatan yang guru lakukan tidak lain adalah suatu upaya bagaimana
lingkungan ang tercipta itu menyenangkan hati semua siswa dan dapat menggairahkan
belajar siswa. Itu berarti tidak ada seorang guru pun yang ingin agar siswanya tidak
senang dan tidak bergairah dalam belajar, maka akan mengganggu kelancaran kegiatan
pengajaran. Apalagi jika sebagian besar siswanya tidak mau memperhatikan penjelasan
ang diberikan guru, atau tidak mau mengerjakan tugas yang diberikan guru untuk materi
tertentu.

Agar kegiatan pengajaran dapat merangsang siswa untuk aktif dan kreatif belajar,
tentu saja diperlukan lingkungan belajar yang kondusif. Salah satu upaya ke arah itu
adalah dengan cara memperhatikan beberapa prinsip penggunaan variasi dalam
mengajar. Beberapa prinsip penggunaan ini sangat penting untuk diperhatikan dan betul-
betul harus dihayati guna mendukung pelaksanaan tugas mengajar di kelas. Prinsip-
prinsip penggunaan variasi mengajar itu adalah seagai berikut:

1. Dalam menggunakan keterampilan variasi sebaiknya semua jenis variasi


digunakan, selain juga harus ada variasi penggunaan komponen untuk tiap jenis
variasi. Semua itu untuk mencapai tujuan belajar.
2. Menggunakan variasi secara lancar dan berkesinambungan, sehingga momen
proses belajar mengajar yang utuh tidak rusak, perhatian siswa dan proses tidak
terganggu.
3. Penggunaan komponen variasi harus benar-benar terstruktrur dan direncanakan
oleh guru. Karena itu memerlukan penggunaan yang luwes sesuai dengan umpan
balik yang diterima dari siswa.

7
C. Komponen-konmponen Variasi Mengajar
1. Variasi gaya mengajar

Variasi gaya mengajar pada dasarnya meliputi variasi suara, variasi anggota
badan, dan variasi perpindahan posisi guru dalam kelas. Bagi siswa variasi tersebut
dilihat sebagai sesuatu yang energik, antusias, bersemangat, dan semuanya memiliki
relevensi dengan hasil belajar. Perilaku guru seperti itu dalam proses belajar
mengajar akan menjadi dinamis dan mempertinggi komunikasi antara guru dan
siswa, menarik perhatian siswa, menolong penerimaan bahan pelajaran, dan
memberi stimulasi. Variasi gaya mengajar ini adalah sebagai berikut:

a. Variasi suara

Suara guru dapat bervariasi dalam intonasi, nada, volume, dan kecepatan.
Guru dapat mendramatisasi suatu perstiwa, menunjukkan hal-hal yang
dianggap penting, berbicara secara pelan dengan seorang siswa, atau
berbicara secara tajam dengan siswa yang kurang perhatian, dan seterusnya.

b. Penekanan (ocusing)

Untuk memfokuskan perhatian siswa pada suatu aspek yang penting atau
aspek kunci, guru dapat menggunakan ”penekanan secara verbal”; misalnya,
”Perhatikan baik-baik. Nah, ini yang penting. Ini adalah bagian yang sukar,
dengarkan baik-baik!” penekanan seperti itu biasanya dikombinasikan
dengan gerakan anggota badan yang dapat menunjukkan dengan jari atau
memberi tanda pada papan tulis.

c. Pemberian waktu (pausing)

Untuk menarik perhatian siswa, dapat dilakukan dengan mengubah yang


bersuara mejadi sepi, dari akhir bagian pelajaran ke bagian berikutnya.

8
Dalam keterampilan bertanya, pemberian waktu dapat diberikan setelah guru
mengajukan beberapa pertanyaan, untuk mengubahnya menjadi pertanyaan
yang lebih tinggi tingkatannya setelah keadaan memungkinkan. Bagi siswa,
pemberian waktu dipakai untuk mengorganisasi jawaban agar menjadi
lengkap.

d. Kontak pandang

Bila guru berbicara atau berinteraksi dengan siswa, sebaiknya mengarahkan


pandangannya ke seluruh kelas, menatap mata setiap siswa untuk dapat
membentuk hubungan yang positif dan menghindari hilangnya kepribadian.
Guru dapat membantu siswa dengan menggunakan matanya menyampaikan
informasi, dan dengan pandangannya dapat menarik perhatian siswa.

e. Gerakan anggota badan (gesturing)

Variasi dalam mimik, gerakan kepala atau badan merupakan bagian yang
penting dalam komunikasi. Tidak hanya untuk menarik perhatian saja, tetapi
juga menolong dalam menyampaikman arti pembicaraan.

f. Perpindahan posisi guru (teachers movement)

Perpindahan posisi guru dalam ruang kelas dapat membantu menarik


perhatian siswa, dapat meningkatkan kepribadian guru. Perhatian posisi dapat
dilakukan dari muka ke bagian belakang, dari sisi kiri kesisi kanan, atau
diantara siswa dari belakang ke samping siswa. Dapat juga dilakukan dengan
posisi berdiri kemudian berubah menjadi posisi duduk. Yang penting dalam
perubahan posisi ialah harus ada tujuannya, dan tidak sekedar mondar-
mandir. Guru yang kaku adalah tidak menarik dan mejemukan, dan bila
bervariasi dilakukan secara berlebikan akan mengganggu.

9
2. Variasi media dan bahan ajaran

Setiap siswa mempunyai kemampuan indra yang tidak sama, baik


pendengaran maupun penglihatannya, demikian juga kemampuan berbicara. Ada
yang lebih enak atau senang membaca, ada yang lebih suka mendengarkan dulu
baru membaca, dan sebaliknya. Dengan variasi menggunaan media, kelemahan
indra yang dimiliki tiap siswa misalnya, guru dapat memulai dengan berbiara
terlebih dahulu kemudian menulis di papan tulis, dilanjutkan dengan melihat contoh
konkret. Dengan variasi seperti itu dapat memberi stimulasi terhadapa indra siswa.

Ada tiga komponen dalam variasi penggunaan media, yaitu media pandang,
media dengar, dan media taktil. Bila guru dalam menggunakan media bervariasi dari
satu ke yang lain, atau variasi bahan ajaran dalam satu komponen media akan
banyak sekali memerlukan penyesuaian indra siswa, membuat perhatian siswa
menjadi lebih meningkatkan kemampuan belajar.

a. Variasi media pandang

Penggunaan media pandang dapat diartikan sebagai penggubaan alat dan


bahan ajaran khusus untuk komunikasi seperti buku, majalah, globe, peta,
majalah dinding, film, film strip. televisi, radio, recorder, gambar grafik,
model, demonstrasi, dan lain-lain. Penggunaan yang lebih luas dari alat-alat
tersebut memiliki keuntungan:

1) Membantu secara konkret konsep berpikir, dan mengurangi respon yang


kurang bermanfaat.
2) Memiliki secara potensial perhatian siswa pada tingkat yang tinggi.
3) Dapat membuat hasil belajar yang riil yang akan mendorong kegiatan
mandiri anak ddik.

10
4) Mengembangkan cara berpikir dan berkesinambungan, seperti halnya
dalam film.
5) Mememberi pengalaman yang tidak mudah dicapai oleh alat lain
6) Menambah frekuensi kerja, lebih dalam, dan variasi belajar.
b. Variasi media dengar

Pada umumnya dalam proses belajar mengajar di kelas suara guru adalah alat
utama dalam komunikasi. Variasi dalam penggunaaan media dengan
memerlukan sekali saling bergantian atau berkombinasi dengan media
pandang dengan media taktil. Sudah barang tentu ada sejumlah media dengar
yang dapat dipakai untuk itu diantaranya ialah pembicaraan siswa, rekaman
bunyi dan suara, rekaman musik, rekaman drama, wawancara, bahkan
rekaman suara ikan lumba-lumba, yang semuanya itu dapat memiliki
relevansi dengan pelajaran.

c. Variasi Media Taktil

Komponen terakhir dari keterampilan variasi media dan bahan ajar adalah
penggunaan media yang memberikan kesempatan kepada siswa untuk
menyentuh dan memanipulasi benda atau bahan ajaran. Dalam hal ini akan
melibatkan siswa dalam kegiatan penyusunan atau pembuatan model, yang
hasilnya dapat disebutkan sebagai media taktil. Kegiatan tersebut dapat
dilakukan secara individu ataupun kelompok kecil. Contohnya dalam bidang
studi sejarah dapat membuat maket desa zaman Majapahit, dalam bidang
studi geografi dapat membuat model lapisan tanah; megumpulkan berbagai
jenis mata uang logam contoh untuk bidang studi ekonomi.

11
3. Variasi Interaktif

Variasi dalam pola interaksi antara guru dengan siswanya memiliki


rentangaan yang bergerak dari dua kutub, yaitu:

a. Siswa bekerja atau belajar secara bebas tanpa campur tangan dari guru.
b. Siswa mendengarkan dengan pasif. Situasi didominasi oleh guru, di mana
guru berbicara kepada siswa.

Diantara kedua kutub itu hanya memungkinkan dapat terjadi. Misalnya, guru
berbicara dengan sekelompok kecil siswa melalui mengajukan beberapa pertanyaan
atau guru berbincang dengan siswa secara individual, atau guru menciptakan situasi
sedemikian rupa sehingga antar siswa dapat saling tukar menukar pendapat melalui
penampilan diri, demonstrasi, atau diskusi.

Bila guru yang berbicara, dapat melalui beberapa kategori: filling


persetujuan, penghargaan atau peningkatan, menggunakan pendapat siswa,
bertanya, ceramah, memberi petunjuk, dan mengeritik. Sebaliknya siswa dapat
berbicara melalui pemberian respons dan pengambilan prakarsa. Bila guru
mengajukan pertanyaan dapat juga divariasi sesuai dengan domain kognitif dari
Bloom, pertanyaan dapat diajukan ke seluruh kelas atau ditujukan kepada siswa,
maka dapat berbentuk: mendengarkan ceramah guru, mengajukan pendapat pada
diskusi kelompok kecil. Bekerja individual atau kerja kelompok, membaca secara
keras atau secara pelan, melihat film, bekerja di laboraturium, baik bahasa maupun
alam, bekerja atau belajar bebas, atau dapat juga menciptakan kegiatan sendiri.

12
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Dari beberapa uraian di atas dapat disimpulkan bahwa variasi mengajar adalah
suatu kegiatan guru dalam konteks proses interaksi belajar-mengajar yang ditujukan
untuk mengatasi kebosanan siswa sehingga, dalam situasi belajar-mengajar, siswa
senantiasa menunjukkan ketekunan, antusiasme, serta penuh partisipasi.
Keterampilan mengadakan variasi dalam proses belajar mengajar meliputi tiga
aspek, yaitu variasi dalam gaya mengajar, variasi dalam menggunakan media dan bahan
pengajaran, dan variasi dalam interaksi antara guru dengan siswa.
Adapun prinsip-prinsip dari penggunaan variasi mengajar sebagai berikut:
1. Dalam menggunakan keterampilan variasi sebaiknya semua jenis variasi
digunakan, selain juga harus ada variasi penggunaan komponen untuk tiap jenis
variasi. Semua itu untuk mencapai tujuan belajar.
2. Menggunakan variasi secara lancar dan berkesinambungan, sehingga momen
proses belajar mengajar yang utuh tidak rusak, perhatian siswa dan proses tidak
terganggu.

13
3. Penggunaan komponen variasi harus benar-benar terstruktrur dan direncanakan
oleh guru. Karena itu memerlukan penggunaan yang luwes sesuai dengan
umpan balik yang diterima dari siswa.

B. Saran
1. Hendaknya dalam mengajar guru-guru dapat memperhatikan variasi mengajar
agar tidak membuat siswa jenuh dalam relajar.
2. Hendaknya demi kelancaran kegiatan relajar mengajar para siswa juga turut
berperan aktif sehingga proses pembelajaran tidak membosankan dan hubungan
antara siswa dengan guru atau siswa dengan siswa akan terjalin dengan
harmonis.

DAFTAR PUSTAKA

Djamarah, Syaiful Bahri dan Aswan Zain. 2006. Strategi Relajar Mengajar. Jakarta:
Rineka Cipta.

Imron, Ali. 1995. Pembinaan Guru Indonesia. Jakarta: Dunia Pustaka Jaya.

Moh. Uzer Usman, 2004. Menjadi Guru Profesional, Jakarta: Remaja Rosdakarya.

Syaiful Bahri Djamarah dan Aswan Zain, 2006. Strategi Belajar Mengajar, Jakarta:
Rineka Cipta.

Usman, Moh. Uzer. 2004. Menjadi Guru Profesional. Bandung: Remaja Rosdakarya.

14

Anda mungkin juga menyukai